Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Salsa Nevisa 18215189
2. Septa Yundari 18215191
3. Siti Romizatul Halawiyah 18215208
4. Siti Suhaimah 18215210
5. Upit Sarimanah 18215234
6. Vellydia 18215234
7. Yulis Setyawati 18215242
1. Ibu Ida Faridah, S.Kp., M.Kes selaku ketua STIKes Yatsi Tangerang.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S.Kep., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Kristina Everentia Ngasu, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
4. Ibu Ns. Mimi Miftah Mutiara, S.Kep selaku Penanggung Jawab Akademik
S1 Keperawatan Tingkat 3 D Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi
pendidikan dan perbaikan dimasa mendatang.
Akhirul kalam penulis ucapkan alhamdulillah dan terima kasih untuk semuanya.
PENULIS
KELOMPOK 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian.............................................................................................1
1.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................3
1.3 Rencana Keperawatan...........................................................................3
BAB II STUDI KASUS
2.1 Pengkajian Keperawatan......................................................................9
2.2 Analisa Data..........................................................................................11
2.3 Diagnosa Keperawatan.........................................................................12
2.4 Perencanaan Keperawatan....................................................................12
2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.............................................13
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian Keperawatan......................................................................15
3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................17
3.3 Rencana Keperawatan...........................................................................17
3.4 Implementasi Keperawatan...................................................................18
3.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................19
4.2 Saran.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
ii
BAB I
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (A. Azis Alimul Hidayat,
Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, hal: 98).
1. Biografi dan Demografis
Data biografi meliputi informasi demografi, administratif, dan
asuransi. Sering termasuk (1) profil personal, atau deskripsi singkat
klien, (2) sumber riwayat (klien atau orang lain yang berpengaruh, dan
(3) status mental klien (mengindikasikan reliabilitas data). Masalah
neurologis sering memengaruhi status mental seseorang, kadang
menyulitkan untuk mendapat suatu riwayat yang akurat dari klien.
2. Keluhan utama
Menurut Nursalam (2008), keluhan utama adalah keluhan saat petama
kali mengkaji (data baru). Biasanya pada pasien Syok Neurogenik
mengalami defisit neurologis dalam bentuk quadriplegia atau
paraplegia. Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi
tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya
pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit
terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan
3. Riwayat kesehatan saat ini
Menurut Nursalam (2008), riwayat penyakit saat ini adalah hal yang
menjadi penyebab utama klien atau alasan klien datang ke Rumah
Sakit. Biasanya penyebeb utama klien mengalami Syok Neurogenik
adalah karena SCI, nyeri hebat pada fraktur tulang, atau trauma kepala
(terdapat gangguan pada pusat otonom).
4. Riwayat penyakit terdahulu
1
Beberapa hal penting yang perlu diketahui pada pasien baik dari
keluarga maupun teman dekatnya dalam pengkajian riwayat
kesehatannya, antara lain: Riwayat trauma, riwayat penyakit jantung,
riwayat infeksi, riwayat pemakaian anafilaktik.
5. Pemeriksaan fisik
Didasarkan pada survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan
manifestasi klasifikasi syok: hipotensi takikardia, pucat, kulit lembab
dingin, sianosis perifer, haluaran urine rendah, gelisah, perubahan
sesorium (delirium, kacau mental, agitasi, letargi, obtudansi, koma).
Selain itu, perhatikan manifestasi khusus terhadap Syok neurogenik:
hipotensi dengan penampilan merah hangat, reaksi refleks simpatis
khas dari syok tidak terjadi, seperti takikardia dan takipnea (Engram,
1998).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT-scan
Pemeriksaan CT-scan berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila di duga ada perdarahan atau cedera berhubungan
dengan ominal (batticaca, 2008). Menentukan tempat luka atau
jejas, mengevalkuasi gangguan structural
b. Elektrolit serum
Menunjukan kekurangan cairan dan elektrolit
c. Sinar X spinal
Menentukan lokasi atau jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi) untuk kesejajaran traksi atau operasi
d. MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
e. Mielografi
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdapat okulasi
pada subaraknoid medulla spinalis
f. Rongent Toraks
2
Untuk memperlihatkan keadaan paru adakah fraktur dislokasi
g. Pemeriksaan fungsi paru
Mengukur volume inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal
terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah
h. GDA
Menunjukan kefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi
7. Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :
a. Perubahan kesadaran
b. Perubahan mental
c. Status pernafasan, diperlukan alat batu respirasi atau tidak
d. Perubahan tekanan intakrinal
e. Kematian jaringan otak
3
(outcome) yang diharapkan. (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II, hal: 8).
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (mis.
Elektroensefalogra EEG +, cedera kepala, gangguan kejang)
Luaran Keperawatan : Pola Nafas
Kriteria Hasil : dispnea menurun, penggunaan otot bantu nafas
menurun, frekuensi napas membaik dan kedalaman nafas membaik,
Rencana Tindakan Mandiri :
Manajemen jalan napas
Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Rasional: Mengetahui frekuensi, kedalaman dan usaha napas
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
Rasional: Mengetahui ada atau tidaknya bunyi napas tambahan
Terapuetik:
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-lift dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
Rasional : Untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Berikan oksigen, jika perlu
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
4
a. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas, TD, MAP)
Rasional : Mengetahui frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
nafas, TD, MA
b. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
Rasional : Mengetahui status oksigenasi
c. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
Rasional : Mengetahui status cairan
d. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Rasional : Mengetahui tingkat kesadaran dan respon pupil
e. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
(deformitiy/deformitas, open wound/luka terbuka,tendemess/nyeri
tekan, swelling/bengkak)
Rasional : untuk mengetahui adanya DOTS
Terapeutik
a. Pertahankan jalan napas paten
Rasional : Untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen ›94%
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan oksigen
c. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
Rasional : Untuk mempermudah pemberian bantuan nafas
d. Pasang jalur IV
Rasional : Untuk memudahkan dalam pemberian obat intavena
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian vasopressor (mis. Phenylephrine)
Rasional : Kerjasama untuk pemberiaan vasopressor
5
Kriteria Hasil : Tingkat kesadaran meningkat, reaksi pupil meningkat,
sakit kepala menurun, frekuensi kejang menurun, pucat menurun,
parastesia menurun, tekanan darah sistolik membaik, frekuensi nadi
membaik, pola nafas membaik dan frekuensi nafas membaik
Rencana Tindakan Mandiri:
Pemantauan
neurologis Observasi
a. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas pupil
Rasional : Mengetahui ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas
pupil
b. Monitor tingkat kesadaran (mis. Menggunakan Skala Koma
Glasgow)
Rasional : Mengetahui tingkat kesadaran
c. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Mengetahui tanda tanda vital
d. Monitor status pernafasan : Analisa Gas Darah, oksimetri nadi,
kedalaman nafas, pola nafas, dan usaha nafas
Rasional : Mengetahui statu pernafasan
e. Monitor ICP (intracranial pressure) dan CPP (cerebral perfusion
pressure)
Rasional : Mengetahui ICP (intracranial pressure) dan CPP
(cerebral perfusion pressure)
f. Monitor irama otot, gerakan otot, gaya berjalan dan propriosepsi
Rasional : Mengetahui irama otot, gerakan otot, gaya berjalan dan
propriosepsi
g. Monitor adanya tremor
Rasional : mengetahui ada atau tidaknya tremor
h. Monitor keluhan sakit kepala
Rasional : Mengetahui ada atau tidaknya keluhan sakit kepala
i. Monitor parestesi (mati rasa dan kesemutan)
Rasional : Mengetahui ada atau tidaknya parestesi
6
Terapeutik
a. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis, jika perlu
Rasional : Mengetahui pengembangan neurologis
b. Dokumentasika hasil pemantauan
Rasional : Untuk mendokuemtasikan hasil pemantauan pada klien
Edukasi
a. Informasikan hasil pemantaun, jika perlu
Rasional : Untuk menginformasikan hasil pemanatuan kepada klien
atau keluarga klien
7
Rasional : Mempermudah saat melakukan aktivitas mobilisasi
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Rasional : Membantu saat melakukan pergerakan
Edukasi
a. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Rasional : Dapat melakukan mobilisasi dini
8
BAB II
STUDI KASUS
2.1 Pengkajian
9
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya dan jarang pergi ke rumah sakit. Pasien memiliki istri dan
2 orang anak.
e. Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tanda-tanda
vital, TD: 130/80 mmHg, N: 64 x/menit, RR 25 x/menit, S: 36,7 oC,
penggunaan otot bantu pernapasan, Capillary Refill Time (CRT) > 3
detik, inspeksi pupil isokor. Inspeksi kulit ada lecet di pinggang
bagian kanan, skala kekuatan tonus otot 5, ADL pasien semua dibantu
oleh perawat dan keluarga (mandi, berpakaian, toileting, makan dan
minum). Hasil pemeriksaan laboratorium ialah urea 22 mg/dl,
creatinin 0,8 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi obat futrolit 1500
cc/24 jam, tetracef 1x1 gr/IV, renitidine 2x50 mg/IV, keterolac 2x30
mg/IV, plasmirex 3x500 mg/IV, vitamin K 3x10 mg/IV, dan manitol
4x150 cc/IV.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Hasil pemeriksaan penunjang CT Scan kepala adalah terdapat
gumpalan darah di 3 titik pada bagian kepala belakang tepatnya di
tulang occipital.
2. Sinar X Spinal
Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgen cervical dan pelvis
yaitu tidak terdapat fraktur.
g. Penilaian Masalah Terhadap Kasus Syok Neurologis:
1. Perubahan Kesadaran
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran somnolen, nilai GCS:
E1V2M5.
2. Perubahan Mental
Keluarga mengatakan bahwa Tn. B tidak memiliki perubahan
mental sebelumnya.
3. Status Pernafasan
1
Pasien tidak memakai alat bantu pernapasan.
1
- Warna kulit pada Tn. B
tampak pucat
1
Terapeutik
- Pertahanlan kepatenan
jalan napas dengan
head-lift dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga
trauma cervikal)
- Berikan oksigen, jika
perlu
1
Hasil: Memposisikan
pasien semi fowler, untuk
memudahkan pasien
dalam bernafas.
- Berikan oksigen, jika
perlu
Hasil: Pasien sudah tidak
lagi menggunakan
oksigenasi untuk bernafas.
1
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
1
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya dan jarang pergi ke rumah sakit. Pasien memiliki istri dan
2 orang anak.
e. Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tanda-tanda
vital, TD: 130/80 mmHg, N: 64 x/menit, RR 25 x/menit, S: 36,7 oC,
penggunaan otot bantu pernapasan, Capillary Refill Time (CRT) > 3
detik, inspeksi pupil isokor. Inspeksi kulit ada lecet di pinggang
bagian kanan, skala kekuatan tonus otot 5, ADL pasien semua dibantu
oleh perawat dan keluarga (mandi, berpakaian, toileting, makan dan
minum). Hasil pemeriksaan laboratorium ialah urea 22 mg/dl,
creatinin 0,8 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi obat futrolit 1500
cc/24 jam, tetracef 1x1 gr/IV, renitidine 2x50 mg/IV, keterolac 2x30
mg/IV, plasmirex 3x500 mg/IV, vitamin K 3x10 mg/IV, dan manitol
4x150 cc/IV.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Hasil pemeriksaan penunjang CT Scan kepala adalah terdapat
gumpalan darah di 3 titik pada bagian kepala belakang tepatnya di
tulang occipital.
2. Sinar X Spinal
Hasil pemeriksaan penunjang foto rontgen cervical dan pelvis
yaitu tidak terdapat fraktur.
g. Penilaian Masalah Terhadap Kasus Syok Neurologis:
1. Perubahan Kesadaran
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran somnolen, nilai GCS:
E1V2M5.
2. Perubahan Mental
Keluarga mengatakan bahwa Tn. B tidak memiliki perubahan
mental sebelumnya.
3. Status Pernafasan
1
Pasien tidak memakai alat bantu pernapasan
1
(mis. Gurgling, wheezing, ronchii kering, mengi), pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-lift dan chin-lift (Jaw-thrust jika curiga trauma
cervical).
1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pada Tn. B
didapati diagnosa keperawatan utama yaitu pola napas tidak efektif
berhubungan dengan gangguan neurologis (mis. Elektroensefalografi
(EEG) positif, cedera kepala, dan gangguan kejang) sehingga dapat
diambil SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dengan kode
L.01004 Pola Napas dengan outcome pasien akan meningkatkan Pola
Napas dengan intervensi keperawatan dari SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia) yang dapat diambil yaitu kode I.01011
Manajemen Jalan Napas.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, serta asuhan keperawatan yang telah
dilakukan untuk memeuhi mutu dalam pemberian asuhan keperawatan,
penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
a. Mahasiswa
1. Diharapkan mahasiswa dapat menyampaikan ide atau
memberikan pelayanan yang terbaik sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan klien.
2. Diharapkan mahasiswa dapat leih memahami tentang
asuhan keperawatan syok neurogenik dengan lebih banyak
membaca sumber buku yang ada.
3. Diharapkan mahasiswa mampu dalam melaksanakan proses
keperawatan pada asuhan keperawatan syok neurogenik.
b. Institusi
Diharapkan dapat lebih meningkatlan sarana dan prasarana yang
mendukung mahasiswa dalam proses pembelajaran seperti
penambahan buku sumber di perpustakaan, dan memberikan waktu
untuk mahasiswa
1
agar lebih sering praktik di laboratorium perihal mengatasi syok
neurogenik
2
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, Andi. 2018. Asuhan Keperawatan pada Tn. Y.T dengan Cedera Kepa;a
Berat di Ruangan Kelimutu RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Kupang: Poltekkes Kupang
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.