Anda di halaman 1dari 24

TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN SYOK NEUROGENIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah: Keperawatan Gawat


Darurat Dosen Pengampu:
Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Salsa Nevisa 18215189
2. Septa Yundari 18215191
3. Siti Romizatul Halawiyah 18215208
4. Siti Suhaimah 18215210
5. Upit Sarimanah 18215234
6. Vellydia 18215234
7. Yulis Setyawati 18215242

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI
TANGERANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Tujuan dari pembuatan makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas kelompok Keperawatan Gawat Darurat.

Saya ucapkan beribu-ribu terimakasih atas bantuan dari pembimbing dan


berbagai pihak dan penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari diri penulis
tanpa bantuan dan dukungannya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ida Faridah, S.Kp., M.Kes selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S.Kep., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
4. Ibu Ns. Mimi Miftah Mutiara, S.Kep selaku Penanggung Jawab Akademik
S1 Keperawatan Tingkat 3 D Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi
pendidikan dan perbaikan dimasa mendatang.

Akhirul kalam penulis ucapkan alhamdulillah dan terima kasih untuk semuanya.

Tangerang, 11 Juni 2021

PENULIS

KELOMPOK 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian.............................................................................................1
1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................3
1.3 Rencana Keperawatan...........................................................................3
BAB II STUDI KASUS
2.1 Pengkajian Keperawatan......................................................................9
2.2 Analisa Data..........................................................................................11
2.3 Diagnosa Keperawatan.........................................................................12
2.4 Perencanaan Keperawatan....................................................................12
2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................................13
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian Keperawatan......................................................................15
3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................17
3.3 Rencana Keperawatan...........................................................................17
3.4 Implementasi Keperawatan...................................................................18
3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................19
4.2 Saran.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

ii
BAB I
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (A. Azis Alimul Hidayat,
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, hal: 98).
1. Biografi dan Demografis
Data biografi meliputi informasi demografi, administratif, dan
asuransi. Sering termasuk (1) profil personal, atau deskripsi singkat
klien, (2) sumber riwayat (klien atau orang lain yang berpengaruh, dan
(3) status mental klien (mengindikasikan reliabilitas data). Masalah
neurologis sering memengaruhi status mental seseorang, kadang
menyulitkan untuk mendapat suatu riwayat yang akurat dari klien.
2. Keluhan utama
Menurut Nursalam (2008), keluhan utama adalah keluhan saat petama
kali mengkaji (data baru). Biasanya pada pasien Syok Neurogenik
mengalami defisit neurologis dalam bentuk quadriplegia atau
paraplegia. Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi
tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya
pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit
terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan
3. Riwayat kesehatan saat ini
Menurut Nursalam (2008), riwayat penyakit saat ini adalah hal yang
menjadi penyebab utama klien atau alasan klien datang ke Rumah
Sakit. Biasanya penyebeb utama klien mengalami Syok Neurogenik
adalah karena SCI, nyeri hebat pada fraktur tulang, atau trauma kepala
(terdapat gangguan pada pusat otonom).
4. Riwayat penyakit terdahulu

1
Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada pasien baik dari
keluarga maupun teman dekatnya dalam pengkajian riwayat
kesehatannya, antara lain: Riwayat trauma, riwayat penyakit jantung,
riwayat infeksi, riwayat pemakaian anafilaktik.
5. Pemeriksaan fisik
Didasarkan pada survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan
manifestasi klasifikasi syok: hipotensi takikardia, pucat, kulit lembab
dingin, sianosis perifer, haluaran urine rendah, gelisah, perubahan
sesorium (delirium, kacau mental, agitasi, letargi, obtudansi, koma).
Selain itu, perhatikan manifestasi khusus terhadap Syok neurogenik:
hipotensi dengan penampilan merah hangat, reaksi refleks simpatis
khas dari syok tidak terjadi, seperti takikardia dan takipnea (Engram,
1998).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila di duga ada perdarahan atau cedera berhubungan
dengan ominal (batticaca, 2008). Menentukan tempat luka atau
jejas, mengevalkuasi gangguan structural
b. Elektrolit serum
Menunjukan kekurangan cairan dan elektrolit
c. Sinar X spinal
Menentukan lokasi atau jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi) untuk kesejajaran traksi atau operasi
d. MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
e. Mielografi
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdapat okulasi
pada subaraknoid medulla spinalis
f. Rongent Toraks

2
Untuk memperlihatkan keadaan paru adakah fraktur dislokasi
g. Pemeriksaan fungsi paru
Mengukur volume inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal
terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah
h. GDA
Menunjukan kefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi
7. Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :
a. Perubahan kesadaran
b. Perubahan mental
c. Status pernafasan, diperlukan alat batu respirasi atau tidak
d. Perubahan tekanan intakrinal
e. Kematian jaringan otak

1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1,
hal: 5).
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (mis.
Elektroensefalogra EEG +, cedera kepala, gangguan kejang)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan atau vena
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular

1.3 Rencana Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

3
(outcome) yang diharapkan. (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II, hal: 8).
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (mis.
Elektroensefalogra EEG +, cedera kepala, gangguan kejang)
Luaran Keperawatan : Pola Nafas
Kriteria Hasil : dispnea menurun, penggunaan otot bantu nafas
menurun, frekuensi napas membaik dan kedalaman nafas membaik,
Rencana Tindakan Mandiri :
Manajemen jalan napas
Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Rasional: Mengetahui frekuensi, kedalaman dan usaha napas
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
Rasional: Mengetahui ada atau tidaknya bunyi napas tambahan
Terapuetik:
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-lift dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
Rasional : Untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Berikan oksigen, jika perlu
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan oksigen

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri


dan atau vena
Luaran Keperawatan : Perfusi Perifer
Kriteria Hasil : Warna kulit pucat menurun, nyeri ekstremitas menurun,
pengisian kapiler membaik dan akral membaik
Rencana Tindakan Mandiri:
Manajemen syok neurogenic
Observasi

4
a. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas, TD, MAP)
Rasional : Mengetahui frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
nafas, TD, MA
b. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
Rasional : Mengetahui status oksigenasi
c. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
Rasional : Mengetahui status cairan
d. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Rasional : Mengetahui tingkat kesadaran dan respon pupil
e. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
(deformitiy/deformitas, open wound/luka terbuka,tendemess/nyeri
tekan, swelling/bengkak)
Rasional : untuk mengetahui adanya DOTS
Terapeutik
a. Pertahankan jalan napas paten
Rasional : Untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen ›94%
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
c. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
Rasional : Untuk mempermudah pemberian bantuan nafas
d. Pasang jalur IV
Rasional : Untuk memudahkan dalam pemberian obat intavena
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian vasopressor (mis. Phenylephrine)
Rasional : Kerjasama untuk pemberiaan vasopressor

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi


jantung
Luaran Keperawatan : Status Neurologis

5
Kriteria Hasil : Tingkat kesadaran meningkat, reaksi pupil meningkat,
sakit kepala menurun, frekuensi kejang menurun, pucat menurun,
parastesia menurun, tekanan darah sistolik membaik, frekuensi nadi
membaik, pola nafas membaik dan frekuensi nafas membaik
Rencana Tindakan Mandiri:
Pemantauan
neurologis Observasi
a. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas pupil
Rasional : Mengetahui ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas
pupil
b. Monitor tingkat kesadaran (mis. Menggunakan Skala Koma
Glasgow)
Rasional : Mengetahui tingkat kesadaran
c. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Mengetahui tanda tanda vital
d. Monitor status pernafasan : Analisa Gas Darah, oksimetri nadi,
kedalaman nafas, pola nafas, dan usaha nafas
Rasional : Mengetahui statu pernafasan
e. Monitor ICP (intracranial pressure) dan CPP (cerebral perfusion
pressure)
Rasional : Mengetahui ICP (intracranial pressure) dan CPP
(cerebral perfusion pressure)
f. Monitor irama otot, gerakan otot, gaya berjalan dan propriosepsi
Rasional : Mengetahui irama otot, gerakan otot, gaya berjalan dan
propriosepsi
g. Monitor adanya tremor
Rasional : mengetahui ada atau tidaknya tremor
h. Monitor keluhan sakit kepala
Rasional : Mengetahui ada atau tidaknya keluhan sakit kepala
i. Monitor parestesi (mati rasa dan kesemutan)
Rasional : Mengetahui ada atau tidaknya parestesi

6
Terapeutik
a. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis, jika perlu
Rasional : Mengetahui pengembangan neurologis
b. Dokumentasika hasil pemantauan
Rasional : Untuk mendokuemtasikan hasil pemantauan pada klien
Edukasi
a. Informasikan hasil pemantaun, jika perlu
Rasional : Untuk menginformasikan hasil pemanatuan kepada klien
atau keluarga klien

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular


Luaran Keperawatan : Toleransi aktivitas
Kriteria Hasil : Frekuensi nadi meningkat, kekuatan tubuh bagian atas
meningkat, kekuatan tubuh bagian bawah meningkat, tekanan darah
membaik dan frekuensi nafas membaik
Rencana Tindakan Mandiri :
Dukungan mobilisasi
Observasi
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Rasional : Mengetahui ada atau tidaknya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
b. Identifikasi toleransi aktivitas melakukan pergerakan
Rasional : Mengetahui toleransi aktivitas dalam melakukan
pergerakan
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
Rasional : Mengetahui frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai mobilisasi
Terapeutik
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat
tidur)

7
Rasional : Mempermudah saat melakukan aktivitas mobilisasi
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Rasional : Membantu saat melakukan pergerakan
Edukasi
a. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Rasional : Dapat melakukan mobilisasi dini

8
BAB II
STUDI KASUS
2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan


dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (A. Azis Alimul Hidayat,
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, hal: 98).
a. Biografi dan Demografi
Pasien yang dijadikan subjek studi kasus adalah Tn. B yang dirawat di
ruangan Orchid RS Anggrek dengan diagnosa medis CKB (Cedera
Kepala Berat). Nomor rekam medik pasien adalah 09876. Usia pasien
34 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku Sunda, menganut agama Islam,
pekerjaan pasien adalah karyawan swasta, pendidikan terakhir SMA
(Sekolah Menengah Atas), dan bertempat tinggal di Pasar Kemis.
Tanggal pengkajian Jumat, 11 Juni 2021.
b. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien terjatuh dari tangga pabrik yang setinggi
3 meter pada pukul 09.00 pagi tanggal 5 Juni 2021 dan tidak sadarkan
diri, setelah itu keluarga membawa pasien ke Puskesmas Pasar Kemis
untuk mendapatkan pertolongan pertama. Setelah itu, pihak
Puskesmas merujuk pasien ke RS Melati untuk mendapatkan
pemeriksaan foto rontgen. Pada pukul 14.00 WIB pasien dirujuk
kembali ke RS Anggrek untuk mendapatkan penanganan yang
lengkap termasuk pemeriksaan CT Scan kepala.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak sadarkan diri sejak 6
hari yang lalu. Pasien terpasang infus futrolit 20 tetes per menit, NGT
dan dower kateter.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu

9
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya dan jarang pergi ke rumah sakit. Pasien memiliki istri dan
2 orang anak.
e. Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tanda-tanda
vital, TD: 130/80 mmHg, N: 64 x/menit, RR 25 x/menit, S: 36,7 oC,
penggunaan otot bantu pernapasan, Capillary Refill Time (CRT) > 3
detik, inspeksi pupil isokor. Inspeksi kulit ada lecet di pinggang
bagian kanan, skala kekuatan tonus otot 5, ADL pasien semua dibantu
oleh perawat dan keluarga (mandi, berpakaian, toileting, makan dan
minum). Hasil pemeriksaan laboratorium ialah urea 22 mg/dl,
creatinin 0,8 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi obat futrolit 1500
cc/24 jam, tetracef 1x1 gr/IV, renitidine 2x50 mg/IV, keterolac 2x30
mg/IV, plasmirex 3x500 mg/IV, vitamin K 3x10 mg/IV, dan manitol
4x150 cc/IV.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Hasil pemeriksaan penunjang CT Scan kepala adalah terdapat
gumpalan darah di 3 titik pada bagian kepala belakang tepatnya di
tulang occipital.
2. Sinar X Spinal
Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgen cervical dan pelvis
yaitu tidak terdapat fraktur.
g. Penilaian Masalah Terhadap Kasus Syok Neurologis:
1. Perubahan Kesadaran
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran somnolen, nilai GCS:
E1V2M5.
2. Perubahan Mental
Keluarga mengatakan bahwa Tn. B tidak memiliki perubahan
mental sebelumnya.
3. Status Pernafasan

1
Pasien tidak memakai alat bantu pernapasan.

2.2 Analisa Data


DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DO: Gangguan Kategori: Fisiologis
- Terdapat penggunaan neurologis (mis. Subkategori:
otot bantu pernapasan Elektroensefalografi Respirasi
Hasil TTV: (EEG) positif, D.0005 Pola Napas
- RR: 25 x/menit cedera kepala dan Tidak Efektif
gangguan kejang)
DS: Penurunan aliran Kategori: Fisiologis
- Keluarga pasien arteri dan atau vena. Subkategori:
mengatakan bahwa Tn. Respirasi
B terjatuh hingga tidak D.0009 Perfusi
sadarkan diri dari 6 hari Perifer Tidak
yg lalu. Efektif
DO:
- CRT pada Tn. B > 3
detik.
- Akral pada telapak
tangan Tn. B teraba
dingin.
- Warna kulit pada Tn. B
tampak pucat.
DO: Perubahan frekuensi Kategori: Fisologis
- CRT pada Tn. B > 3 jantung. Subkategori:
detik Respirasi
- TD: 130/80 mmHg D.0008 Penurunan
Curah Jantung

1
- Warna kulit pada Tn. B
tampak pucat

DO: Gangguan Kategori: Fisiologis


- ADL pasien semua neuromuskular Subkategori:
dibantu oleh perawat Aktivitas/Istirahat
dan keluarga (mandi, D.0054 Gangguan
berpakaian, toileting, Mobilitas Fisik
makan dan minum).

2.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan


DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN
DO: Pola napas tidak efektif berhubungan
- Terdapat penggunaan otot dengan gangguan neurologis (mis.
bantu pernapasan Elektroensefalografi (EEG) positif,
Hasil TTV: cedera kepala, dan gangguan kejang.
- RR: 25 x/menit

2.4 Rencana Keperawatan Prioritas


DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
efektif bergubungan intervensi Observasi
dengan gangguan keperawatan selama - Monitor pola napas
neurologis (mis. 3x24 jam, maka pola (frekuensi, kedalaman,
elektroenselografi napas membaik usaha napas)
EEG+, cedera dengan krteria hasil: - Monitor bunyi napas
kepala, gangguan - Frekuensi napas tambahan (mis.
kejang) cukup membaik gurgling, wheezing,
(4) ronkhi kering, mengi)

1
Terapeutik
- Pertahanlan kepatenan
jalan napas dengan
head-lift dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga
trauma cervikal)
- Berikan oksigen, jika
perlu

2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Prioritas


TGL/HARI NO. IMPLEMENTASI EVALUASI
WAKTU DX KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Jumat, 1 - Monitor pola napas S:
11/06/2021 (frekuensi, kedalaman, - Pasien mengatakan
08.00 – usaha napas) bahwa dirinya
09.00 WIB Hasil: Didapati frekuensi sudah lebih baik.
napas normal (RR: 20 O:
x/menit) - Pernapasan pada
- Monitor bunyi napas pasien didapati
tambahan (mis. normal (RR: 20
gurgling, wheezing, x/menit)
ronkhi kering, mengi) A:
Hasil: Tidak ada suara - Masalah teratasi
bunyi napas tambahan. P:
- Pertahanlan kepatenan - Intervensi
jalan napas dengan dihentikan
head-lift dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga
trauma cervikal)

1
Hasil: Memposisikan
pasien semi fowler, untuk
memudahkan pasien
dalam bernafas.
- Berikan oksigen, jika
perlu
Hasil: Pasien sudah tidak
lagi menggunakan
oksigenasi untuk bernafas.

1
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan


dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (A. Azis Alimul Hidayat,
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, hal: 98).
a. Biografi dan Demografi
Pasien yang dijadikan subjek studi kasus adalah Tn. B yang dirawat di
ruangan Orchid RS Anggrek dengan diagnosa medis CKB (Cedera
Kepala Berat). Nomor rekam medik pasien adalah 09876. Usia pasien
34 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku Sunda, menganut agama Islam,
pekerjaan pasien adalah karyawan swasta, pendidikan terakhir SMA
(Sekolah Menengah Atas), dan bertempat tinggal di Pasar Kemis.
Tanggal pengkajian Jumat, 11 Juni 2021.
b. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien terjatuh dari tangga pabrik yang setinggi
3 meter pada pukul 09.00 pagi tanggal 5 Juni 2021 dan tidak sadarkan
diri, setelah itu keluarga membawa pasien ke Puskesmas Pasar Kemis
untuk mendapatkan pertolongan pertama. Setelah itu, pihak
Puskesmas merujuk pasien ke RS Melati untuk mendapatkan
pemeriksaan foto rontgen. Pada pukul 14.00 WIB pasien dirujuk
kembali ke RS Anggrek untuk mendapatkan penanganan yang
lengkap termasuk pemeriksaan CT Scan kepala.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak sadarkan diri sejak 6
hari yang lalu. Pasien terpasang infus futrolit 20 tetes per menit, NGT
dan dower kateter.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu

1
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya dan jarang pergi ke rumah sakit. Pasien memiliki istri dan
2 orang anak.
e. Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tanda-tanda
vital, TD: 130/80 mmHg, N: 64 x/menit, RR 25 x/menit, S: 36,7 oC,
penggunaan otot bantu pernapasan, Capillary Refill Time (CRT) > 3
detik, inspeksi pupil isokor. Inspeksi kulit ada lecet di pinggang
bagian kanan, skala kekuatan tonus otot 5, ADL pasien semua dibantu
oleh perawat dan keluarga (mandi, berpakaian, toileting, makan dan
minum). Hasil pemeriksaan laboratorium ialah urea 22 mg/dl,
creatinin 0,8 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi obat futrolit 1500
cc/24 jam, tetracef 1x1 gr/IV, renitidine 2x50 mg/IV, keterolac 2x30
mg/IV, plasmirex 3x500 mg/IV, vitamin K 3x10 mg/IV, dan manitol
4x150 cc/IV.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Hasil pemeriksaan penunjang CT Scan kepala adalah terdapat
gumpalan darah di 3 titik pada bagian kepala belakang tepatnya di
tulang occipital.
2. Sinar X Spinal
Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgen cervical dan pelvis
yaitu tidak terdapat fraktur.
g. Penilaian Masalah Terhadap Kasus Syok Neurologis:
1. Perubahan Kesadaran
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran somnolen, nilai GCS:
E1V2M5.
2. Perubahan Mental
Keluarga mengatakan bahwa Tn. B tidak memiliki perubahan
mental sebelumnya.
3. Status Pernafasan

1
Pasien tidak memakai alat bantu pernapasan

3.2 Diagnosa Keperawatan Proritas


Pada pasien Tn. B didapatkan data subjektif dari keluarga pasien
yang mengatakan bahwa Tn. B terjatuh dari tangga yang setinggi 5 meter
dan tidak sadarkan diri selama 6 hari, dan mengenai data objektif dengan
keadaan lemah, tingkat kesadaran somnolen nilai GCS = E 1V2M5, CRT >3
detik, didapati hasil TTV, TD: 140/80 mmHg, RR: 25 x/menit, dan pasien
tampak terbaring lemah di tempat tidur. Dari data tersebut didapatkan
masalah keperawatan pola napas tidak efektif dengan penyababnya adalah
gangguan neurologis (mis. Elektroensefalografi (EEG) positif, cedera
kepala, dan gangguan kejang).
Dari pengumpulan data yang dihasilkan berdasarkan pengkajian
dari pasien dapat dirumuskan prioritas diagnosa keperawatan yang didapat
adalah “Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan
neurologis (mis. Elektroensefalografi (EEG) positif, cedera kepala, dan
gangguan kejang) ditandai dengan penggunaan otot bantu pernapasan dan
pola napas abnormal (mis. Bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
dan cheyne-stokes)”.

3.3 Intervensi Keperawatan Prioritas


Pada diagnosa prioritas, pola napas tidak efektif berhubungan
dengan gangguan neurologis (mis. Elektroensefalografi (EEG) positif,
cedera kepala, dan gangguan kejang) dapat diambil SLKI (Standar Luaran
Keperawatan Indonesia) dengan kode L.01004 Pola Napas dengan
outcome pasien akan meningkatkan Pola Napas yang baik dalam
perawatan 3x24 jam dengan kriteria hasil yaitu frekuensi napas cukup
membaik.
Maka intervensi dari SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) yang dapat diambil yaitu kode I.01011 Manajemen Jalan Napas
dengan tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah monitor pola
napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas tambahan

1
(mis. Gurgling, wheezing, ronchii kering, mengi), pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-lift dan chin-lift (Jaw-thrust jika curiga trauma
cervical).

3.4 Implementasi Keperawatan Prioritas


Pada tahap implementasi, dilakukan apa yang sudah direncanakan
pada tahap intervensi keperawatan. Pada Hari Jumat, 11 Juni 2021 untuk
diagnosa keperawatan prioritas Pola Napas Tidak Efektif berhubungan
dengan gangguan neurologis (mis. Elektroensefalografi (EEG) positif,
cedera kepala, dan gangguan kejang) implementasinya adalah memonitor
pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), memonitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurggling, wheezing, ronchii kering, mengi),
mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head-lift dan chin-lift
(jaw- thrust jika curiga trauma cervical), dan memberikan oksigen.

3.5 Evaluasi Keperawatan Prioritas


Evaluasi Hari Jumat, 11 Juni 2021 pukul 08.00 WIB dengan
metode SOAP, yaitu diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif adalah
pasien mengatakan bahwa dirinya sudah lebih baik dengan tanda-tanda
vital TD: 120/80 mmHg, N: 78 x/menit, S: 36,5 oC, keadaan umum
komposmentis. Hal ini menyatakan bahwa masalah teratasi karena data
subjektif dan objektif yang didapatkan sudah mencapai kriteria hasil yang
diharapkan. Maka intervensi keperawatan dihentikan.

1
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pada Tn. B
didapati diagnosa keperawatan utama yaitu pola napas tidak efektif
berhubungan dengan gangguan neurologis (mis. Elektroensefalografi
(EEG) positif, cedera kepala, dan gangguan kejang) sehingga dapat
diambil SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dengan kode
L.01004 Pola Napas dengan outcome pasien akan meningkatkan Pola
Napas dengan intervensi keperawatan dari SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia) yang dapat diambil yaitu kode I.01011
Manajemen Jalan Napas.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, serta asuhan keperawatan yang telah
dilakukan untuk memeuhi mutu dalam pemberian asuhan keperawatan,
penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
a. Mahasiswa
1. Diharapkan mahasiswa dapat menyampaikan ide atau
memberikan pelayanan yang terbaik sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan klien.
2. Diharapkan mahasiswa dapat leih memahami tentang
asuhan keperawatan syok neurogenik dengan lebih banyak
membaca sumber buku yang ada.
3. Diharapkan mahasiswa mampu dalam melaksanakan proses
keperawatan pada asuhan keperawatan syok neurogenik.
b. Institusi
Diharapkan dapat lebih meningkatlan sarana dan prasarana yang
mendukung mahasiswa dalam proses pembelajaran seperti
penambahan buku sumber di perpustakaan, dan memberikan waktu
untuk mahasiswa

1
agar lebih sering praktik di laboratorium perihal mengatasi syok
neurogenik

2
DAFTAR PUSTAKA

Rusdiana, Andi. 2018. Asuhan Keperawatan pada Tn. Y.T dengan Cedera Kepa;a
Berat di Ruangan Kelimutu RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Kupang: Poltekkes Kupang

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai