Anda di halaman 1dari 22

CARA PEMBERIAN OBAT DAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Oleh :
FATMAWATI MOHAMAD, S.Kep, Ns, M.PH
A. MEMBERIKAN OBAT ORAL

Definisi
Memberikan obat oral adalah memasukkan
obat yang memiliki efek sistemik dan atau efek
lokal melalui saluran pencernaan gastrointestinal.
Jika obat diberikan dibawah lidah maka disebut
pemberian obat oral sublingual.
Jika obat diberikan diantara gigi dengan selaput
lendir bagian dalam maka disebut pemberian obat
secara bukal.
B. MEMBERIKAN OBAT PARENTERAL

Pemberian obat parenteral terbagi atas empat, yakni


memberikan obat parenteral intradermal/intracutan (IC),
memberikan obat parenteral subcutan (SC), memberikan
obat parenteral intramuskular (IM), dan memberikan
obat parenteral invena (IV).
1. Memberikan obat parenteral
intradermal/intracutan (IC).
a. Definisi
Menyuntikkan obat (dalam jumlah kecil,
umumnya hanya 0,01 0,1 cc) ke dalam kulit
bagian dermis dimana suplai darah di bagian
tersebut sangat minimal dan absorbsi obat
lambat. Jarum dimasukkan ke dalam dermis
dengan sudut 5 -15 derajat sampai terbentuk
gelembung kecil.
b. Daerah pemberian obat
Area yang lajim digunakan untuk injeksi
intradermal adalah lengan bawah bagian
dalam, dada bagian atas dan punggung bagian
skapula.
2. Memberikan obat parenteral subcutan (SC).
a. Definisi
Menyuntikkan obat (umumnya dalam
jumlah kecil, sekitar 0,5 1 cc) ke dalam kulit
bagian jaringan konektiv (subkutan) yang terletak
di bawah dermis. Sudut penusukan yang
dianjurkan adalah 45 derajat. Absorbsi yang
dibutuhkan pada pemberian subkutan adalah
berkisar 30 menit. Karakteristik obat obatan
yang dapat dimasukkan per subkutan adalah obat
yang bersifat isotonik, tidak mengiritasi (karena
jaringan ini sangat sensitif), tidak kental dan larut
dalam air, misalnya epineprin, insulin, tetanus
toxoid, obat alergi, narkotik dan vitamin B12.
b. Daerah pemberian obat
Pemberian obat subkutan dapat dilakukan
pada daerah lengan atas sebelah luar atau
bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada,
dan daerah sekitar umbilikus (abdomen).
3. Memberikan obat intramuskular (IM)
a. Definisi
Menyuntikkan obat ke dalam kulit bagian muskular (jaringan otot).
Absorbsi obat yang diberikan ke dalam bagian otot berkisar 10 30 menit (jadi
lebih cepat daripada absorbsi obat yang diberikan. Jarum suntik yang digunakan
untuk klien dewasa biasanya berukuran 19-23 dan ukuran untuk anak anak
adalah 25-27 dengan arah penusukan 90. Pemberian obat ke bagian otot
biasanya tidak menyebabkan iritasi walaupun dengan obat yang relatif kental.
b. Toleransi Obat
Pada pemberian obat intramuskular (IM), klien dewasa dapat mentoleransi
terhadap obat sebanyak 3 cc asalkan diberikan pada otot yang besar (vastus
lateralis), sedangkan pada klien anak anak atau klien dewasa yang kurus maka
pemberian obat tidak boleh lebih dari 2 cc. Whaley and Wong dalam Aryani dkk
(2009) merekomendasikan obat tidak boleh diberikan via IM dengan isi lebih
dari 1 cc pada anak yang lebih kecil lagi (batita) atau bayi.
c. Daerah Pemberian Obat
Lokasi yang dapat diberikan obat IM
pada klien dewasa adalah Vastus Lateralis
(daerah paha), Ventrogluteal (diantara area
spina iliaka anterior superior), dorsogluteal
Gambar. Area Injeksi IM (Vastus (area bokong, memanjang ke area krista iliaka)
Lateralis dan Deltoid)
dan deltoid (lengan atas bagian luar).
Sedangkan pada anak anak adalah adalah
gluteus medius, ventrogluteal, dan yang paling
disukai adalah vastus lateralis (area paha,
sepertiga bagian tengah) karena tidak ada
syaraf dan pembuluh darah di area tersebut.

