Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI PENGLIHATAN


KATARAK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu: Ibu Eka Afrima Sari, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
1. Femi Luih Nurhasanah NPM.220110156090
2. Rika Mustika NPM.220110156095
3. Mia Cahyati NPM.220110156107
4. Rini Nuraeni NPM.220110156121
5. Puput Fitriliani KH NPM.220110156127
6. Toharudin NPM.220110156129
7. Upit Pitriani NPM.220110156135
8. Ludyta Yuniar Sutendi NPM.220110156140
9. Muhammad Galiem Q NPM.220110156149
10. Siska Yan Hermana NPM.220110156156
Angkatan: 2015

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN KAMPUS GARUT
Jl. Proklamasi No.5 Telp. (0262) 232212 Garut
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya karena kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yaitu
membuat makalah dengan judul ” Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan
Katarak”.
Di Indonesia sebagian besar kasus kebutaan diakibatkan oleh katarak yang
banyak terjadi terutama pada lansia dan perawat mempunyai tanggung jawab untuk
memberi asuhan keperawatan yang sesuai. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Eka Afrima Sari, S.Kep., M.Kep karena telah memberikan bimbingannya
dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini
sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengharapkan adanya kritik yang membangun, saran, petunjuk, pengarahan,
dan bimbingan dari berbagai pihak.
Makalah ini dibuat sebagai landasan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan untuk berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan medikal
bedah kepada pasien secara komprehensif. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dalam peningkatan ilmu pengetahuan.

Garut, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Katarak......................................................................................... 4
2.2 Etiologi Katarak......................................................................................... 4
2.3 Patofisiologi Katarak................................................................................. 5
2.4 Manifestasi Klinis Katarak........................................................................ 8
2.5 Penatalaksanaan Katarak...........................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus ........................................................................................................25
3.2 Pembahasan..............................................................................................25
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...............................................................................................30
4.2 Saran.........................................................................................................30

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tugas utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan kepada
individu, keluarga, komunitas dan masyarakat baik yang sehat maupun sakit. Perawat
juga harus menjalankan perannya sebagai edukator yang senantiasa mendidik
masyarakat dengan memberikan penyuluhan kesehatan sehingga pengetahuan
masyarakat bertambah dalam upaya mencapai keadaan yang sehat. Keperawatan
adalah keadaan menempatkan pasien dalam keadaan paling baik untuk beraktivitas
(Florence Nightingale). Perawat harus mampu menyusun intervensi keperawatan
yang tepat karena individu yang sakit salah satunya adalah pasien dengan gangguan
persepsi sensori penglihatan katarak yang aktivitasnya terganggu karena mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
Katarak merupakan salah satu gangguan persepsi sensori penglihatan yang
dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata. Katarak adalah keadaan
yang menyebabkan kekeruhan pada lensa mata sehingga penderita mengali
penurunan ketajaman penglihatan. Pada umumnya perubahan pada lensa sesuai
dengan tahap perkembangan katarak. Klien katarak mengeluh penglihatannya seperti
berasap dan ketajaman penglihatannya menurun secara progresif. Katarak umumnya
merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang dengan usia lanjut namun katarak
juga dapat disebabkan oleh kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata lokal
menahun. Akhir-akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet merupakan salah satu
pembentukan katarak senil. Penyelidikan epidemologi menunjukkan bahwa di
daerah-dearah yang sepanjang tahun selalu ada sinar matahari, insiden kataraknya
meningkat pada usia 65 tahun atau lebih. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
asuhan keperawatan pada pasien katarak (Tamsuri, 2010).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Apakah yang dimaksud dengan katarak?
b. Sebutkan etiologi terjadinya katarak?
c. Jelaskan patofisiologi dari katarak?
d. Sebutkan manifestasi klinis dari katarak?
e. Bagaimana penatalaksanaan katarak ?
f. Bagaimanakah asuhan keperawatan kepada pasien dengan katarak?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari katarak
b. Mahasiswa dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya katarak
c. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis katarak
e. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan katarak
f. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan
pada pasien katarak

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :

Kata Pengantar
Daftar Isi
3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Katarak
2.2 Etiologi Katarak
2.3 Patofisiologi Katarak
2.4 Manifestasi Klinis Katarak
2.5 Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
3.2 Pembahasan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

Daftar Pustaka
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Katarak


Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti penyakit
diabetes melitus atau hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama
sinar matahari (sinar ultraviolet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
(Smelzer & Bare, 2001).

2.2 Etiologi Katarak


Etiologi katarak di klasifikasikan sebagai berikut (Williams & Wilkins,
2011) :
2.2.1 Katarak Senil
Perubahan kimia protein lensa pada pasien katarak
2.2.2. Katarak Kongenital
 Kesalahan metabolisme bawaan
 Infeksi rubella pada ibu pada trimester pertama
 Anomali kongenital
 Penyebab genetik (biasanya dominan autosomal)
 Katarak resesif dapat terpaut seks
2.2.3 Katarak Traumatik
Benda asing menyebabkan humor akueus
2.2.4 Katarak Komplikasi
5

 Uveitis
 Glaukoma
 Pigmentosa retinitis
 Ablasio retina
 Diabetes
 Hipoparatiroidisme
 Dermatitis atopik
 Ionisasi radiasi atau zat kimia
2.2.5 Katarak Toksik
Toksisitas obat atau zat kimia :
 Ergot
 Dinitrofenol
 Naftalin
 Fenotiazin

2.3 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah stuktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mngandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
pada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Katarak adalah lensa yang berkabut atau opak. Pada infeksi visual, katarak tampak
abu-abu atau putih susu. Pada infeksi dengan lampu senter, tidak timbul refeksi
merah (Smelzer & Bare, 2001).
Bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat opasitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
6

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.


Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lesa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes,
namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki
dekade ke 7. Katarak dapar bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ulraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

2.4 Manifestasi Klinis


Adapun manifestasi klinis penderita katarak adalah sebagai berikut (Ahern &
Wilkinson, 2011) :
 Kasulitan melihat ketika malam hari
 Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
 Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
 Mambutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktivitas lainnya.
7

 Sering mengganti kaca mata atau lensa kontak karena sudah tidak merasa
sudah tidak nyaman menggunakannya.
 Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat
 Jika melihat hanya dengan satu mata bayangan benda atau cahaya terlihat
ganda.

Pemeriksaan Penunjang
 Kartu mata snellen / mesin telebinokuler ; mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea , lensa , akueus.
 Lapang penglihatan ; penurunan kemungkinan karena massa tumor karotis ,
glaukoma
 Pengukuran tonografi : TIO (12-25MMhg)
 Pengukuran gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma
 Tes provokatif ; menentukan adanya tipe glaukoma
 Oftalmoskopi : mengkaji struktural okuler atrofi lempeng optik , papiledema ,
perdarahan.
 Darah lengkap , LED ; menunjukkan anemi sistemik / infeksi
 EKG , kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa ; control DM

2.5 Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai prosedur kemajuan
prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan
pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo dalam Smeltzer & Bare, 2001)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, penanganan biasanya
8

konservatif. penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien.


Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktivitas,
rekreasi, menyetir mobil dan kemampuan bekerja sangat penting untuk menentukan
terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja dan keamanan. Biasanya diindiksikan bila koreksis jam penglihatan
yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila ketajaman
pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen
posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina
atau syaraf optikus, seperti pada diabetes atau glaukoma.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan
anastesi lokal berdasar pasien rawat jalan meskipun pasien perlu dirawat bila ada
indikasi medis. Keberhasilan pengendalian penglihatan yang bermanfaat dapat
dicapai pada 95% pasien.
Pengambilan keputusan untuk dilakukan pembedahan sangan individual
sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan konsekwensi pe,bedahan harus
dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pascaoperasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesi lokal (retrobulbar atau
peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan
untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan drafing bedah. Anastesi
umum diperlukan bagi yang tak bisa menerima anastesi lokal. Yang tak mampu
bekerja sama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tak berespon terhadap
anastesia lokal.
9

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Tn. B usia 76 tahun dibawa istrinya ke polimata RS Cicendo karena
penglihatannya kabur, merasa melihat asap dimata, tajam penglihatan berkurang. Tn.
B memiliki hipertensi 5 tahun terakhir dan rajin kontrol. Pada pemeriksaan fisik
tampak lensa mata keruh, bayangan seperti awan putih disekitar lensa mata, tidak ada
nyeri, refleks cahaya (-/-). Dokter yang memeriksa merencanakan mengangkat
lapisan putih dimata pasien dan memberikan resep : propocaine 1 ampul, tetes mata 1
ampul, captopril 3x 1,25 mg, sedatif ringan. Pasien berkata akan segera mandi di
pancuran bila operasinya selesai.
10
3.2 Pembahasan
Katarak

Pre Op Post Op
Masalah yang dialami
Tindakan invasif
Luka operasi Tindakan invasif

Ansietas Kurang informasi


Diskontinuitas jaringan Diskontinuitas jaringan

Defisiensi Pengetahuan
Port d’entri Pelepasan mediator nyeri
(histamin, bradikinin,
prostaglandin, serotonin)
Usia : Penuaan Usia : Penuaan Resiko infeksi
Hipothalamus
Korteks memproduksi serat lensa baru Lensa secara bertahap
kehilangan air
Corteks Cerebri
Serat lensa ditekan menuju sentral

Metabolit larut air dengan


Persepsi nyeri
Distensi lensa BM rendah masuk ke sel
pada nucleus lensa
Hilangnya transparansi lensa Nyeri akut
Lensa cembung : iris
Kekeruhan mata terdorong ke depan

Blocking sinar yang masuk kornea Sudut balik mata depan


sempit
Bayangan semu yang sampai ke retina

Aliran COA tidak lancar


Otak mempresentasikan sebagai bayangan berkabut

TIO meningkat
Pandangan kabur 1
Gangguan sensori penglihatan
Komplikasi glaukoma Risiko cedera
3.2.2 Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
Nama : Tn. B
Usia : 76 tahun
Keluhan Utama : Klien mengeluh penglihatannya
kabur dan melihat asap dimata.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien memiliki riwayat
hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu.
Pemeriksaan Fisik :- Lensa tampak keruh
- Reflek cahaya (-/-)

Analisa Data

NO SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM


1. DS : Klien mengeluh Penuaan usia => Katarak Gangguan
penglihatannya kabur => Serat lensa ditekan persepsi
dan melihat asap di menuju sentral => sensori
mata. Hilangnya transparansi penglihatan
DO : lensa => Kekeruhan pada
- Lensa tampak lensa => Blocking sinar
keruh yang masuk kornea =>
- Reflek cahaya Otak
(-/-) menginterprestasikan
sebagai bayangan
terkabut => Gangguan
persepsi sensori
penglihatan
2. DS : Klien Katarak => Tidak Defisiensi

1
2

mengatakan akan terpajan sumber informasi pengetahuan


segera mandi di => Defisiensi
pancuran bila pengetahuan
operasinya selesai
DO :
- Indikasi
dilakukan
pengangkatan
lapisan putih di
mata
3. DS : Klien mengeluh Katarak => Lensa secara Risiko cedera
penglihatannya kabur bertahap kehilangan air
dan melihat asap di => TIO meningkat =>
mata Komplikasi glaukoma =>
DO : Risiko cedera
- Lensa tampak
keruh
- Reflek cahaya
(-/-)

- Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan dan kejelasan penglihatan.
DS : Klien mengeluh penglihatannya kabur dan melihat asap di mata.
DO :
 Lensa tampak keruh
 Reflek cahaya (-/-)
Intervensi keperawatan (NIC)
 Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan
3

 Ajak pasien untuk menentukan tujuan dan belajar melihat dengan cara
yang lain
 Deskripsikan lingkungan di sekitar pasien
 Informasikan letak benda-benda yang sering diperlukan pasien
 Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan pasien
 Tempatkan benda-benda yang dapat dijangkau pasien
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui
sumber informasi
DS : Klien mengatakan akan segera mandi di pancuran bila operasinya
selesai
DO :
 Indikasi dilakukan pengangkatan lapisan putih di mata
Intervensi keperawatan (NIC)
 Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang atau proses
pengontrolan penyakit
 Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
c. Risiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokular, perdarahan, kehilangan vitreus.
DS : Klien mengeluh penglihatnya kabur dan melihat asap di mata.
DO:
 Lensa tampak keruh
 Reflek cahaya (-/-)
Intervensi keperawatan (NIC)
 Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien
4

 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien


 Berikan penjelaskan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
 Pasang side rail

- Pendidikan Kesehatan
Pre operasi
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai hal-hal yang harus dilakukan
sebelum operasi, seperti puasa sebelum operasi dan pencukuran bulu
mata (Wahyuni, 2015).
b. Menjelaskan kepada pasien seputar prosedur dan manfaat
dilakukannya operasi sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan
pasien.
c. Menganjurkan pasien untuk meminum ekstrak suplemen bilberry 14
hari sebelum operasi karena dapat mengurangi kadar malondialdehid
di lensa pasien katarak senilis (Sulistya, T. B., & Mutamimma, A,
2011).
Post operasi
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai ha-hal yang perlu dihindari
seperti menggosok mata, pemakaian sabun yang mendekati mata,
mengejan saat defekasi ataupun mengangkat benda yang berat.
b. Menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya menggunakan obat
sesuai aturan, mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai obat
serta membersihkan kelopak mata dengan kassa atau kapas steril yang
dibasahi normal salin dengan lembut dari sudut dalam ke luar.
c. Menginstruksikan kepada pasien untuk melaporkan tanda dan gejala
yang tidak biasa seperti nyeri yang tidak berkurang dengan obat
5

analgetik ataupun nyeri yang disertai mata merah, bengkak dan


keluarnya cairan dari mata.
d. Menjelaskan kepada pasien setelah operasi tidak diperbolehkan mandi
di pancuran. Jika setelah operasi klien ingin mandi, mandilah dengan
mempergunakan waslap. Selanjutnya boleh mandi dengan pancuran.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan salah satu gangguan persepsi sensori penglihatan yang
dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata. Katarak adalah keadaan
yang menyebabkan kekeruhan pada lensa mata sehingga penderita mengali
penurunan ketajaman penglihatan. Klien katarak mengeluh penglihatannya seperti
berasap dan ketajaman penglihatannya menurun secara progresif. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti penyakit diabetes melitus
atau hipoparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar matahari
(sinar ultraviolet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.

4.2 Saran
Salah satu hal yang harus perawat perhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien katarak adalah menciptakan lingkungan yang nyaman serta
aman, seperti menjauh barang-barang yang dapat membahayakan dan menyimpan
barang-barang yang dibutuhkan pasien pada tempat yang dapat dijangkau dengan
mudah. Perawat juga harus memberikan pendidikan perawatan sehingga pasien dapat
berkontrubusi dalam upaya mencapai kesembuhan yang optimal. Daftar pustaka yang
dilampirkan di belakang halaman dapat dijadikan referensi yang tepat.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ahern & Wilkinson. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa : Esty
W.Jakarta: EGC.
Bulecheck, Gloria dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC).
Fifth Edition. United State: Mosbv
Tamsuri, Anas. (2010). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan :
Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddart. Alih Bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Sulistya, T. B., & Mutamimma, A. (2011). Suplementasi Ekstrak Bilberry
Menurunkan Kadar Malondialdehid Lensa Penderita Katarak Senilis.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 26(4), 199-203
Wahyuni, Sri Agus. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Perioperatif Katarak dengan Tingkat Kecemasan Pada Klien Pre
Operasi di RSD dr. Soebandi Jember, dilihat 6 Oktober 2017,
<http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66139
Williams & Wilkins. (2011). Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC

1
2

Anda mungkin juga menyukai