Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA DADA

OLEH KELOMPOK 3:

TUTI ARIANI : P201601131


ISNAWATI  : P201601109
WINTI PATANDU : P201601114
WA ECI : P201601117
IRA INAYA : P201601149
HAJRAWATI : P201601148
HARMIN : P2016011017
WAYAN SUDIANA : P2016011044

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
TP 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan
penyakit TRAUMA DADA ini. Tidak lupa pula kita hantarkan salawat serta
salam kepada nabi besar Muhammad saw. Yang telah berjuang keras untuk
mengenalkan ajaran agama islam.
Dalam menyusun laporan ini penyusun banyak menemukan kesulitan
terutama pada penyusunan laporannya mencari referensi materi. Terimakasih
kepada pembimbing telah memberikan bimbingan yang baik sehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan ini.

Kendari, 09 November 2019

Peyusun

1
DAFTAR ISI

CAVER
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang..................................................................................................1
b. Rumusan masalah.............................................................................................1
c. Tujuan penulisan...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi.......................................................................................2
1. Apa pengertian dari trauma dada...............................................................4
2. Apa etiologi dari trauma dada....................................................................4
3. Apa patofisiologi dari trauma dada............................................................4
4. Apa manifestasi klinis dari trauma dada...................................................5
5. Apa penatalaksanaan medis dari trauma dada..........................................6
6. Apa komplikasi dari trauma dada.............................................................6
7. Bagaiaman asuhan keperawatan trauma dada...........................................8

BAB III PENUTUP


A. Latar Belakang..........................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional


(Dorland, 2002 ). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah
penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak di sengaja
(Smeltzer, 2001). Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang
dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks, hematoma pneumothoraks ( FKUI, 1995).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999). Di dalam toraks
terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan
jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa
darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa
mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari trauma dada?


2. Apa etiologi dari trauma dada?
3. Apa patofisiologi dari trauma dada?
4. Apa manifestasi klinis dari trauma dada?
5. Apa pengobatan dari trauma dada?
6. Apa komplikasi dari trauma dada?
7. Bagaiaman asuhan keperawatan trauma dada?

C. Tujuan

1. Apa pengertian dari trauma dada.

1
2

2. Apa etiologi dari trauma dada.


3. Apa patofisiologi dari trauma dada.
4. Apa manifestasi klinis dari trauma dada.
5. Apa pengobatan dari trauma dada.
6. Apa komplikasi dari trauma dada.
7. Bagaiaman asuhan keperawatan trauma dada.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

Kerangka rongga toraks, merincing pada bagain atas torak dan berbentuk
kerucut, terdiri dari sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan, dan 2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari
enam iga pertama memisahkan artikulaso dari sternum; katilago ketujuh sampai
sepuluh berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum menyambung pada tepi
bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas organ dalam
abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Muskulatur. Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,
rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk palisan muskulus
posterior dinding toraks. Tepi bawah muskulus pektoralis mayor membentuk
lipatan/plika aksilaris anterior, lengkungan dan muskulus latisimus dorsi dan teres
mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan
limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal
kebocoran udara dan kapier. pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak
sensitive. pleura berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama pleura
parietali, yang melapisi dinding dalam toraks dan diafragma. Kebalikan dengan
pleura viseralis, pleura parietalis mendapatkan persarafan dari ujung saraf
(nerveending); ketika terjadi penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura
parietalis memiliki ujung saraf untuk nyeri; hanya bilapenyaki-penyakit menyebar
ke pleura ini maka akan timbul. Pleura sedikit melebih tepi paru pada tiap arah
dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru normal; hanya ruang potensial
yang masih ada.
Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam,
diikuti oleh tiga lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi

3
4

tenang/normal. Vena, arteri nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang
tepi bawah iga. Karena jarum torakosentetis atau klein yang digunakan untuk
masuk ke pleura harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari
sela iga yang dipilih.
Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam
dan kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian
muskular melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi
motorik, interkostal bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi
putung susu, turut berperan sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi
biasa/tenang.
1. Definisi
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang
dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
2. Etiologi
Trauma dada dapat disebabkan oleh :
a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan
therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan
pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga,
ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.
Tusukan paru dengan prosedur invasif. Kontusio paru-cedera tumpul
dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
c. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
d. Fraktu tulang iga
e. Tindakan medis (operasi)
f. Pukulan daerah torak.
3. Patofisiologi
5

Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang.
Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan.
Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-
paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada
disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara
(tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan
pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral demikian juga
penurunan aliran baik venosa meng akibatkan kolapnya paru. Pneumothorak
tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan
tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada
rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps.
Kontusio paru mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru
tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat
terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi
syok.
4.  Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada;

a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.


b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
d. Dyspnea, takipnea
e. Takikardi
f. Tekanan darah menurun.
g. Gelisah dan agitasi
h. Kemungkinan cyanosis.
i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
6

5. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).

b. Pemasangan alat bantu nafas.

c. Pemasangan drain.

d. Aspirasi (thoracosintesis).

e. Operasi (bedah thoraxis)

f. Tindakan untuk menstabilkan dada:

1) Miring pasien pada daerah yang terkena.

2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena

g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif,


didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1. Gejala contusio paru
2. Syok atau cedera kepala berat.
3. Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4. Umur diatas 65 tahun.
5. Riwayat penyakit paru-paru kronis.
h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension
Pneumothorak mengancam.
i. Oksigen tambahan.
6. Komplikasi
a. Surgical Emfisema Subcutis
7

Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat
kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang
dan menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya
membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam
tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan
mendorong mediastinim menekan paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi
nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien
akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam
rongga pleura maka terjadi tanda – tanda :
1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian
tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)
8

f. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

7. ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA DADA


Kasus:
Saat sedang bertugas di IGD, dokter jaga TRIAGE mendapat pasien
korbanke celakaan lalu lintas seorang laki-laki berusia 35 tahun diantar patroli
polisi lalu lintas. Pasien sadar, mengeluh nyeri dada, sesak nafas semakin
bertambah, dan bahu kiri terasa nyeri. Dokter dibantu perawat segera
melakukan primary survay dan secondary survey.
Menurut keterangan pengantar, 3 jam SMRS pasien membonceng
sepeda motor dengan kecepatan tinggi, menabrak pohon ketika menghindari
hewan yang melintas. Penderita terjungkal dan jatuh dari motor, dada
terbentur stang motor dan nyeri pada bahu sebelah kiri.
Dari pemeriksaan fisik, kesadaran GCS 15. Nafas cepat dan dangkal,
suara tambahan tidak didapatkan(gurgling, snoring TTV: Nadi 120x/menit,
Tekanan Darah 90/70 mmHg, Suhu 37C, RR 32 x/menit). Terdapat jejas pada
henithorax kanan, pergerakan dada kanan tertinggal, perkusi hipersonor,
austakultasivisikuler menurun, emfisema sub cuti(), nyeri tekanan (), dan
krepitasi (). Dokter melakukan pemeriksaan klinis dan imobilisasi. Dokter
IGD menduga adanya pneumothoraxventil kanan dan berencana untuk
melakukan thoraxsintesis segera. Keluarga pasien beluma ada yang datang.
Sambil menunggu keluarga, dokter informendconset, permintaan cek lab dan
radiologi.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
9

Pasien mengeluh nyeri dada akibat kecelakaan lalu lintas.


b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri dada, sesak nafas yang semakin
bertambah dan bahu kiri terasa nyeri.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Sakit/nyeri : Berat
Kesadaran : Composmentis
b. Pernapasan
Frekuensi nafas : 32 x/menit
Kualitas : Dangkal dan cepat, pergerakkan dada
kanan tertinggal
Suara nafas : Auskultasi vesikuler menurun, perkusi hipersonor
dan terdapat krepitasi.

c. Kardiovaskuler
TD : 90/70 mmHg
N : 120 x/menit
d. Muskuloskeletal
Rentan Gerak : Terbatas
d. Sistem Integumen
Luka : jejas pada regio bahu kiri dan hemothorax
Bengkak :+
4. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif


Klien mengatakan nyeri Terdapat jejas pada
daerah dada hemothorax kanan
TTV:
TD: 90/70 mmHg
N: 120x/menit
Nyeri akut
Klien mengatakan sesak nafas RR: 32x/menit
Klien tampak tidak dapat
bergerak bebas

5. PATHWAY
10

kecelakaan
Dorland, W.

