D
DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG KEBUTUHAN
AKTUALISASI DIRI DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE HEMORAGIK
Di Susun Oleh:
DIKI WAHYUDI
NIM : 2019.C.11a.1041
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Juga Asuhan
Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
D Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri Pada Stroke Hemogarik”
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
4. Isna Wiranti, S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing Akademik
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah memberikan izin
tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini mungkin
terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu, saya mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan dan
juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapar
bermanfaat bagi kita semua.
Diki Wahyudi
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1
4. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi
Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Gangguan Aktualisasi Diri
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan Asuhan
Keperawatan pada Tn. D dengan Gangguan Aktualisasi Diri
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan
Gangguan Aktualisasi Diri
7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari Asuhan Keperawatan pada Tn.D
dengan Gangguan Aktualisasi Diri
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan dan referensi tentangStroke hemoragikdan Asuhan
Keperawatannya.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan mutu
pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan Diagnosa Medis
Strokemelalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
4. Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu
serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi lain dari Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah
kebagian otak. Dua jenis stroke yang utama adalah ischemic dan hemorraghic.
(Black & Hawks, 2014).
Dari beberapa pengertian stroke menurut ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
stroke adalah suatu penyakit atau gangguan pada sistem neurologis yang terjadi
akibat kurangnya suplai oksigen ke otak secara mendadak dapat terjadi karena
adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak yang dapat
menimbulkan gejala-gejala bahkan menyebabkan kematian.
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi stroke berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Stroke iskemik, jenis stroke ini terjadi pada 87% dari semua stroke (Hickey, 2009).
Sumbatan dapat terjadi dari bekuan darah (baik sebagai trombus maupun embolus),
atau dari stenosis pembuluh yang terjadi akibat penumpukan plak. Penyebab lain
stroke iskemik adalah vasos pasme yang sering merupakan respons vaskuler reaktif
terhadap perdarahan ke dalam ruang antara araknoid dan piamater meningen (Dosen
Keperawatan Medikal- Bedah Indonesia, 2016). Terdapat 2 jenis stroke iskemik,
yaitu:
1) Stroke trombosis (stroke pembuluh darah besar), adalah stroke yang
disebabkan oleh karena adanya oklusi yang terjadi akibat pembentukan
trombus. Stroke tombosis paling sering terjadi pada lansia yang istirahat
atau tidur.
2) Stroke emboli (stroke pembuluh darah kecil), adalah jenis stroke iskemik
yang disebabkan oleh bekuan darah yang disebabkan proses emboli.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik.
2. Stroke hemoragik, atau hemoragi intrakranial, terjadi ketika pembuluh darah
serebral ruptur. Stroke hemoragik terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus stroke
(Dosen Keperawatan Medikal- Bedah Indonesia, 2016). Biasanya stroke
hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan
kesadaran. Terdapat 2 jenis stroke hemoragik, yaitu:
1) Stroke perdarahan intraserebral, adalah ekstravasasi darah yang
berlangsung spontan dan mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan
disebabkan oleh trauma (non traumatis).
2) Stroke subaraknoid, adalah ekstravasasi darah ke dalam subaraknoid yang
meliputi sistem saraf pusat yang diisi dengan serebrospinal.
Klasifikasi stroke berdasarkan manifestasi klinisnya menurut Munir tahun 2015
sebagai berikut:
a. TIA (Tansient Ischemic Attack), serangan akut defisit neurologis focal yang
berlangsung singkat, kurang dari 24 jam dan sembuh tanpa gejala sisa.
b. RIND (Residual Ischemic Neurological Defisit), sama dengan TIA tetapi
berlangsung lebih dari 24 jam dan sembuh sempurna dalam waktu kurang dari
3 minggu.
c. Completed stroke, stroke dengan defisit neurologis berat dan menetap dalam
waktu 6 jam, dengan penyembuhan tidak sempurna dalam waktu lebih dari 3
minggu.
d. Progressive stroke, stroke dengan defisit neurologi focal yang terjadi bertahap
dan mencapai puncaknya dalam waktu 24-48 jam sistem karotis atau 96 jam
sistem VB dengan penyembuhan tidak sempurna dalam waktu 3 minggu.