Gambar. Area Injeksi IM (Ventrogluteal


dan Dorsogluteal)
4. Memberikan obat parenteral intravena (IV).
a. Definisi
Menyuntikkan obat dengan dosis tertentu langsung ke
dalam pembuluh darah (sirkulasi sistemik). Karena itulah maka
pemberian obat dengan cara ini mempunyai resiko yang paling
besar dibandingkan pemberian obat dengan cara lain, terutama
jika dilakukan pada klien anak anak. Pemberian obat via IV
dapat dilakukan langsung disuntikkan ke pembuluh darah klien
ataupun melalui IV line (dengan melewati lubang penusukan
khusus tempat injeksi) ataupun melalui heparin lock.

b. Daerah Pemberian Obat


Pemberian obat intravena
dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Pada pasien yang tidak
terpasang infus, obat diinjeksikan
langsung pada vena. Bila cara ini
yang digunakan, maka biasanya
dicari vena besar yaitu vena
basilika dan vena sevalika (pada
lengan atas bagian dalam).
C. MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL DAN VIAL
1. Definisi
a. Ampul adalah obat injeksi dalam bentuk cair
yang berisi dosis tunggal dengan isi yang
berfariasi (antara 1-10cc atau lebih). Ampul
terbuat dari kaca tipis yang berwarna bening dan
mempunyai lekukan leher sebagai tempat
mematahkan kepala ampul. Kepala leher tersebut
dikelilingi garis berwarna terang sebagai tanda
bahwa dibagian tersebut mudah untuh
dipecahkan/dipatahkan.
b. Vial adalah obat injeksi yang berisi dosis
tunggal ataupun dosis ganda dimana
bagian atasnya terdapat penutup yang
tersegel. Penutup tersebut dapat
melindungi isi dari vial tersebut sampai
obat tersebut digunakan oleh klien.
Umumnya isi vial terdiri dari bentuk cair
(liquid) atau serbuk kering. Jika isi vial
dalam bentuk serbuk maka harus
dilarutkan dengan pelarutnya (biasanya
disediakan dalam 1 set bersamaan dengan
vial). Perawat harus membaca etiket
Gambar . Teknik pengambilan obat jumlah pelarut yang dibutuhkan.
(Vial)
D. MENYIAPKAN OBAT KE CAIRAN INFUS

1. Definisi
Menyiapkan campuran obat ke dalam cairan infus
yang relatif mempunyai volume yang lebih besar
(umumnya 500 1000 cc) daripada mencampur obat
dengan pelarutnya (yang biasanya hanya berjumlaj 5 10
cc). Cairan infus yang biasa digunakan adalah normal salin
(NaCL 0,9%), dextrose dan Ringer Lactat (RL). Tipe obat
yang biasa ditambahkan dalam cairan infus adalah vitamin
dan potasium klorida. Obat dimasukkan ke dalam botol
cairan infus via pintu masuk (entry port) khususnya obat.
E. MEMBERIKAN OBAT TOPIKAL : MATA

1. Definisi
Memberikan obat dengan dosis
tertentu ke dalam konjungtiva mata.
Terdapat 2 bentuk obat mata yang
diberikan, yaitu berupa tetes mata dan
salep.
2. Tujuan
Memberikan pengobatan pada klien
yang membutuhkan (misalnya obat
antibiotik) untuk melawan infeksi virus
ataupun dengan alasan lain (misalnya
membersihkan mata dengan cairan steril).
F. MEMBERIKAN OBAT TOPIKAL TETES TELINGA
1. Definisi
Memasukkan obat dengan dosis
tertentu ke dalam lubang telinga.
2. Tujuan
- Melunakkan kotoran telinga sehingga
menjadi lebih mudah diambil dari lubang
telinga.
- Merupakan terapi lokal untuk
mengurangi reaksi inflamasi dan melawan
organisme yang tidak bermanfaat di
saluran telinga bagian luar.
Gambar. Pemberian obat tetes telinga - Menurunkan nyeri.
G. MEMBERIKAN OBAT TOPICAL UNTUK KULIT
1. Definisi
Memberikan obat yang mempunyai efek lokal jika diabsorbsi ke dalam kulit.
Bentuk obat yang umumnya digunakan dengan cara ini adalah lotion, pasta, jelly, bubuk,
minyak ataupun dalam bentuk yang langsung ditempelkan di kulit.
2. Tujuan
Mengurangi pruritus dan gatal gatal

