OLEH KELOMPOK 3:
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan
penyakit TRAUMA DADA ini. Tidak lupa pula kita hantarkan salawat serta
salam kepada nabi besar Muhammad saw. Yang telah berjuang keras untuk
mengenalkan ajaran agama islam.
Dalam menyusun laporan ini penyusun banyak menemukan kesulitan
terutama pada penyusunan laporannya mencari referensi materi. Terimakasih
kepada pembimbing telah memberikan bimbingan yang baik sehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan ini.
Peyusun
1
DAFTAR ISI
CAVER
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang..................................................................................................1
b. Rumusan masalah.............................................................................................1
c. Tujuan penulisan...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi.......................................................................................2
1. Apa pengertian dari trauma dada...............................................................4
2. Apa etiologi dari trauma dada....................................................................4
3. Apa patofisiologi dari trauma dada............................................................4
4. Apa manifestasi klinis dari trauma dada...................................................5
5. Apa penatalaksanaan medis dari trauma dada..........................................6
6. Apa komplikasi dari trauma dada.............................................................6
7. Bagaiaman asuhan keperawatan trauma dada...........................................8
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2
A. Anatomi Fisiologi
Kerangka rongga toraks, merincing pada bagain atas torak dan berbentuk
kerucut, terdiri dari sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan, dan 2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari
enam iga pertama memisahkan artikulaso dari sternum; katilago ketujuh sampai
sepuluh berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum menyambung pada tepi
bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas organ dalam
abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Muskulatur. Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,
rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk palisan muskulus
posterior dinding toraks. Tepi bawah muskulus pektoralis mayor membentuk
lipatan/plika aksilaris anterior, lengkungan dan muskulus latisimus dorsi dan teres
mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan
limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal
kebocoran udara dan kapier. pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak
sensitive. pleura berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama pleura
parietali, yang melapisi dinding dalam toraks dan diafragma. Kebalikan dengan
pleura viseralis, pleura parietalis mendapatkan persarafan dari ujung saraf
(nerveending); ketika terjadi penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura
parietalis memiliki ujung saraf untuk nyeri; hanya bilapenyaki-penyakit menyebar
ke pleura ini maka akan timbul. Pleura sedikit melebih tepi paru pada tiap arah
dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru normal; hanya ruang potensial
yang masih ada.
Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam,
diikuti oleh tiga lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi
3
4
tenang/normal. Vena, arteri nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang
tepi bawah iga. Karena jarum torakosentetis atau klein yang digunakan untuk
masuk ke pleura harus dipasang melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari
sela iga yang dipilih.
Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam
dan kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian
muskular melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi
motorik, interkostal bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi
putung susu, turut berperan sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi
biasa/tenang.
1. Definisi
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang
dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
2. Etiologi
Trauma dada dapat disebabkan oleh :
a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan
therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan
pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga,
ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.
Tusukan paru dengan prosedur invasif. Kontusio paru-cedera tumpul
dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
c. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
d. Fraktu tulang iga
e. Tindakan medis (operasi)
f. Pukulan daerah torak.
3. Patofisiologi
5
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang.
Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan.
Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-
paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada
disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara
(tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan
pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral demikian juga
penurunan aliran baik venosa meng akibatkan kolapnya paru. Pneumothorak
tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan
tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada
rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps.
Kontusio paru mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru
tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat
terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi
syok.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada;
5. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat
kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang
dan menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya
membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam
tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan
mendorong mediastinim menekan paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi
nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien
akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam
rongga pleura maka terjadi tanda – tanda :
1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian
tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)
8
f. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.
c. Kardiovaskuler
TD : 90/70 mmHg
N : 120 x/menit
d. Muskuloskeletal
Rentan Gerak : Terbatas
d. Sistem Integumen
Luka : jejas pada regio bahu kiri dan hemothorax
Bengkak :+
4. Data Fokus
5. PATHWAY
10
kecelakaan
Dorland, W.
Gaya
predisposisi
Ketahanan tubuh
tidak mampu
mengkompensasi
kolaps
Sesak nafas
dan dangkal
Keefektifan
pola nafas
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pertukaran
gas.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dinding dada.
B. INTERVENSI
11
Pemberian
analgetika.
Fisioterapi dada.
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan
oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka
dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda
tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system
pernafasan.
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga
yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga
yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi
dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka
akan terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem
pernafasan. Akibat trauma dada disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya
udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat,
menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral
demikian juga penurunan aliran baik venosa meng akibatkan kolapnya
paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru
seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif
penyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural meningkat
mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio paru
mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat
terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan
terjadi syok.
B. Saran
Masih banyak kekurang yang terdapat dalam makalah ini.
Diperlukan kritik dan saran yang membangun. Agar memperbaiki makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
14