KELOMPOK 1
Disusun oleh :
1. Rizky Fajar Lesmana (18215187)
2. Safinah Fatimah (18215188)
3. Soniatun Nisya (18215212)
4. Sopian Sauri (18215213)
5. Sri Wiwin (18215215)
6. Tiara Chandra K (18215225)
7. Irfan Alamsyah (18215243)
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Tujuan dari pembuatan makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas kelompok Keperawatan Gawat Darurat.
Akhirul kalam penulis ucapkan alhamdulillah dan terima kasih untuk semuanya.
KELOMPOK 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Masalah.....................................................................................2
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dada adalah bagian tubuh yang besar dan mudah terpapar sehingga rentan
terkena cedera tumbukan. Oleh karena itu dada adalah rumah untuk jantung,
paru-paru dan pembuluh darah besa, trauma dada sering mengancam jiwa.
Cedera pada rangka toraks dan isi didalamnya dapat mengganggu kemampuan
jantung memompa darah atau kemampuan paru untukmenukar udara dan
mengoksigenasi darah. Bahaya utama yang berkaitan dengan cedera dada
adalah perdarahan dalam dan organ yang tertusuk.
Trauma dada dapat bervriasi dari benturan dan goresan yang cukup ringan
hingga trauma tabrakan yang parah atau trauma tusuk parah. Cedera dada
dapat berupa cedera tembus atau tumpul. Cedera tembus dapat menciptakan
luka dada terbuka, sehingga udara atmosfer dapat masuk kedalam rongga
pleura dan mengganggu mekanisme ventilasi vakum normal. Cedera tembus
dada dapat merusak paru-paru, jantung, dan struktur toraks lainnya. Cedera
tumpul biasanya karena cedera deselerasi yang berhubungan dengan
kecelakaan lalu lintas. Cedera tumpul dada juga dapat terjadi karena jatuh atau
pukulan pada dada.
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada
tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan
krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas,
kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah,
hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas pada
thorak.
B. Rumusan masalah
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Cidera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu,
cidera penetrasi dan tumpul. Cidera penetrasi (missal, pneumotoraks terbukaa,
hemotoraks, cidera trakeobronklial, kontusio pulmonal, ruptur diagfragma)
menggangu intergritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam
tekanan intratoraks. Cidera tumpul (missal, pneumotoraks tertutup,
pneumotoraks tensi, cidera trakeobronklial, fail chest, rupture diagfragma,
cidera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur di dalam rongga dada
ntanpa mengganggu integritas dinding dada.
2. Fraktur Sternum
C. Patofisiologi
Secara klinis penyebab dari trauma dada bergantung juga pada beberapa
faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera
lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien -
pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek
pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan
disfungsi jantung. Pengobatan dari trauma Toraks bertujuan untuk
mengembalikan fungsi kardiorespirasi menjadi normal, menghentikan
perdarahan dan mencegah sepsis (Saaiq, et al., 2010; Eckstein & Handerson,
2014; Lugo,, et al., 2015)
Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dada dapat ringan sampai
berat tergantung pada besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma.
Kerusakan anatomi yang ringan pada dinding toraks berupa fraktur kosta
simpel. Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta
4
multipel dengan komplikasi pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio
pulmonum. Trauma yang lebih berat menyebakan robekan pembuluh darah
besar dan trauma langsung pada jantung (Saaiq et al., 2010; Lugo, et al.,
2015 ).
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri lokal dan rasa tegang diatas area fraktur saat inspirasi dan palpasi
2. Pernapasan dangkal
4. Kadang kala memar atau tanda-tanda dipermukaan dari trauma pada lokasi
cedera
6. Sensasi bunyi klik saat inspirasi jika terjadi pemisahan kostokondral atau
dislokasi
Fraktur tulang iga paling sering terjadi pada trauma dada dan sering
pada dewasa daripada anak-anak. Iga 1 s/d 4 sulit terjadi, kematian > 50%
dan iga 5 s/d 9 paling sering patah. Sedangkan iga 10 s/d 12 jarang patah
relative elastis dan letaknya menggantung, bila terjadi fraktur curigai
kerusakan intra abdomen. Dan bisa menyebabkan flail chest dengan 2 iga
berurutan patah, dan ini sering terjadi pada fraktur iga. Fraktur iga juga
bisa menyebabkan hipoksemia dan gagal nafas.
5
2. Fraktur tulang dada (sternum)
Fraktur ini angka kejadiannya 5% dari trauma dada. Jika terjadi fraktur
ini perlu proses/daya yang besar, resusitasi jantung/paru dapat juga
menyebabkan patah sternum, hiperfleksi (tertekuk). Sering terjadi pada
trauma muka dan kepala, benturan searah sama dan sering terjadi di
corpus dari pada xiphoid. Akibat fraktur ini timbul nyeri lokasi jelas
(tajam), berkurang setelah 2 hingga 6 minggu, nyeri bertambah dengan
gerakan
Fraktur ini jarang terjadi kalaupun terjadi jarang terjadi komplikasi. Pada
umumnya terjadi kerusakan syaraf pleksus brakialis, pembuluh darah
subklavia & struktur intra thoraks lain.
Luka jaringan lunak dan kulit dada dipakai untuk memperkirakan luka
bagian dada dalam. Pada perawatan lama, luka terbuka dapat menjadi
sumber infeksi, terutama bila terdapat luka bakar.
6. Emfisema subcutis
7. Trauma pleura
a. Pneumotoraks
b. Hemotorak
c. Empiema
12. Diafragma: herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 1990)
F. Pemeriksaan Diagnostik
3. CT Scan
4. Ekhokardiografi
5. Elektrokardiografi
6. Angiografi
1. Penatalaksanaan
c. Emfisema subcutis
d. Pneumotoraks
Penangan cepat dan segera, perlu WSD walaupun kecil, segera tutup
dengan WSD jika terjadi robekan trakeobronkial tutup luka setelah
pasien stabil, sambil menunggu pasang WSD lakukan pungsi pleura
dengan kateter vena (abokat).
e. Hemotorak
Penanganan pasang WSD, Apabila darah keluar lebih dari 400 cc/2
jam/lebih dari 500 cc dalam 1 jam pertama setelah wsd, bertambah
/jam lakukan operasi.
f. Empiema
2. Terapi
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada
tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan
krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas,
kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah,
hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas pada
thorak.
Cidera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu,
cidera penetrasi dan tumpul. Cidera penetrasi (missal, pneumotoraks terbukaa,
hemotoraks, cidera trakeobronklial, kontusio pulmonal, ruptur diagfragma)
menggangu intergritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam
tekanan intratoraks. Cidera tumpul (missal, pneumotoraks tertutup,
pneumotoraks tensi, cidera trakeobronklial, fail chest, rupture diagfragma,
cidera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur di dalam rongga dada
ntanpa mengganggu integritas dinding dada.
B. Saran
1. Mahasiswa
1
a. Diharapkan mahasiswa dapat menyampaikan ide atau memberikan
1
pelayanan dengan baik .
2. Untuk Institusi
1
DAFTAR PUSTAKA
Black.M Joyce, Hawks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8 buku 3. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika