Anda di halaman 1dari 37

1

MAKALAH KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PENGAJARAN PRA BEDAH
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Keperawatan Perioperatif

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dinda Putri Yuliana


Rizka Ningtyas Dwi M.
Nitta Dwi Aprillia
Wadyatama Hary Tupan
Bunga Arum Yuningtyas
Ismabella Karina Audita

P1337420114039
P1337420114044
P1337420114046
P1337420114067
P1337420114074
P1337420114075

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2015/2016

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Keperawatan Perioperatif tentang Pengajaran Pra Bedah ini


telah disahkan dan disetujui oleh dosen pembimbing sebagai salah satu tugas
terstruktur mata kuliah keperawatan perioperatif pada :
hari

tanggal

Mengesahkan
Dosen Pembimbing

Syamsul Arif
NIP.

MOTTO

Berpedomanlah seperti bintang, meskipun kecil, namun mampu untuk


memancarkan cahayanya sendiri. (Penulis)
Waktu tidak akan berhenti ataupun mau kembali. Jangan sia-siakan waktu
kalau tidak mau disia-siakan oleh waktu. (Penulis)
Hal paling menyenangkan bukanlah menjadi orang yang sukses, namun dialah
orang yang mampu membuat orang lain bahagia.(Penulis)
Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (imbalan) dari yang dikerahkannya dan ia akan mendapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.(QS.Al-Baqarah:286)
Allah mencintai orang yang cermat dalam meneliti soal-soal yang meragukan
dan yang tidak membiarkan akalnya dikuasai oleh nafsunya. (Nabi
Muhammad saw)
Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakkan pedangnya ke pundak
lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai
dirinya dikala ia marah (Nabi Muhammad saw)
Semua orang ingin mengubah dunia, tetapi tidak seorang pun terpikir untuk
mengubah dirinya sendiri. (Leo Tolstoy)
Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena
pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap
harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat.
(George Downing)
Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke
hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri.
(Mary McCarthy)
Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah
kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik. (Robert Hall)

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah keperawatan
perioperatif tentang Pengajaran Pra Bedah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Makalah ini penulis susun sebagai salah satu tugas terstruktur mata kuliah
keperawatan Perioperatif.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Rodhi Hartono, Skp Ns. Biomed selaku koordinator mata kuliah
Keperawatan Perioperatif.
2. Bapak Syamsul Arif selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan
Perioperatif.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Seperti peribahasa Tidak Ada Gading yang Tak Retak untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaanya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Semarang, Januari 2016

Penulis,

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................
MOTTO.......................................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian pembedahan...........................................................................................
B. Tahap pembedahan...................................................................................................
C. Persiapan klien pre operatif......................................................................................
D. Kebutuhan dukungan psikologis pada pasien pre operatif.....................................
E. Perawatan preoprasi...............................................................................................
F. Latihan praoprasi....................................................................................................
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi
sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan
mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum
adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan
anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien
merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek
anestesi. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya

menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan


yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya
terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani
pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat
segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun
setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan
untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada
setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara
tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan,
yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan
pasien

sendiri.

Dari

ketiga

faktor

tersebut

faktor

pasien

merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit


tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan
benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ,
terutama

jantung,

paru,

pernafasan.

Untuk

itu

diperlukan

tindakan keperawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna


mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar
aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig
untuk

melibatkan

pasien

dalam

setiap

langkah-langkah

perioperatif. Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan


tepat

akan

sangat

berpengaruh

pembedahan dan kesembuhan pasien.


B. Rumusan Masalah

terhadap

suksesnya

Adapun rumusan masalah dalam makalah Pengajaran Pra


Bedah ini antara lain:
1. Apakah yang di maksut dengan pembedahan?
2. Bagaimana tahap tahap pembedahan?
3. Bagaimana persiapan klien pre operatif?
4. Bagimana kebutuhan dukungan piskologis klien pre operatif?
5. Bagaimana perawatan klien preoprasi?
6. Bagaimana latihan klien preoprasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam pembuatan tugas ini adalah untuk
mengetahui tentang Pengajaran Pra Bedah.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam makalah ini antara lain untuk
mendalami tentang:
a. Pengertian pembedahan
b. Bagaimana tahap pembedahan
c. Persiapan kien preoperatif
d. Kebutuhan dukungan piskologis klien preoprasi
e. Perawatan klien preoprasi
f. Latihan klien pre oprasi

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembedahan
Menurut DepKes RI (1998), bedah merupakan suatu
metoda pengobatan yang dilakukan dengan terencana atau
mendadak terhadap sebagian sistem tubuh.

Bedah merupakan salah satu bentuk terapi medis, yang


dapat mendatangkan stress karena adanya ancaman terhadap
tubuh, integritas dan jiwa seseorang ( Barbara C Long, 1996).
Sedangkan

pembedahan

merupakan

suatu

tindakan

pengobatan yang dilakukan dengan jalan memotong atau


mengiris bagian tubuh yang sakit (Ramali, 1994).
Keberhasilan pasien yang menjalani pembedahan
bukan hanya ditentukan di atas meja bedah (intra operatif)
tetapi hal ini juga berkaitan erat dengan persiapan pasien
sebelum pembedahan (pre operatif) dan perawatan setelah
pembedahan (post operatif). Pada tahap pre operatif adalah
tanggung jawab perawat untuk mempersiapkan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, karena pembedahan dapat
menimbulkan ketegangan bagi pasien, menjadi ancaman
potensial dan actual kepada integritas seseorang dan dapat
membangkitkan reaksi stress baik fisik maupun Psikologis.
Karena

itu,

untuk

mencapai

hasil

pembedahan

yang

diharapkan, pasien perlu dipersiapkan baik fisik maupun


psikologisnya.
Persiapan klien preoperatif :
1. Pemberian pendidikan kesehatan prabedah.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup
penjelasan mengenai berbagai informasi dalam tindakan
pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis
pemeriksaan

yang

dilakukan

sebelum

bedah,

alat-alat

khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang


pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.
2. Persiapan fisik
Persiapan fisik pada pasien pre operatif sangat
penting dilakukan karena aspek ini mempunyai hubungan
langsung dengan pembedahan yang dilakukan. Hal umum
yang dilakukan pada persiapan fisik anatara lain :

a. Status kesehatan fisik secara umum


Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi
identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa
lalu,

riwayat

lengkap,

kesehatan

antara

kardiovaskuler,

lain

keluarga,

status

status

pemeriksaan

hemodinamika,

pernafasan,

fungsi

fisik
status

ginjal

dan

hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.


Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien

yang

memiliki

riwayat

hipertensi,

tekanan

darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan


memicu terjadinya haid lebih awal.
b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan

dengan

mengukur

tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar


lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan

protein

yang

cukup

untuk

perbaikan

jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien


mengalami

berbagai

komplikasi

pasca

operasi

dan

mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di


rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga

luka

tidak

bisa

menyatu),

demam

dan

penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius


pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit

10

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya


dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar
elektrolit serum harus berada dalam rentang normal.
Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan
diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135
-145 mmoll), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmoll)
dan

kadar

kreatinin

serum

(0,70-1,50

mgdl).

Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan


fungsi

ginjal.

Dimana

ginjal

berfungsi

mengatur

mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obatobatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut,
nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih
dahulu.

Intervensi

keperawatan

yang

bisa

diberikan

diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan


tindakan

pengosongan

lambung

dan

kolon

dengan

tindakan enemalavement. Lamanya puasa berkisar antara


7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul
24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon
adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung

11

dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso


gastric tube).
e. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari

terjadinya

infeksi

pada

daerah

yang

dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur


dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggumenghambat

proses

penyembuhan

dan

perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi


tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum
operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan
hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah
yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan
untuk

mencukur

sendiri

agar

pasien

merasa

lebih

nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada
jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya
daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran
jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan
paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,
operasi

pemasangan

plate

pada

fraktur

femur,

hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,


pencukuran

pada

lengan

juga

dilakukan

pada

pemasangan infus sebelum pembedahan.


1) Persiapan Kulit Untuk Pembedahan (Mencukur)
a) Pengertian
Pencukur rambut dilakukan untuk menghilangkan
rambut tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme
dan menghambat pandangan lengan pembedahan.
b) Tujuan :
- Mencegah terjadinya infeksi
- Menurunkan angka terjadinya injuri saat operasi.
c) Persiapan alat

12

- Alat cukur listrik


- Gunting, handuk
- Bola kapas
- Aplikator (jika diperlukan)
- Larutan antiseptik (tidak menjadi keharusan)
- Lampu portable
- Selimut mandi
- Bengkok
- Sketsel
d) Prosedur
(1) Inspeksi kondisi umum kulit bila terjadi lesi,
iritasi, atau tanda infeksi, pencukuran seharusnya
tidak

dilakukan.

Kondisi

ini

meningkatkan

kemungkinan terhadap infeksi luka pasca operasi


(2) Tinjau
kembali
pesanan
dokter
untuk
memastikan area yang akan dipotong. (tinjau
prosedur ruang operasi sesuai kebijakan institusi)
area luas untuk pemotongan rambut tergantung
pada tempat insisi, tempat pembedahan.
(3) Jelaskan
mengenai
prosedur

dan

rasionalisasinya untuk pemotongan rambut diatas


permukaan yang luas. Meningkatkan kerja sama
dan meminimalkan ansietas karena klien dapat
berpikir insisi akan seluas tempat pemotongan
rambut.
(4) Cuci tangan Mengurangi transmisi infeksi.
(5) Tutup pintu ruangan atau tirai tempat tidur
memberikan privasi pada klien
(6) Atur posisi tempat tidur yang sesuai (tempat
tidur di tinggikan) Menghindari bekerja sambil
membungkuk dalam waktu yang lama.
(7) Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan
posisi pembedahan. Pemotongan rambut dan
persiapan

kulit

beberapa menit.

dapat

memerlukan

waktu

13

(8)

Keringkan area yang dipotong dengan handuk.

Menghilangkan kelembaban, yang mempengaruhi


kebersihan potongan dari pemotongan.
(9) Pegang pemotong pada tangan

dominan,

sekitar 1 cm diatas kulit, dan gunting rambut pada


arah tumbuhnya. Mencegah penarikan rambut
dan abrasi kulit.
(10)
Atur selimut sesuai kebutuhan. Mencegah
pemajangan bagian tubuh yang tidak perlu
(11)
Dengan ringan, sikat rambut yang
tercukur dengan handuk. Menghilangkan rambut
yang

terkontaminasi

kenyamanan

klien

dan

meningkatkan

memperbaiki

penglihatan

terhadap area yang dipotong


(12)
Bila memotong area diatas permukaan
tubuh

(missal

umbilicus

atau

lipat

paha)

bersihkan lipatan dengan aplikator berujung


kapas yang telah dicelupkan ke arah larutan
antiseptik,

kemudian

Menghilangkan
potongan

secret,

rambut,

dikeringkan.

kotoran,

yang

dan

menjadi

sisa

tempat

pertumbuhan mikroorganisme.
(13)
Beritahukan klien bahwa prosedur telah
selesai untuk menghilangkan ansietas klien
(14)
Bersihkan dan rapikan peralatan sesuai
kebijakan

institusi,

Pembuangan

buang

peralatan

sarung

yang

kotor

tangan.
sesuai

tempatnya mencegah penyebaran infeksi dan


mengurangi resiko cidera.
(15)
Inspeksi
kondisi
menyelesaikan

kulit

pemotongan

setelah
rambut.

