Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI


LANSIA DENGAN KATARAK

Untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Pada Hari, Tanggal : Kamis, 04 Februari 2021

Disusun oleh Kelompok 5:


ARI GUNAWAN NPM. 18.156.01.11.072
ATIKAH LAELASARI NPM. 18.156.01.11.073
DEWI SAFITRI NPM. 18.156.01.11.075
DIAH AYU SAPUTRI NPM. 18.156.01.11.076
MOHAMAD RAFLI NPM. 18.156.01.11.087
NAVA SANTIA IRVANI NPM. 18.156.01.11.090
RATU ANDINI N. Y. NPM. 18.156.01.11.095
SIVA FAUZIAH NPM. 18.156.01.11.102

Kelas 3C Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
Jl. Cut Mutia No. 88A – Kel. Sepanjang Jaya – Bekasi, Telp. (021) 82431375-77 Fax.
(021) 82431374
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................................... 3
A. Pengertian .................................................................................................................... 3
B. Klasifikasi katarak ....................................................................................................... 3
C. Etiologi ........................................................................................................................ 4
D. Patofisiologi ................................................................................................................ 5
E. Manisfestasi Klinis.......................................................................................................... 6
F. Komplikasi ...................................................................................................................... 6
G. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 7
H. Data Penujang ............................................................................................................. 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................... 9
A. Pengkajian ................................................................................................................... 9
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 13
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 13
D. Implementasi ............................................................................................................. 17
E. Evaluasi ......................................................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 19
A. Kesimpulan................................................................................................................ 19
B. Saran .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan dan
kondisi stres fisiologis nya. Berdasarkan karakteristik sosial masarakat yang
mengangap bahwa orang telah tua jika menujukan ciri fisik seperti rambut beruban,
kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak biasa lagi
melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam
kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah
tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya lahir. Dalam
masyarakat kepulauan pasifik, seseorang dianggap tua ketika dia berfungsi sebagai
kepala dari garis keturunan keluarganya (azizah, 2011). Sering kali keberadaan lanjut
usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat
sekitarnya. Kenyataan ini mendorong semakin berkembangnya anggaapan bahwa
menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami
oleh lanjut usia. Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembangdari bayi, anakanak, dewasa dan
akhirnya menajdi tua. Hal yang normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. (Azizah, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Katarak?
2. Apa saja klasifikasi dari katarak?
3. Apa yang menyebabkan katarak dan bagaimana manifestasi klinisnya?
4. Bagaimana katarak bisa terjadi dan apa saja komplikasi dari katarak?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan pada pasien katarak?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan katarak
2. Mengetahui apa saja klasifikasi dari katarak
3. Mengetahui apa yang menyebabkan katarak dan bagaimana manifestasi klinisnya
4. Mengetahui bagaimana katarak bisa terjadi dan apa saja komplikasi dari katarak
5. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan pada
pasien katarak

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, inggeris cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya (utama, 2015). Katarak
adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan
penglihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahaya menenbus kornea,
yang pada akhirnya mengamburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai
hasilnya, otak menginterprestasikan bayangan yang kabur. Katarak umumnya
mempengaruhi kedua mata, tetapi katarak di masing-masing mata memburuk sendiri-
sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic, yang biasanya unilateral, dan katarak
congenital, yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang
paling banyak terjadi pada orang diatas usia 70 tahun. Pembedahan memperbaiki
penglihatan pada sekitar 95% pasien. Tampa pembedahan, katarak akhirnya
menyebabkan kehilangan penglihatan total.

B. Klasifikasi katarak
1. Katarak konginetal
Katarak konginetal merupakan kekeruhan lensa yang di dapatkan sejak lahir.
Katarak konginetal terbagi atas :
a. Katarak remetar dan zonular Bila pada permulaan perkembangan serat lensa
normal dan kemudian menjadi gangguan perkembangan serat lensa.
b. Katarak polaris posterior Katarak ini terjadi karena akibat arteri siloid yang
menetap pada saat tidak di butuhkan lagi oleh lensa untuk metabolismenya.
c. Katarak Polaris anterior Katarak ini akibat gannguan perkembangan lensa
pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa.
d. Katarak sentral Katarak ini merupakan katarak halus yang terlihat pada
bagian nucleus embrional.

3
2. Katarak senile
Katarak senil adalah katarak yang semua kekeruhan lensa yg terdapat pada usia
lanjut yaitu usia di atas 30 tahun, katarak senile terbagi atas :
a. Katarak insipiens Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi
lensa kekeruhan, akan mengeluh gangguan pengelihatan seperti melihat
ganda dengan satu matanya
b. Katarak ematur Dimana pada stadium ini lensa yang degenerative mulai
terserap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi cembung.
c. Katarak matur, Dimana merupakan proses degenerasi lanjut lensa dimana
terjadi kekeruhan seluruh lensa.
3. Katarak traumatic
Adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata,serta robekan pada kapsul
sebagai akibat taraum dari benda tajam.
4. Katarak juvenile
Adalah katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.
5. Katarak komplikata
Katarak yang terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa,factor fisik
atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.
6. Katarak diabetika
Katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes (aspiani, 2014)

C. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam
kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu
dan penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata.
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Fisik Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa.
2. Kimia Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat
paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.
3. Usia Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun
dan mengakibatkan katarak.

4
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin Jika ibu pada saat mengandung terkena
atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan
mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung
menderita rubella.
5. Penyakit Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis.

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transportasi,
perubahan pada searabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan selier ke
sekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda,
dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat
bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang
paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B,
obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama. Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral
penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi
tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan
mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas
diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang
baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang
padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan
sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan

5
kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan
kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau
kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa
yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada
retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada
katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning,
bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan
warna ( Istiqomah, 2012).

E. Manisfestasi Klinis
1 Penglihatan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2 Kesulitan melihat ketika malam hari.
3 Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
4 Bayangan cahaya yang di tangkap seperti sebuah lingkaran.
5 Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup yang terang untuk membaca atau
beraktivitas lainnya.
6 Sering menganti kaca mata atau lensa kontak karena sudah merasa tidak nyaman
mengunakannya.
7 Warnah cahaya memudar dan cenderung berubah warnah saat melihat, misalnya
cahaya putih yang di tangkap menjadi cahaya kuning.
8 Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda.

F. Komplikasi
1. Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
2. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
3. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji mata
b. Keratometri
c. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
d. A-scan ultrasound (echography)

6
e. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.

G. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan
prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dil akukan
pengisapan keluar melalui kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator
pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari
- hari, maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari,
aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk
menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan
yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan
katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih
dari 65 tahun keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local
(retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang
cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan
draping bedah. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan
katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika.

H. Data Penujang
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu denang kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humer, kesalahan refraksi, penyakit system saraf,
penglihatan ke retina.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karna masa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran tonografi : TIO (12-25 mmHg)
4. Pengukuran gonioskop membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.

7
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internalokuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, pendrahan.
7. Darah lengkap, LED : menujukan anemis sistemik/ infeksi.
8. EKG, kolestrol serum, lipid, tes tolernsi glukoma : control DM.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Umur, katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia lanjut.
b. Riwayat trauma, trauma tembus atau tumpul dapat merusak kapsul lensa.
c. Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan dengan
bahan kimia atau terpapar radio aktif/sinar x.
d. Riwayat penyakit : trutama mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit
diabetes melitus, hipotiroid, uveitis, glaucoma.
e. Riwayat keluhan gangguan : stadium katarak
f. Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh,
berkendara.
2. Pengkajian khusus mata
a. Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih)
pada lensa.
b. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut
c. Penurunan tajam penglihatan (miopia).
d. Bila mata depan menyempit.
e. Tanda glaukoma (akibat komplikasi).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan fungsi system tubuh.
b. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head to toe (dari
ujung kepala sampai ke ujung kaki) dan system tubuh.
4. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaannya
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan dating

9
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
5. Social-ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
6. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.
7. Pengkajian Dasar
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar
pada psoses menua yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam melakukan
pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus
dilakukan terhadap fungsi semua system, status gizi, dan aspek psikososialnya.
a. Temperature/suhu tubuh
1) Mungkin (hipotermi) ± 35ºC
2) Lebih teliti diperiksa di sublingual
b. Denyut nadi
1) Kecepatan, irama, volume
2) Apical, radial, pedal
c. Respirasi (pernapasan)
1) Kecepatan, irama, dan kedalaman
2) Pernapasan tidak teratur
d. Tekanan darah
1) Saat berbaring, duduk, berdiri
2) Hipotensi akibat posisi tubuh

10
e. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
f. Tingkat orientasi
g. Memori (ingatan)
h. Pola tidur
i. Penyesuaian psikososial
8. System Persarafan
a. Kesimetrisan raut wajah
b. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
1) Tidak semua orang menjadi senil
2) Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
c. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
d. Pupil : kesamaan, dilatasi
e. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
1) Jangan diuji didepan jendela
2) Gunakan tangan atau gambar
3) Cek kondisi kacamata
f. Gangguan sensori
g. Ketajaman pendengaran
1) Apakah menggunakan alat bantu dengar
2) Tinnitus
3) Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
h. Adanya rasa sakit atau nyeri
9. System Kardiovaskular
a. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
b. Auskultasi denyut nadi apical
c. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
d. PusingSakit/nyeri
e. Edema
10. System Gastrointestinal
a. Status gizi
b. Asupan diet
c. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
d. Mengunyah, menelan
e. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut

11
f. Auskultasi bising usus
g. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
h. Apakah ada konstipasi (sambelit), diare, inkontinensia alvi
11. System Genitourineria
a. Urine (warna dan bau)
b. Ditensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air)
c. Frekuensi, tekanan, atau desakan
d. Pemasukan dan pengeluaran cairan
e. Dysuria
f. Seksualitas
1) Kurang minat melakukan hubungan seks
2) Adanya disfungsi seksual
3) Gangguan ereksi
4) Dorongan/daya seks menurun
5) Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
6) Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas seksual
12. System Kulit
a. Kulit
1) Temperature, tingkat kelembapan
2) Keutuhan kulit: luka terbuka, robekan
3) Turgor (kekenyalan kulit)
4) Perubahan pigmen
b. Adanya jaringan parut
c. Keadaan kuku
d. Keadaan rambut
e. Adanya gangguan umum
13. System Muskuloskeletal
a. Kontraktur
1) Atrofi otot
2) Tendon mengecil
3) Ketidakadekuatan gerakan sendi
b. Tingkat mobilisasi
1) Ambulansi dengan atau tanpa bantuan peralatan
2) Keterbatasan gerak

12
3) Kekuatan otot
4) Kemampuan melangkah atau berjalan
c. Gerakan sendi
d. Paralisis
e. Kifosis
14. Psikososial
a. Menunjukan tanda meningkatnya ketergantungan
b. Fokus pada diri bertambah
c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
d. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Post Operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan sensasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

C. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah persepsi sensori
penglihatan teratasi.
b. Kriteria Hasil:
1) Pasien mampu mengidentifikasi lingkungan di sekitarnya dengan cukup
baik.
2) Pasien tidak mengalami disorientasi.
c. Rencana Tindakan:
1) Periksa status mental , status sensori , dan tingkat kenyamanan
2) Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
3) Batasi stimulus lingkungan
4) Jadwalkan aktifitas harian dan waktu istirahat
13
5) Kombinasikan prosedur / tindakan dalam satu waktu, sesuai kebutuhan
6) Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
7) Kolaborasi dalam meminimalkan prsedur/tindakan
8) Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah ansietas
/kecemasan berkurang.
b. Kriteria Hasil:
1) Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
2) Pasien tampak rileks dan mengatakan kecemasannya berkurang.
c. Rencana Tindakan:
1) Monitor tanda-tanda ansietas
2) Ciptakan suasana trapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien jika perlu
7) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
8) Latih tehnik relaksasi

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah kurang
pengetahuan teratasi.
b. Kriteria Hasil:
1) Pasien dan keluarga menyatakan paham mengenai kondisi, penyakit
serta program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
dengan benar.
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali informasi yang telah
dijelaskan oleh petugas medis.
c. Rencana Tindakan:

14
1) Indentifikasi kesiapan dan kemampuan menrima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi prilaku hidup bersih dan sehat
3) Sedikan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) Berikan kesempatan untuk bertanya
6) Jelaskan faktor resiko yang dapat mengurangi kesehatan
7) Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
8) Ajarkan strategi yang dapat diggunakan untuk meningkatkan prilaku
hidup sehat dan sehat

Post Operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah nyeri berkurang
/terkontrol.
b. Kriteria Hasil:
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.
2) Pasien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah.
c. Rencana Tindakan:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi , kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi sekala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5) Fasilitas istirahat dan tidur
6) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
7) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
8) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
9) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

2. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan sensasi


a. RencanaTujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera dapat dicegah.

15
b. Kriteria hasil:
1) Pasien menyatakan paham mengenai faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
2) Pasien terlihat lebih aman dengan lingkungan sekitar yang telah
dimodifkasi untuk meminimialkan risiko cedera.
c. Rencana Tujuan:
1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cidera
2) Sediakan pencahayaan yang memadai
3) Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
4) Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
5) Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
6) Diskusikan mengenal alat bantu mobilitas yang sesuai
7) Diskusikan berasama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien

3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif


a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan risiko infeksi
berkurang/tidak terjadi.
b. Kriteria Hasil:
1) Tidak tampak tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi pada luka
pasien.
2) Luka pasien tampak bersih, tidak ada pus.
c. Rencana Tindakan:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2) Batasi jumlah pengunjung
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
7) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
8) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

16
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa
serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki
dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun
secara khusus pada klien dengan katarak. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan
fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai
oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya
Pada fungsi interdepen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama
dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan
kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat
berdasarkan atas pesan dari anggota medis yang lain (Tarwoto, 2015).

E. Evaluasi
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
a. Pasien mampu mengidentifikasi lingkungan di sekitarnya dengan cukup baik.
b. Pasien tidak mengalami disorientasi.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
a. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
b. Pasien tampak rileks dan mengatakan kecemasannya berkurang.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
a. Pasien dan keluarga menyatakan paham mengenai kondisi, penyakit serta
program pengobatan.
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan dengan
benar.
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali informasi yang telah
dijelaskan oleh petugas medis.
Post Operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik.
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.
b. Pasien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah.
17
2. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan sensasi
a. Pasien menyatakan paham mengenai faktor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
b. Pasien terlihat lebih aman dengan lingkungan sekitar yang telah dimodifkasi
untuk meminimialkan risiko cedera.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif
a. Tidak tampak tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi pada luka
pasien.
b. Luka pasien tampak bersih, tidak ada pus.

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling
berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi
sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari
fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi
dari persepsi sensori. (Martono,2015)

Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan anatomis dan


fungsional yang sangat besar. Andrea dan Tobin (peneliti), memperkenalkan “Hukum
1%”, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan mengalami penurunan sebanyak 1%
setiap tahunnya setelah usia 30 tahun (Martono, 2004). Pada lansia sering dijumpai
permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan gerak dan fungsi. Menurut Kamso
yang dikutip oleh Zuhdi (2000), pada lansia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%,
fungsi pendengaran 67%, pengelihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan tubuh
yang menurun sebesar 64%. Permasalahan yang muncul pada lansia dapat disebabkan
karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh.

B. Saran
Sebagai mahasiswa perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
perubahan persepsi sensori pada lansia yang dan saran untuk pembaca dapat
memberikan kritik membangun untuk makalah ini karena masih jauh dari sempurna.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=4133&bid=3749 diakses pada


tanggal 04 Februari 2020

20

Anda mungkin juga menyukai