P DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
BENUAS RSJ KALAWA ATEI BUKIT RAWI
Oleh :
DINDA ANJELINAE. S
NIM : 20231490104022
LEMBAR PERSETUJUAN
Nim : 20231490104022
KATA PENGANTAR
Penulis
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Halusinasi
2.1.1 Definisi Halusinasi .......................................................4
2.1.2 Rentang Respon Halusinasi...........................................4
2.1.3 Etiologi Halusinasi........................................................6
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi....................................................8
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi.........................................9
2.1.6 Fase-fase Halusinasi......................................................9
2.1.7 Pohon Masalah Halusinasi............................................11
2.1.8 Mekanisme Koping Halusinasi.....................................11
2.1.9 Penatalaksanaa Pada Halusinasi Pendengaran..............11
2.1.10 Komunikasi Terapeutik.................................................12
2.2 Manajemen Asuhan keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................13
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................21
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................29
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................29
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................30
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................38
3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................42
5
BAB 1
PENDAHULUAN
tanpa adanya suatu objek atau rangsangan yang nyata klien dapat memberikan
suatu persepsi atau pendapat tentang lingkungan
Menurut data WHO dari semua masyarakat dunia ada 25% terkena gangguan
jiwa serta jumlah tersebut dinilai begitu besar dengan ada 1% yang terkena
gangguan jiwa berat. Selama periode 2013 hingga 2015, Dinas Kesehatan
melakukan pencatatan yang menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 5.112
individu yang terkena gangguan jiwa. Negara Indonesia yaitu sebuah negara
dengan angka gangguan jiwa yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan total
jumlah penduduk dewasa. Dengan asumsi terdapat 250.000.000 penduduk
dewasa, dapat disimpulkan bahwa sekitar 15.000.000 orang atau sekitar 6,0% dari
total populasi dewasa di Indonesia mengalami gangguan jiwa (Tasalim et al.,
2023).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis telah memberikan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran dan Resiko Perilaku Kekerasan dan komunikasi
terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu penulis membuat Asuhan Keperawatan Jiwa pada
klien dengan dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Benuas.A RSJ Kalawa Atei Palangka Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka bagaimana menerapkan
Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. P yang mengalami Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei Palangka
Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Karya Tulisan Ilmiah ini dibuat agar mahasiswa memperoleh pengalaman
nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. P yang mengalami
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas RSJ
Kalawa Atei Bukit Rawi.
1.3.2 Tujuan Khusus
8
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari
luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan
sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal
orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2019).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2021). Halusinasi pendengaran merupakan gangguan stimulus
dimana pasien mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal yang
berbahaya). Sedangkan halusinasi pendengaran menurut (Damaiyanti, 2020),
merupakan suatu kondisi dimana klien mendengar suara-suara yang tidak
berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan paling sering
suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan (azizah, 2021)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut. Halusinasi
pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun.
10
Keterangan :
2.2.1 Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif :
2.2.1.1 Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2.2.1.2 Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
2.2.1.3 Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
2.2.1.4 Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
2.2.1.5 Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2.2.2 Respon psikososial meliputi :
2.2.2.1 Proses fikir terganggu .
11
2.2.2.2 Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
2.2.2.3 Emosi berlebihan atau berkurang.
2.2.2.4 Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
2.2.2.5 Menarik diri yaitu percoban untuk menghindar interaksi dengan orang
lain.
2.2.3 Respon maladaptif
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi :
2.2.3.1 Kelainan pikiran (waham) adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2.2.3.2 Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
2.2.3.3 Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
2.2.3.4 Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
2.2.3.5 Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau
berinteraksi dengan orang dan lingkungan.
2.3 Etiologi Halusinasi
Faktor predisposisi klien halusinasi yaitu :
2.3.1 Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan
3. Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
12
3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.
5. Dimensi Spiritual
Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut Trimelia (2020) :
2.1.4.1.Halusinasi Pendengaran ( auditory )
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mngancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatau (kadang- kadang hal yang
berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber
suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga,
mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
2.1.4.2 Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pencaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, biasanya menyenangkan atau menakutkan.
14
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk kearah
tertentu, serta ketakutan pada objek yang dilihat.
2.1.4.3 Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :darah, urine
atau feses, kadang-kadang terhidu bau harum seperti parfum. Perilaku yang
muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium, mengarahkan hidung pada tempat
tertentun dan menutup hidung.
2.1.4.4 Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan, seperti rasa
darah, urine, dan feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gearakan mengunyah sesuatu sering meludah, muntah.
2.1.4.5 Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain, merasakan
ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan mahluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Trimelia (2020), data subyektif dan obyektif klien halusinasi
pendengaran adalah sebagai berikut:
2.1.5.1 Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2.1.5.2 Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
2.1.5.3 Gerakan mata cepat
2.1.5.4 Respon verbal lambat atau diam
2.1.5.5 Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
2.1.5.6 Terlihat bicara sendiri
2.1.5.7 Menggerakkan bola mata dengan cepat
2.1.5.8 Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
2.1.5.9 Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
2.1.5.10 Disorientasi (waktu, tempat, orang)
2.1.5.11 Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
15
Stressor
4. Faktor presipitasi
1) Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme
penghantaran listrik disyaraf terganggu
2) Stress lingkungan
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minumal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2) Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,bagian tubuh
yang disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
b. Identitas Diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya merasa
bahwa klien tidak berguna.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah atau
berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, trauma
20
tidak disisir, gigi kotor, dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah tampak takut, kebingungan, cemas.
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung sukamberbicara sendiri, ketika
diajak bicara tidak fokus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal. memulai pembicaraan.
3) Aktivitas Motorik
Klien dengan halusinasi tampak gelisah, kelesuan, ketegangan,
agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk-
nunjuk kearah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering
meludah, menutup hidung.
4) Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih, eforia.
5) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah tersinggung.
6) Persepsi-sensori
a. Jenis halusinasi
a) Halusinasi pendengaran
b) Halusinasi penglihatan
c) Halusinasi penciuman
d) Halusinasi pengecapan
e) Halusinasi perabaan
b. Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi
yang dialami pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore, malam? Jika muncul pukul berapa?
c. Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya
sekali- kali kadang kadang,jarang atau sudah tidak muncul
22
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan harian
kegiatan)
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian
2. Resiko Perilaku Pertemuan 1 Pertemuan 1
Kekerasan 1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala
gejala perilaku kekerasan yang dilakukan akibat perilaku kekerasan yang dilakukan akibat
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
2. Klien mampu menjelaskan cara mengontrol perilaku 2. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan :
kekerasan : fisik, obat, verbal, dan spiritual fisik, obat, verbal, dan spiritual
3. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku 3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur
kasur dan bantal dan bantal
4. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik fisik
Pertemun 2 Pertemuan 2
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik, 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian
30
1. Klien mampu melatih kegiatan keempat yang dipilih. dan beri pujian
2. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan unntuk 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali akan dilatih
perhari. 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan unntuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
perhari
Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan utama dan kedua yang telah
dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
per hari
Pertemuan 4
33
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
= Pasien
Jelaskan :
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan beragama islam.
b. Kegiatan ibadah : Klien rutin melaksanakan ibadah sholat 5 waktu.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak rapi dan bersih, penggunaan pakaian sesuai dengan aturan dan
cara berpakaian seperti biasanya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
39
2. Pembicaraan
Klien berbicara normal, bicara efektif 2 arah, volume suara pasien kurang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
Klien tampak sehat, klien beraktivitas secara mandiri, seperti makan, minum
dan mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam Perasaaan
Klien mengatakan merasa khawatir dengan halusinasinya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
5. Afek
Klien tersenyum dan mengucapkan salam saat diajak berkomunikasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi Selama Wawancara
Saat pengkajian kontak mata baik, tidak bermusuhan dengan perawat,
kooperatif, tidak mudah tersinggung dan tidak curigaan terhadap perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Klien mengatakan mendengar suara bisikan orang menyuruh memukul. waktu
terjadinya bisa kapan saja, halusinasinya bisa muncul tiap saat, klien mengatakan
klien merasa khawatir saat halusinasinya muncul, klien mengatakan disaat suara
bisikan muncul biasanya diam saja mendengarkan, dan klien mengatakan disaat
suara bisikan itu muncul klien kadang tidak bisa tidur.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
8. Proses Pikir
Klien mampu berkomunikasi baik dengan perawat dan bersuara pelan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
9. Isi Pikir
Klien bisa mengontrol isi pikirnya dan suka melamun.
40
ANALISA DATA
Data Masalah
Subjektif : Gangguan Persepsi Sensori :
Klien mengatakan mendengar Halusinasi Pendengaran
bisikan orang untuk menyuruhnya
mengamuk, halusinasinya datang
kadang-kadang saja, bisa muncul
disaat sendirian atau disaat tidak
melakukan aktivitas disaat suara
bisikan muncul biasanya klien hanya
diam saja mendengarkan, klien
mengatakan tidak bisa tidur.dan
khawatir jika halusinasinya muncul.
Objektif :
Klien kadang suka melamun
Afek tumpul
Kontak mata ada
Ekspresi wajah datar
Klien kooperatif
Badan klien tampak kaku
Subjektif : Ketidakpatuhan Minum Obat
Klien merasa bosan minum obatnya.
Objektif :
Perilaku tidak mengikuti program
perawatan/pengobatan
Perilaku tidak menjalankan
44
anjuran
menderita autis.
Pohon Masalah :
Dinda Anjelinae. S
20231490104022
46
47
3. Klien mampu menjelaskan pentingnya 4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum
penggunaan obat pada gangguan jiwa sesuai program
4. Klien mampu menjelaskan akibat jika obat 5. Jelaskan akibat putus obat
tidak diminum sesuai program 6. Jelaskan cara berobat
5. Klien mampu menjelaskan akibat putus obat 7. Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan
6. Klien mampu menjelaskan cara berobat untuk latihan menghardik dan beri pujian
7. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan Pertemuan 3
unntuk latihan : dua kegiatan masing-masing 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan
dua kali perhari obat. Beri pujian
Pertemuan 3 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan bercakap-cakap ketika halusinasi muncul
menghardik dan obat. Beri pujian 3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
2. Klien mampu melatih cara mengontrol menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
halusinasi dengan bercakap-cakap ketika Pertemuan 4
halusinasi muncul 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
3. Klien mampu memasukan pada jadwal penggunaan obat dan bercakap-cakap, beri
kegiatan untuk latihan menghardik, minum pujian
obat dan bercakap-cakap 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
Pertemuan 4 melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
49
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, penggunaan obat dan bercakap- menghardik, minum obat, bercakap-cakap
cakap, beri pujian dan kegiatan harian
2. Klien mampu melatih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan )
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian
50
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas kasus yang dikaji serta membandingkan
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung,
faktor penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan Studi Kasus Keperawatan
Jiwa pada Tn. P yang mengalami Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi. Dalam pembahasan
ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 29 januari 2024, berdasarkan
wawancara dengan perawat di ruangan pada tanggal 14 Januari 2023 klien di antar
keluarganya ke RSJ Kalawa Atei karena mengamuk dan marah-marah tanpa
sebab. Pada saat pengkajian tanggal 29 Januari 2024 klien mengatakan alasan dia
marah-marah tanpa sebab karena mendengar bisikan yang menyuruhnya dan
mengamuk. klien mengatakan waktu terjadinya bisa kapan saja, halusinasinya bisa
muncul tiap saat, klien mengatakan klien merasa sedikit khawatir saat
halusinasinya muncul, klien mengatakan disaat suara bisikan muncul biasanya
ditahan, dan klien mengatakan disaat suara bisikan itu muncul klien kadang tidak
bisa tidur. Saat dikaji klien tampak tenang, saat diajak berbincang klien
kooperatif, dan klien mengatakan bahwa halusinasinya sudah berkurang.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan pada Tn. P sesuai fakta, dari hasil pengkajian pada
Tn.P dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran mengangkat 2
(Dua) diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data yang diperoleh didapatkan
sesuai dengan prioritas masalah pada kasus yaitu:
1) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2) Ketidakpatuhan Minum Obat
4.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang dilakukan penulis tidak jauh berbeda dengan tinjauan
teori dengan beberapa modifikasi dan pengurangan. Perencanaan/intervensi
53
menurut fakta dibuatkan menurut prioritas masalah yang ditemukan pada Tn.P
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran yang menjadi
prioritas keperawatan adalah diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dengan intervensi SP 1 dan 2 yaitu :
Identifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi situasi
pencetus, perasaan dan respon, Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, Evaluasi
kegiatan menghardik (beri pujian), Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
(jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat),
Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa, Jelaskan akibat jika
obat tidak diminum sesuai program, Jelaskan akibat putus obat, Jelaskan cara
berobat, Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian.
4.4. Implementasi
Intervensi dan implementasi yang dilakukan sesuai dengan Startegi
Pelaksanaan (SP) dan dengan beberapa modifikasi yang dilakukan penulis, yaitu
mengidentifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi
situasi pencetus, perasaan dan respon, melatih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian, melatih cara mengontrol
halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat), menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada
gangguan jiwa, menjelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program,
menjelaskan akibat putus obat, menjelaskan cara berobat, memasukkan pada
jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik dan beri pujian.
4.5. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi Strategi Pelaksanaan SP 1 dan 2, evaluasi
didapatkan subjektif : klien mengatakan sudah tidak mendengar bisikan-bisikan
lagi, Klien mengatakan senang dan nyaman saat diajak bercakap-cakap, Objektif :
klien tampak rileks, kontak mata ada, klien masih mengingat dan mampu
memperagakan cara menghardik, klien mampu menjelaskan pentingnya minum
obat, akibat jika tidak teratur minum obat, dan akibat putus obat, klien mampu
54
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. P dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi,
maka dapat diambil kesimpulan :
1) Pada saat pengkajian klien mengatakan alasan dia marah-marah tanpa sebab
karena mendengar bisikan yang menyuruhnya dan mengamuk. klien
mengatakan waktu terjadinya bisa kapan saja, halusinasinya bisa muncul tiap
saat, klien mengatakan klien merasa sedikit khawatir saat halusinasinya
muncul, klien mengatakan disaat suara bisikan muncul biasanya ditahan, dan
klien mengatakan disaat suara bisikan itu muncul klien kadang tidak bisa
tidur. Saat dikaji klien tampak tenang, saat diajak berbincang klien kooperatif,
dan klien mengatakan bahwa halusinasinya sudah berkurang
2) Masalah keperawatan yang didapatkan pada Tn.P yaitu Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran dan ketidakpatuhan minum obat.
3) Tujuan intervensi yang di berikan diharapkan klien mampu mengidentifikasi
halusinasi, melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, melatih
cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna,
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat), menjelaskan pentingnya
penggunaan obat pada gangguan jiwa, menjelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program, menjelaskan akibat putus obat, menjelaskan cara
berobat.
4) Pelaksanaan yang telah diberikan pada Tn.P dilakukan secara dependent dan
independent untuk mencapai hasil yang optimal.
5) Berdasarkan hasil evaluasi klien mampu menjelaskan pentingnya minum
obat, akibat jika tidak teratur minum obat, dan akibat putus obat, klien
mampu memahami penjelasan yang diberikan tentang cara bercakap-cakap,
dan klien mampu mengingat beberapa dari obat yang diminumnya.
5.2 Saran
56
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS :
Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan, dan baik-baik saja
DO :
Pasien kadang-kadang masih melamun, ekspresi wajah datar, afek tumpul,
juga tampak kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 3 : Pasien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 & 2 Pasien :
a. Mengidentifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi,
waktu terjadi situasi pencetus, perasaan dan respon
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
d. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
e. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
f. Menjelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program
g. Menjelaskan akibat putus obat
h. Memasukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik
58
b. FASE KERJA
Tn. P masih ingat bagaimana bisa diantar ke RSJ Kalawa Atei? Apakah Tn.
P bias ceritakan tentang halusinasinya? Tn. P tahu cara mengatasinya
bagaimana? Baiklah, bapak sudah paham cara menghardik yaa bagus sekali.
Apakah bapak tahu obat apa yang diminum bapak? Baiklah jadi disini saya
akan menjelaskan obat apa saja yang bapa konsumsi yaa. Apakah bapak
selalu rutin minum obatnya gak? Tn. P tahu apa akibatnya jika tidak rutin
minum obat? Iya betul sekali, jadi Tn. P harus selalu minum obatnya ya agar
lekas membaik juga supaya Tn. P tidak melihat bayangan-bayangan lagi ya.
Jika sampai putus obat nanti bisa membuat Tn. P kambuh lagi gejalanya.
Jadi sangat penting untuk selalu rutin minum obatnya, agar Tn. P tidurnya
bisa nyenyak, badan terasa segar, dan suasana hati membaik. Tn. P jangan
lupa untuk selalu minum obatnya ya, dan selalu semangat juga melalukan
kegiatan yang positif.
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
59
Bagaimana Pak perasaannya Merasa lega karena masih Berbicara pelan Menanyakan keadaan untuk
hari ini apakah sehat? K: menjawab singkat mendapat respon yang baik membina hubungan baik
K: Baik-baik saja
P: P: Menatap pasien terjadi Berharap dapat melanjutkan Klien bersedia melanjutkan Kontrak pertemuan sangat
Sesuai janji saya kemarin, kontak mata pembicaraan pembicaraan penting dilakukan untuk
hari ini saya akan menilai ketersediaan dan
mengevaluasi kembali cara K: menjawab singkat kesiapan klien berinteraksi
menghardik dan pentingnya dengan perawat
untuk selalu minum obat ya.
Untuk waktunya 15 menit
seperti kemarin ya. Dan
tempatnya sesuai kesepakatan
diruangan ini saja.
K : Iya
P: P: Menatap pasien dan duduk Perawat senang karena pasien Berespon dengan baik Mengidentifikasi isi halusinasi
Tn. P masih ingat bagaimana berhadapan mau menjawab dan berespon
bisa diantar ke RSJ Kalawa dengan baik
Atei? Apakah Tn. P bisa K: menjawab singkat
ceritakan tentang
halusinasinya?
K:
Saya mengamuk, dan
mendengar bisikan orang
yang meyuruh saya marah-
marah
63
P: P: Menatap pasien dan duduk Bicara menjelaskan dengan Berespon dengan baik, Diharapkan pasien mengerti
Tn. P tahu cara mengatasinya berhadapan jelas, memperagakan dengan mendengarkan dan cara mengatasi masalah yang
bagaimana? jelas memperhatikan dengan menimpanya, mengajarkan
K: menjawab dengan cepat seksama dan mampu agar lebih mengerti, dan
K: memperagakannya. mengurangi halusinasi agar
Iya, kalo mendengar suara- tidak terjadi lagi.
suara saya langsung menutup
teling dan berkata pergi-pergi
kamu suara palsu.
P: P: Menatap pasien dan duduk Merasa senang Berespon dengan baik, dan Diharapkan pasien mengerti
Baiklah, bapak sudah paham berhadapan pesien merasa lega cara mengatasi masalah yang
cara menghardik yaa bagus menimpanya, mengajarkan
sekali. Apakah bapak tahu K: menjawab singkat agar lebih mengerti, dan
obat apa yang diminum mengurangi halusinasi agar
bapak? Apakah bapak selalu tidak terjadi lagi.
rutin minum obatnya gak?
Tn. P tahu apa akibatnya jika
tidak rutin minum obat?
K:
Saya hanya mengingat
beberapa obat yang saya
minum.
P: P: Menatap pasien dan duduk Merasa senang Berespon dengan baik Diharapkan pasien mengerti
Iya betul sekali, jadi Tn. P berhadapan cara mengatasi masalah yang
harus selalu minum obatnya menimpanya, mengajarkan
ya agar lekas membaik. Tn. P K: menjawab singkat agar lebih mengerti, dan
bagaimana perasaannya mengurangi halusinasi agar
64
K:
Saya hanya ingat beberapa
saja.
P: P: Menatap pasien dan duduk Merasa senang dan kontrak Berespon dengan baik, Untuk melanjutkan intervensi.
Tidak terasa waktunya sudah berhadapan waktu kooperatif
15 menit, saya rasa cukup
untuk pertemuan kita pada K: menjawab singkat
siang hari ini. Besok kita
ngobrol kembali bagaimana?
Oke baiklah Tn. P besok kita
akan berbicara mengenai cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap ya. Dan
untuk waktunya mau jam
berapa ya? Kalau pagi jam
09.00 WIB Tn. P bisa gak?
Trus tempatnya di ruangan ini
saja gimana?
K:
Baiklah kak.
65
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Damaiyanti, Mukhripah, dkk. 2012 Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV
Trans Info Media
Fasya, 2018. Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Gangguan Jiwa.
(online),(http://bppkibandung.id/index.php/jpk/article/download/485/268,
diakses 29 mei 2020)
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM kesehatan.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Suryenti, Vevi, dkk. 2017. Pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia diruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi, Diakses 25 januari 2020.)
Sutinah, 2016. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dan TAK Stimulus
Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi, (Online),
(http://ejournal.kopertis10.or.id, diakses 21 Januari 2020).
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Wahid, Abd. 2013 Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: CV Trans Info Media.
Widiyanto, Widiyanto dkk. 2016. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan Propinsi Riau, (Online),
(http://ejurnal.umri.ac.id, diakses 25 Januari 2020).