Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

P DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
BENUAS RSJ KALAWA ATEI BUKIT RAWI

Oleh :

DINDA ANJELINAE. S

NIM : 20231490104022

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini Disusun Oleh :

Nama : Dinda Anjelinae. S

Nim : 20231490104022

Prodi : Keperawatan Ners

Judul :“Laporan Kasus Singkat di RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi.”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Profesi Ners Pada Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dian Mitra D. Silalahi, Ners., M.Kep Herlina, S.Kep., Ners


3

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan “Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Persepsi Sensori
: Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi”.
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini disusun guna melengkapi tugas
Praktik klinik Program Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar.
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka
Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners dan Ibu Nia Pristina, Ners., M. Kep selaku
Koordinator Praktik Klinik Program Profesi Ners.
4. Ibu Herlina, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan di Ruangan Benuas
RSJ Kalawa Atei Palangka Raya yang telah banyak memberikan saran dan
bimbingannya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.
5. Ibu Dian Mitra D. Silalahi, Ners., M. Kep. selaku Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa seminar kasus ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 29 Januari 2024

Penulis
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Halusinasi
2.1.1 Definisi Halusinasi .......................................................4
2.1.2 Rentang Respon Halusinasi...........................................4
2.1.3 Etiologi Halusinasi........................................................6
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi....................................................8
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi.........................................9
2.1.6 Fase-fase Halusinasi......................................................9
2.1.7 Pohon Masalah Halusinasi............................................11
2.1.8 Mekanisme Koping Halusinasi.....................................11
2.1.9 Penatalaksanaa Pada Halusinasi Pendengaran..............11
2.1.10 Komunikasi Terapeutik.................................................12
2.2 Manajemen Asuhan keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................13
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................21
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................29
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................29
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan.............................................................30
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................38
3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................42
5

3.4 Implementasi Keperawatan.........................................................47


3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................47
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................50
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................53
5.2 Saran..................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
6

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Halusinasi ialah merupakan gejala yang tak jarang ditemuan di klien yang me
ngalami gangguan jiwa, biasanya halusinasi disamakan pada skizofrenia. Dari
sekian banyak klien skizofrenia mayoritas juga sering merasakan halusinasi.
Gangguan jiwa lainnya pula diiringi dengan halusinasi misalnya pada gangguan
mekanik depresif serta delirium. Halusinasi adalah gangguan pola pikir, yang
mana klien mengartikan segala hal yang pada kenyataannya tidak nyata atau tidak
kejadian. Sebuah penggunaan panca indra tidak adanya rangsangan yang berasal
dari luar. Sebuah penghayatan dalam sebuah pandangan pada panca indra dengan
tidak adanya stimulus eksteren persepsi palsu (Andri et al., 2019).
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut
dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun
kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan
tidak efisien (Widiyanto dkk, 2019)
Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu yang termasuk
gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2019). Skizofrenia adalah suatu
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), afek tidak wajar atau
tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami
kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. (Suryenti dkk, 2019).
Klien dengan diagnosa skizofrenia paling banyak mengalami halusinasi.
Halusinasi adalah hilangnya suatu kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) sehingga
7

tanpa adanya suatu objek atau rangsangan yang nyata klien dapat memberikan
suatu persepsi atau pendapat tentang lingkungan
Menurut data WHO dari semua masyarakat dunia ada 25% terkena gangguan
jiwa serta jumlah tersebut dinilai begitu besar dengan ada 1% yang terkena
gangguan jiwa berat. Selama periode 2013 hingga 2015, Dinas Kesehatan
melakukan pencatatan yang menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 5.112
individu yang terkena gangguan jiwa. Negara Indonesia yaitu sebuah negara
dengan angka gangguan jiwa yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan total
jumlah penduduk dewasa. Dengan asumsi terdapat 250.000.000 penduduk
dewasa, dapat disimpulkan bahwa sekitar 15.000.000 orang atau sekitar 6,0% dari
total populasi dewasa di Indonesia mengalami gangguan jiwa (Tasalim et al.,
2023).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis telah memberikan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran dan Resiko Perilaku Kekerasan dan komunikasi
terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu penulis membuat Asuhan Keperawatan Jiwa pada
klien dengan dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan
Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Benuas.A RSJ Kalawa Atei Palangka Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka bagaimana menerapkan
Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. P yang mengalami Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei Palangka
Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Karya Tulisan Ilmiah ini dibuat agar mahasiswa memperoleh pengalaman
nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. P yang mengalami
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas RSJ
Kalawa Atei Bukit Rawi.
1.3.2 Tujuan Khusus
8

1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada klien


dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan jiwa pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan jiwa pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan jiwa pada
klien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan jiwa pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
yang bermakna bagi mahasiswa dalam memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Tn. P yang mengalami Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
di Ruang Benuas.A RSJ Kalawa Atei Palangka Raya
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien dan
keluarga untuk memahami apa itu Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran dan bagaimana nanti perawatan mandiri untuk klien dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
1.4.3 Untuk Institusi
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki pembuatan asuhan
keperawatan pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran dan juga mampu mengembangkan ilmu untuk dibagi kepada
institusi/ mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat membuat institus
semakin berkembang menjadi lebih baik
1.4.4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
9

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari
luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan
sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal
orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2019).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2021). Halusinasi pendengaran merupakan gangguan stimulus
dimana pasien mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal yang
berbahaya). Sedangkan halusinasi pendengaran menurut (Damaiyanti, 2020),
merupakan suatu kondisi dimana klien mendengar suara-suara yang tidak
berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan paling sering
suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan (azizah, 2021)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut. Halusinasi
pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun.
10

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi


pendengaran adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan
persepsi pendengaran berupa suara-suara palsu yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan pasien mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas.
2.2 Rentang Respon Halusinasi
Gambar 2.1 rentang respon neurologis halusinasi

Respon Adaftif Respon Maladaptif


Pikiran logis Distorsi pikiran (pikiran Gangguan
Persepsi akurat kotor) pikir/delusi
emosi kosisten Ilusi Halusinasi
dengan Reaksi emosi berlebih Perilaku
pengalaman atau kurang disorganisasi
perilaku sesuai perilaku aneh dan tidak Isolasi sosial
hubungan sosial bisa menarik diri

Keterangan :
2.2.1 Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif :
2.2.1.1 Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2.2.1.2 Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
2.2.1.3 Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman.
2.2.1.4 Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
2.2.1.5 Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2.2.2 Respon psikososial meliputi :
2.2.2.1 Proses fikir terganggu .
11

2.2.2.2 Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
2.2.2.3 Emosi berlebihan atau berkurang.
2.2.2.4 Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
2.2.2.5 Menarik diri yaitu percoban untuk menghindar interaksi dengan orang
lain.
2.2.3 Respon maladaptif
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi :
2.2.3.1 Kelainan pikiran (waham) adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2.2.3.2 Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
2.2.3.3 Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
2.2.3.4 Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
2.2.3.5 Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau
berinteraksi dengan orang dan lingkungan.
2.3 Etiologi Halusinasi
Faktor predisposisi klien halusinasi yaitu :
2.3.1 Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan
3. Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
12

suatu zat yang dapat bersifat halusinogen neurokimia. Akibat stress


berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya, klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
5. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
schizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2.3.2 Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Fitria 2019). Penyebab
Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
13

3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.
5. Dimensi Spiritual
Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut Trimelia (2020) :
2.1.4.1.Halusinasi Pendengaran ( auditory )
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mngancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatau (kadang- kadang hal yang
berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber
suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga,
mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
2.1.4.2 Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pencaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, biasanya menyenangkan atau menakutkan.
14

Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk kearah
tertentu, serta ketakutan pada objek yang dilihat.
2.1.4.3 Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :darah, urine
atau feses, kadang-kadang terhidu bau harum seperti parfum. Perilaku yang
muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium, mengarahkan hidung pada tempat
tertentun dan menutup hidung.
2.1.4.4 Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan, seperti rasa
darah, urine, dan feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gearakan mengunyah sesuatu sering meludah, muntah.
2.1.4.5 Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain, merasakan
ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan mahluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Trimelia (2020), data subyektif dan obyektif klien halusinasi
pendengaran adalah sebagai berikut:
2.1.5.1 Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2.1.5.2 Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
2.1.5.3 Gerakan mata cepat
2.1.5.4 Respon verbal lambat atau diam
2.1.5.5 Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
2.1.5.6 Terlihat bicara sendiri
2.1.5.7 Menggerakkan bola mata dengan cepat
2.1.5.8 Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
2.1.5.9 Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
2.1.5.10 Disorientasi (waktu, tempat, orang)
2.1.5.11 Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
15

2.1.5.12 Perubahan perilaku dan pola komunikasi


2.1.5.13 Gelisah, ketakutan, ansietas
2.1.5.14 Peka rangsang
2.1.5.15 Melaporkan adanya halusinasi
2.1.6 Fase-fase Halusinasi
Tabel 2.1 Tahapan halusinasi terbagi menjadi 5 fase, yaitu :
Tahapan Halusinasi Karakteristik
Stage I : Sleep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
Fase awal seseorang lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya
sebelum muncul banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karna
halusinasi berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih
hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah
dikampus, drop out, dst. Masalah terasa menekan
karena terakumulasi sedangkan support sistem
kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
Sulit tidur berlangsung trus-menerus sehingga
terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-
lamunan awal tersebut sebagai pemecah
masalah.
Stage II: Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
Halusinasi secara adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa,
umum ia terima ketakutan, dan mencoba memusatkan pemikiran pada
sebagai sesuatu yang timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa
alami pengalaman pikiran dan sensorinya dapat dia
kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini
ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan
halusinasinya.
Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan
Secara umum mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu
halusinasi sering lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga
mendatangi klien jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan
klien mulai menarik diri dari orang lain, dengan
16

intensitas waktu yang lama.


Stage IV: Controlling Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori
Severe Level of abnormal yang datang. Klien dapat merasakan
Anxiety kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
Fungsi sensori menjadi dimulai fase gangguan psikotik.
tidak relevan dengan
kenyataan
Stage: V: Conquering Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa
Panic Level of Anxiety terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila
Klien mengalami klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah
gangguan dalam yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
menilai lingkungannya berlangsung selama minimal empat jam atau seharian
bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.

2.1.7 Pohon Masalah Halusinasi


Pohon masalah pada gangguan persepsi sensori : Halusianasi menurut Yusuf, dkk
(2015) ialah sebagai berikut :
Effect → Resiko Perilaku Kekerasan

Core problem → Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Causa → Perubahan persepsi sensori : isolasi sosial

Koping individu tidak efektif

Stressor

2.1.8 Mekanisme koping Halusinasi


Menurut Prabowo (2014) mekanisme koping klien dengan Halusinasi
yaitu:
2.1.8.1 Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari
17

2.1.8.2 Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk


mengalihkan tangggung jawab kepada orang lain.
2.1.8.3 Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus
internal.
2.1.9 Penatalaksanaan Pada Halusinasi Pendengaran
2.1.9.1 Psikofarmakologis
Dengan pemberian oabat-obatan yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala pada klien skizoprenia adalah
obat-obatan anti psikosis, karena skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan
psikosis Pada klien halusinasi terapi medis seperti haloperidol (HLP),
Clapromazine (CPZ), Trihexyphenidyl (THP) (Azizah dkk, 2020)
2.1.9.2 Terapi kejang listrik (ECT)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
melewatkan aliran listrik melaui elecrode yang dipasang pada satu atau dua
temples, terapi kejang listrik 4-5 joule/detik
2.1.9.3 Terapi kelompok
1. Terapi group (kelompok terapeutik)
2. Terapi aktivitas kelompok (adjuntive group activity therapy)
3. TAK stimulus persepsi: Halusinasi
1) Sesi 1 : Mengenal halusinasi
2) Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan menghardik
3) Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
4) Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
5) Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4. Terapi lingkungan (Prabowo, 2014)
2.1.10 Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah hubungan antara perawat dan pasien dalam
proses komunikasi perilaku orang lain yang tujuannya merubah perilaku dalam
pencapaian kesehatan yang optimal (Widianto dkk, 2019).
Teknik komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan dengan penuh
perhatian, menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang berkaitan,
menyatakan hasil observasi, menawarkan informasi, memberikan penghargaan,
18

menawarkan diri, memberikan kesempatan pada klien untuk memulai


pembicaraan, memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan
persepsinya (Fasya, 2018)
Melakukan komunikasi terapeutik pada pasien halusinasi harus memperhatikan:
2.1.9.1 Kontak pandang : Dengan melakukan kontak pandang akan mencerminkan
rasa menghargai kepada pasien
2.1.9.2 Mencondongkan tubuh kedepan : Dengan posisi yang seperti ini akan
menunjukkan kepedulian dan keinginan untuk mendengarkan sesuatu yang
dirasakan oleh pasien
2.1.9.3 Keterbukaan : Dengan menjaga keterbukaan akan meningkatkan
kepercayaan pasien kepada perawat (Wdianto, 2019)
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu dieksplorasi baik pada klien
sendiri maupun keluarga berkenan dengan kasus halusinasi yang meliputi:
2.2.1.1 Indentitas klien
2.2.1.2 Keluhan utama atau alasan masuk
2.2.1.3 Faktor predisposisi
1. Faktor genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofrenia diturunkan melalui
kromosom2 tertentu. Namun demikian, kromosom yang kebeberapa yang
menjadi faktor penentu ganggguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian.
2. Faktor biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif. Peran frontal dan limbik cortices dalam
regulasi stress berhubungan dengan aktifitas dopamin. Saraf pada pre
frontal penting untuk memori. Penurunan neuro pada area ini dapat
menyebabkan kehilangan asosiasi.
3. Faktor presipitasi psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan, pola asuh anak tidak adequat.
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan
19

4. Faktor presipitasi
1) Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme
penghantaran listrik disyaraf terganggu
2) Stress lingkungan
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minumal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2) Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,bagian tubuh
yang disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
b. Identitas Diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya merasa
bahwa klien tidak berguna.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat
perubahan tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah atau
berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, trauma
20

akan masa lalu, menarik diri dari orang lain, perilaku


agresif.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam kelurga, pekerjaan atau sekolah, harapan
klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien yang mengalami halusinasi
cenderung tidak peduli dengan diri sendiri maupun
sekitarnya.
e. Harga Diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri
tanpa syarat meskipun telah melakukan kesalahan,
kekalahan, dan kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat
berharga.
3) Hubungan Sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dikehidupan klien tempat mengadu,
berbicara, minta bantuin, atau dukungan. Serta tanyakan organisasi
yang diikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan halusinasi
cenderung tidak mempunyai orang terdekat, dan jarang mengikuti
kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang menyendiri dan
asyik demgan isi halusinasi.
4) Spritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasaan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi halusinasi
mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya.
7. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pada klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti
21

tidak disisir, gigi kotor, dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah tampak takut, kebingungan, cemas.
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung sukamberbicara sendiri, ketika
diajak bicara tidak fokus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal. memulai pembicaraan.
3) Aktivitas Motorik
Klien dengan halusinasi tampak gelisah, kelesuan, ketegangan,
agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk-
nunjuk kearah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering
meludah, menutup hidung.
4) Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih, eforia.
5) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah tersinggung.
6) Persepsi-sensori
a. Jenis halusinasi
a) Halusinasi pendengaran
b) Halusinasi penglihatan
c) Halusinasi penciuman
d) Halusinasi pengecapan
e) Halusinasi perabaan
b. Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi
yang dialami pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore, malam? Jika muncul pukul berapa?
c. Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya
sekali- kali kadang kadang,jarang atau sudah tidak muncul
22

lagi.dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi


dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi pada klien halusinasi sering kali
halusinasi pada saat klien tidak memiliki kegiatan atau pada
saat melamun maupun duduk sendiri.
d. Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi
kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khususs pada waktu terjadi halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan halusinasi
nya.
e. Respons
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika
halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan kepada
pasien hal yang dirasakan atau yang dilakaukan saat
halusinasi itu timbul. Perawat juga dapat menanyakan
kepada keluarga nya atau orang terdekata pasien. Selain itu,
dapat juga dengan meng observasi perilaku pasien saat
halusinasi timbul. Pada klien halusinasi sering kali
mengarah, mudah tersinggung, merasa curiga pada orang
lain.
7) Proses berpikir
a. Bentuk fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak
sesuai dengan kenyaaatan yang ada atau tidak mengikuti
logika secara umum (tidak ada sangkut pautnya antara
proses individu dan pengalaman yang sedang terjadi). Klien
yang mengalami halusinasi lebih sering was-was terhadap
hal-hal yang dialaminya.
b. Isi fikir
23

Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersoalisasi


yaitu perasaan yang aneh atau asing terhadap diri sendiri,
orang lain lingkungan sekitar, berisikan keyakinan
berdasarkan penilain non realistis.
8) Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi seringkali merasa bingung, apatis,(acuh tak
acuh).
9) Memori
a. Daya ingat jangka panjang:mengingat kejadian masa lalu
lebih dari satu bulan
b. Daya ingat jangka menengah:dapat mengingat kejadian
yang terjadi 1 minggu terakhir.
c. Daya ingat jangka pendek:dapat mengingat kejadian yang
terjadi saat ini.
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Pada klien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi dan
dapat menjelaskan kembali pembicaraan yang baru saja di
bicarakan dirinya/orang lain.
11) Kemampuan penilaian mengambil keputusan
a. Gangguan ringan:dapat mengambil keputusan secara
sederhana baik dibantu orang lain/tidak
b. Gangguan bermakna:tidak dapat mengambil keputusan
secara sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang
diperintahkan.
12) Daya tilik diri
Pada klien halusinasi cenderung mengingkari penyakit yang
diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik)
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien
menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita
tentang penyakitnya.
8. Kebutuhan perencanaan ulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan kebutuhan
24

Tanyakan apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi


kebutuhanya sendiri.
2) Kegiatan kehidupan sehari-hari
a. Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan
hidup sehari-hari seperti mandi, kebersihan, ganti pakaian,
secara mandiri perlu bantuan minimal.
b. Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang
berkualitas karena kegelisahan, kecemasan akan hal yang
tidak realita
3) Kemampuan klien lain lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya, dan
membuat keputusan .
4) Klien memiliki sistem pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga maupun
orang sekitarnya karena kurang nya pengetahuan keluarga bisa
menjadi penyebab. Klien dengan halusinasi tidak mudah untuk
percaya terhadap orang lain selalu merasa curigas.
5) Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
Klien halusinasi merasa menikmati pekerjaan, kegiatan yang
produktif karena ketika klien melakukan kegiatan berkurangnya
pandangan kosong.
9. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung berprilaku maladaptif, seperti
mencederai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Malas berkreatif,
perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain, mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus intenal
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pada klien halusinasi mempunyai masalah di masalalu dan
mengakibatkan dia menarik diri dari masyarakat dan orang terdekat.
25

11. Aspek pengetahuan


Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena
tidak merasa hal yang dilakukan dalam tekanan
12. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diangnostik medis. Pada klien halusinasi
terapi medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine (CPZ),
Trihexyphenidyl (THP)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi; Halusinasi Pendengaran
2.2.2.2 Resiko Perilaku Kekerasan
2.2.2.3 Harga Diri Rendah
2.2.2.4 Isolasi Sosial
26
27

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawtan
1. Gangguan Persepsi Pertemuan 1 Pertemuan 1
Sensori : Halusinasi 1. Klien mampu mengidentifikasi halusinasi : dengan 1. Identifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan
Pendengaran mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi isi, frekuensi, waktu terjadi situasi pencetus,
pencetus, dan respon. perasaan dan respon
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
dengan menghardik menghardik
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan menghardik menghardik
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan menghardik. 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
Beri pujian 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis,
dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, frekuensi, kontinuitas minum obat)
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) 3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
3. Klien mampu menjelaskan pentingnya penggunaan gangguan jiwa
obat pada gangguan jiwa 4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai
28