Gaya
predisposisi

Ketahanan tubuh
tidak mampu
mengkompensasi

Hambatan Terjadi hemothorax


mobilitas deformitas
tubuh
Nyeri akut hemithorax

kolaps

Sesak nafas
dan dangkal

Keefektifan
pola nafas

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pertukaran
gas.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dinding dada.
B. INTERVENSI
11

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan: 1. Monitor TTV pasien
berhubungan Dalam 1x 24 jam 2. Jelaskan dan bantu
dengan trauma Setelah dilakukan tindakan klien dengan
Keperawatan Nyeri tindakan pereda nyeri
berkurang/hilang. nonfarmakologi dan
Kriteria hasil : non invasif.
1. Nyeri berkurang/ 3. Ajarkan tehnik
dapat diadaptasi. relaksasi
2. Dapat 4. Atur posisi pasien
mengindentifikasi senyaman mungkin.
aktivitas yang 5. Ciptakan lingkungan
meningkatkan/ yang nyaman.
menurunkan nyeri. 6. Beri terapi oksigen.
3. Pasien tidak gelisah. 7. Kolaborasi
pemberian analgetik.
1. Ketidakefektifan pola Tujuan : 1. Observasi fungsi
nafas berhubungan Dalam 1x 24 jam pernapasan, catat
dengan deformitas setelah dilakukan tindakan frekuensi
dinding dada keperawatan pola nafas pernapasan, dispnea
normal. atau perubahan
Kriteria hasil : tanda-tanda vital.
1. Memperlihatkan 2. Berikan posisi yang
frekuensi pernapasan nyaman, dengan
yang efektive. peninggian kepala
2. Mengalami perbaikan tempat tidur.
pertukaran gas-gas 3. Jelaskan pada klien
pada paru. bahwa tindakan
tersebut dilakukan
untuk menjamin
keamanan.
4. Jelaskan pada klien
tentang
etiologi/faktor
pencetus adanya
sesak atau kolaps
paru-paru.
5. Hadirkan diri di
dekat pasien.
6. Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain :
Dengan dokter,
radiologi dan
fisioterapi.Pemberia
n antibiotika.
12

Pemberian
analgetika.
Fisioterapi dada.

i. Hambatan mobilitas Tujuan : 1. Monitor TTV.


fisik berhubungan Setelah 2x 24 jam 2. Kaji rmampuan
dengan deformitas pasien akan menunjukkan pasien dalam
dinding dada. tingkat mobilitas optimal. mobilisasi.
Kriteria hasil : 3. Latih pasien
1. Penampilan yang dalam pemenuhan
seimbang. kebutuhan ADLs
2. Melakukan secara mandiri
pergerakkan dan sesuai
perpindahan. kemampuan.
4. Dampingi dan
bantu pasien saat
mobilisasi.
5. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
6. Kolaborasi
dengan ahli terapi
fisik atau okupasi.

BAB III
PENUTUP
13

A. Kesimpulan
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan
oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka
dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda
tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system
pernafasan.
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga
yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga
yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi
dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka
akan terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem
pernafasan. Akibat trauma dada disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya
udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat,
menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral
demikian juga penurunan aliran baik venosa meng akibatkan kolapnya
paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru
seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif
penyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural meningkat
mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio paru
mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat
terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan
terjadi syok.
B. Saran
Masih banyak kekurang yang terdapat dalam makalah ini.
Diperlukan kritik dan saran yang membangun. Agar memperbaiki makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
14

Huda, Khusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Baerdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus. Edisi Revisi
jilid 2. mediAction. Jogjakarta
Dorland,W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
Bulechek, dkk.2013. Nursing Intervention Classification(NIC), 6th edition.
Mocomedia.
Moorhead,dkk.2013. Nursing OutcomesClassification(NOC), 5th
edition.Mocomedia.
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC :
Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
EGC :Jakarta.
15

Anda mungkin juga menyukai