Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA TN. YW DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN


PROSES PIKIR: WAHAM DI RUANG KASUARI RUMAH SAKIT JIWA DR
RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

OLEH KELOMPOK 3

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN 2019

1
LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA TN. YW DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN
PROSES PIKIR: WAHAM DI RUANG KASUARI RUMAH SAKIT JIWA DR
RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Kelompok Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Jiwa

OLEH KELOMPOK 3 :

Nancitya Astri Kurniasari (P17212195024)


Renny Andryanti (P17212195032)
Sinthya Aulia A. (P17212195017)
Is Kuswanto Tunggali (P17212195047)
Putra Kukuh Catur (P17212195024)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN 2019

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
seminar asuhan keperawatan dengan judul “ Laporan Seminar Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Tn. Yw dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan
Proses Pikir: Waham di Ruang Kasuari Rumah Sakit Jiwa dr Radjiman
Widiodiningrat lawang” sebagai salah satu syarat tugas akhir Praktik Klinik
Keperawatan Dasar Profesi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Program
Studi Profesi Ners Jurusan Keperawatan Malang.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini tidak lepas dari bimbingan,
bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi dapat diatasi. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Pembimbing Akademik Program Studi Profesi Ners Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang yang telah membimbing kami.
2. Perseptor Klinik Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang yang
telah membimbing kami.
3. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, sehingga kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.

Malang, 16 Oktober 2019

Kelompok 3

3
DAFTAR ISI

Sampul Luar
Sampul Dalam
Kata Pengantar ............................................................................................................. 3
Daftar Isi....................................................................................................................... 4
Daftar Lampiran ........................................................................................................... 5
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 6
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 8
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 8
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit ........................................................................................... 9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................... 16
BAB III Laporan Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian................................................................................................... 24
3.2 Analisis Data ............................................................................................... 40
3.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan................................................................. 43
3.4 Pohon Masalah............................................................................................ 43
3.5 Rencana Keperawatan ................................................................................ 44
3.6 Implementasi dan Evaluasi ......................................................................... 51
BAB IV Review Jurnal
4.1 Jurnal Ilmiah .............................................................................................. 65
4.2 Review Jurnal ............................................................................................. 66
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 68
5.2 Saran ........................................................................................................... 68
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 69

4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Analisis Proses Interaksi ............................................................................ 70
Jadwal Kegiatan Harian ............................................................................................. 76

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik
sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin
sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan
pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari
penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada
dirinya dapat dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,
cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah
artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran
dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan
keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya
individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri
sendiri atau orang lain ( Purba, 2008 ).
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki
sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya.
Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2016 bulan Januari sampai April terdapat
190 jiwa dengan harga diri rendah 1 jiwa (0,52%), halusinasi 117 jiwa (61,57%).
perilaku kekerasan 65 jiwa (34,21%), waham 3 jiwa (1,57%), defisit perawatan
diri 1 jiwa (0,52%), isolasi sosial 3 jiwa (1,57%).
Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain
menyusun penanggulangan pemasungan, melakukan advokasi kepada pemangku
kepentingan diprovinsi dan kabupaten dan kota, melakukan peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan dipuskesmas dan rumah sakit umum dalam

6
penanganan masalah kesehatan jiwa serta menyediakan obat antipsikotik acting
sebagai bagian dari upaya pencegahan kekambuhan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien dalam
keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi teraupetik. Dalam
melakukan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat mempunyai
empat tahap komunikasi, yang setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus
diselesaikan oleh perawat. Empat tahap tersebut yaitu tahap prainteraksi
(pengumpulan data tentang klien, membuat rencana tindakan kegiatan, waktu dan
tempat), tahan orientasi atau perkenalan (Salam, perkenalan perawat), kerja
(keluhan utama) dan tahap terminasi (evaluasi). Dalam membina hubungan
terapeutik perawat dan klien, diperlukan ketrampilan perawat dalam
berkomunikasi untuk membantu memecahkan masalah klien. Perawat harus
hadir secara utuh baik fisik maupun psikologis terutama dalam penampilan
maupun sikap pada saat berkomunikasi dengan klien.
Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan
terhadap klien seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan
fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan
mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
terhadap klien sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan klien
dengan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun
efek yang muncul dari gangguan waham.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja pengkajian pada pasien dengan gangguan jiwa waham ?
2. Apa saja diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa waham?
3. Apa saja rencana intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa
waham?
4. Bagaimana tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan
jiwa waham?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan jiwa
waham?
6. Apa saja dokumentasi keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa
waham