Menentukan bila terdapat sisa rambut atau bila


kulit terpotong

14

(16)

Dokumentasikan

prosedur,

area

yang

dipotong atau dicukur, dan kondisi kulit sebelum


dan sesudah tindakan.
(17)
Hal yang perlu diperhatikan
Lakukan kewaspadaan ekstra bila klien memiliki
kecenderungan perdarahan sebelumnya seperti
pada leukemia, anemia aplikasi, atau hemofilia
atau telah menerima terapi anti koagulan. Bila
klien memiliki kecenderungan perdarahan atau
pada terapi antikoagulan, pencukuran kering
mungkin dianjurkan.
(18)
Penyuluhan klien
- Jelaskan tujuan pencukuran, dan pentingnya
-

untuk keselamatan klien.


Klien harus memahami

bahwa

pencukuran

permukaan kulit lebih luas dari pada area


pembedahan yang sesungguhnya.
e) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk
persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri
dan membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama.
memenuhi

Sebaliknya
kebutuhan

jika

pasien

personal

tidak
hygiene

mampu
secara

mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan


pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
f) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan
melakukan

pemasangan

kateter.

Selain

untuk

pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga


diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
f. Istirahat

15

Perawat

hendaknya

mengupayakan

bagaimana

caranya agar pasien dapat tidur semalam sebelum


operasi

karena

membantu

dengan

pasien

istirahat

dalam

yang

mengurangi

pelaksanaan operasi.
g. Pemeriksaan status fisiologis
Pemeriksaan status fisiologis

cukup

dapat

stress

akibat

dilakukan

dengan

maksud untuk mengetahui fungsi organ pasien. Pada


pemeriksaan ini data dikumpulkan untuk mendapatkan
garis dasar yang bisa dijadikan bahan perbandingan pada
fase intra operatif dan post operatif yang berguna untuk
mengenal

masalah-masalah

yang

potensial

setelah

pembedahan yang memerlukan intervensi pada periode


pre operatif.
Berbagai

Pemeriksaan

sebelum

operasi

untuk

menentukan garis dasar dan mendeteksi yang bisa


mempengaruhi respon pasien pada fase intra dan post
operatif antara lain : pemeriksaan keadaan umum, tandatanda vital, fungsi jantung, fungsi paru-paru, fungsi ginjal
serta pemeriksaan penunjang yang berupa pemeriksaan
radiology, EKG dan laboatorium lengkap.
3. Persiapan psikologis
Tujuan perawatan pre operatif

adalah

untuk

mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikologis


terhadap pembedahan. Pada pasien yang akan dilakukan
pembedahan merasa ketakutan pada sesuatu yang tidak
diketahui,

dan

prosedur-prosedur

yang

menyakitkan

kemungkinan akan menjadi penyebab dari kecemasan.


Untuk menghilangkan atau mengurangi ketakutan
dan kecemasan pasien, perawat harus mengetahui informasi
apa saja yang harus diberikan sebelum operasi yang
tergantung kepada latar belakang, minat, dan derajat stress

16

dari pasien. Cara yang terbaik adalah dengan bertanya pada


pasien apa yang mereka ingin ketahui mengenai operasi
yang akan berlangsung.
B. Kebutuhan
Operatif
Pasien

Dukungan
yang

akan

Psikologis
dilakukan

Pada

Pasien

Pre

pembedahan

akan

mengalami berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu


dimana hal tersebut akan menimbulkan kecemasan sehingga
pasien

memerlukan

dukungan

psikologis

dari

tenaga

kesehatan. Adalah penting bagi perawat yang hampir dua


puluh

empat

jam

selalu

kontak

dengan

pasien

untuk

memahami kebutuhan-kebutuhan psiklogis pada pasien pre


operatif. Kebutuhan psikologis yang dibutuhkan oleh pasien
dari perawat berupa dukungan informasi dan dukungan
emosional.
1. Kebutuhan Dukungan Informasi
Pasien yang akan dilakukan

pembedahan

akan

mengalami kecemasan untuk itu pasien pre operatif sangat


membutuhkan informasi mengenai periode periopeatif agar
tidak

mengalami

kecemasan

yang

berlebihan

karena

ketakutan akan tindakan pembedahan.


Dengan memberikan informasi yang sesuai dan waktu
yang tepat dapat mengurangi kecemasan, rasa nyeri,
mengurangi penggunaan analgetika,

membantu pasien

tidur dan mengurangi lama hari rawat di rumah sakit bagi


pasien yang mengalami operasi. Mathews dan Ridgeway
membagi informasi sebagai berikut :
a. Informasi prosedural yang membantu pasien memahami
apa yang sebenarnya terjadi selama dalam prosedur.

17

b. Informasi sensasi yang membantu pasien mengantisipasi


bagaimana/apa yang akan sebenarnya mereka rasakan
selama atau sesudah suatu prosedur.
c. Informasi
instruksional
yang
membantu

pasien

mengontrol tindakan atau tingkah laku mereka secara


tepat.
d. Latihan relaksasi yang membantu mereka rileks perlahanlahan dan mengurangi ketegangan otot.
e. Latihan penanggulangan kognitif yang membantu pasien
mengantisipasi dan menghadapi respon-respon psikologis.
(Abraham & Shanley, 1997).
Informasi diberikan kepada pasien operasi mulai dari
hal-hal yang kecil sampai kebenaran prognosa atau efek
samping tindakan yang mungkin terjadi pada pasien.
Informasi yang diberikan kepada pasien pre operatif adalah
informasi tentang petugas dan lingkungan rumah sakit,
informasi tentang penyakit dan informasi tentang setiap
tindakan yang dilakukan pada pasien tersebut.
Informasi tindakan pada pasien pre operatif mencakup
informasi tentang tindakan apa yang akan dilakukan,
informasi tentang apa yang dirasakan selama dan sesudah
tindakan serta efek samping dari suatu tindakan. Pasien
yang

akan

dilakukan

tindakan

pembedahan

sangat

memerlukan informasi tersebut. Informasi tentang petugas


dan lingkungan rumah sakit akan memberikan rasa nyaman
dan pasien merasa bahwa pasien diterima dilingkungan
yang baru, sehingga pasien merasa ada orang yang selalu
siap membantu.
Informasi tentang penyakit pada pasien pre operatif
diperlukan karena pasien yang akan dilakukan pembedahan
sering merasa cemas karena penyakitnya, dimana pasien
tidak tahu apa yang terjadi dengannya, apa yang dapat

18

dilakukan

dengan

kondisinya, apa

yang

menyebabkan

penyakitnya, tindakan apa yang dapat dilakukan untuk


menyembuhkan penyakitnya. Untuk itu perlu diberikan
informasi tentang penyakitnya sesuai dengan kewenangan
dari perawat.
2. Kebutuhan Dukungan Emosional
Kebutuhan psikologis oleh Maslow dinamakan sebagai
komponen kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa yang positif
tercapai bila kebutuhan psikologis akan rasa aman, kasih
sayang, harga diri dan aktualisasi diri terpernuhi secara
optimal. Sehingga pasien mempunyai kesiapan mental yang
tinggi dalam menghadapi pembedahan. (Depkes, 1984).
Dukungan psikologis pada pasien pre operatif dengan
memberikan

dukungan

emosional

yang

berupa

sikap

empati, perhatian dan meningkatkan harga diri pasien.


Empati adalah kemampuan untuk merasakan dunia
pasien dimana dunia pasien seolah-olah dunia kita sendiri.
Kalisch mendefinisikan empati adalah suatu kemampuan
untuk memahami kehidupan orang lain, mempersepsikan
secara

tepat

perasaan

dan

maksud

mereka.

Empati

merupakan bagian yang sangat penting dalam proses


interaksi anatara perawat dan pasien sekaligus sebagai
dasar dalam pemberian pertolongan antara perawat dan
pasien (Stuart & Sunden,1995).
Empati menuntut adanya kepekaan perawat terhadap
perasaan

dan

kemampuan

menterjemahkan

perilaku

secara
pasien.

verbali
Hal

untuk
tersebut

membutuhkan frekuensi interaksi yang kontinyu antara


perawat dan pasien. Sikap empati dapat dilakukan pada saat
memenuhi

kebutuhan

pasien,

perawat

menyampaikan

penerimaan terhadap pasien melalui nada suara, ekspresi


wajah dan sentuhan.

19

Sentuhan pada pasien pre operatif merupakan hal yang


penting

bagi

pasien.

Sentuhan

memberikan

rasa

pengendalian yang lebih besar terhadap lingkungan rumah


sakit yang tidak akrab bagi pasien. Sentuhan adalah perilaku
positif yang menghasilkan efek kepuasan bagi pasien, dan
sentuhan berada diantara kebutuhan dasar dari kesehatan
perkembangan mental dan fisik (Hudak & Gallo, 1997)
Perhatian dari perawat sangat dibutuhkan oleh pasien
yang sedang dirawat, terutama pada pasien yang akan
mengalami berbagai kelemahan seperti pada pasien yang
akan dilakukan pembedahan. Perhatian pada pasien dapat
diberikan dengan sentuhan, dimana sentuhan merupakan
kontak taktil yang dibutuhkan oleh setiap orang dari sejak
lahir sampai sepanjang kehidupannya. Dengan sentuhan
memberikan kesan bahwa perawat memahami, mendukung,
memberi kehangatan, perhatian dan pendekatan pada
pasien, sentuhan tidak hanya meningkatkan rasa sejahtera
bagi pasien tetapi dapat menyembuhkan kondisi pasien dari
penyakit. Watson (1988) mengatakan faktor perhatian
bertujuan

untuk

proses

perawatan

yang

membantu

seseorang mencapai atau mempertahankan kesehatannya


atau meninggal dengan damai.
Pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan
sangat memerlukan dukungan dari perawat yang bertujuan
untuk meningkatkan harga diri pasien. Tindakan perawatan
yang dibutuhkan oleh pasien dalam meningkatkan harga
dirinya

dengan

memperkenalkan
dengan
tindakan

menjaga

memanggil
pada

pasien

orang

privasi,

keperawatan

lain,

sesuai

menghargai

memberikan
yang

namanya,

pilihan

akan

pasien
setiap

diberikan,

mengikutsertakan pasien dalam pemenuhan kebutuhan

20

yang sesuai dengan kemampuan pasien, memberikan pujian


bila pasien mampu melakukan hal-hal yang positif (Hudak &
Gallo, 1997).
3. Kebutuhan

Dukungan

Spiritual

Pada

Pasien

Pre

Operatif
a. Pengertian
Kebutuhan dasar spiritual adalah kebutuhan dasar
manusia yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
Kebutuhan akan kepercayaan dasar, kebutuhan akan
makna hidup, kebutuhan akan komitmen peribadatan,
kebutuhan keimanan, kebutuhan akan bebas dari rasa
bersalah dan berdosa,

harga diri, kebutuhan akan rasa

aman, derajat dan martabat , hubungan horizontal,


kehidupan

bermasyarakat.(Clinebell

dalam

Hawari

2004).
Menurut Taylor kebutuhan dasar adalah segakla
sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara individu
dengan kekuatan kehidupan non material/kekuasaan yang
maha tinggi didalamnya bisa mencakup system yang
terorganisir dari lingkungan seseorang terhadap kekuatan
yang maha tinggi.
Kebutuhan spiritual
untuk

memelihara,

adalah

menambah

kebutuhan
atau

manusia

memperbaiki

keyakinan dan kepercayaan untuk memenuhi kewajiban


beragama untuk tercapainya tujuan dalam memenuhi
kebutuhan kebaikan, kasih sayang, dan memaafkan
(Kozier,1991).
Stoll yang dikutip Kozier (1991) menjelaskan bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritual adalah upaya untuk
memenuhi

kebutuhan

sipitual

pada

pasien

agar

mengalami kesadaran individu tentang sifat diri sendiri,

21

lingkungan, nilai dalam hubungan aktivitas kehidupan


seseorang dan hubungannya dengan yang lebih tinggi
sesuai dengan pemahamannya.
b. Tujuan pemenuhan kebutuhan spiritual
Menurut Depkes (1994) tujuan pemenuhan
anatara lain :
1) Pasien dapat

menjalankan

ibadah,

spiritual

sesuai

dengan

agama dan kepercayaannya.


2) Pasien dapat dorongan moril, kekuatan batin, dan
ketenangan

dalam

menghadapi

penyakit

yang

dideritanya.
3) Pasien dan keluarganya dapat menerima kenyataan
yang dihadapi.
4) Pasien dapat menghadapi kematian dengan tenang.
c. Karakteristik Spiritual
Hamid ( 2000) menguraikan karakteristik spiritual ke
dalam beberapa bagian :
1) Hubungan dengan diri sendiri
Hubungan dengan diri sendiri dikatakan juga sebagai
kekuatan dalam dan atau self-reliance yang meliputi :
a) Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dilakukan).
b) Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada
kehidupa/masa

depan),

ketenangan

pikiran,

harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).


2) Hubungan dengan alam
Hubungan dengan alam memaknai hal ini sebagai
harmoni yang meliputi :
a) mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa
dan iklim
b) berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan
kaki) mengabadikan dan melindungi alam.
3) Hubungan dengan orang lain
Hubungan dengan orang lain meliputi :
a) Harmonis/supportif ( berbagi waktu, pengetahuan,
dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak,
orang

tuan

dan

orang

kehidupan dan kematian.

sakit,

serta

meyakini

22

b) Tidak harmonis (konflik dengan orang lain, resolusi


yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi).
4) Hubungan dengan ketuhanan
Hubungan dengan ketuhanan dikelompokkan kedalam
kategori agamis dan tidak agamis yang tersusun dari
unsur :
a) Sembahyang/berdoa/meditasi
b) Perlengkapan keagamaan
c) Bersatu dengan alam
C. Perawatan Preoperasi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah
adalah

pengetahuan

tentang

persiapan

pembedahan,

pengalaman masa lalu, dan kesiapan psikologis. Hal-hal


penting lainnya seperti pengobatan yang mempengaruhi kerja
obat anetesia, seperti antibiotika yang berpotensi dalam
istirahat

otot;

antikoagulan

yang

dapat

meningkatkan

perdarahan; antihipertensi yang mempengaruhi anestesia dan


dapat menyebabkan hipotensi; diuretika yang berpengaruh
pada ketidakseimbangan potassium; dan lain-lain. Selain itu,
perlu juga diketahui adanya riwayat alergi obat, status nutrisi
ada atau tidaknya alat protesis seperti gigi palsu dan lain-lain.
Pemeriksaan lain dianjurkan sebelum pelaksanaan
operasi adalah radiografi toraks, kapasitas vital, fungsi paruparu, analisis gas darah pada pemantauan sistem respirasi,
dan elektrokardiograf; pemeriksaan darah seperti leukosit,
eritrosit, hematokrit, elektrolit, dan lain-lain; pemeriksaan air
kencing, albumin, Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin untuk
menentukan gangguan sistem renal; dan pemeriksaan kadar
gula

darah

atau

lainnya

metabolisme.
D. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan

untuk

sangat

mendetaksi

diperlukan

gangguan

pada

pasien

sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan

23

pasien dalam menghadapi kondsi pasca operasi, seperti : nyeri


daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan
gerak sendi dan latihan teknik mengontrol nyeri.
1. Latihan Kaki (Leg Exercise)
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak
tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain
latihan memompa otot, latihan quadrisep dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompakan otot dapat
dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha,
kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh
kali.

Latihan

membengkokkan

quadrisep
lutut

kaki

dapat
rata

dilakukan
pada

dengan

tempat

tidur,

kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat


tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi
hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba
gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi
hingga lima kali.
a. Pengertian
Suatu tindakan latihan persiapan fisik yang diajarkan ke
pasien pada saat periode sebelum operasi (pre operasi).
b. Tujuan :
1) Memperlancar peredaran darah
2) Mencegah vena statis
3) Mempertahankan tonus otot
c. Prosedur
1) Ajarkan pada pasien tiga bentuk latihan yang berisi
tentang kontraksi dan relaksasi otot quadriceps (vastus
intermedius, vastus lateralis, rectus femoris dan vastus
medialis) dan otot gastroknemius.
2) Lakukan dorsifikasi dan flantar fleksi pada kaki. Latihan
kadang-kadang

diberiakan

seperti

dalam

keadaan

24

memompa. Gerakan ini akan membuat kontraksi dan


relaksasi pada otot betis. Latihan kaki menolong
mencegah terjadinya thrombophlebitis dan vena statis.
3) Fleksi dan ekstensi pada lutut dan penekanan kembali
lutut kedalam bed.
4) Instruksikan pasien untuk memulai latihan segera
setelah operasi sesuai dengan kemampuannya.
5) Naikkan dan turunkan kaki dari permukaan

bed.

Ekstensikan lutut untuk menggerakan kaki. Latihan ini


menimbulkan kontraksi dan relaksasi otot quadriceps.
Awasi pasien dalam melakukan latihan kurang lebih
satu jam setiap bangun tidur, dengan catatan frekuensi
latihan tergantung kondisi pasien. Jelaskan pada pasien
bahwa dengan kontraksi otot akan memperlancar
peredaran darah.
2. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting
bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera
melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan pasien.
Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan
yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi.
Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh
karena

takut

jahitan

operasi

sobek

atau

takut

luka

operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru


karena justru jika pasien selesai operasi dan segera
bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus
(peristaltik

usus)

sehingga

pasien

akan

lebih

cepat

kentut/flatus. Tujuanya adalah memperlancar sirkulasi untuk


mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan
optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh
dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi

25

dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun


kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus
otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat
penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan,
keadaan

umum

yang

baik

akan

mendukung

dan

mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai


kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan.
Demikian juga faktor usia, penuaan dapat mengakibatkan
komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh
karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik
pasien sebelum dilakukan pembedahan operasi.
3. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
a. Pengertian
Suatu tindakan pendidikan kesehatan yang diajarkan pada
klien sebelum operasi
b. Tujuan
1) Mencegah terjadinya
pembedahan
2) Membantu paru-paru
terjadinya

akumulasi

komplikasi

paru-paru

berkembang
sekresi

yang

dan

akibat

mencegah

terjadi

setelah

anestesi
c. Prosedur
1) Tidur dengan posisi semi fowler atau fowler penuh
dengan lutut fleksi, abdomen relaks dan dada ekspansi
penuh.
2) Letakkan tangan diatas perut
3) Bernafas pelan melalui hidung dengan membiarkan
dada ekspansi dan rasakan perut mengempis dengan
tangan yang ada diatasnya
4) Tahan nafas selama 3 detik
5) Keluarkan nafas melalui bibir yang terbuka sedikit
secara pelan-pelan (abdomen/perut kontraksi dengan
inspirasi)

26

6) Tarik

dan

keluarkan

nafas

3x,

kemudian

setelah

inspirasi diikuti dengan batuk yang kuat /keras untuk


mengeluarkan sekret
7) Istirahat
8) Ulangi tahap 3 sampai 6
4. Teknik mengurangi rasa nyeri
a. Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga
klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami
1) Tipe Distraksi
2) Distraksi visual
a) Membaca/ menonton TV
b) Menonton pertandingan
c) Imajinasi terbimbing
3) Distraksi Auditori
a) Humor
b) Mendengar musik
4) Distraksi Taktil
a) Bernapas perlahan & berirama
b) Masase
c) Memegang mainan
5) Distraksi Intelektual
a) Teka teki silang
b) Permainan kartu
c) Hobi (menulis cerita)
b. Relaksasi
1) Pengertian
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri
pada klien yang mengalami nyeri kronis.
Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan
otot,

rasa

jenuh,

kecemasan

sehingga

mencegah

menghebatnya stimulus nyeri.


2) Tiga hal utama yag dibutuhkan dalam teknik relaksasi :
a) Posisi klien yang tepat
b) Pikiran istirahat
c) Lingkungan yang tenang
3) Prosedur pelaksanaan
a) Atur posisi klien agar rileks, posisi dapat duduk atau
berbaring

27

b) Instruksikan klien untuk menghirup nafas dalam


sehingga rongga paru berisi udara yang bersih
c) Instruksikan
klien
secara
perlahan
untuk
menghembuskan udara dan membiarkannya keluar
dari setiap anggota bagian tubuh. Bersamaan dengan
ini minta klien untuk memusatkan perhatian betapa
nikmat rasanya
d) Instruksikamklien

untuk

bernafas

dengan

irama

normal beberapa saat (1-2 menit)


e) Instruksikan klien untuk nafas dalam, kemudian
menghembuskan perlahan-lahan dan merasakan saat
ini udara mengalir dari tangan, kaki menuju ke paru
kemudian

udara

dibuaang

keluar.

Minta

klien

memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara


yan dikeluarkan dan merasakan kehangatannya
f) Instruksikan klien untuk mengulangi prosedur no.e
dengan memusatkan perhatian pada kaki, tangan,
punggung, perut dan bagian tubuh yang lain.
g) Setelah klien merasa rileks, minta klien secara
perlahan menambah irama pernafasan. Gunakan
pernafasan dada atau abdomen. Jika nyeri bertambah
gunakan pernafasan dangkal dengan frekuensi yang
lebih cepat.
c. Relaksasi Progresif
1) Pengertian
Teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan
imajinasi, ketekunan atau sugesti
2) Pelaksanaan Prosedur
a) Beritahu klien bagaimana cara kerja relaksasi progresif
b) Jelaskan tujuan dan prosedur
c) Demonstrasikan metode menegangkan dan relaksasi otot
d) Cuci tangan
e) Berikan privasi klien

28

f) Bantu klien ke posisi yang nyaman (pastikan bagian tubuh


disangga dan sendi agak fleksi tanpa ada tegangan atau
tarikan otot)
g) Anjurkan klien untuk mengistirahatkan pikiran (meminta
klien

untuk

memandang

sekeliling

ruangan

secara

perlahan)
h) Minta klien untuk menegangkan dan merelaksasi setiap
kelompok otot
i) Lakukan pada setiap kelompok otot, dimulai dari sisi yang
dominan:
- Tangan dan lengan bawah
- lengan atas
- Dahi
- Wajah
- Leher
- Dada, bahu dan punggung
- Abdomen
- Paha
- Otot betis
- Kaki
j) Dorong klien untuk bernapas perlahan dan dalam.
k) Bicara dengan suara tenang yang mendorong relaksasi dan
pimpin klien untuk berfokus pada setiap kelompok otot
(missal buat kepalan tangan yang kuat, genggam
kepalannya dengan sangat kuat, tahan tegangan 5-7 detik,
lepaskan seluruh tegangan dan nikmati perasaan saat
ototmu menjadi relaks dan mengendur)
l) Kerutkan dahi keatas pada saat yang sama, tekan kepala
sejauh mungkin ke belakang, putar searah jarum jam dan
kebalikannya, kemudian anjurkan klien untuk mengerutkan
otot

muka

cemberut,

mata

dikedip-kedipkan,

bibir

dimonyongkan kedepan, lidah ditekan ke langit-langit dan


bahu dibungkukkan 5-7 detik. Bimbing klien ke arah otot
yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan rasanya,
dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian rileks 12-30
detik.

29

m)

Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik

nafas dalam, tekan keluar lambung, tahan lalu rileks. Tarik


nafas dalam, tekan keluar perut, tahan, rileks.
n) Tarik jari dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka,
tahan, rileks. Lipat ibu jari secara serentak, kencangkan
betis paha dan pantat selama 5-7 detik, bimbing klien ke
arah

otot

yang

tegang,

anjurkan

klien

untuk

merasakannya, dan tegangkan otot sepenuhnya, kemudian


rileks selama 12-30 detik
o) Ulangi prosedur untuk kelompok otot yang tidak rileks
p) Akhiri latihan relaksasi
q) Minta klien untuk menggerakkan badan secara perlahan
dari tangan, kaki, lengan, tungkai, dan terakhir kepala,
leher.
r) Dokumentasikan
d. Imajinasi Terbimbing
1) Persiapan
Sediakan lingkungan yang nyaman dan tenang
2) Pelaksanaan
a)
Jelaskan tujuan prosedur
b)
Cuci tangan
c)
Berikan privasi klien
d)
Bantu klien ke posisi yang nyaman
- Posisi bersandar dan minta klien untuk menutup
matanya
- Gunakan sentuhan jika klien terasa nyaman
e)
Implementasikan tindakan untuk menimbulkan
relaksasi
- Minta klien

untuk

memikirkan

hal-hal

yang

menyenangkan atau pengalaman yang membantu


penggunaan

semua

indra

dengan

suara

yang

lembut.
Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangannya

dan saat itu perawat tidak perlu bicara lagi


Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah
atau tidak nyaman, hetikan latihan dan memulainya
lagi ketika klien telah siap.

30

Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15


menit,

klien

harus

memperhatikan

tubuhnya.

Biasanya klien rileks setelah menutup mata atau


mendengarkan musik yang lembut sebagai bagroud
-

yang membantu
Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran
untuk digunakan pada latihan selanjutnya dengan
menggunakan informasi spesifik yang diberikan
klien dan tidak membuat perubahan pernyataan

klien.
e. Pemijatan (Masase)
1) Pengertian
Pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi sirkulasi
2)
-

darah serta metabolisme dalam jaringan.


Tujuan
Mengurangi ketegangan otot
Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
Mengkaji kondisi kulit
Meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada area

yang dimasase.
3) Persiapan Alat
- Pelumas (minyak hangat/lotion)
- Handuk
4) Prosedur pelaksanaan
a) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
b) Identifikasi klien
c) Jelaskan tujuan dan prosedur
d) Cuci tangan
e) Atur klien dalam posisi telungkup. Jika tidak bisa,
dapat diatur dengan posisi miring.
f) Letakkan Sebuah bantal kecil di bawah perut klien
untuk menjaga posisi yang tepat
g) Tuangkan sedikit lotion ke tangan. Usap kedua
tangan sehingga lotion rata pada permukaan tangan.
h) Lakukan masase pada punggung. Masase dilakuka
dengan menggunakan jari-jari dan telapak tangan,
dan tekanan yang halus.
Metode masase :

31

Selang-seling tangan. Masase punggung dengan tekanan


pendek, cepat, bergantian tangan kompres dingin
1. Cara pemberian kompres dingin
a. Kompres Dingin Basah Dengan Larutan Obat Anti
Septic
1) Persiapan Alat :
- Bak steril berisi pinset steril anatomi 2 buah,
-

beberap kain kasa sesuai keutuhan


Cairan anti septic berupa PK 1:4000, revanol
1:1000 sampai 1:3000 dst kebutuhan, larutan

betadin
- Pembalut bila perlu
- Perlak dan pengalas
- Sampiran bila perlu
2) Prosedur Pelaksanaan :
- Dekatkan alat ke dekat klien
- Pasang sampiran
- Cuci tangan
- Pasang perlak pada area yang akan di kompres
- Mengocok obat atau larutan bila terdapat endapan
- Tuangkan cairan kedalam mangok steril
- Masukkan
beberapa
potong
kasa
kedalam
-

mangkok tersebut
Peras kain kasa trsbt dg menggunkan pingset
Bentangkan kain kasa dan letakkan kasa di atas

area yang dikompres dan di balut


- Rapikan posisi klien
- Bereskan alat-alat setelah selesai tindakan
- Cuci tangan
- Dokumentasikn
3) Hal yang perhatikan
- Kain kasa harus sering dibasai agar tetap basah
- Pada luka bakar kotorkasa di ganti tiap 1-2 jam
- Perhatikan kulit setempat/sekitarnya. Bila terjadi
-

iritasi segera laporkan


Pada malam hari agar

kelembapan

kompres

bertahan lama, tutupi dengan kapas sublimat


b. Kompres Dingin Basah Dengan Air Biasa/Air Es
1) Persiapan Alat :
- Kom kecil berisi air biasa/air es
- Perlak pengalas

32

Beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran

tertentu
- Sampiran bila perlu
- Selimut bila perlu
2) Prosedur :
- Dekatkan alat-alat ke klien
- Pasang sampiran bila perlu
- Cuci tangan
- Pasang pengalas pada area yang akan dikompres
- Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau
-

air es lalu diperas sampai lembab


Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area

yang akan dikompres


Ganti
waslap/kain
kasa

tiap

kali

dengan

waslap/kain kasa yang sudah terendam dalam air


-

biasa atau air es.


Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila prasat ini

sudah selesai
- Cuci tangan
- Dokumentasikan
3) Hal yang harus diperhatikan:
- Bila suhu tubuh 39c/lebih, tempat kompres dilipat
-

paha dan ketiak


Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut
diangkat dan dipasang busur selimut di atas dada

dan perut klien agar seprei atas tidak basah


c. Kompres Dingin Kering Dengan Kirbat Es (Eskap)
1) Persiapan Alat :
- Kirbat es/eskap dengan sarungnya
- Kom berisi berisi potongan-potongan kecil es dan
satu sendok teh garam agar es tidak cepat mencair
- Air dalam kom
- Lap kerja
- Perlak pengalas
2) Prosedur :
a) Bawa alat-alat ke dekat klien
b) Cuci tangan
c) Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya
pinggir es tidak tajam

33

d) Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang


lebih setengah bagian dari kirbat tersebut
e) Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian
yang kosong, lalu di tutup rapat
f) Periksa skap, adakah kebocoran atau tidak
g) Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke
dalam sarungnya
h) Buka area yang akan di kompres dan atur yang
nyaman pada klien
i) Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang
akan di kompres
j) Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan
kompres
k) Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri,
mati rasa, dan suhu tubuh
l) Angkat eskap bila sudah selesai
m) Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
n) Bereskan alat setelah selesi melakukan prasat ini
o) Cuci tangan
p) Dokumentasikan
3) Hal-hal yang perlu di perhatikan
a) Bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus
segera di angkat
b) Selama pemberian kirbat es, perhatikan kult klien
terhadap keberadaan iritasi dan lain-lain
c) Pemberian kirbat es untuk menurukan suhu tubuh,
maka suhu tubuh harus di control setiap 30-60
menit.bila suhu sudah turun kompres di hentikan
d) Bila tdak ada kirbat es bias menggunakan kantong
plastic
e) Bila es dalam kirbat es sudah mencair harus
segera dig anti (bila perlu
2. Kompres Hangat
a. Pengertian Kompres Hangat :
Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan
kain / handuk yang telah di kompres-hangat celupkan
pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh

34

tertentu. Manfaat Kompres Hangat : Adapun manfaat


kompres

hangat

adalah

dapat

memberikan

rasa

nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalam menangani


kasus klien yang mengalami pireksia.
b. Alat dan bahan :
1) Larutan kompres berupa air hangat 40 C dalam
wadahnya ( dalam kom )
2) Handuk / kain / wash lap untuk kompres
3) Handuk pengering
4) Sarung tangan
5) Termometer
c. Prosedur :
1) Beri tahu klien, dan siapkan alat,

klien,

dan

lingkungan.
2) Cuci tangan
3) Ukur suhu tubuh
4) Basahi kain pengompres dengan air, peras kain
sehingga tidak terlalu basah.
5) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres
(dahi, ketiak, perut, leher belakang).
6) Tutup kain kompres dengan handuk kering
7) Apabila kain telah kering atau suhu kain relative
menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke
dalam cairan kompres dan letakkan kembali di
daerah kompres, lakukan berulang-ulang hingga efek
yang diinginkan dicapai
8) Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien
setelah 20 menit
9) Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau
bagian tubuh yang basah dan rapikan alat
10)
Cuci tangan

BAB III
PENUTUP

35

A. Kesimpulan
1. Bedah merupakan salah satu bentuk terapi medis, yang dapat
mendatangkan

stress

karena

adanya

ancaman

terhadap

tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Sedangkan pembedahan


merupakan suatu tindakan pengobatan yang dilakukan dengan
jalan memotong atau mengiris bagian tubuh yang sakit
2. Setiap pasien yang akan menjalani pembedahan selalu melalui
tiga tahapan operasi yaitu : tahap pre operatif dimulai sejak
dinyatakan adanya kepastian intervensi bedah sampai pasien
dikirim ke meja bedah, tahap intra operatif dimulai sejak
pasien di transfer di meja bedah sampai pasien dipindahkan ke
ruang pemulihan (recovery room). Tahap post operatif dimulai
dari masuknya pasien ke ruang pemulihan sampai evaluasi
untuk selanjutnya.
3. Lamanya periode pre operatif akan bervariasi dari satu pasien
ke pasien yang lainnya. Bagi pasien-pasien yang tidak
mengalami kegawatan mempunyai tenggang waktu antara
masuk ke rumah sakit dengan pelaksanaan pembedahan
paling sedikit selama 24 jam. Waktu tersebut digunakan untuk
pasien agar terbiasa dengan lingkungan rumah sakit, staf
perawatan, medik dan untuk melengkapi pengkajian fisik dan
psikologis.
4. Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum
operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondsi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan
yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain
latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan gerak
sendi dan latihan teknik mengontrol nyeri.
B. Saran

36

Sebaiknya para mahasiswa dapat benar-benar memahami dan


mewujudnyatakan peran tenaga kesehatan yang profesional, serta dapat
melaksanakan

tugas-tugas

dengan

penuh

tanggung

jawab,

dan

selalu

mengembangkan ilmunya terutama dalam hal keperawatan perioperatif.


DAFTAR PUSTAKA

Arifah, Trise Ida N. 2012. Pengaruh Pemberian Informasi Tentang


Persiapan Operasi dengan Pendekatan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi di Ruang Bougenville RSUD Sleman. Jurnal
Kebidanan. Volume IV. Poltekes Kemenkes Semarang
(http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/article/viewdi
akses pada tanggal 05/01/20126 pukul 19.00 wib)
Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.
Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif
vol.2 . Jakarta : EGC.
Gruendemann, Barbara J. & Frensebner, Billie. (2005). Buku Ajar:
Keperawatan
Perioperatif;
(Comprehensive Perioperative Nursing);
Volume 1 Prinsip.
Jakarta: EG.
(http://makalah-kesehatanonline.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan- p
erioperatif.html, di akses 5 Januari 2016)
Larasati, Yulistia Indah. 2009. Efektifitas Pre Operative Teaching
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operasi diRuang Rawat Inap RSUD Karanganyar. Media
Ners.
Volume
3.
Universitas
Diponegoro
(http://eprints.undip.ac.id/Efektifitas_Properasi_Teaching.pd
f diakses pada tanggal 05/01/2015pukul 20.34 wib)

37

Majid, Abdul, et al. (2011). Keperawatan Perioperatif. Edisi


1. Yogyakarta:
Goysen Publishing.
http://www.academia.edu/7707967/_ iwan purwanto
http://www.academia.edu/8804968/KONSEP_DASAR_KEPE
RAWATAN_PERIOPERATIF
http://dokumen.tips/documents/pre-op-dan-post-op.html
http://id.scribd.com/doc/159339819/Askep-PeriOperatif#scribd
http://id.scribd.com/doc/129530604/LAPORANPENDAHULUAN-PERIOPERATIF#scribd

Anda mungkin juga menyukai