Melubrikasi dan melembutkan kulit

Membuat efek vasokontriksi atau vasodilatasi lokal

Menambah atau mengurangi sekresi kulit (misalnya keringat)

Melindungi kulit

Memberikan obat antibiotik atau antiseptik untuk mencegah atau mengatasi inflamasi
H. MEMBERIKAN OBAT TOPICAL
SUPPOSITORIA
1. Definisi
Memasukkan obat yang berbentuk lempengan kecil (biasanya
terbungkus dengan foil) ke dalam vagina ataupun ke dalam rektum. Bentuk
rektal suppositoria berbeda sedikit dengan bentuk vaginal suppositoria.
Rektal suppositoria lebih tipis dan bulat sedangkan obat vaginal suppositoria
lebih besar dan lebih oval.
2. Tujuan
Vaginal suppositoria :
Melakukan pengobatan untuk mencegah infeksi
Mengurangi inflamasi
Mengurangi ketidaknyamanan vagina, misalnya nyeri
Rectal suppositoria :
Menstimulasi peristaltik usus dan flatus
Memberikan efek lokal di mukosa gastrointestinal, seperti merangsang
defekasi
Memberikan efek sistemik seperti menurunkan mual atau menurunkan nyeri
Melembutkan feses dan melubrikasi (melumasi) rektum dan kolon
Gambar. Teknik pemberian obat Membersihkan rektum dan kolon sebagai persiapan pembedahan atau
rectal suppositoria pemeriksaan diagnostik tertentu, kecuali pada operasi rektal
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.Kaji informasi dari obat yang akan diberikan kepada klien,
baik cara kerja obat, tujuan, dosis dan rute obat yang
dianjurkan, efek samping, lama kerja dan implikasi
keperawatannya.
2.Kaji riwayat medikasi klien, adanya alergi obat, riwayat
obat yang pernah dikonsumsi.
3.Kaji indikasi pemberian obat, misalnya dengan penurunan
kesadaran, gelisah, klien dengan masalah menelan dan
gastrointestinal.
4.Kaji tingkat pengetahuan tentang terapi obat.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah-masalah yang sering timbul dalam pemberian obat :
Kesulitan menelan
Kurang pengetahuan tentang terapi obat
Regimen obat terapetik
Risiko injuri
Kurang pengetahuan klien tentang skin test
Perfusi jaringan perifer
Ansietas
Risiko kerusakan integritas kulit
Kurang pengetahuan klien terhadap medikasi
Risiko kelebihan volume cairanRisiko injuri
Kerusakan mobilitas fisik
Nyeri
Penurunan persepsi sensori
Manajemen regimen terapetik yang tidak efektif
Konstipasi
C. Rencana tindakan keperawatan
Upaya mengatasi masalah klien, salah satu intervensi yang dapat
dikolaborasikan dengan tim medis adalah memberikan obat parenteral
intradermal/intracutan (IC), memberikan obat parenteral subcutan (SC),
memberikan obat parenteral intramuskular (IM), dan memberikan obat
parenteral invena (IV), Menyiapkan Obat dari Ampul dan Vial,
Menyiapkan Obat ke Cairan Infus, melakukan pemberian obat mata,
melakukan pemberian obat telinga, memberikan obat topikal untuk kulit,
memberikan obat topikal suppositoria via vaginal atau rektal.
D. Implementasi tindakan keperawatan
Memberikan obat oral

Memberikan obat oral sublingual/bukal

Menyiapkan obat dari ampul

Menyiapkan obat dari vial

Memberikan obat ke dalam cairan infus

Melakukan pemberian obat topikal : salep mata

Melakukan pemberian obat topikal : tetes mata

Melakukan pemberian obat tetes telinga

Melakukan pemberian obat topikal untuk kulit

Melakukan pemberian obat topikal suppositoria via vagina

Melakukan pemberian obat topikal suppositoria via rektal


E. Evaluasi
Evaluasi setiap pemberian obat yang diberikan,
reaksi klien terhadap pengobatan, tingkat
pengetahuan klien tentang medikasi, dll.

Anda mungkin juga menyukai