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan
stroke (Arum, 2015) diantaranya :
1) Kebiasaan merokok
2) Mengkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol
3) Suka menyantap makanan siap saji
4) Kurangnya aktifitas gerak/olahraga
5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang
jelas
c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi (tekanan darah tinggi). Tekanan darah tinggi merupakan
peluang terbesar terjadinya stroke. Hipertensi mengakibatkan adanya
gangguan aliran darah yang mana diameter pembuluh darah akan
mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun berkurang. Dengan
pengurangan aliran darah ke otak, maka otak kekurangan suplai oksigen
dan glukosa, lamakelamaan jaringan otak akan mati
2) Penyakit jantung. Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard
(kematian otot jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke. Jantung
merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan mengalami
kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi terganggu, termasuk
aliran darah menuju otak. Gangguan aliran darah itu dapat mematikan
jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap.
3) Diabetes mellitus. Pembuluh darah pada penderita diabetes melitus
umumnya lebih kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba sehingga
dapat menyebabkan kematian otak.
4) Hiperkolesterlemia. Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar
kolesterol dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini lama-
kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk aliran darah ke otak.
5) Obesitas. Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu
faktor terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan
tinggi dan diabetes lebih sering terjadi pada orang afrika- karibia dari pada
orang non-Afrika Karibia. Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan
faktor lingkungan.
Manifestasi stroke beragam berdasarkan pada arteri serebral yang terkena dan
area otak yang terkena. Wanita yang mengalami stroke lebih cenderung
melaporkan manifestasi nontradisional (khususnya disorientasi, konfusi, atau
kehilangan kesadaran) dari pada pria (LeMone Dll, 2012). Manifestasi selalu tiba-
tiba dalam hal awitan, fokal, dan biasanya satu sisi.
1. Stroke trombosis
a) Koma
f) Gangguan motorik pada lidah, mulut, rahang, dan pita suara sehingga
pasien sulit berbicara (disatria)
i) Gangguan pendengaran
Hemiparise
Penurunan kesadaran
2.2 Konsep Aktualisasi Diri
2.2.1 Definisi
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arianto, 2009), menyatakan aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi
psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman
dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah
sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis (Arianto, 2009).
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga
memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu
makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan
aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya
telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya
berpusat pada kepribadian (Arianto, 2009).
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga
memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu
makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan
aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya
telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya
berpusat pada kepribadian.
a. Kebutuhanfisiologis(physiological),meliputikebutuhanakanpangan,
pakaian,dantempattinggalmaupunkebutuhanbiologis,
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Need For Self Actualization). Kebutuhan ini meliputi:
Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
Tidak emosional
Kreatif
Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu
proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi
individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang
utuh.
2.2.2 Kararakteristik Aktualisasi Diri
Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda
dengan manusia pada umumnya. Terdapat 11 karakteristik yang menunjukkan
seseorang mencapai aktualisasi diri.
1. Mampu melihat realitas secara lebih efisien
Seseorang akan lebih objektif karena ia akan mampu mengenali kebohongan,
kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa
secara kritis dan logis terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan
apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan
atau ditakuti orang lain.
2. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya
Dengan aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang
tinggi dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang
lain. Ia juga akan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang
diberikan orang lain kepada dirinya.
3. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran
Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak
dibuat-buat, spontan, dan wajar.Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang
dada terhadap kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsipnya. Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani
menentang dengan asertif.
4. Terpusat pada persoalan
Dengan aktualisasi diri maka seseorang akan memusatkan seluruh pikiran,
perilaku, dan gagasan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat
manusia, bukan pada persoalan- persoalan yang bersifat kepentingan diri sendiri.
5. Membutuhkan kesendirian
Seseorang akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu
yang dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut
membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu
mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
6. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)
Dengan karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan
melakukan apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh lingkungan. Ia akan mudah
beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan yang datang.
7. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan
Dengan aktualisasi diri seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri,
menerima, dan tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut
biasa saja.
8. Kesadaran sosial
Seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk
bersikap empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan bermasyarakat.
9. Hubungan interpersonal
Dengan aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan
orang lain dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.
10. Demokratis
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis.Sifat ini
dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam
bergaul berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi,
partai dan lain-lain.
11. Rasa humor yang bermakna dan etis
Seseorang dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina,
merendahkan atau menjelekkan orang lain.
12. Kreativitas
Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi
yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
13. Independensi
Seseorang akan mampu mempertahankan gagasan dan pendiriannya tanpa
terpengaruh oleh berbagai kepentingan lain.
14. Pengalaman Puncak (Peak Experience)
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang
menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batasan antara dirinya dengan alam
semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari
sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat
lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja,
tulus hati , dan terbuka.
Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian
kehidupan yang prima (peakexperience). Konsekuensinya ia akan merasakan
bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang
menyebabkan keberuntungan tersebut.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri
Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada
eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar
(eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya
untuk melakukan sesuatu.
a. Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri
seseorang, yang meliputi :
1) Ketidaktahuanakanpotensidiri
Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hirarki
kebutuhan, namun juga dapat di pandang sebagai tujuan final,tujuan ideal dari
kehidupan manusia. Konsep tujuan hidup motivator ini mirip dengan konsep arsetif-
self dari jung, kekuatan-kreatif-self dari adler, ataupun realisasi dari horney. Menurut
Maslow, tujuan aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir.
b) Hidup adalah perjalanan proses memilih antara keamanan (jauh dari rasa
sakit dan kebutuhan bertahan) dengan rIsiko (demi kemajuan dan
pengembangan).
c) Biarkan self tegak.
Lebih lanjut Maslow menyatakan bahwa untuk mencapai taraf aktualisasi diri
tidaklah mudah seperti dalam pencapaian kebutuhan sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena upaya dalam pencapaian aktualisasi diri banyak dipenuhi oleh
hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1. Berasal dari individu itu sendiri yakni berupa ketidak tahuan, keraguan
bahkan bisa karena ketakutan yang dialami oleh individu itu sendiri.
3. Berasal dari pengaruh yang dihasilkan dari kebutuhan yang kuat akan rasa
aman. Maslow menyatakan jika masyarakat mengharapkan lebih banyak orang
yang mampu
mengaktualisasikan diri maka haruslah ada perubahan pada dataran dunia
sehingga tercipta kesempatan yang luas bagi orang untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan dasarnya. Yang dimaksud perubahan disini menurut Maslow adalah
perubahan struktur politk, ketentuan- ketentuan sosial. (Koeswara: 1991, 125-
126).
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, nomor
registrasi/MRS, dan diagnosa medis.
2). Keluhan Utama
Pada keluhan utama biasanya pasien dengan stroke hemorragic akan merasakan
keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
3). Riwayat Penyakit
Pada klien dengan stroke hemorragic biasanya akan diawali dengan adanya serangan
stroke hemoragik, sering kali berlangsung sangat mendadak saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami
stroke hemorragic. Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti
koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. Penting dikaji untuk
menetukan apakah pasien mempunyai penyakit terdahulu guna melakukan
perkembangan kesehatan pasien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada/tidak gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi, DM, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
d. Riwayat Psikososial
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan Stroke Hemorragic adalah
sebagai berikut:
1. Keadaan umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag mengalami gangguan yaitu
sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia, TTV meningkat, nadi bervariasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah meningkat, nadi bervariasi, suhu dingin, pernafasan tidak adekuat.
3. Pernafasan (B1: Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak naps, penggunaan
alat bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Pada klien dengan kesadaran
CM, pada infeksi peningkatan pernapasannya tidak ada kelainan, palpasi thoraks
didapatkan taktil fremitus seimbang, auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
4. Kardiovaskuler (B2:Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik)
yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terdapat peningkatan
dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).