4. Klien mampu menjelaskan akibat jika obat tidak program


diminum sesuai program 5. Jelaskan akibat putus obat
5. Klien mampu menjelaskan akibat putus obat 6. Jelaskan cara berobat
6. Klien mampu menjelaskan cara berobat 7. Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan
7. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan unntuk untuk latihan menghardik dan beri pujian
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali Pertemuan 3
perhari 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat.
Pertemuan 3 Beri pujian
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik dan obat. Beri pujian bercakap-cakap ketika halusinasi muncul
2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi 3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dengan bercakap-cakap ketika halusinasi muncul menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
3. Klien mampu memasukan pada jadwal kegiatan Pertemuan 4
untuk latihan menghardik, minum obat dan 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
bercakap-cakap penggunaan obat dan bercakap-cakap, beri
Pertemuan 4 pujian
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, penggunaan obat dan bercakap-cakap, melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
beri pujian Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
29

2. Klien mampu melatih cara mengontrol halusinasi menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan harian
kegiatan)
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian
2. Resiko Perilaku Pertemuan 1 Pertemuan 1
Kekerasan 1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala
gejala perilaku kekerasan yang dilakukan akibat perilaku kekerasan yang dilakukan akibat
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
2. Klien mampu menjelaskan cara mengontrol perilaku 2. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan :
kekerasan : fisik, obat, verbal, dan spiritual fisik, obat, verbal, dan spiritual
3. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku 3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur
kasur dan bantal dan bantal
4. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik fisik
Pertemun 2 Pertemuan 2
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik, 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian
30

beri pujian 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan


2. Klien melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna, dosis,
dengan obat (6 benar obat, guna, dosis, frekuensi, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat
cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak jika obat tidak diminum sesuai program, akibat
diminum sesuai program, akibat putus obat) putus obat)
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik dan minum obat fisik dan minum obat
Pertemuan 3 Pertemuan 3
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat, serta
dan obat, serta beri pujian beri pujian
2. Klien mampu melatih pasien mengontrol perilaku 2. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu secara verbal (3 cara, yaitu mengungkapkan,
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar) meminta, menolak dengan benar)
3. Kliem mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik, minum obat dan verbal fisik, minum obat dan verbal
Pertemuan 4 Pertemuan 4
1. Klien mampu mengevaluasi latihan fisik , obat dan 1. Evaluasi latihan fisik , obat dan verbal. Beri
verbal. Beri pujian pujian
2. Klien mampu melatih pasien mengontrol perilaku 2. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan
31

kekerasan secara spiritual (2 kegiatan) secara spiritual (2 kegiatan)


3. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan spiritual fisik, minum obat, verbal dan spiritual

3. Harga Diri Rendah Pertemuan 1 Pertemuan 1


Kronis 1. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan 1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan
melakukan kegiatan dan aspek positif klien. dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan)
2. Klien mampu melatih kegiatan pertama yang dipilih. 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat
Pertemuan 2 dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) :
1. Klien mampu melatih kegiatan kedua yang dipilih. buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan
2. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan unntuk pasien saat ini
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali 3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang
perhari dapat dilakukan saat ini untuk dilatih
Pertemuan 3 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
1. Klien mampu melatih kegiatan ketiga yang dipilih. melakukannya)
2. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan 5. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk
untuk latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali latihan dua kali perhari
per hari Pertemuan 2
Pertemuan 4 1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih
32

1. Klien mampu melatih kegiatan keempat yang dipilih. dan beri pujian
2. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan unntuk 2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali akan dilatih
perhari. 3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan unntuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
perhari
Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan utama dan kedua yang telah
dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua kali
per hari
Pertemuan 4
33

1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga


yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara
melakukannya)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
: dua kegiatan masing-masing dua kali
perhari
4. Isolasi Sosial Pertemuan 1 Pertemuan 1
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri pasien.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan 2. Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan berinteraksi dengan orang lain.
dengan orang lain 3. Berdiskusi dengan klien tentang kerugian
Pertemuan 2 beriteraksi dengan orang lain.
1. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara 4. Mengajarkan klien cara berkenalan dengan
bertahap satu orang.
2. Klien dapat mengungkapkan perasannya setelah 5. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan
34

berhubungan dengan orang lain latihan berbincang-bincang dengan orang lain


Pertemuan 3 dalam kegiatan harian.
1. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau Pertemuan 2
keluarga mampu mengembangkan kemmapuan klien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
untuk berhubungan dengan orang lain. 2. Memberikan kesempatan kepada klien
mempratikkan cara berkenalan dengan satu
orang.
3. Membantu klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
Pertemuan 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada klien
mempratikkan cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
35

2.1.1 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2019).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.1.2 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
36

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Ruangan Rawat : Ruang Inap Benuas


Tanggal Dirawat : 14 Januari 2024
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. P (L)
Umur : 41 Tahun
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2024
Informan : Komunikasi Dengan Klien dan Perawat Ruangan Benuas.
II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS
Berdasarkan wawancara dengan perawat di ruangan, pada tanggal 14
Januari 2023 klien di antar keluarganya ke RSJ Kalawa Atei karena mengamuk
dan marah-marah tanpa sebab. Pada saat pengkajian tanggal 29 Januari 2024 klien
mengatakan alasan dia marah-marah tanpa sebab karena mendengar bisikan yang
menyuruhnya dan mengamuk. klien mengatakan waktu terjadinya bisa kapan saja,
halusinasinya bisa muncul tiap saat, klien mengatakan klien merasa sedikit
khawatir saat halusinasinya muncul, klien mengatakan disaat suara bisikan
muncul biasanya ditahan, dan klien mengatakan disaat suara bisikan itu muncul
klien kadang tidak bisa tidur. Saat dikaji klien tampak tenang, saat diajak
berbincang klien kooperatif, dan klien mengatakan bahwa halusinasinya sudah
berkurang.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Klien Pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya mulai tahun 2018.
2. Pengobatan sebelumnya :
Tn.P pernah melakukan pengobatan sebelumnya, tetapi pengobatannya kurang
berhasil.
1. Aniaya fisik
Klien mengatakan tidak pernah dianiaya fisik, pernah menganiaya orang
sebelumnya, dan tidak pernah menjadi saksi aniaya fisik
 Aniaya seksual
37

Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual, tidak pernah


menganiaya seksual, dan tidak pernah menjadi saksi aniaya seksual.
 Penolakan
Klien mengatakan tidak melakukan penolakan, tidak mengalami
penolakan keluarga, dan tidak pernah menjadi saksi penolakan.
 Kekerasan dalam keluarga
Klien mengatakan tidak pernah melakukan kekerasan dalam keluarga,
tidak pernah menjadi korban kekerasan keluarga.
 Tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan kriminal, tidak pernah
menjadi korban tindakan kriminal, dan tidak pernah menjadi saksi tindakan
kriminal.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran dan ketidakpatuhan Minum Obat
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :
Tidak adda keluarga yang memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien tidak memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
IV. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 110/70 MmHg
N : 88 x/menit
S : 36,2 ⸰C
RR : 20 x/menit
2. Ukur
TB : 160 cm
BB : 55 kg
2. Keluhan fisik :
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
38

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
= Pasien
Jelaskan :
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan beragama islam.
b. Kegiatan ibadah : Klien rutin melaksanakan ibadah sholat 5 waktu.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak rapi dan bersih, penggunaan pakaian sesuai dengan aturan dan
cara berpakaian seperti biasanya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
39

2. Pembicaraan
Klien berbicara normal, bicara efektif 2 arah, volume suara pasien kurang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik:
Klien tampak sehat, klien beraktivitas secara mandiri, seperti makan, minum
dan mandi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam Perasaaan
Klien mengatakan merasa khawatir dengan halusinasinya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
5. Afek
Klien tersenyum dan mengucapkan salam saat diajak berkomunikasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi Selama Wawancara
Saat pengkajian kontak mata baik, tidak bermusuhan dengan perawat,
kooperatif, tidak mudah tersinggung dan tidak curigaan terhadap perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Klien mengatakan mendengar suara bisikan orang menyuruh memukul. waktu
terjadinya bisa kapan saja, halusinasinya bisa muncul tiap saat, klien mengatakan
klien merasa khawatir saat halusinasinya muncul, klien mengatakan disaat suara
bisikan muncul biasanya diam saja mendengarkan, dan klien mengatakan disaat
suara bisikan itu muncul klien kadang tidak bisa tidur.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
8. Proses Pikir
Klien mampu berkomunikasi baik dengan perawat dan bersuara pelan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
9. Isi Pikir
Klien bisa mengontrol isi pikirnya dan suka melamun.
40

Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Pendengaran
10. Tingkat Kesadaran
Kesadaran tampak baik, tidak tampak bingung, konsentrasi baik, klien
dapat mengetahui waktu siang saat dikaji, tempat dia dirawat, dan orang yang
disayangnya seperti ibunya, dan juga dapat mengenali perawat yang sedang
mengkaji
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori bagaimana klien bisa masuk RSJ Kalawa Atei
Klien mengingat dengan baik, klien menjawab saat ditanya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi, klien mampu berhitungan sederhana seperti
berhitung dari 1 sampai 10, dan klien dapat menjawab berapa hasil dari 5 + 5
sama dengan 10.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu melakukan penilaian, klien mampu membedakan mana perawat
laki-laki dan mana perawat perempuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya Tilik Diri
Klien tidak mengingkari penyakitnya, tidak menyalahkan hal-hal diluar dirinya,
dan menyadari dirinya sedang sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien makan 3 kali dalam sehari, klien dapat menghabisi makanannya, dan makan
secara mandiri tanpa bantun orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK
Klien BAB 1-2 kali dalam sehari. Klien BAK 5-6 kali dalam sehari secara mandiri
tanpa bantuan.
41

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


3. Mandi
Klien mandi 2-3 kali dalam sehari secara mandiri tanpa bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian / Berhias
Klien mampu berpakaian dan menyisir rambut secara mandiri tanpa bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Istirahat Dan Tidur
Klien tidur siang pada pukul 11.00.-14.00 WIB. Klien mengatakan tidur malam 8
jam saat dikaji.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Penggunaan Obat
Klien dapat minum obat secara mandiri tanpa bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien tidak ada perawatan lanjutan maupun pendukung
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Kegiatan Di Dalam Rumah
Klien mengatakan sebelum mengalami penyakit halusinasi klien dapat
beraktivitas normal seperti biasanya seperti mempersiapkan makanan, menjaga
kerapihan rumah, mencuci pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Kegiatan di Luar rumah
Klien mengatakan sebelum mengalami penyakit halusinasi klien mampu
berbelanja, mampu berkendara, dan bekerja mencari uang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VIII. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien adaptif, klien mampu berbicara dengan orang
lain dan mampu melakukan aktivitas konsruktif seperti berjemur setiap pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN:
Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah
42

dukungan kelompok, dengan dukungan kelompok.


spesifik
Masalah berhubungan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan lingkungan, ataupun gangguan dengan lingkungannya.
spesifik
Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah pada
pendidikan, spesifik pendidikannya.

Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah


pekerjaan, spesifik dengan pekerjaanya

Masalah dengan : Klien mengatakan tidak memiliki masalah


perumahan, spesifik pada perumahan dan tempat tinggal

Masalah ekonomi, : Klien mengatakan tidak ada masalah


spesifik terkait ekonomi dan kebutuhannya

Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah pada


pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan. Dan merasa
spesifik pelayanan di RSJ. KA itu baik

Masalah lainnya, : Klien mengatakan tidak ada masalah.


spesifik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:
Klien tidak mengetahui tentang system pendukung
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
43

ANALISA DATA
Data Masalah
Subjektif : Gangguan Persepsi Sensori :
Klien mengatakan mendengar Halusinasi Pendengaran
bisikan orang untuk menyuruhnya
mengamuk, halusinasinya datang
kadang-kadang saja, bisa muncul
disaat sendirian atau disaat tidak
melakukan aktivitas disaat suara
bisikan muncul biasanya klien hanya
diam saja mendengarkan, klien
mengatakan tidak bisa tidur.dan
khawatir jika halusinasinya muncul.
Objektif :
 Klien kadang suka melamun
 Afek tumpul
 Kontak mata ada
 Ekspresi wajah datar
 Klien kooperatif
 Badan klien tampak kaku
Subjektif : Ketidakpatuhan Minum Obat
Klien merasa bosan minum obatnya.
Objektif :
 Perilaku tidak mengikuti program
perawatan/pengobatan
 Perilaku tidak menjalankan
44

anjuran

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik :
F.25.0 (Gangguan schizoafektif , jenis manik) + G25.9 (Gangguan
ekstrapiramidal dan gerakan , tidak spesifik)
Terapi Medik :
No Nama Obat Dosis Indikasi
1. Olanzapin 10 mg oral Olanzapine adalah antipsikotik
0-0-1 atipikal yang terutama digunakan
untuk mengobati skizofrenia dan
gangguan bipolar. Untuk skizofrenia,
dapat digunakan untuk penyakit baru
dan pemeliharaan jangka panjang.
2. Fluoxetin 20 mg oral Fluoksetin adalah obat anti depresan
1-0-0 yang dikonsumsi untuk mengatasi
depresi, bulimia nervosa, gangguan
obsesif kompulsif, gangguan pola
makan, dan serangan kepanikan
3. THP 2 mg oral Trihexyphenidyl adalah obat untuk
½-½-½ mengatasi gejala penyakit Parkinson
dan gejala ekstrapiramidal akibat
penggunaan obat antipsikotik
tertentu. Gejala ekstrapiramidal
meliputi kekakuan otot, gerak tubuh
yang tidak terkendali, dan tremor.
4. Risperidon 1 mg oral obat antipsikotik untuk meredakan
1-0-1 gejala skizofrenia dan gangguan
bipolar. Obat ini juga bisa digunakan
untuk mengatasi gangguan perilaku,
termasuk gangguan perilaku pada
penderita Alzheimer, atau anak yang
45

menderita autis.

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Ketidakpatuhan Minum Obat

Pohon Masalah :

Effect → Resiko Perilaku Kekerasan

Core problem → Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Cause → Isolasi sosial : menarik diri

Koping Individu Tidak Efektif

XIII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SESUAI URUTAN


PRIORITAS )
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Ketidakpatuhan Minum Obat

Palangka Raya, 29 Januari 2024


Mahasiswa,

Dinda Anjelinae. S
20231490104022
46
47

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Klien : Tn. P
Ruang Rawat : Ruang Inap Benuas B
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan
1. Gangguan Persepsi Pertemuan 1 Pertemuan 1
Sensori : Halusinasi 1. Klien mampu mengidentifikasi halusinasi : 1. Identifikasi halusinasi : dengan
Pendengaran dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi
terjadi, situasi pencetus, dan respon. situasi pencetus, perasaan dan respon
2. Klien mampu melatih cara mengontrol 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
halusinasi dengan menghardik menghardik
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kegiatan untuk latihan menghardik menghardik
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
menghardik. Beri pujian 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
2. Klien mampu melatih cara mengontrol (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis,
halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, frekuensi, kontinuitas minum obat)
jenis, guna, dosis, frekuensi, kontinuitas 3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
minum obat) gangguan jiwa
48

3. Klien mampu menjelaskan pentingnya 4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum
penggunaan obat pada gangguan jiwa sesuai program
4. Klien mampu menjelaskan akibat jika obat 5. Jelaskan akibat putus obat
tidak diminum sesuai program 6. Jelaskan cara berobat
5. Klien mampu menjelaskan akibat putus obat 7. Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan
6. Klien mampu menjelaskan cara berobat untuk latihan menghardik dan beri pujian
7. Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan Pertemuan 3
unntuk latihan : dua kegiatan masing-masing 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan
dua kali perhari obat. Beri pujian
Pertemuan 3 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan bercakap-cakap ketika halusinasi muncul
menghardik dan obat. Beri pujian 3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
2. Klien mampu melatih cara mengontrol menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
halusinasi dengan bercakap-cakap ketika Pertemuan 4
halusinasi muncul 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
3. Klien mampu memasukan pada jadwal penggunaan obat dan bercakap-cakap, beri
kegiatan untuk latihan menghardik, minum pujian
obat dan bercakap-cakap 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
Pertemuan 4 melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
49

1. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik, penggunaan obat dan bercakap- menghardik, minum obat, bercakap-cakap
cakap, beri pujian dan kegiatan harian
2. Klien mampu melatih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan )
3. Klien mampu memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian
50

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Waktu/Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi


1. Gangguan Persepsi Sensori : Pertemuan 1 S:
Halusinasi Pendengaran SP 1 Klien mengatakan sudah tidak mendengar
1. Mengidentifikasi halusinasi : dengan bisikan-bisikan lagi, Klien mengatakan senang
Selasa, 29 Januari 2024 mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi dan nyaman saat diajak bercakap-cakap
Jam 09.00 WIB situasi pencetus, perasaan dan respon O:
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan - Klien tampak rileks
menghardik - Kontak mata ada
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk - Klien masih mengingat dan mampu
latihan menghardik memperagakan cara menghardik
SP 2 - Klien mampu menjelaskan pentingnya
1. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri minum obat, akibat jika tidak teratur
pujian minum obat, dan akibat putus obat.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan - Klien mampu memahami penjelasan yang
obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, diberikan tentang cara bercakap-cakap
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat) - Klien mampu mengingat beberapa dari obat
3. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat yang diminumnya.
51

pada gangguan jiwa A:


4. Menjelaskan akibat jika obat tidak diminum Masalah teratasi
sesuai program P:
5. Menjelaskan akibat putus obat Lanjutkan Intervensi SP 3
6. Menjelaskan cara berobat
7. Memasukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan
untuk latihan menghardik dan beri pujian
52

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kasus yang dikaji serta membandingkan
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung,
faktor penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan Studi Kasus Keperawatan
Jiwa pada Tn. P yang mengalami Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi. Dalam pembahasan
ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 29 januari 2024, berdasarkan
wawancara dengan perawat di ruangan pada tanggal 14 Januari 2023 klien di antar
keluarganya ke RSJ Kalawa Atei karena mengamuk dan marah-marah tanpa
sebab. Pada saat pengkajian tanggal 29 Januari 2024 klien mengatakan alasan dia
marah-marah tanpa sebab karena mendengar bisikan yang menyuruhnya dan
mengamuk. klien mengatakan waktu terjadinya bisa kapan saja, halusinasinya bisa
muncul tiap saat, klien mengatakan klien merasa sedikit khawatir saat
halusinasinya muncul, klien mengatakan disaat suara bisikan muncul biasanya
ditahan, dan klien mengatakan disaat suara bisikan itu muncul klien kadang tidak
bisa tidur. Saat dikaji klien tampak tenang, saat diajak berbincang klien
kooperatif, dan klien mengatakan bahwa halusinasinya sudah berkurang.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan pada Tn. P sesuai fakta, dari hasil pengkajian pada
Tn.P dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran mengangkat 2
(Dua) diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data yang diperoleh didapatkan
sesuai dengan prioritas masalah pada kasus yaitu:
1) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2) Ketidakpatuhan Minum Obat
4.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang dilakukan penulis tidak jauh berbeda dengan tinjauan
teori dengan beberapa modifikasi dan pengurangan. Perencanaan/intervensi
53

menurut fakta dibuatkan menurut prioritas masalah yang ditemukan pada Tn.P
dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran yang menjadi
prioritas keperawatan adalah diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dengan intervensi SP 1 dan 2 yaitu :
Identifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi situasi
pencetus, perasaan dan respon, Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, Evaluasi
kegiatan menghardik (beri pujian), Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat
(jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat),
Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa, Jelaskan akibat jika
obat tidak diminum sesuai program, Jelaskan akibat putus obat, Jelaskan cara
berobat, Masukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik dan
beri pujian.
4.4. Implementasi
Intervensi dan implementasi yang dilakukan sesuai dengan Startegi
Pelaksanaan (SP) dan dengan beberapa modifikasi yang dilakukan penulis, yaitu
mengidentifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi, waktu terjadi
situasi pencetus, perasaan dan respon, melatih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian, melatih cara mengontrol
halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat), menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada
gangguan jiwa, menjelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program,
menjelaskan akibat putus obat, menjelaskan cara berobat, memasukkan pada
jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik dan beri pujian.
4.5. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi Strategi Pelaksanaan SP 1 dan 2, evaluasi
didapatkan subjektif : klien mengatakan sudah tidak mendengar bisikan-bisikan
lagi, Klien mengatakan senang dan nyaman saat diajak bercakap-cakap, Objektif :
klien tampak rileks, kontak mata ada, klien masih mengingat dan mampu
memperagakan cara menghardik, klien mampu menjelaskan pentingnya minum
obat, akibat jika tidak teratur minum obat, dan akibat putus obat, klien mampu
54

memahami penjelasan yang diberikan tentang cara bercakap-cakap, dan klien


mampu mengingat beberapa dari obat yang diminumnya. Assessment masalah
teratasi, dan untuk rencana tindak lanjut yaitu lanjutkan intervensi Strategi
Pelaksanaan (SP) 3.
55

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. P dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi,
maka dapat diambil kesimpulan :
1) Pada saat pengkajian klien mengatakan alasan dia marah-marah tanpa sebab
karena mendengar bisikan yang menyuruhnya dan mengamuk. klien
mengatakan waktu terjadinya bisa kapan saja, halusinasinya bisa muncul tiap
saat, klien mengatakan klien merasa sedikit khawatir saat halusinasinya
muncul, klien mengatakan disaat suara bisikan muncul biasanya ditahan, dan
klien mengatakan disaat suara bisikan itu muncul klien kadang tidak bisa
tidur. Saat dikaji klien tampak tenang, saat diajak berbincang klien kooperatif,
dan klien mengatakan bahwa halusinasinya sudah berkurang
2) Masalah keperawatan yang didapatkan pada Tn.P yaitu Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran dan ketidakpatuhan minum obat.
3) Tujuan intervensi yang di berikan diharapkan klien mampu mengidentifikasi
halusinasi, melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, melatih
cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar obat, jenis, guna,
dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat), menjelaskan pentingnya
penggunaan obat pada gangguan jiwa, menjelaskan akibat jika obat tidak
diminum sesuai program, menjelaskan akibat putus obat, menjelaskan cara
berobat.
4) Pelaksanaan yang telah diberikan pada Tn.P dilakukan secara dependent dan
independent untuk mencapai hasil yang optimal.
5) Berdasarkan hasil evaluasi klien mampu menjelaskan pentingnya minum
obat, akibat jika tidak teratur minum obat, dan akibat putus obat, klien
mampu memahami penjelasan yang diberikan tentang cara bercakap-cakap,
dan klien mampu mengingat beberapa dari obat yang diminumnya.
5.2 Saran
56

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan


febris maka penulis ingin memberikan saran antara lain; untuk mencapai hasil
keperawatan yang diharapkan, diperlukan keterlibatan pasien, keluarga, dan tim
kesehatan lainny; perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim
kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien
57

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/Hari : Selasa, 30 Januari 2024


Pukul : 09.00 WIB
Pertemuan : Ke-1
Ruangan : Benuas
Nama Klien : Tn. P

A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
DS :
Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan, dan baik-baik saja
DO :
Pasien kadang-kadang masih melamun, ekspresi wajah datar, afek tumpul,
juga tampak kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 3 : Pasien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 & 2 Pasien :
a. Mengidentifikasi halusinasi : dengan mendiskusikan isi, frekuensi,
waktu terjadi situasi pencetus, perasaan dan respon
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
d. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
e. Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
f. Menjelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program
g. Menjelaskan akibat putus obat
h. Memasukkan pada jadwal kegiatan-kegiatan untuk latihan menghardik
58

dan beri pujian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Halo selamat pagi Tn. P, Bagaimana kabarnya hari ini?
2. Evaluasi / validasi
Apakah masih ingat dengan saya? Bagaimana kabar nya hari ini pak?
3. Kontrak
Sesuai janji saya kemarin, hari ini saya akan mengevaluasi kembali cara
menghardik dan pentingnya untuk selalu minum obat ya. Untuk
waktunya 15 menit seperti kemarin ya. Dan tempatnya sesuai
kesepakatan diruangan ini saja.

b. FASE KERJA
Tn. P masih ingat bagaimana bisa diantar ke RSJ Kalawa Atei? Apakah Tn.
P bias ceritakan tentang halusinasinya? Tn. P tahu cara mengatasinya
bagaimana? Baiklah, bapak sudah paham cara menghardik yaa bagus sekali.
Apakah bapak tahu obat apa yang diminum bapak? Baiklah jadi disini saya
akan menjelaskan obat apa saja yang bapa konsumsi yaa. Apakah bapak
selalu rutin minum obatnya gak? Tn. P tahu apa akibatnya jika tidak rutin
minum obat? Iya betul sekali, jadi Tn. P harus selalu minum obatnya ya agar
lekas membaik juga supaya Tn. P tidak melihat bayangan-bayangan lagi ya.
Jika sampai putus obat nanti bisa membuat Tn. P kambuh lagi gejalanya.
Jadi sangat penting untuk selalu rutin minum obatnya, agar Tn. P tidurnya
bisa nyenyak, badan terasa segar, dan suasana hati membaik. Tn. P jangan
lupa untuk selalu minum obatnya ya, dan selalu semangat juga melalukan
kegiatan yang positif.

c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
59

- Evaluasi Subyektif (Klien)


Tn. P bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap barusan?
- Evaluasi Obyektif (Perawat)
Tn. P masih ingat tentang apa saja obat yang diminum? Kalau masih
ingat coba jelaskan sedikit.
2. Rencana Tindak Lanjut
Tidak terasa waktunya sudah 15 menit, saya rasa cukup untuk pertemuan
kita pada siang hari ini. Besok kita ngobrol kembali bagaimana?
3. Kontrak yang akan datang
Topik :
Oke baiklah Tn. P besok kita akan berbicara mengenai cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap ya.
Waktu :
Dan untuk waktunya mau jam berapa ya? Kalau pagi jam 09.00 WIB Tn. P
bisa gak?
Tempat :
Trus tempatnya di ruangan ini saja gimana?
60
61

ANALISA PROSES INTERAKSI (API)

Inisial klien : Tn. H Nama Mahasiswa : Dinda Anjelinae. S


Status interaksi perawat – kien : Fase 1 (Perkenalan, SP 1&2) Tanggal : 30 Januari 2024
Lingkungan : Tenang dan duduk berhadapan dengan klien
Jam : 09.00 WIB
Deskripsi Klien : Penampilan klien cukup rapi, sudah mandi, dan rambut disisir rapi
Bangsal : Ruang Benuas
Tujuan (Berorientasi pada klien) : Klien dapat mengontrol halusinasinya
KAMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT
KOMUNIKASI VERBAL RASIONAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P: Halo selamat pagi P: . Salam merupakan kalimat
Tersenyum duduk didepan Perawat memulai percakapan Klien tampak bersedia terbuka untuk memulai
K: Selamat pagi pasien dengan sikap ramah menjawab dengan salam interaksi sehingga dapat
membangun rasa saling
K: menatap ke arah perawat percaya
P: P:
Perkenalkan nama saya Dinda Mengulurkan tangan untuk Perawat menjaga posisi Klien berespon positif dengan Perkenalan diharapkan dapat
Anjelinae. S bisa dipanggil bersalaman duduk dengan terapeutik menyebut namanya meningkatkan rasa saling
Dinda, saya mahasiswa Stikes percaya satu sama lain
Eka Harap yang akan K:
bertugas selama 3 minggu di Menjabat tangan perawat dan
ruang benuas ini. Kalau boleh ada kontak mata
tau namanya siapa? Senang di
panggil apa?

K: nama saya Tn. P


P: P: Menatap pasien . .
62

Bagaimana Pak perasaannya Merasa lega karena masih Berbicara pelan Menanyakan keadaan untuk
hari ini apakah sehat? K: menjawab singkat mendapat respon yang baik membina hubungan baik

K: Baik-baik saja
P: P: Menatap pasien terjadi Berharap dapat melanjutkan Klien bersedia melanjutkan Kontrak pertemuan sangat
Sesuai janji saya kemarin, kontak mata pembicaraan pembicaraan penting dilakukan untuk
hari ini saya akan menilai ketersediaan dan
mengevaluasi kembali cara K: menjawab singkat kesiapan klien berinteraksi
menghardik dan pentingnya dengan perawat
untuk selalu minum obat ya.
Untuk waktunya 15 menit
seperti kemarin ya. Dan
tempatnya sesuai kesepakatan
diruangan ini saja.

K : Iya
P: P: Menatap pasien dan duduk Perawat senang karena pasien Berespon dengan baik Mengidentifikasi isi halusinasi
Tn. P masih ingat bagaimana berhadapan mau menjawab dan berespon
bisa diantar ke RSJ Kalawa dengan baik
Atei? Apakah Tn. P bisa K: menjawab singkat
ceritakan tentang
halusinasinya?

K:
Saya mengamuk, dan
mendengar bisikan orang
yang meyuruh saya marah-
marah
63

P: P: Menatap pasien dan duduk Bicara menjelaskan dengan Berespon dengan baik, Diharapkan pasien mengerti
Tn. P tahu cara mengatasinya berhadapan jelas, memperagakan dengan mendengarkan dan cara mengatasi masalah yang
bagaimana? jelas memperhatikan dengan menimpanya, mengajarkan
K: menjawab dengan cepat seksama dan mampu agar lebih mengerti, dan
K: memperagakannya. mengurangi halusinasi agar
Iya, kalo mendengar suara- tidak terjadi lagi.
suara saya langsung menutup
teling dan berkata pergi-pergi
kamu suara palsu.
P: P: Menatap pasien dan duduk Merasa senang Berespon dengan baik, dan Diharapkan pasien mengerti
Baiklah, bapak sudah paham berhadapan pesien merasa lega cara mengatasi masalah yang
cara menghardik yaa bagus menimpanya, mengajarkan
sekali. Apakah bapak tahu K: menjawab singkat agar lebih mengerti, dan
obat apa yang diminum mengurangi halusinasi agar
bapak? Apakah bapak selalu tidak terjadi lagi.
rutin minum obatnya gak?
Tn. P tahu apa akibatnya jika
tidak rutin minum obat?

K:
Saya hanya mengingat
beberapa obat yang saya
minum.
P: P: Menatap pasien dan duduk Merasa senang Berespon dengan baik Diharapkan pasien mengerti
Iya betul sekali, jadi Tn. P berhadapan cara mengatasi masalah yang
harus selalu minum obatnya menimpanya, mengajarkan
ya agar lekas membaik. Tn. P K: menjawab singkat agar lebih mengerti, dan
bagaimana perasaannya mengurangi halusinasi agar
64

setelah ngobrol mengenai tidak terjadi lagi.


halusinasi barusan? Tn. P
masih ingat tentang apa saja
obat yang diminum? Kalau
masih ingat coba jelaskan
sedikit.

K:
Saya hanya ingat beberapa
saja.
P: P: Menatap pasien dan duduk Merasa senang dan kontrak Berespon dengan baik, Untuk melanjutkan intervensi.
Tidak terasa waktunya sudah berhadapan waktu kooperatif
15 menit, saya rasa cukup
untuk pertemuan kita pada K: menjawab singkat
siang hari ini. Besok kita
ngobrol kembali bagaimana?
Oke baiklah Tn. P besok kita
akan berbicara mengenai cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap ya. Dan
untuk waktunya mau jam
berapa ya? Kalau pagi jam
09.00 WIB Tn. P bisa gak?
Trus tempatnya di ruangan ini
saja gimana?
K:
Baiklah kak.
65

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Damaiyanti, Mukhripah, dkk. 2012 Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV
Trans Info Media
Fasya, 2018. Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Gangguan Jiwa.
(online),(http://bppkibandung.id/index.php/jpk/article/download/485/268,
diakses 29 mei 2020)
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM kesehatan.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Suryenti, Vevi, dkk. 2017. Pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
skizofrenia diruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi, Diakses 25 januari 2020.)
Sutinah, 2016. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dan TAK Stimulus
Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi, (Online),
(http://ejournal.kopertis10.or.id, diakses 21 Januari 2020).
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Wahid, Abd. 2013 Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: CV Trans Info Media.
Widiyanto, Widiyanto dkk. 2016. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan Propinsi Riau, (Online),
(http://ejurnal.umri.ac.id, diakses 25 Januari 2020).

Anda mungkin juga menyukai