Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

D
DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG KEBUTUHAN
AKTUALISASI DIRI DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE HEMORAGIK

Di Susun Oleh:

DIKI WAHYUDI
NIM : 2019.C.11a.1041

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Diki Wahyudi
NIM : 2019.C.11a.1041
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri Pada Stroke Hemoragik

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklink Keperawatan 1(PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Isna Wiranti, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Juga Asuhan
Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
D Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri Pada Stroke Hemogarik”
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi
ataupun melengkapi tugas mata kuliah Praktik Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
4. Isna Wiranti, S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing Akademik
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah memberikan izin
tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini mungkin
terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu, saya mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan dan
juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapar
bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 02 Juli 2021

Diki Wahyudi
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................................... 1


1.3 Manfaat.................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Sroke Hemoragik........................................................................ 3
2.1.1 Definisi................................................................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi........................................................................................................... 3
2.1.3 Etiologi dan Faktorreseko.................................................................................... 4
2.1.4 Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Sistemterkait............................. 7
2.1.5 Manisfetasiklinis................................................................................................. 11
2.2 Konsep Dasar Aktualisasi Diri.............................................................................. 14
2.2.1 Definisi Aktualisasi Diri.................................................................................... 14
2.2.2 Karakteristik Aktualisasi Diri............................................................................ 16
2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri......................................... 18
2.2.4 Mencapai Aktualisasi Diri................................................................................. 19
2.2.5 Hambatan Dalam Aktulisasi Diri....................................................................... 25
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan........................................................................ 27
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................... 27
2.3.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 28
2.3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................... 31
2.3.4 Implementasi Keperawatan................................................................................ 31
2.3.5 Evaluasi Keperawatan........................................................................................ 36
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................... 37
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 57
3.2 Saran.................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abraham Maslow adalah salah satu penganut aliran humanistic, ia terkenal dengan
aktualisali diri, diamana aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi, sebelumnya ada
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan dan baru naik ke
aktualisasi diri.
Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang
tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi
hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Secara ringkasempat jenjang basic
need atau deviciency need, dan satujenjang metaneeds atau growth needs. Jenjang
motivasi bersifat mengikat, maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus
relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang
jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum
muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan,
baru muncul kebutuhan cinta dan keberadaan, begitu seterusnya sampai kebutuhan akan
aktualisasi diri muncul.
Akan tetapi kebanyak orang setelah mencapai kebutuhan akan penghargaan tidak begerak
ke kebutuhan akan aktualisasi diri. Terdapat beberapa karakterlistik tentang orang yang
sudah mencapai aktualisasi diri dan berbagai hambatan untuk mencapai aktualisasi diri.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung
tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada Tn. D dengan Gangguan
Akrualisasi Diri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melengkapi Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Gangguan
Akrualisasi Diri.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan
Gangguan Aktualisasi Diri.
3. Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan pada
Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Gangguan Aktualisi Diri

1
4. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi
Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Gangguan Aktualisasi Diri
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan Asuhan
Keperawatan pada Tn. D dengan Gangguan Aktualisasi Diri
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan
Gangguan Aktualisasi Diri
7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari Asuhan Keperawatan pada Tn.D
dengan Gangguan Aktualisasi Diri
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan dan referensi tentangStroke hemoragikdan Asuhan
Keperawatannya.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan mutu
pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan Diagnosa Medis
Strokemelalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
4. Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu
serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Stroke


2.1.1 Pengertian
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian (Munir, 2015). Definisi stroke menurut World
Health Organization adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak baik fokal maupun global, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler (Munir, 2015).

Definisi lain dari Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah
kebagian otak. Dua jenis stroke yang utama adalah ischemic dan hemorraghic.
(Black & Hawks, 2014).

Dari beberapa pengertian stroke menurut ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
stroke adalah suatu penyakit atau gangguan pada sistem neurologis yang terjadi
akibat kurangnya suplai oksigen ke otak secara mendadak dapat terjadi karena
adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak yang dapat
menimbulkan gejala-gejala bahkan menyebabkan kematian.

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi stroke berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut:
1. Stroke iskemik, jenis stroke ini terjadi pada 87% dari semua stroke (Hickey, 2009).
Sumbatan dapat terjadi dari bekuan darah (baik sebagai trombus maupun embolus),
atau dari stenosis pembuluh yang terjadi akibat penumpukan plak. Penyebab lain
stroke iskemik adalah vasos pasme yang sering merupakan respons vaskuler reaktif
terhadap perdarahan ke dalam ruang antara araknoid dan piamater meningen (Dosen
Keperawatan Medikal- Bedah Indonesia, 2016). Terdapat 2 jenis stroke iskemik,
yaitu:
1) Stroke trombosis (stroke pembuluh darah besar), adalah stroke yang
disebabkan oleh karena adanya oklusi yang terjadi akibat pembentukan
trombus. Stroke tombosis paling sering terjadi pada lansia yang istirahat
atau tidur.
2) Stroke emboli (stroke pembuluh darah kecil), adalah jenis stroke iskemik
yang disebabkan oleh bekuan darah yang disebabkan proses emboli.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik.
2. Stroke hemoragik, atau hemoragi intrakranial, terjadi ketika pembuluh darah
serebral ruptur. Stroke hemoragik terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus stroke
(Dosen Keperawatan Medikal- Bedah Indonesia, 2016). Biasanya stroke
hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan
kesadaran. Terdapat 2 jenis stroke hemoragik, yaitu:
1) Stroke perdarahan intraserebral, adalah ekstravasasi darah yang
berlangsung spontan dan mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan
disebabkan oleh trauma (non traumatis).
2) Stroke subaraknoid, adalah ekstravasasi darah ke dalam subaraknoid yang
meliputi sistem saraf pusat yang diisi dengan serebrospinal.
Klasifikasi stroke berdasarkan manifestasi klinisnya menurut Munir tahun 2015
sebagai berikut:
a. TIA (Tansient Ischemic Attack), serangan akut defisit neurologis focal yang
berlangsung singkat, kurang dari 24 jam dan sembuh tanpa gejala sisa.
b. RIND (Residual Ischemic Neurological Defisit), sama dengan TIA tetapi
berlangsung lebih dari 24 jam dan sembuh sempurna dalam waktu kurang dari
3 minggu.

c. Completed stroke, stroke dengan defisit neurologis berat dan menetap dalam
waktu 6 jam, dengan penyembuhan tidak sempurna dalam waktu lebih dari 3
minggu.
d. Progressive stroke, stroke dengan defisit neurologi focal yang terjadi bertahap
dan mencapai puncaknya dalam waktu 24-48 jam sistem karotis atau 96 jam
sistem VB dengan penyembuhan tidak sempurna dalam waktu 3 minggu.

2.1.3 Etiologi dan faktor resiko


Gangguan pasokan aliran darah ke otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulasi Willisi yaitu arteri karotis interna dan sistem
vetebrobasilar dan semua cabang- cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah
ke jaringan kejaringan otak terputus selama 15-20 menit akan terjadi infark atau
kematian jaringan (Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia, 2016).
Berikut adalah hal-hal yang menyebabkan gangguan peredaran darah otak, yaitu:
3. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada
arteriosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau
peradangan
4. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya pada syok
dan hiperviskositas darah
5. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh darah ekstrakranium
6. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan
stroke (Arum, 2015) diantaranya :

a. Faktor risiko medis


1) Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
2) Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)
3) Migraine (sakit kepala sebelah)
b. Faktor risiko pelaku

1) Kebiasaan merokok
2) Mengkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol
3) Suka menyantap makanan siap saji
4) Kurangnya aktifitas gerak/olahraga
5) Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang
jelas
c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi (tekanan darah tinggi). Tekanan darah tinggi merupakan
peluang terbesar terjadinya stroke. Hipertensi mengakibatkan adanya
gangguan aliran darah yang mana diameter pembuluh darah akan
mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun berkurang. Dengan
pengurangan aliran darah ke otak, maka otak kekurangan suplai oksigen
dan glukosa, lamakelamaan jaringan otak akan mati
2) Penyakit jantung. Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard
(kematian otot jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke. Jantung
merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan mengalami
kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi terganggu, termasuk
aliran darah menuju otak. Gangguan aliran darah itu dapat mematikan
jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap.
3) Diabetes mellitus. Pembuluh darah pada penderita diabetes melitus
umumnya lebih kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba sehingga
dapat menyebabkan kematian otak.
4) Hiperkolesterlemia. Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar
kolesterol dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini lama-
kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk aliran darah ke otak.
5) Obesitas. Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu
faktor terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan

tingginya kadar kolesterol dalam darah. Pada orang dengan obesitas,


biasanya kadar LDL (LowDensity Lipoprotein) lebih tinggi disbanding
kadar HDL (HighDensity Lipoprotein).
6) Merokok. Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang- orang yang
merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding
orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh
darah menjadi sempit dan kaku. Karena pembuluh darah menjadi sempit
dan kaku, maka dapat menyebabkan gangguan aliran darah.
d. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia. Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya stroke.
Hal ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah.
Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena banyak
penimbunan plak. Penimbunan plak yang berlebih akan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ke tubuh, termasuk otak.
2) Jenis kelamin. Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung beresiko
lebih besar mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki cenderung
merokok, Bahaya terbesar dari rokok adalah merusak lapisan pembuluh
darah pada tubuh. Pada perempuan usia lanjut juga dapat beresiko besar
terkena stroke karena kadar esterogennya yang menurun.
3) Riwayat keluarga. Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke,
maka kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat mengalami
stroke. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki resiko lebih
besar untuk terkena stroke dibanding dengan orang yang tanpa riwayat
stroke pada keluarganya.
4) Perbedaan ras. Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang
Afrika-Karibia sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia.
Hal ini dimungkinkan karena tekanan darah

tinggi dan diabetes lebih sering terjadi pada orang afrika- karibia dari pada
orang non-Afrika Karibia. Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan
faktor lingkungan.

2.1.4 Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada sistem terkait


1. Konsep kebutuhan dasar manusia
Hidayat (2014) menguraikan bahwa kebutuhan dasar manusia merupakan
unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori
hierarki kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan
dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri.
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abrahan
Maslow dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia
sebagai berikut.
1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan
fisiologis seperti oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur serta kebutuhan seksual.
2) Kebutuhan rasa aman nyaman dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis
a) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh
atau hidup, ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan,
bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing.
3) Kebutuhan rasa cinta serta memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan
menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki
sahabat, diterima oleh kelompok sosial.
4) Kebutuhan akan harga diri atau pun perasaan di hargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,
meraih prestasi, rasa percaya diri, dan

kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga membutuhkan pengakuan dari


orang lain.
5) Kebutuhan aktualilasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki
maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang
lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.
2. Pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien dengan gangguan sistem neurologi:
Stroke, adalah:
1). Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi diperlukan untuk menopang kehidupan. Sistem jantung dan
sistem pernafasan menyediakan kebutuhan oksigen tubuh. Darah
teroksigenasi melalui mekanisme ventilasi, perfusi, transportasi dan difusi.
Pada pasien dengan gangguan sistem neurologi: Stroke terjadi masalah
bersihan jalan nafas dan perfusi jaringan otak yang mengakibatkan sistem
oksigenasi terganggu.
2). Keseimbangan Cairan Elektrolit dan asam-basa Keseimbangan cairan
adalah keseimbangan antara asupan dan keluaran cairan. Cairan
merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh 60% dari berat
badan orang dewasa terdiri atas cairan. Proporsi cairan rendah pada wanita,
orang obesitas, dan orang tua. Cariran di dalam tubuh didistribusikan
dalam kompartemen yang berbeda, salah satunya adalah cairan intraseluler
dan yang lainnya terdiri dari cairan ekstraseluler. Pada pasien dengan
gangguan sistem neurologi: Stroke terjadinya masalah
inkontinensia yang mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan.
3). Kebutuhan Rasa Aman Nyaman:
a) Tidur

Tidur adalah proses fisiologi yang berputar dan bergantian, dengan


periode jaga yang lebih lama. Siklus tidur-bangun, memengaruhi dan
mengatur fungsi fisiologi respon perilaku. Teori ini menganjurkan
bahwa tidur adalah suatu multi fase yang aktif. Pusat yang utama adalah
di hipotalamus. Hipotalamus mensekresi hipokreatinin (oreksin) yang
menyebabkan orang terjaga dan mengalami tidur rapid eye movement.
Pada pasien dengan gangguan sistem neurologi: Stroke dengan masalah
peningkatan TIK.
b) Nyeri
Nyeri merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, nyeri bersifat
subjektif dan personal. Stimulasi terhadap timbulnya nyeri merupakan
suatu yang bersifat fisik atau mental yang terjadi secara alami. Pada
pasien dengan gangguan sistem neurologi stroke terjadi masalah aman
nyaman: nyeri yang disebabkan karena peningkatan saraf Tingkatan
Saraf Kranial (TIK).
c) Integritas kulit
Kulit memiliki 2 lapis yaitu epidermis dan dermis. Dua lapisan tersebut
dibatasi oleh membran yang sering disebut sebagai penghubung
dermal-epidermal. Epidermis atau lapisan paling atas, memiliki
beberapa lapisan. Salah satunya adalah stratum korneum merupakan
lapisan paling luar epidermis yang tipis, stratum korneum ini terdiri dari
atas sel datar, sel mati dan sel yang mengandung kreatinin. Pada pasien
dengan gangguan sistem neurologi: Stroke, terjadinya masalah
integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama, sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan kebutuhan rasa aman nyaman:
integritas kulit.
d) Gangguan SensorikPenglihatan merupakan protes yang kompleks dan
dikontrol oleh beberapa bagian dalam otak. Stroke pada lobus parietal
atau temporal bisa mengganggu jaringan penglihatan dari saluran optik
ke korteks oksipital dan mengganggu ketajaman penglihatan. Persepsi
kedalaman dan penglihatan pada garis horizontal, dan vertikal bisa juga
terganggu. Pada pasien dengan hemiplegia, dapat menyebabkan
masalah pada penampilan motorik dalam cara berjalan dan berdiri.
Jenis gangguan sensorik yang paling umum adalah defisit sensorik,
kehilangan sensorik, dan berlebihannya beban sensorik. Yang dimaksud
dengan defisit sensorik adalah defisit pada penurunan fungsi normal
dari penerimaan panca indra dan presepsi. Sedangkan kehilangan fungsi
sensorik adalah sistem aktivitas retikular pada batang otak
memfasilitasi semua stimulus sensorik menuju korteks serebral,
sehingga meski saat tidur dalam, pasien mampu menerima stimulus.
Pada pasien dengan gangguan sistem neurologi: Stroke, terjadinya
masalah resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan
penurunan luas pandang, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
kebutuhan rasa aman nyaman: gangguan sensori.
4). Kebutuhan Nutrisi

Menelan adalah proses yang kompleks karena membutuhkan beberapa


fungsi dari saraf kranial. Selama aktivitas menelan, lidah menggerakan
gumpalan makanan ke arah orofaring. Faring akan terangkat dan glotis
menutup. Gerakan otot faringeal akan mengirim makanan dari faring ke
osofagus. Kemudian dengan gerakan peristaltik mendorong makanan ke
dalam lambung. Stroke yang terjadi di daerah vertebrobasilar
mengakibatkan terjadinya disfagia. Tubuh membutuhkan bahan bakar
untuk menyediakan energi untuk metabolisme dan perbaikan sel, fungsi
organ, pertumbuhan, serta pergerakan tubuh. Laju metabolisme basal
(basal betamolic rate/ BMR) adalah energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aktivitas kelangsungan hidup (bernafas, sirkulasi,
denyut jantung, dan suhu) pada periode waktu tertentu saat istirahat.
5). Kebutuhan aktivitas gerak: Mobilisasi dan Imobilisasi Pergerakan adalah
proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara sistem
muskuloskeletal dan saraf. Mekanisme tubuh adalah istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan antara sistem muskuloskeletal
dengan sistem persyarafan. Pada pasien dengan gangguan neurologis:
Stroke, terjadi masalah aktivitas gerak: mobilisasi diakibatkan karena
terjadinya kelemahan pada salah satu sisi anggota gerak pasien.
6). Kebutuhan dasar eliminasi: Inkontinensia urine

Stroke bisa menyebabkan disfungsi pada sistem pencernaan dan


perkemihan. Salah satu tipe neurologis perkemihan adalah tidak dapat
menahan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke. Terkadang pasien
dengan tipe neurologis pada pencernaan mengalami kesulitan dalam buang
air besar. Penyebab lain dari inkontinensia bisa karena kehilangan ingatan
sementara, tidak ada perhatian, faktor-faktor emosional, ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan pada mobilitas fisik, dan infeksi. Durasi serta
tingkat keparahan disfungsi tersebut bergantung pada luas dan lokasi
infark (Black&Hawk, 2014). Pada pasien dengan gangguan neurologi:
Stroke, terjadinya masalah gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine)
yang berhubungan dengan lesi pada neuron motor atas, sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan kebutuhan dasar eliminasi:
inkontinensia urine.
7). Kebutuhan akan harga diri

Perubahan peran dengan pasangan sering terjadi. Cara pasangan mengatasi


hal tersebut akan menentukan bagaimana hidup mereka akan terpuaskan
setelah kejadian stroke. Libatkan orang yang berarti bagi pasien dalam
rencana perawatan: biarkan mereka membantu merawat pasien jika

mereka menginginkan. Beri informasi yang mereka butuhkan untuk


memahami kondisi pasien. Beberapa diagnosa yang muncul dengan
kebutuhan harga diri berupa beberapa diagnosa keperawtan jiwa yaitu:
Gangguan proses keluarga, kecemasan, rasa takut, ketidakberdayaan,
harga diri rendah yang situasional dan isolasi sosial (Black&Hawk, 2014).

2.1.5 Manifestasi klinik

Manifestasi stroke beragam berdasarkan pada arteri serebral yang terkena dan
area otak yang terkena. Wanita yang mengalami stroke lebih cenderung
melaporkan manifestasi nontradisional (khususnya disorientasi, konfusi, atau
kehilangan kesadaran) dari pada pria (LeMone Dll, 2012). Manifestasi selalu tiba-
tiba dalam hal awitan, fokal, dan biasanya satu sisi.

Manifestasi stroke berdasarkan keterlibatan pembuluh serebral:

1. Stroke trombosis

1). Arteri Cerebri Anterior

a) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol


b) Gangguan mental

c) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh

d) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air

e) Bisa terjadi kejang-kejang

2). Arteri Cerebri Media


a) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan

b) Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol

c) Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh. Hilangnya kemampuan


dalam berbahasa (aphasia)
3). Arteri Karotis Interna
a) Buta mendadak
b) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)
bila gangguan terletak pada sisi dominan
c) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)
dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan
4). Arteri Cerebri Posterior

a) Koma

b) Hemiparesis kontra lateral

c) Ketidakmampuan membaca (aleksia)

d) Kelumpuhan saraf kranialis ketiga

5). Sistem Vertebrobasiler

a) Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas

b) Meningkatnya refleks tendon

c) Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh

d) Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala


berputar (vertigo)

e) Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia)

f) Gangguan motorik pada lidah, mulut, rahang, dan pita suara sehingga
pasien sulit berbicara (disatria)

g) Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara


lengkap (stupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi)

h) Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan


arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak
mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang
pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia
homonim)

i) Gangguan pendengaran

j) Rasa kaku diwajah, mulut, atau lidah

6). Stroke emboli

 Defisit hemisfer yang luas (kalau infarknya luas), (Adelina, 2010)


7). Didapat pasien penyebab berikut dan atau faktor resiko:
 Jantung (atrial fibrilasi, kelainan katub dll)
 Vaskular (stenosis arteri kritis)
 Darah (hiperkoagulasi)

8). Stroke perdarahan intraserebral

Kelemahan atau kelumpuhan setengah badan, kesemutan, hilang sensasi atau


mati rasa setengah badan. Selain itu, setengah orang juga mengalami sulit
berbicara atau bicara pelo, merasa bingung, masalah penglihatan, mual,
muntah, kejang, dan kehilangan kesadaran secara umum
9). Stroke subaraknoid

 Sakit kepala mendadak hebat

 Defisit saraf kranialis

 Hemiparise

 Penurunan kesadaran
2.2 Konsep Aktualisasi Diri

2.2.1 Definisi

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arianto, 2009), menyatakan aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi
psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman
dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah
sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis (Arianto, 2009).

Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga
memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu
makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan
aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya
telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya
berpusat pada kepribadian (Arianto, 2009).

Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga
memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu
makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan
aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya
telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya
berpusat pada kepribadian.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh


kebutuhan- kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun
dalam tingkatan- tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling
rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan
tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki kebutuhan individu
Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting dan
merupakan harga mati apabila ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi diri adalah
tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada
dalam dirinya. Semua manusia akan mengalami fase tersebut, hanya saja sebagian
dari manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuran- ukuran pencapaian dari tiap tahap
yang dikemukakan Maslow. Andai saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap
tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya
kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto, 2009).

Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs


menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai
kebutuhandanpencapaiantertinggiseorangmanusia.Maslowmenemukan bahwa
tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap
peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut
meliputi:

a. Kebutuhanfisiologis(physiological),meliputikebutuhanakanpangan,
pakaian,dantempattinggalmaupunkebutuhanbiologis,

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan


keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan,
keamanandarikejadianataulingkunganyangmengancam,

c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi


kebutuhanakanpersahabatan,berkeluarga,berkelompok,interaksidan kasihsayang,
d.Kebutuhanakanpenghargaan(esteem),meliputikebutuhanakanharga
diri,status,prestise,respek,danpenghargaandaripihaklain,

d. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan


memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui
memaksimumkanpenggunaaankemampuandanpotensidiri.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Need For Self Actualization). Kebutuhan ini meliputi:

 Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)

 Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri

 Tidak emosional

 Mempunyai dedikasi yang tinggi

 Kreatif
 Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu
proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi
individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang
utuh.
2.2.2 Kararakteristik Aktualisasi Diri
Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda
dengan manusia pada umumnya. Terdapat 11 karakteristik yang menunjukkan
seseorang mencapai aktualisasi diri.
1. Mampu melihat realitas secara lebih efisien
Seseorang akan lebih objektif karena ia akan mampu mengenali kebohongan,
kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa
secara kritis dan logis terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan
apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan
atau ditakuti orang lain.
2. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya
Dengan aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang
tinggi dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang
lain. Ia juga akan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang
diberikan orang lain kepada dirinya.
3. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran
Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak
dibuat-buat, spontan, dan wajar.Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang
dada terhadap kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsipnya. Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani
menentang dengan asertif.
4. Terpusat pada persoalan
Dengan aktualisasi diri maka seseorang akan memusatkan seluruh pikiran,
perilaku, dan gagasan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat
manusia, bukan pada persoalan- persoalan yang bersifat kepentingan diri sendiri.
5. Membutuhkan kesendirian
Seseorang akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu
yang dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut
membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu
mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
6. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)
Dengan karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan
melakukan apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh lingkungan. Ia akan mudah
beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan yang datang.
7. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan
Dengan aktualisasi diri seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri,
menerima, dan tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut
biasa saja.
8. Kesadaran sosial
Seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk
bersikap empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan bermasyarakat.
9. Hubungan interpersonal
Dengan aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan
orang lain dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.
10. Demokratis
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis.Sifat ini
dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam
bergaul berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi,
partai dan lain-lain.
11. Rasa humor yang bermakna dan etis
Seseorang dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina,
merendahkan atau menjelekkan orang lain.
12. Kreativitas
Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi
yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
13. Independensi
Seseorang akan mampu mempertahankan gagasan dan pendiriannya tanpa
terpengaruh oleh berbagai kepentingan lain.
14. Pengalaman Puncak (Peak Experience)
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang
menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batasan antara dirinya dengan alam
semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari
sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat
lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja,
tulus hati , dan terbuka.
Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian
kehidupan yang prima (peakexperience). Konsekuensinya ia akan merasakan
bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang
menyebabkan keberuntungan tersebut.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri
Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada
eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar
(eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya
untuk melakukan sesuatu.
a. Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri
seseorang, yang meliputi :
1) Ketidaktahuanakanpotensidiri

2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga


potensinyatidakdapatterusberkembang.

Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan


dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita
mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya
kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).
b. Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang,
seperti :

1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri


seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan
masyarakat tidak sepenuhnya menunjangupayaaktualisasidiriwarganya.
2) Faktorlingkungan
Lingkunganmasyarakatberpengaruhterhadapupayamewujudkan aktualisasi
diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkannya.
(Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).
3) Polaasuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah
besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses
perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai
peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan
anak (Brown, 1961).
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri
sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baikyang berasal dari dalam
diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari
tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya
menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tersebut secara
penuh. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-
menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu
sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah
pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau
tidak percaya diri, takut menghadapi risiko terhadap keputusan yang akan
diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan
mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau bertindak, dan
sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang
mengarah pada keutuhan diri dan
terwujudnyaseluruhpotensidiriyangdimiliki,sehinggayangmuncul adalah
kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh. (Asmadi, 2008).

2.2.4 Mencapai Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hirarki
kebutuhan, namun juga dapat di pandang sebagai tujuan final,tujuan ideal dari
kehidupan manusia. Konsep tujuan hidup motivator ini mirip dengan konsep arsetif-
self dari jung, kekuatan-kreatif-self dari adler, ataupun realisasi dari horney. Menurut
Maslow, tujuan aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir.

Kebutuhan neurotik merupakan perkembangan kebutuhan yang menyimpang dari


jalur alami. Menurut Maslow penolakan,frustasi,dan penyimpangan dari
perkembangan hakekat alami akan menimbulkan psikopatologi. Dalam pandangan
ini,apa yang baik adalah semua yang mendekat ke aktualisasi diri, dan yang buruk
atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat atau menolak
aktualisasi diri sebagai hakekat alami kemanusiaan. Karena itu psikoterapi adalah
usia mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan perkembangan sepanjang
lintasan yang diatur alam di dalam dirinya.
1. Pengembangan diri
Orang gagal mencapai aktualisasi diri karena mereka takut menyadari kelemahan
dirinya sendiri. Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi
diri, yang pertama yaitu jalur belajar (mengembangkan diri secara optimal pada
semua tingkat kebutuhan hirarkis), dan yang kedua Jalur pengalaman puncak.
Ada delapan model tingkahlaku yang harus di pelajari dan dilakukan agar orang
dapat mencapai aktualisasi diri melalui jalur belajar-pengembangan diri, sebagai
berikut:
a) Alami sesuatu dengan utuh, gambling, dan tanpa pamrih.

b) Hidup adalah perjalanan proses memilih antara keamanan (jauh dari rasa
sakit dan kebutuhan bertahan) dengan rIsiko (demi kemajuan dan
pengembangan).
c) Biarkan self tegak.

d) Apabila ragu, jujurlah.

e) Dengar dengan seleramu sendiri,bersiaplah untuk tidak popular.


f) Gunakan kecerdasanmu ,kerjakan sebaik mungkin apa yang ingin kamu
kerjakan, apakah itu latihan jaru diatas tuas piano, mengingat setiap tulang-
otot-hormon, atau belajar bagaimanamemelitur kayu sehingga menjadi
halus seperti sutra.
g) Buatlah pengalaman puncak (peak experience) seperti buang ilusi, dan
pandangansalah, pelajari apa yang tidak bagus dan kamu tidak potensial.
h) Temukan siapa dirimu, apa pekerjaanmu,apa yang kamu senangi dan apa
yang tidak kamusenangi, apa yang baik dan buruk bagimu, kemana kamu
pergi, dan apa misimu.
2. Pengalaman Puncak (Peak Experience)
Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak orang yang mencapai
aktualisasi diri ternyata mengalami pengalaman puncak seperti suatu pengalaman
mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam, psikologis dan fisiologis.
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami ekstasi-keajaiban-terpesona-
kebahagiaan yang luar biasa seperti pengalaman keilahian yang mendalam,
dimana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendesi. Maslow menerima
gambaran pengalaman puncak yang disusun oleh William james, sebagai berikut:
3. Tak terlukiskan (Ineffability)
Subjek sesudah mengalami pengalaman puncak segera mengatakan bahwa itu
adalah ekspresi keajaiban, yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, yang
dapat di jelaskan kepada orang lain.
4. Kualitas kebenaran intelektual (Neotic Quality)
Pengalaman puncak adalah pengalaman menemukan kebenaran dari hakikat
intelektual.
5. Waktunya pendek (Transiency)
Keadaan mistis tidak bertahan lama. Umumnya hanya berlangsung 30 menit atau
paling lama satu atau dua jam ( jarang sekali ada yang berlangsung lebih lama),
pengalaman itu menjadi kabur dan orang kembali ke dunianya sehari-hari.
6. Pasif (Passivity)
Orang yang mengalami pengalaman mistis merasa kemauan dirinya tergusur
(abeyance), dan terkadang dia merasa terperangkap dan dikuasai oleh kekuatan
yang sangat besar. Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman
puncak ini hanya dapat dialami oleh orang-orang tertentu saja, khususnya mereka
yang sudah mencapai aktualisasi diri akan mengalaminya secara teratur berkali-
kali. Pengaruh pengalaman puncak berjangka lama- tidak mudah hilang(lasting).
Aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang lebih
religius,mistikal,sholeh, dan indah dibandingkan dengan aktualisasi yang
diperoleh melaluipengembangan diri (yang lebih praktis, membumi, terikat
dengan urusan keduniaan). Namun secara umum orang mencapai aktualisasi diri
mempunyai karakterlistik, diantaranya:
a) Persepsi yang lebih efisien dalam kenyataan
Dengan sifat ini menurut Maslow orang yang telah mengaktualisasikan diri
mereka lebih mudah bisa menemukan kebahagiaan sebab pandangan mereka
tidak dicampuri oleh keinginan-keinginan atau harapan-harapan sehingga
mereka bisa cermat dan efisien. Kemampuan seperti ini meliputi pengamatan
pada bidang seni, musik, ilmu pengetahuan, politik, filsafat dan bidang
kehidupan lainnya mereka mampu meramalkan kejadiankejadian yang akan
datang dengan tepat. Mereka juga tidak dipengaruhi oleh kecenmasan-
kecemasan, prasangka-prasangka atau optimisme dan pesimisme yang keliru.
(Hall: 1993, 111).
b) Penerimaan akan diri, orang lain dan hal-hal alamiah.
c) Spontanitas
Kesederhanaan dan kealamian, Tingkah laku orang-orang yang
mengaktualisasikan diri adalah spontan, sederhana dan tidak dibuat-buat serta
tidak terikat. Spontanitas, kesederhanaan, dan sangat wajar itu terjadi sebab
tindakan mereka dalam mengaktualisasikan dirinya memiliki kode etik yang
relatif otonom dan individual. Meski demikian, mereka juga berusaha
mengikuti upacaraupacara adat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat selama tidak mengganggu tugas-tugas penting mereka. Selain itu
mereka juga mengikuti aturan-aturan yang ada yang menurut mereka dengan
aturan itu mereka merasa terlindungi. (Koeswara: 1991, 140).
d) Berpusat pada masalah
Orang yang mengaktualisasikan diri mereka berorientasi pada masalah-
masalah yang melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka. Dedikasi terhadap
tugas-tugas atau pekerjaan merupakan bagian dari misi hidup mereka.
Mereka hidup untuk bekerja dan bukan bekerja untuk hidup. Pekerjaan
mereka bersifat alami secara subjektif dan bersifat non personal. (Koeswara:
1991, 141).
e) Kebutuhan akan privasi
Kebutuhan privasi orang-orang yang teraktualisasikan dirinya melebihi
kebutuhan privasi orang biasa (kebanyakan orang) dalam pergaulan sosial
mereka dianggap memisahkan diri, hati-hati, sombong dan dingin. Hal ini
disebabkan mereka tidak membutuhkan orang lain dalam pergaulan biasa,
sehingga mereka sepenuhnya percaya pada potensi-potensi yang mereka
miliki. Selain itu, orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mereka
mempunyai kemampuan konsentrasi yang kuat dari kebanyakan orang
(Koeswara: 1991, 139).
f) Kemandirian
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menjadikan mereka memiliki
kadar arah yang tinggi. Mereka memandang diri mereka sebagai agen yang
merdeka, aktif, bertanggung jawab, dan agen yang mendisiplinkan diri dalam
menentukan nasibnya sendiri. Mereka cenderung menghindarkan diri dari
penghormatan status, prestice, dan popularitas. Kepuasan yang berasal dari
luar diri itu mereka anggap kurang penting ketimbang pertumbuhan diri.
g) Penghargaan yang selalu baru
Maslow (1970) menulis bahwa “orang-orang yang mengaktualisasikan diri
mempunyai kapasitas yang luar biasa untuk menghargai hal-hal baik dari
kehidupan, lagi dan lagi, secara baru dan polos, dengan kekaguman,
kesenangan, kterkejutan, dan bahkan kebahagiaan yang berlebih.
h) Pengalaman puncak
Menurut Maslow, orang yang mengalami aktualisasi diri pada umumnya
mengalami apa yang disebut sebagai pengalaman puncak atau pengalaman
mistis. Menurut Maslow pengalaman puncak tidak perlu berupa pengalaman
keagamaan atau spiritual, sebab hal itu bisa saja dialami melalui buku-buku,
musik dan kegiatan-kegiatan aktual. Orang-orang yang mengalaminya
merasakan diriya selaras dengan dunia, lupa akan dirinya dan bahkan
melampauinya, juga merasakan silih berganti rasa kuat dan rasa lemah dari
sebelumnya
i) Gemeinschaftsgefuhl (ketertarikan sosial)
Menurut Maslow, orang-orang yang mangaktualisasikan dirinya mereka
selalu simpatik pada orang lain walaupun bagaimana bodohnya seseorang itu.
Walaupun orang-orang yang mengaktualisasikan diri kadang merasa
terganggu, sedih, marah oleh kecacatan sesamanya. Maslow mencontohkan
hal ini seperti hubungan saudara; meski saudaranya lemah, bodoh atau jahat
mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu memperbaiki sesamanya.
j) Hubungan interpersonal yang kuat
Menurut Maslow, orang-orang yang mengaktualisasikan diri cenderung
memiliki hubungan interpersonal yang kuat dibanding kebanyakan orang.
Mereka cenderung membangun hubungan yang dekat dengan orang-orang
yang memiliki kesamaan karakter, kesanggupan dan bakat yang biasanya
dianggap persahabatan yang relatif kecil. (Iman: 1994, 96). Maslow
menyatakan, subjeknya tabu untuk minta dikagumi, mencari pengikat,
pengabdi, dan bila dipaksa masuk dalam pergaulan yang menyulitkan,
mereka tetap tenang dan berusaha menghindari sebisanya. Hal ini tidak
berarti bahwa mereka tidak memiliki diskriminasi sosial. Hal ini terbukti
ketika mereka bisa menjadi kasar apabila berhadapan dengan orangorang
sombong dan munafik.
k) Strukturkarakter demokratis
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki karakter demokrasi yang
lebih baik. Mereka mampu belajar dari siapa saja yang bisa mengajar tanpa
memandang derajat, pendidikan, usia, ras atau keyakinan politik, bukan
berarti orang yang mengaktualisasikan diri menyamaratakan semua orang.
Orang yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang elit dan memilih
persahabatan secara elit. Elit disini adalah elit dalam karakter kesanggupan,
bakat dan bukan elit dalam keturunan ras, darah, nama keluarga, usia,
kemasyuran atau jabatan. Mereka menaruh hormat kepada semua orang
karena condong hormat semata-mata karena mereka adalah individu yang
manusiawi. Mereka tidak pernah berusaha merendahkan, mengurangi arti
atau merusak martabat orang lain meskipun mereka penjahat.
l) Diskriminasi antara cara dan tujuan
Ciri lain yang terdapat pada orang-orang yang mengaktualisasikan diri
menurut Maslow adalah orang yang mampu membedakan antara cara dan
tujuan. Mereka biasanya terpusat pada tujuan mereka, sehingga dengan
tindakan itu mereka sering dapat menikmati perjalanan ke suatu tujuan
maupun tibanya di tujuan itu. Dengan kata lain orang yang
mengaktualisasikan diri bisa menjadikan kegiatan yang paling kecil menjadi
kegiatan yang menyenangkan.
m) Humor yang filosofis
Ciri lain orang yang mengaktualisasikan diri menurut Maslow adalah mereka
yang memiliki rasa humor yang filosofis. Kebanyakan orang menyukai
humor yang bertolak dari kelemahan dan penderitaan orang lain dengan
tujuan untuk mengejek atau menertawakan oarang lain. Dengan rasa
humornya yang filosofis orang-orang yang mengaktualisasikan diri menyukai
humor yang mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancangan atau
kecurangan manusia. Rasa humor yang filosofis, memancing senyum
daripada tertawa.
n) Kreativitas
Yang dimiliki orang yang mengaktualisasikan diri adalah bentuk tindakan
asli, naïf dan spontan seperti yang dijumpai pada anak-anak yang masih polos
dan masih jujur. Bentuk kreatifitas ini umumnya digunakan dalam bentuk
kegitan-kegiatan seni, dan ilmu pengetahuan. Kreatifitas tidak harus berupa
penciptaan karya ilmiah yang berat dan serius tetapi bisa juga berupa
penciptaan sesuatu yang sederhana. Pada dasarnya, kreativitas berkisar pada
daya temu dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang dari gagasan lama.
o) Tidak mengikuti enkulturasi
Ciri terakhir dari orang yang mengakualisasikan diri menurut Maslow adalah
mereka yang otonomi yang berani membuat keputusan sendiri, meskipun
berbeda dengan pendapatumum. Hal ini bukan berarti mereka pembangkang
tetapi ini adalah usaha untuk mempertahankan sesuatu dan tidak terlalu
terpengaruh oleh keadaan masyarakat. Tetapi merekapun bisa meninggalkan
kepatuhan mereka pada kebiasaan-kebiasaan yang ada pada lingkungan.
Mereka akan dengan mudah meninggalkannya apabila dengan adanya
kepatuhan itu mengganggu atau terlalu mahal untuk dipertahankan.
Cinta, seks, dan aktualisasi diri.

2.2.5 Hambatan Dalam Aktualisasi Diri

Dalam teori Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan


manusia yang paling tinggi. Kebutuhan ini muncul dengan sendirinya apabila
kebutuhannya yang lain sudah terpenuhi dengan baik. Kebutuhan akan aktualisasi
diri adalah tanda (hasrat) dari individu untuk menyempurnakan dirinya dan
menjadi seseorang dengan keinginan dan potensi yang ada pada dirinya.

Maslow menyatakan bahwa aktualisasi diri bukan hanya pengungkapan kreasi


atau karya atau kemampuan khusus, dengan kata lain setiap orang mampu
mengaktualisasikan dirinya dengan cara melakukan hal yang terbaik, atau bekerja
sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing tidak terlepas apakah dia
itu orang tua, buruh, mahasiswa ataupun dosen bahkan sekretaris. Oleh karena itu
bentuk dari aktualisasi diri pada setiap individu berbeda-beda.

Lebih lanjut Maslow menyatakan bahwa untuk mencapai taraf aktualisasi diri
tidaklah mudah seperti dalam pencapaian kebutuhan sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena upaya dalam pencapaian aktualisasi diri banyak dipenuhi oleh
hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1. Berasal dari individu itu sendiri yakni berupa ketidak tahuan, keraguan
bahkan bisa karena ketakutan yang dialami oleh individu itu sendiri.

2. Berasal dari luar atau masyarakat, biasanya berupa kecenderungan untuk


mendispersonalisasikan individu, kerepresian sifat-sifat, bakat, potensi. Dengan
kata lain aktualisasi diri hanya mungkin terjadi apabila kondisi lingkungan amat
mendukung. Tetapi kenyataannya tidak ada satu pun lingkungan yang menunjang
anggota masyarakatnya untuk melakukan aktualisasi diri walaupun ada anggota
masyarakat yang mampu melakukan aktualisasi diri.

3. Berasal dari pengaruh yang dihasilkan dari kebutuhan yang kuat akan rasa
aman. Maslow menyatakan jika masyarakat mengharapkan lebih banyak orang
yang mampu
mengaktualisasikan diri maka haruslah ada perubahan pada dataran dunia
sehingga tercipta kesempatan yang luas bagi orang untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan dasarnya. Yang dimaksud perubahan disini menurut Maslow adalah
perubahan struktur politk, ketentuan- ketentuan sosial. (Koeswara: 1991, 125-
126).

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

2.3.1 PengkajianPengumpulan Data, meliputi :

1). Identitas Klien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, nomor
registrasi/MRS, dan diagnosa medis.
2). Keluhan Utama
Pada keluhan utama biasanya pasien dengan stroke hemorragic akan merasakan
keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
3). Riwayat Penyakit

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada klien dengan stroke hemorragic biasanya akan diawali dengan adanya serangan
stroke hemoragik, sering kali berlangsung sangat mendadak saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami
stroke hemorragic. Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti
koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. Penting dikaji untuk
menetukan apakah pasien mempunyai penyakit terdahulu guna melakukan
perkembangan kesehatan pasien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga klien ada/tidak gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan. Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi, DM, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
d. Riwayat Psikososial

Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta


bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Pada
klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.

2.3.2 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)

Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan Stroke Hemorragic adalah
sebagai berikut:
1. Keadaan umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag mengalami gangguan yaitu
sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia, TTV meningkat, nadi bervariasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah meningkat, nadi bervariasi, suhu dingin, pernafasan tidak adekuat.
3. Pernafasan (B1: Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak naps, penggunaan
alat bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Pada klien dengan kesadaran
CM, pada infeksi peningkatan pernapasannya tidak ada kelainan, palpasi thoraks
didapatkan taktil fremitus seimbang, auskultasi tidak didapatkan bunyi napas
tambahan.
4. Kardiovaskuler (B2:Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik)
yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terdapat peningkatan
dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).
5. Persyarafan (B3: Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada likasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran arean perfusinya tidak adekuat, dan
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik
sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Manifestasi sistem saraf pusatdapat
terjadi berkisar dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian.
Perkemihan (B4: Bladder)
6. Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sememntara karena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan
mengendalian kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunujukkan kerusakan neurologis luas.
7. Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual dan muntah dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan.
Kadang disertai penurunan berat badan, distensi abdomen, asites, feses warna pucat,
anoreksia, regurgitasi berulang.
8. Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Pada klien stroke hemorragic terjadi gangguan massa otot dan kekuatan otot
menurun oedem perifer, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonojol karena klien stroke mengalami
masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi serta mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat. Penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien
terlihat keletihan, sering didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan
ADL (Activity Day Living).
9. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat latergi,
stupor dan koma.
10. Pengkajian Sistem Sensori Dapat terjadi hemihipertensi. 11.Pengkajian Fungsi
Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal dan hemisfer.
11. Pangkajian Saraf KranialUmumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central. 13.Pengkajian Sistem Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
14.Pengkajian Reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang setelah beberapa
hari reflek fisiologian muncul kembali didahului refleks patologis.
2.3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak


terhambat.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak.

3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan


neurovaskuler.
2.3.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan stroke hemorragic meliputi :

Diagnosa I :Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat.

1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 7 jam diharapkan suplai aliran


darah keotak lancar.
2) Kriteria Hasil :

 Nyeri kepala/vertigo menurun

 Berfungsinya saraf dengan baik

 GCS E : 4, M: 6, V: 5.

 TTV normal (N: 60-100 x/menit, S: 36-36.7 OC, RR: 16-20 x/menit).

3) Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
1. Monitor tingkat kesadaran 1. Perubahan kesadaran menunjukkan
klien peningkatan tekanan intrakranial
2. Berikan penjelasan pada (TIK)
keluarga tentang sebab-sebab 2. Keluarga dapat berpartisipasi
peningkatan TIK dan dalam proses penyembuhan.
akibatnya. 3. Untuk mengetahui keadaan umum
3. Observasi tanda-tanda vital klien, mengetahui perkembangan
4. Berika klien bed rest total status kesehatan pasien.

5. Monitor keluhan sakit kepala 4. Untuk mencegah perdarahan ulang.

6. Monitor respon klien terhadap 5. Untuk mengetahui dan menentukan


pengobatan. intervensi selanjutnya

7. Berikan posisi kepala lebih 6. Untuk


tinggi 15-30o dengan letak mengetahuiapakahadaalergiterhada
jantung (beri bantal tipis). ppengobatan yang diberikan
8. Anjurkan klien untuk 7. Mengurangi tekanan arteri dengan
menghindari batuk dan meningkatkan drainase vena dan
mngejan berlebihan. memperbaiki sirkulasi serebral.
9. Ciptakan lingkungan yang 8. Batuk dan mengejan dapat
tenang dan batasi pengunjung. meningkatkan TIK dan potensial
10. Kolaborasi dengan tim dokter terjadi perdarahan ulang.
dalam pemberian obat 9. Rangsangan aktivitas yang
neuroprotektor. meningkat dapat meningkatkan
TIK.
10. Memperbaiki sel yang masih
viable.

Diagnosa II : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke


otak.
1) Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatandiharapkan
kerusakan komunikasi verbal klien dapat teratasi
2) Kriteria Hasil:

 Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi

 Mampu berbicara yang koheren

 Mampu menyusun kata-kata

3) Rencana tindakan :

Intervensi Rasional
1. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti 1. Membantu menentukan daerah
spontan tidak tampak memahami dan derajat kerusakan serebral
kata/mengalami kesulitan berbicara yang terjadi.
atau membuat pengertian sendiri. 2. Intervensi yang dipilih
2. Bedakan antara afasia dan disatria. tergantung pada tipe
kerusakannya.
3. Minta pasien untuk mengikuti
3. Melakukan penilaian terhadap
perintah sederhana.
adanya kerusakan sensorik
4. Minta pasien untuk mengucapkan
(afasia sensorik).
suara sederhana.
4. Mengidentifikasi adanya
5. Berikan metode alternatif seperti
disatria sesuai komponen
menulis di papan tulis.
motorik dari bicara (seperti
6. Kolaborasi konsultasikan dengan
lidah, gerakan bibir, kontrol
rujuk kepada ahli terapi wicara.
napas) yang dapat
mempengaruhi artikulasi dan
mungkin juga tidak disertai
afasia motorik.
5. Memberikan komunikasi
tentang kebutuhan berdasarakan
keadaan defisit yang
mendasarnya.
6. Mempercepat proses

penyembuhan.

Diagnosa III : Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler.
1) Tujuan : Setelah di lakukan tindakan perawatan diharapkan kebutuhan perawatan diri
klien terpenuhi.
2) Kriteria Hasil :

 Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan.

 Klien dapat mengidentifikasikan komunitas untuk memberikan bantuan sesuai


kebutuhan
3) Rencana tindakan :

Intervensi Rasional
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantudalam
kekurangan dalam melakukan mengantisipasi merencanakan
perawatan diri. pemenuhan kebutuhan secara
2. Beri motivasi kepada klien untuk individual.
tetap melakukan aktivitas sesuai 2. Meningkatkan harga diri dan
kemampuan. semangat untuk berusaha terus-
3. Berikan bantuan perawatan diri menerus.
sesuai kebutuhan. 3. Memenuhi kebutuhan
4. Berikan umpan balik positif untuk perawatan diri klien dan
setiap usaha yang dilakukannya. menghindari sifat bergantung
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi. kepada perawat.
4. Meningkatkan kemandirian dan
mendorong klien berusaha
secara kontinu.
5. Memberikan bantuan yang
mantap untuk mengembangan
rencana terapi.
2.3.5 Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien (Budianna Keliat, 2005).Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
2.3.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Diki Wahyudi


NIM : 2019.C.11a.1041
Ruang Praktek : Nusa Indah
Tanggal Praktek : 02 Juli 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 03 Juli 2021, pukul 10:00 WIB

3.1 Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama : Tn.D
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku /Bangsa : Dayak, Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Beliang No.12, Palangka Raya
Tgl MRS : 01 Juli 2021
Diagnosa Medis :Stroke Hemoragik

II. Riwayat Kesehatan /Perawatan


Keluhan Utama :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sakit kepala dan pusing, berbicara pelo,
kesadaran somnolent, konjungtiva anemis, tampak lemas, gelisah, pucat, ekpresi wajah
klien tampak meringis, tampak sering memegang kepala.

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 26 Oktober 2020 pukul 20:00 WIB, pasien
merasakan pegal di bagian leher dan sekitar bahu. Karena merasakan hal itu Tn. D
memutuskan untuk mengonsumsi 1 tablet/ 500 mg mixagrip pegal linu dan Tn.D
memutuskan untuk langsung tidur.
Pada tanggal 15 Maret 2021 sewaktu terbangun dari tidur sekitar pukul 06.30 WIB,
Tn.D merasa tubuh bagian kanannya terasa lemas tidak bisa di gerakan dan sertai rasa
nyeri sedikit. Pada saat itu juga istri beserta anaknya langsung membawa Tn.Dke IGD.
Di IGD Tn.D mendapatkan terapi injeksi IV piracetam 1 mg dan injeksi IV ranitidine 1
mg pada pukul 07:40 WIB serta mendapatkan pemasangan infus NaCL 0,9% 500 ml
20 tpm 1 tetes/ 3 detik di tangan sebelah kiri.

Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Keluarga pasien mengatakan Tn.D memiliki riwayat penyakit hipertensi dan tidak
memiliki riwayat operasi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga Tn.Dmengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti dia dan tidak memiliki riwayat penyakit turunan.

GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
III.Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Klien tampak sakit sedang, lemas, pucat, konjungtiva anemis, kesadaran
somnolent, ekpresi wajah klien meringis, irama pernafasan teratur, type
pernafasan menggunakan perut dan dada, posisi berbaring semi-fowler, terpasang
infus NaCL 0,9% 500 ml 20 tpm 1 tetes/ 3 detik di tangan sebelah kiri klien,
berbaring terlentang dan terbalut selimut.
Status Mental :
Tingkat kesadaran samnolent, ekpresi wajah tampak meringis, bentuk badan
mesomorph, posisi berbaring terlentang, berbicara kurang jelas, suasana hati
tenang, penampilan cukup rapi. Klien mengetahui waktu (pagi, sore, malam),
Klien dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya
sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri
klien adaptif.
Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 29 Oktober 2020 pukul 08.00 WIB, suhu
tubuh klien/ S = 37,0 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 92 x/menit dan
pernapasan/ RR = 22 x/menit, tekanan darah TD = 180/ 110 mmHg.
Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba tidak simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat nyeri
dada, tidak merasa sesak nafas, type pernapasan klien tampak menggunakan perut
dan dada, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak ada
suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada
Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak pucat, klien merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, klien tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan,
capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam >2 detik, tidak ada
terdapat oedema, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak
mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada
mengalami kelainan. Tekanan darah : 180/110 mmHg, Nadi 90 x/menit dan teraba kuat,
suhu 37 º C, akral teraba hangat.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Persyarafan (Brain)
Nilai GCS, E : 3 (Respon suara), V : 1 (Tidak ada suara), M : 5 (merangsang
nyeri), total nilai GCS = 9 (somnolent), kesadaran klien tampak normal, pupil
isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien merasakan nyeri di
bagian perut kanan atas, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak
merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami
kejang.
Uji Syaraf Kranial :
 Nervus Kranial I (Olfaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti
: minyak kayu putih atau alcohol.
 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke
atas dan ke bawah.
 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti :
nasi, kue, buah.
 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Klien dapat mendengar perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit
dan manis.
 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x 24
jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami
masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri,
tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak
terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab, ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi klien
lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien tidak
ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada peradangan,
rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari warna kekuningan
dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak kembung,
kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada terdapat
nyeri tekan ataupun benjolan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak
ada.
Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien terbatas, tidak ada parase, tidak ada paralise,
tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, terdapat nyeri seperti di tusuk-tusuk di
perut kanan atas, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas,
ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas kanan dan kiri
skala 1/5. Uji kekuatan ektermitas bawah kanan dan kiri skala 1/5. Tidak terdapat
peradangan dan perlukaan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalsah keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik

Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan, dan kosmetik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba panas, warna kulit coklat tua, turgor baik, tekstur
halus, tidak ada tampak terdapat lesi, tidak tampak terdapat jaringan, tekstur
rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan bentuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak
ada
Sistem Penginderaan
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien tampak bergerak
normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) = 6/6, sclera klien
ikterik, warna konjungtiva ikterik, kornea ikterik, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada
klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
b.Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan tidak tuli.
c.Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi, tidak terdapat
obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi, cavum nasal normal,
septum nasal tidak ada masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak
ada.

Leher Dan Kelenjar Limfe


Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba kelenjar limfe,
tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien bergerak bebas.

Sistem Reproduksi
Reproduksi PriaBagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada gatal-gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada
discharge, srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya.
Pola Fungsi Kesehatan

Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien tidak merasa mual, tidak ada muntah, tidak
mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus.
TB : 165 Cm
BB sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
IMT = BB
(TB)²
=55

(165)²
= 20,2 (normal)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x/ hari 3x/ hari
Porsi 3 sedang 3 sedang

Nafsu makan Baik Baik


Jenis Makanan Nasi, sayur, buah, Nasi, sayur, buah,
lauk lauk
Jenis Minuman Air putih, air susu Air putih, air susu
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 1600 cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada.
Maslsah keperawatan : tidak ada
Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola istirahat dan tidur. Sebelum sakit
tidur malam klien sekitar 7-8 jam dan tidur siang sekitar 1-2 jam, sesudah sakit tidur
malam klien sekitar 8-9 jam dan tidur siang 1-2 jam.
Masalah Keperawatan : tidsk ada
Kognitif
Keluarga dan klien tampak khawatir dan cemas mengenai penyakit pada tubuhnya
dikarenakan pengetahuan klien yang kurang mengenai penyakitnya.
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan Konsep iri (Gambaran diri, ideal diri,
identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini, klien ingin
cepat sembuh dari penyakitnya, klien adalah seorang laki-laki dan suami, klien orang
yang ramah, klien bekerja sebagai seorangPensiunan PNS

Masalah keperawatan : Tidak ada.


Aktivitas Sehari-hari
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebasnamun
sesudah sakit klien tidak dapat beraktivitas secara bebas dan didampingi oleh keluarga
dan istrinya.
Keluhan lainnya : klien sulit beraktivitas seperti mandi,memakai pakaian dll
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan kepada
keluarga, dan keluarga selalu menolongnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
Nilai-Pola Keyakinan
Pasien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang di anut.
Masalah keperawatan : Tidak ada.
IV. Sosial - Spiritual
Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan yang
dirasakan kepada perawat.
Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa Indonesia.
Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat selalu
memperhatikan dan mendampingi Tn.P selama diarawat di rumah sakit.
Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi juga
dengan keluarga serta orang lain.
Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalahistri dan anak-anaknya.
Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bekerja dan meluangkan waktu untuk
keluarga, sesudah sakit aktivitas klien dibatasi
Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalankan ibadah Kebaktian dan membaca alkitab
bersama dengan suami dan abaknya , disaat sakit klien tidak bisa beribadah.
Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 29 Oktober2020
Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hematologi
Hemaglobin 7g/dL 14-18
Hematokrit 34,1 % 35 – 47
Eritrosit 4,08/uL 4,4 – 5,9
MCH 28,9 Pg 27.00 – 32.00
MCV 83,6 Fl 76 – 96
MCHC 34,6 g/dL 29.00 – 36.00
Leukosit 9,9 uL 4,0-10,0
Trombosit 312 uL 150 – 400
RDW 20,5% 11,60 – 14,80
MVP 10,1 Fl 4.00 – 11.00
2 Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 73 mg/dL 80 – 160
SGOT 345 uL 15 – 34
SGPT 75 uL 15 – 60
Alkali pospathase 231 uL 50 – 136
Gamma GT 403 uL 5 – 55
Billirubin total 18,09 mg/dL 0.3 – 1.2
Billirubin direck 15,52 mg/dL 0,0 – 0,2
Billirubin indereck 2,57 mg/dL 0,2 – 0,8
3 Elektrolit
Natrium 140 mmol/l 136 – 145
Kalium 3,7 mmol/l 3,5 – 5,1
Chlorida 101 mmol/l 98 – 107

Palangka Raya,09 Maret 2021

Diki Wahyudi
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Keluarga klien Kepekatan darah Ketidakefektifan
mengatakan Tn. P sakit meningkat Perfusi Jaringan
kepala dan pusing. Serebral

DO : Sirkulasi selebral
- Konjungtivatampak terganggu
anemis
- Klien tampak berbicara
pelo Penurunan darah dan O2
- Klien tampak lemas, ke otak
gelisah dan pucat
- Ekpresi wajah klien
tampak meringis Ketidakfektifan perfusi
- Klien tampak sering jaringan serebral
memegang kepala
- Kesadaran pasien
somnolent
- HGB = 7 g/dL
- CRT kembali dalam >2
detik.
- Terpasang infus NaCl
0,9% 500 ml 20 tpm
1tetes/3detik ditangan
sebelah kiri klien.
- TTV
TD : 180/110 mmHg
N : 92 x/menit
S : 37,00C
RR : 22 x/menit
DS : Keluarga klien Penurunan Darah Ke Gangguan Mobilitas
mengatakan Tn.P tidak Otak Fisik
bisamenggerakan
ektermitas atas Hipoksia Cerebri
bagiankanan dan
ektermitas bawah bagian
kanan dan tdak bisa Infark Jaringan Otak
beraktivitas.

Hemiparese
DO :
- Klien tampak sakit Kelemahan Otot
- Klien tampak lemas
- Kesadaran somnolent Mobilisasi Menurun
- Klien tampak pucat
- Klien tampak meringis Gangguan mobilitas
- Posisi berbaring klien fisik
tampak semi-fowler
- Nilai GCS = 9 (tidak
baik)
- Kekuatan otot
1 5
1 5
- Terpasang infus NaCl
0,9% 500 ml 20 tpm
1tetes/3detik ditangan
sebelah kiri klien.
- TTV
TD : 180/110 mmHg
N : 92 x/menit
S : 37,00C
RR : 22 x/menit
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN
MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
Defisit
Ds: Keluarga klien mengatakan sebelum Perawatan Diri
sakit klien dapat berktivitas secara
bebasnamun sesudah sakit klien tidak
dapat beraktivitas secara bebas dan Hermister kiri
didampingi oleh keluarga dan istrinya
Do :
- Klien tampak kesulitan saat beraktivitas Hemipelgi Kanan
seperti : mandi,makan dan memakai
pakaian
- Pasien tampak lemas Kelemahan Fisik
- Posisi berbaring tampak semi-fowler
- TTV
TD :180/110 mmHg Defisit Perawatan Diri

N : 92x/menit
S : 37,00C
RR : 22 x/menit
PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak


terhambat ditandai dengan mengeluh sakit kepala dan pusing, berbicara pelo, kesadaran
somnolent, konjungtiva anemis, tampak lemas, gelisah, pucat, ekpresi wajah klien tampak
meringis, tampak sering memegang kepala, HGB = 7 g/dL, CRT kembali dalam >2 detik,
terpasang infus NaCl 0,9% 500 ml 20 tpm 1tetes/3detik ditangan sebelah kiri klien dan hasil
pemeriksaan TTV = TD : 180/110 mmHg ,N : 92 x/menit, S: 37,00C, RR : 22 x/menit.
V. Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn.D
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

1.Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tingkat kesadaran 1. Perubahan kesadaran
jaringan serebral berhubungan keperawatan 2x7 jam klien menunjukkan peningkatan
2. Observasi TTV dan Hb klien tekanan intrakranial (TIK)
dengan aliran darah ke otak diharapkan memperoleh 3. Atur posisi semi-fowler atau
2. Kesehatan klien dapat di
peningkatan perfusi jaringan fowler. lihat dari TTV dan kadar HB
yang adekuat, dengan kriteria 4. Ajarkan teknik relaksasi pada klien.
5. Berikan penjelasan pada 3. Memberikan posisi
hasil :
keluarga tentang sebab-sebab senyaman mungkin
1. Klien menunjukan tidak peningkatan TIK dan4. Keluarga dapat
merasa sakit kepala akibatnya. berpartisipasi dalam proses
6. Anjurkan klien untuk penyembuhan.
2. Klien tampak rileks dan
menghindari batuk dan5. Untuk mengetahui keadaan
ceria mngejan berlebihan. umum klien, mengetahui
3. Hb normal pria 14 – 18 gr% Kolaborasi dengan tenaga perkembangan status
4. Keluarga/pasien mengetahui kesehatan, jika perlu pemberian kesehatan pasien.
6. Rangsangan aktivitas yang
penyebab perubahan perfusi O² dan obat analgetik/antipiretik meningkat dapat
jaringan dan pemberian obat meningkatkan TIK.
5. CRT kembali dalam kurang neuroprotector. 7. Berguna untuk
memperingan sakit kepala
dari 2 detik.
dan agar klien dapat
TTV dalam batas normal meakukan secara mandiri
jika sakit kepala kambuh.
Bekerja sama dengan tenaga

50
kesehatan dalam pemberian
oksigenasi. Pemberian obat
untuk mengurangi rasa sakit
(analgesik) dan menurunkan
demam (antipiretik) dan
Memperbaiki sel yang masih
viable.

2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1 Monitor TTV dan kondisi 1. Pantau kondisi klien disaat
berhubungan denganpenurunan keperawatan dalam 2x24 jam umum selama melakukan melakukan tindakan agar
darah ke otak masalah gangguan mobilitas mobilisasi mengetahui tingkat
fisik klien dapat teratasi, dengan 2 Fasilitasi aktivitas pemulihan kesehatan klien.
kriteria hasil : mobolisasi dengan alat 2. Alat bantu akan membantu
- Dalam waktu 24 jam klien bantu mempermudah melakukan
menjadi bugar 3 Libatkan keluarga untuk mobilitas fisik
- Dalam waktu 3 hari nilai membantu klien dalam 3. Agar keluarga tahu dan dapat
GCS klien menjadi 11 meningkatkan pergerakan melakukan tindakan secara
- Dalam waktu 7 hari nilai mandiri dalam membantu
kekuatan otot 5 2 atau mengajarkan ROM
52
- Dalam waktu 3 hari sudah
tidak terpasang infus
TTV dalam batas norma
51
3.Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor tingkat kemandirian 1. Mengetahui tingkat
berhubungan dengan Gangguan keperawatan 2x24 jam masalah 2.Dampingi dalam melakukan kemandirian klien
Neuromuskuler Gangguan Persepsi Sensori : 3.keperawatan diri sampai 2. Agar membantu klien
Pendengaranklien dapat teratasi mandiri dalam melakukan aktivitas
dengan kriteria hasil : 4. Memonitor kebersihan tubuh mandiri
- Aktivitas klien kembali 5. Ajarkan kepada keluarga cara 3. Mengetahui menjaga
normal memandikan pasien, jika perlu kebersihan klien
- Klien mampu melakukan 6.Fasilitasi mengenakan pakaian, 4. Keluarga mampu
aktivitas seperti : makan, jika perlu memandikan klien secara
mandi,memakai pakaian tanpa 7.Berikan pujian kemampuan mandiri
di bantu perawat dan keluarga berpakaian secara mandiri 5. Untuk membantu klien jika
- TTV dalam batas normal mengalami kesusahan saat
berpakaian
6. Agar klien semangat saat
melakukan keperawatan
diri sampai mandiri

52
VI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Jum’at 19 Maret 2021 1. Memonitor tingkat kesadaran klien S = Klien mengatakan masih agak pusing
Pukul : 08.00 WIB 2. Mengobservasi TTV dan Hb klien dan sakit kepala.
Pukul : 10:00 WIB 3. Mengatur posisi semi-fowler atau fowler O=
Diagnosa 4. Mengajarkan teknik relaksasi (kompres - Klien tampak rileks (Diki Wahyudi)
Keperawatan I hangat dan deep breathing) - Kesadaran somnolent
5. Memberikan penjelasan pada keluarga - Keluarga klien dapat mengerti cara
tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan melakukan teknik relaksasi kompres
akibatnya hangat kepada pasien Tn.D dan
6. Memberikan klien bed rest total. mengetahui penyebab gangguan
7. Menganjurkan klien untuk menghindari perfusi jaringanserebral
batuk dan mngejan berlebihan - Pasien dan keluarga tampak mengikuti
8. Meciptakan lingkungan yang tenang dan anjuran agar tidak batuk dan mengejan
batasi pengunjung. berlebihan
9. Berkaloborasi dengan tenaga kesehatan - Sudah di beri Injeksi Piracetam 1 g
dalam pemberian O² (2 tpm) dan pemberian (IV) dan Captopril 50 mg (Oral).
obat analgetik dan dan pemberian obat - TTVdalam batas normal
neuroprotector. (Captopril50mg pemberian TD : 150/100 mmHg
diberikan melalui peroral, 3-4 kali/hari, N : 90 x/menit
tekanan darah klien menjadi normal dan S : 37,60C
53
Injeksi Piracetam 1 g diberikan melalui IV). RR : 20 x/menit
HB : 10 g/dL
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi 2 dan 4

2.Sabtu 20 Maret 2021 1. Memonitor TTV dan kondisi umum selama S = Klien mengatakan masih belum bisa
Pukul : 08.00 WIB melakukan mobilisasi. menggerakan ekstermitas atas kanan
Pukul : 10:00 WIB TTV (masih belum normal) dan ekstermitas bawah kanan.
Diagnosa TD : 130/90 mmHg O= (Diki Wahyudi)
Keperawatan II N : 90 x/menit - Dalam waktu 24 jam klien masih
S : 37,00C lemas
- Dalam waktu 3 hari nilai GCS klien
RR : 20 x/menit menjadi 11
Pantau ekpresi dan kemajuan kondisi - Dalam waktu 7 hari nilai kekuatan
klien disaat setelah melakukan tindakan otot 35
35
(ekpresi tampak rileks) - Dalam waktu 3 hari masih terpasang
2. Memfasilitasi aktivitas mobolisasi dengan infus terpasang infus NaCL 0,9%,
alat bantu. Naikan pagar tempat tidur klien 500 ml 20 tpm, 1 tetes/ 3 detik
(klien tampak lebih aman ketika duduk ditangan sebelah kiri

54
sambil memegang pagar brankar). - Pasien tampak mengikuti anjuran
3. Melibatkan keluarga untuk membantu klien kebiasaan waktu tidur.
dalam meningkatkan pergerakan. - TTV dalam batas normal
Mengajarkan cara ROM (keluarga tampak
mengerti dan setelah dicoba bisa TD : 130/90 mmHg
melakukannya). N : 90 x/menit
4. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
S : 370C
harus dilakukan. Duduk ditempat tidur
secara mandiri. (klien tampak dapat duduk RR : 20 x/menit
sendiri sambil memegang pagar tempat A = Masalah belum teratasi
Tidur
P = Lanjutkan Intervensi selanjutnya.

3.Minggu,21 Maret 1. Memonitor tingkat kemandirian S=


2021 2. Mendampingi dalam melakukan -Keluarga klien mengatakan memandikan
Pukul : 08.00 WIB keperawatan diri sampai mandiri klien
Pukul : 10:00 WIB 3. Memonitor kebersihan tubuh - Keluarga klien mengatakan klien masih (Diki Wahyudi)
Diagnosa 4. Mengajarkan kepada keluarga cara sulit melakukan aktivitas seperti : mandi
Keperawatan III memandikan pasien, jika perlu dan berpakaian
5. Memfasilitasi mengenakan pakaian, jika O=
perlu 1.Pasien tampak kesulitan saat
6. Memberikan pujian kemampuan beraktivitas
berpakaian secara mandiri 2. Pasien masih di dampingi keluarga dan
perawat saat beraktivitas
3. Tubuh pasien tampak bersih

55
4. Keluarga pasien mampu memandikan
pasien tapi masih di dampingi perawat
5. Pasien tampak kesulitan saat berpakaian
dan masih di bantu oleh keluarga dan
perawat
6. Pasien dan keluarga tampak senang di
berikan pujian oleh perawat dan
dokter
A= Masalah belum teratasi
P:= Lanjutkan intervensi

56
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Stroke Hemorragic adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh
darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak
mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke
dapat berupa hemiparesis, hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau gejala lain
sesuai daerah otak yang terganggu.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak sajak kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan
normalnya.
1.Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
- Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
- Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus
- Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas
- Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan
gangguan pencernaan.
- Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan
batu ginjal
- Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
- Neurosensori: sensori deprivation

2.Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan
sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku,
perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
3.Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4.Pergerakan tidak terkoordinasi
5.Penurunan waktu reaksi ( lambat )
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tandatanda vital dengan melakukan tindakan
sebagai berikut:

57
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lender yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihanlatihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK dengan meninggikan kepala 15 0
atau 300 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif.

4.2Saran
Dalam melakukan perawatan stroke hemorragic hendaknya dengan hati-hati, cermat dan
teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya nyeri, perawat harus mampu mengetahui kondisi
pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan
fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga
untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan
diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab,
pencegahan, dan penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental , Buku 1 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Setiya, Andri & Abd Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Direja.(2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.

Intan.(2010). Buku saku diagnosis keperawatan.Edisi 7.Jakarta : EGC

Keliat.A (2010). Buku Ajar :Fundamental Keperawatan. Edisi 7.Jakarta : EGC.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Indonesia: Andi.

PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia;Definisi Indikator, Edisi 1. Jakarta:


DPP PNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Ktriteria Hasil
keperawatan, Edisi 1 Jakarta : DPP PNI

PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PNI

Anda mungkin juga menyukai