5. Persyarafan (B3: Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada likasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran arean perfusinya tidak adekuat, dan
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik
sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Manifestasi sistem saraf pusatdapat
terjadi berkisar dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian.
Perkemihan (B4: Bladder)
6. Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sememntara karena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan
mengendalian kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunujukkan kerusakan neurologis luas.
7. Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual dan muntah dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan.
Kadang disertai penurunan berat badan, distensi abdomen, asites, feses warna pucat,
anoreksia, regurgitasi berulang.
8. Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Pada klien stroke hemorragic terjadi gangguan massa otot dan kekuatan otot
menurun oedem perifer, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonojol karena klien stroke mengalami
masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi serta mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat. Penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien
terlihat keletihan, sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan
ADL (Activity Day Living).
9. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat latergi,
stupor dan koma.
10. Pengkajian Sistem Sensori Dapat terjadi hemihipertensi. 11.Pengkajian Fungsi
Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal dan hemisfer.
11. Pangkajian Saraf KranialUmumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central. 13.Pengkajian Sistem Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
14.Pengkajian Reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang setelah beberapa
hari reflek fisiologian muncul kembali didahului refleks patologis.
2.3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa I :Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat.
GCS E : 4, M: 6, V: 5.
TTV normal (N: 60-100 x/menit, S: 36-36.7 OC, RR: 16-20 x/menit).
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Monitor tingkat kesadaran 1. Perubahan kesadaran menunjukkan
klien peningkatan tekanan intrakranial
2. Berikan penjelasan pada (TIK)
keluarga tentang sebab-sebab 2. Keluarga dapat berpartisipasi
peningkatan TIK dan dalam proses penyembuhan.
akibatnya. 3. Untuk mengetahui keadaan umum
3. Observasi tanda-tanda vital klien, mengetahui perkembangan
4. Berika klien bed rest total status kesehatan pasien.
3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti 1. Membantu menentukan daerah
spontan tidak tampak memahami dan derajat kerusakan serebral
kata/mengalami kesulitan berbicara yang terjadi.
atau membuat pengertian sendiri. 2. Intervensi yang dipilih
2. Bedakan antara afasia dan disatria. tergantung pada tipe
kerusakannya.
3. Minta pasien untuk mengikuti
3. Melakukan penilaian terhadap
perintah sederhana.
adanya kerusakan sensorik
4. Minta pasien untuk mengucapkan
(afasia sensorik).
suara sederhana.
4. Mengidentifikasi adanya
5. Berikan metode alternatif seperti
disatria sesuai komponen
menulis di papan tulis.
motorik dari bicara (seperti
6. Kolaborasi konsultasikan dengan
lidah, gerakan bibir, kontrol
rujuk kepada ahli terapi wicara.
napas) yang dapat
mempengaruhi artikulasi dan
mungkin juga tidak disertai
afasia motorik.
5. Memberikan komunikasi
tentang kebutuhan berdasarakan
keadaan defisit yang
mendasarnya.
6. Mempercepat proses
penyembuhan.
Diagnosa III : Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler.
1) Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan diharapkan kebutuhan perawatan diri
klien terpenuhi.
2) Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantudalam
kekurangan dalam melakukan mengantisipasi merencanakan
perawatan diri. pemenuhan kebutuhan secara
2. Beri motivasi kepada klien untuk individual.
tetap melakukan aktivitas sesuai 2. Meningkatkan harga diri dan
kemampuan. semangat untuk berusaha terus-
3. Berikan bantuan perawatan diri menerus.
sesuai kebutuhan. 3. Memenuhi kebutuhan
4. Berikan umpan balik positif untuk perawatan diri klien dan
setiap usaha yang dilakukannya. menghindari sifat bergantung
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi. kepada perawat.
4. Meningkatkan kemandirian dan
mendorong klien berusaha
secara kontinu.
5. Memberikan bantuan yang
mantap untuk mengembangan
rencana terapi.
2.3.5 Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien (Budianna Keliat, 2005).Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
2.3.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama : Tn.D
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku /Bangsa : Dayak, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang No.12, Palangka Raya
Tgl MRS : 01 Juli 2021
Diagnosa Medis :Stroke Hemoragik
Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 20:00 WIB, pasien
merasakan pegal di bagian leher dan sekitar bahu. Karena merasakan hal itu Tn. D
memutuskan untuk mengonsumsi 1 tablet/ 500 mg mixagrip pegal linu dan Tn.D
memutuskan untuk langsung tidur.
Pada tanggal 15 Maret 2021 sewaktu terbangun dari tidur sekitar pukul 06.30 WIB,
Tn.D merasa tubuh bagian kanannya terasa lemas tidak bisa di gerakan dan sertai rasa
nyeri sedikit. Pada saat itu juga istri beserta anaknya langsung membawa Tn.Dke IGD.
Di IGD Tn.D mendapatkan terapi injeksi IV piracetam 1 mg dan injeksi IV ranitidine 1
mg pada pukul 07:40 WIB serta mendapatkan pemasangan infus NaCL 0,9% 500 ml
20 tpm 1 tetes/ 3 detik di tangan sebelah kiri.
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
III.Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, lemas, pucat, konjungtiva anemis, kesadaran
somnolent, ekpresi wajah klien meringis, irama pernafasan teratur, type
pernafasan menggunakan perut dan dada, posisi berbaring semi-fowler, terpasang
infus NaCL 0,9% 500 ml 20 tpm 1 tetes/ 3 detik di tangan sebelah kiri klien,
berbaring terlentang dan terbalut selimut.
Status Mental :
Tingkat kesadaran samnolent, ekpresi wajah tampak meringis, bentuk badan
mesomorph, posisi berbaring terlentang, berbicara kurang jelas, suasana hati
tenang, penampilan cukup rapi. Klien mengetahui waktu (pagi, sore, malam),
Klien dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya
sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri
klien adaptif.
Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 29 Oktober 2020 pukul 08.00 WIB, suhu
tubuh klien/ S = 37,0 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 92 x/menit dan
pernapasan/ RR = 22 x/menit, tekanan darah TD = 180/ 110 mmHg.
Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba tidak simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat nyeri
dada, tidak merasa sesak nafas, type pernapasan klien tampak menggunakan perut
dan dada, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak ada
suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada
Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak pucat, klien merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, klien tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan,
capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam >2 detik, tidak ada
terdapat oedema, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak
mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada
mengalami kelainan. Tekanan darah : 180/110 mmHg, Nadi 90 x/menit dan teraba kuat,
suhu 37 º C, akral teraba hangat.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Persyarafan (Brain)
Nilai GCS, E : 3 (Respon suara), V : 1 (Tidak ada suara), M : 5 (merangsang
nyeri), total nilai GCS = 9 (somnolent), kesadaran klien tampak normal, pupil
isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien merasakan nyeri di
bagian perut kanan atas, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak
merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami
kejang.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti
: minyak kayu putih atau alcohol.
Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke
atas dan ke bawah.
Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti :
nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor) : Klien dapat mendengar perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit
dan manis.
Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x 24
jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami
masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri,
tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak
terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab, ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi klien
lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien tidak
ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada peradangan,
rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari warna kekuningan
dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak kembung,
kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada terdapat
nyeri tekan ataupun benjolan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak
ada.
Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien terbatas, tidak ada parase, tidak ada paralise,
tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, terdapat nyeri seperti di tusuk-tusuk di
perut kanan atas, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas,
ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas kanan dan kiri
skala 1/5. Uji kekuatan ektermitas bawah kanan dan kiri skala 1/5. Tidak terdapat
peradangan dan perlukaan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalsah keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik
Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan, dan kosmetik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba panas, warna kulit coklat tua, turgor baik, tekstur
halus, tidak ada tampak terdapat lesi, tidak tampak terdapat jaringan, tekstur
rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan bentuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak
ada
Sistem Penginderaan
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien tampak bergerak
normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) = 6/6, sclera klien
ikterik, warna konjungtiva ikterik, kornea ikterik, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada
klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
b.Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan tidak tuli.
c.Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi, tidak terdapat
obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi, cavum nasal normal,
septum nasal tidak ada masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak
ada.
Sistem Reproduksi
Reproduksi PriaBagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada gatal-gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada
discharge, srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya.
Pola Fungsi Kesehatan
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien tidak merasa mual, tidak ada muntah, tidak
mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus.
TB : 165 Cm
BB sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
IMT = BB
(TB)²
=55
(165)²
= 20,2 (normal)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x/ hari 3x/ hari
Porsi 3 sedang 3 sedang
Diki Wahyudi
ANALISIS DATA
DO : Sirkulasi selebral
- Konjungtivatampak terganggu
anemis
- Klien tampak berbicara
pelo Penurunan darah dan O2
- Klien tampak lemas, ke otak
gelisah dan pucat
- Ekpresi wajah klien
tampak meringis Ketidakfektifan perfusi
- Klien tampak sering jaringan serebral
memegang kepala
- Kesadaran pasien
somnolent
- HGB = 7 g/dL
- CRT kembali dalam >2
detik.
- Terpasang infus NaCl
0,9% 500 ml 20 tpm
1tetes/3detik ditangan
sebelah kiri klien.
- TTV
TD : 180/110 mmHg
N : 92 x/menit
S : 37,00C
RR : 22 x/menit
DS : Keluarga klien Penurunan Darah Ke Gangguan Mobilitas
mengatakan Tn.P tidak Otak Fisik
bisamenggerakan
ektermitas atas Hipoksia Cerebri
bagiankanan dan
ektermitas bawah bagian
kanan dan tdak bisa Infark Jaringan Otak
beraktivitas.
Hemiparese
DO :
- Klien tampak sakit Kelemahan Otot
- Klien tampak lemas
- Kesadaran somnolent Mobilisasi Menurun
- Klien tampak pucat
- Klien tampak meringis Gangguan mobilitas
- Posisi berbaring klien fisik
tampak semi-fowler
- Nilai GCS = 9 (tidak
baik)
- Kekuatan otot
1 5
1 5
- Terpasang infus NaCl
0,9% 500 ml 20 tpm
1tetes/3detik ditangan
sebelah kiri klien.
- TTV
TD : 180/110 mmHg
N : 92 x/menit
S : 37,00C
RR : 22 x/menit
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN
MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
Defisit
Ds: Keluarga klien mengatakan sebelum Perawatan Diri
sakit klien dapat berktivitas secara
bebasnamun sesudah sakit klien tidak
dapat beraktivitas secara bebas dan Hermister kiri
didampingi oleh keluarga dan istrinya
Do :
- Klien tampak kesulitan saat beraktivitas Hemipelgi Kanan
seperti : mandi,makan dan memakai
pakaian
- Pasien tampak lemas Kelemahan Fisik
- Posisi berbaring tampak semi-fowler
- TTV
TD :180/110 mmHg Defisit Perawatan Diri
N : 92x/menit
S : 37,00C
RR : 22 x/menit
PRIORITAS MASALAH
1.Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tingkat kesadaran 1. Perubahan kesadaran
jaringan serebral berhubungan keperawatan 2x7 jam klien menunjukkan peningkatan
2. Observasi TTV dan Hb klien tekanan intrakranial (TIK)
dengan aliran darah ke otak diharapkan memperoleh 3. Atur posisi semi-fowler atau
2. Kesehatan klien dapat di
peningkatan perfusi jaringan fowler. lihat dari TTV dan kadar HB
yang adekuat, dengan kriteria 4. Ajarkan teknik relaksasi pada klien.
5. Berikan penjelasan pada 3. Memberikan posisi
hasil :
keluarga tentang sebab-sebab senyaman mungkin
1. Klien menunjukan tidak peningkatan TIK dan4. Keluarga dapat
merasa sakit kepala akibatnya. berpartisipasi dalam proses
6. Anjurkan klien untuk penyembuhan.
2. Klien tampak rileks dan
menghindari batuk dan5. Untuk mengetahui keadaan
ceria mngejan berlebihan. umum klien, mengetahui
3. Hb normal pria 14 – 18 gr% Kolaborasi dengan tenaga perkembangan status
4. Keluarga/pasien mengetahui kesehatan, jika perlu pemberian kesehatan pasien.
6. Rangsangan aktivitas yang
penyebab perubahan perfusi O² dan obat analgetik/antipiretik meningkat dapat
jaringan dan pemberian obat meningkatkan TIK.
5. CRT kembali dalam kurang neuroprotector. 7. Berguna untuk
memperingan sakit kepala
dari 2 detik.
dan agar klien dapat
TTV dalam batas normal meakukan secara mandiri
jika sakit kepala kambuh.
Bekerja sama dengan tenaga
50
kesehatan dalam pemberian
oksigenasi. Pemberian obat
untuk mengurangi rasa sakit
(analgesik) dan menurunkan
demam (antipiretik) dan
Memperbaiki sel yang masih
viable.
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1 Monitor TTV dan kondisi 1. Pantau kondisi klien disaat
berhubungan denganpenurunan keperawatan dalam 2x24 jam umum selama melakukan melakukan tindakan agar
darah ke otak masalah gangguan mobilitas mobilisasi mengetahui tingkat
fisik klien dapat teratasi, dengan 2 Fasilitasi aktivitas pemulihan kesehatan klien.
kriteria hasil : mobolisasi dengan alat 2. Alat bantu akan membantu
- Dalam waktu 24 jam klien bantu mempermudah melakukan
menjadi bugar 3 Libatkan keluarga untuk mobilitas fisik
- Dalam waktu 3 hari nilai membantu klien dalam 3. Agar keluarga tahu dan dapat
GCS klien menjadi 11 meningkatkan pergerakan melakukan tindakan secara
- Dalam waktu 7 hari nilai mandiri dalam membantu
kekuatan otot 5 2 atau mengajarkan ROM
52
- Dalam waktu 3 hari sudah
tidak terpasang infus
TTV dalam batas norma
51
3.Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor tingkat kemandirian 1. Mengetahui tingkat
berhubungan dengan Gangguan keperawatan 2x24 jam masalah 2.Dampingi dalam melakukan kemandirian klien
Neuromuskuler Gangguan Persepsi Sensori : 3.keperawatan diri sampai 2. Agar membantu klien
Pendengaranklien dapat teratasi mandiri dalam melakukan aktivitas
dengan kriteria hasil : 4. Memonitor kebersihan tubuh mandiri
- Aktivitas klien kembali 5. Ajarkan kepada keluarga cara 3. Mengetahui menjaga
normal memandikan pasien, jika perlu kebersihan klien
- Klien mampu melakukan 6.Fasilitasi mengenakan pakaian, 4. Keluarga mampu
aktivitas seperti : makan, jika perlu memandikan klien secara
mandi,memakai pakaian tanpa 7.Berikan pujian kemampuan mandiri
di bantu perawat dan keluarga berpakaian secara mandiri 5. Untuk membantu klien jika
- TTV dalam batas normal mengalami kesusahan saat
berpakaian
6. Agar klien semangat saat
melakukan keperawatan
diri sampai mandiri
52
VI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Jum’at 19 Maret 2021 1. Memonitor tingkat kesadaran klien S = Klien mengatakan masih agak pusing
Pukul : 08.00 WIB 2. Mengobservasi TTV dan Hb klien dan sakit kepala.
Pukul : 10:00 WIB 3. Mengatur posisi semi-fowler atau fowler O=
Diagnosa 4. Mengajarkan teknik relaksasi (kompres - Klien tampak rileks (Diki Wahyudi)
Keperawatan I hangat dan deep breathing) - Kesadaran somnolent
5. Memberikan penjelasan pada keluarga - Keluarga klien dapat mengerti cara
tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan melakukan teknik relaksasi kompres
akibatnya hangat kepada pasien Tn.D dan
6. Memberikan klien bed rest total. mengetahui penyebab gangguan
7. Menganjurkan klien untuk menghindari perfusi jaringanserebral
batuk dan mngejan berlebihan - Pasien dan keluarga tampak mengikuti
8. Meciptakan lingkungan yang tenang dan anjuran agar tidak batuk dan mengejan
batasi pengunjung. berlebihan
9. Berkaloborasi dengan tenaga kesehatan - Sudah di beri Injeksi Piracetam 1 g
dalam pemberian O² (2 tpm) dan pemberian (IV) dan Captopril 50 mg (Oral).
obat analgetik dan dan pemberian obat - TTVdalam batas normal
neuroprotector. (Captopril50mg pemberian TD : 150/100 mmHg
diberikan melalui peroral, 3-4 kali/hari, N : 90 x/menit
tekanan darah klien menjadi normal dan S : 37,60C
53
Injeksi Piracetam 1 g diberikan melalui IV). RR : 20 x/menit
HB : 10 g/dL
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi 2 dan 4
2.Sabtu 20 Maret 2021 1. Memonitor TTV dan kondisi umum selama S = Klien mengatakan masih belum bisa
Pukul : 08.00 WIB melakukan mobilisasi. menggerakan ekstermitas atas kanan
Pukul : 10:00 WIB TTV (masih belum normal) dan ekstermitas bawah kanan.
Diagnosa TD : 130/90 mmHg O= (Diki Wahyudi)
Keperawatan II N : 90 x/menit - Dalam waktu 24 jam klien masih
S : 37,00C lemas
- Dalam waktu 3 hari nilai GCS klien
RR : 20 x/menit menjadi 11
Pantau ekpresi dan kemajuan kondisi - Dalam waktu 7 hari nilai kekuatan
klien disaat setelah melakukan tindakan otot 35
35
(ekpresi tampak rileks) - Dalam waktu 3 hari masih terpasang
2. Memfasilitasi aktivitas mobolisasi dengan infus terpasang infus NaCL 0,9%,
alat bantu. Naikan pagar tempat tidur klien 500 ml 20 tpm, 1 tetes/ 3 detik
(klien tampak lebih aman ketika duduk ditangan sebelah kiri
54
sambil memegang pagar brankar). - Pasien tampak mengikuti anjuran
3. Melibatkan keluarga untuk membantu klien kebiasaan waktu tidur.
dalam meningkatkan pergerakan. - TTV dalam batas normal
Mengajarkan cara ROM (keluarga tampak
mengerti dan setelah dicoba bisa TD : 130/90 mmHg
melakukannya). N : 90 x/menit
4. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
S : 370C
harus dilakukan. Duduk ditempat tidur
secara mandiri. (klien tampak dapat duduk RR : 20 x/menit
sendiri sambil memegang pagar tempat A = Masalah belum teratasi
Tidur
P = Lanjutkan Intervensi selanjutnya.
55
4. Keluarga pasien mampu memandikan
pasien tapi masih di dampingi perawat
5. Pasien tampak kesulitan saat berpakaian
dan masih di bantu oleh keluarga dan
perawat
6. Pasien dan keluarga tampak senang di
berikan pujian oleh perawat dan
dokter
A= Masalah belum teratasi
P:= Lanjutkan intervensi
56
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke Hemorragic adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak
mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke
dapat berupa hemiparesis, hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau gejala lain
sesuai daerah otak yang terganggu.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak sajak kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan
normalnya.
1.Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
- Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
- Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus
- Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas
- Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan
gangguan pencernaan.
- Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan
batu ginjal
- Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
- Neurosensori: sensori deprivation
2.Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan
sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku,
perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
3.Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4.Pergerakan tidak terkoordinasi
5.Penurunan waktu reaksi ( lambat )
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tandatanda vital dengan melakukan tindakan
sebagai berikut:
57
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lender yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihanlatihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK dengan meninggikan kepala 15 0
atau 300 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif.
4.2Saran
Dalam melakukan perawatan stroke hemorragic hendaknya dengan hati-hati, cermat dan
teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya nyeri, perawat harus mampu mengetahui kondisi
pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan
fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga
untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan
diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab,
pencegahan, dan penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental , Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Direja.(2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Indonesia: Andi.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Ktriteria Hasil
keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP PNI