7
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
gangguan jiwa waham.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa gangguan jiwa waham
2. Melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa
gangguan jiwa waham
3. Menyusun rencana intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
gangguan jiwa waham
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan
jiwa waham
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
gangguan jiwa waham
6. Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa gangguan
jiwa waham
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dalam
rangka peningkatan pengetahuan berkaitan dengan penyakit gangguan
jiwa isolasi sosial
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan klien
tentang mengatasi gangguan jiwa waham
b. Bagi Perawat
Sebagai salah satu tambahan pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien gangguan jiwa waham

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. MASALAH UTAMA KEPERAWATAN


Gangguan proses pikir : waham

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun yag lain tidak berkeyakinan sama dan kontraindikasi dengan realitas sosial.
(Stuart, 2016 : 88 )

2. Penyebab
Adapun faktor-faktor penyebab waham antara lain
a. Faktor Presipitasi
a) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yangmaladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.Pada pasien dengan waham,pemeriksa MRI
menunjukkan bahwa derajat lobus temporal tidak simetris.Akan tetapi
perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan
melibatkan komponen degeneratif dari neuron.
Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan
sensori pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena
terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan.
b) Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
c) Pemicu
Gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti: gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa
bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan

9
terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal,
kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

b. Faktor Predisposisi
a) Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga
dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara
lain).
2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan
suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang
yang menderita skizofrenia.
3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan
aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya
diobservasi pada psikosis.

b) Teori Psikososiala.
1) Teori sistem keluarga menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai
suatu perkembangan disfungsi keluarga.Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak.Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan
keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih
stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling
mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak.
Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan
anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak
tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
2) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang
tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
3) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego
yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling

10
mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih
lemahpenggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu
kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam
kepribadian.

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar
biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok
orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya,menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur,
tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain dan gelisah.
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
d. Pada waham kebesaran,ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal
e. Adapun sistem wahamnya,pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Klien dengan waham,tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya,kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu,masa sekarang dan yang
direncanakan.
Jenis jenis waham :

11
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini:
1. Waham kebesaran
Meyikiini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya
punya tambang emas”
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

4. Rentan Respon

12
5. Proses dan Fase terjadinya Waham
Proses TerjadinyaWaham
 Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan
 Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalah artikan kesan terhadap kejadian
 Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal
 Individu memberikan pembenaran atau interpretasi personal tentang realita
pada diri sendiri atau orang lain.
Adapun fase-fase terjadinya waham berdasarkan teori hierarki maslow adalah
sebagai berikut :
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
 Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas
b. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
Klien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya, klien pernah merasakan
bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata, klien pernah
merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya, klien pernah merasa diawasi
atau dibicarakan oleh orang lain, klien berpikir bahwa pikiran atau
tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar, klien
menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau
yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya. Oleh karena itu,
penderita waham akan merasa keamanan diirnya terancam oleh lingkungan
eksternal
c. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial ( Isolasisosial). Peran keluarga sangat
diperlukan oleh seseorang penderita gangguan proses pikir, namun pada
faktanya banyak diantara kelarga yang jarang memperdulikan keluarganya

13
ketika salah satu anggota keluarganya ada yang mengalami gangguan
proses pikir. Sehingga, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih saying
tidak akan terpenuhi
d. Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
 Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
e. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Pada dasarnya, pengakuan diri dari masyarakat luas sangat dibutuhkan
oleh individu. Namun pada faktanya penderita cenderung merasa
disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian, hubungan yang tidak
harmonis dengan orang lain, perpisahan dengan orang yang dicintainya,
kegagalan yang sering dialami, keturunan paling sering pada kembar satu
telur, sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat,
misalnya menyalahkan orang lain.

14
6. POHON MASALAH

Kerusakan Resiko tinggi menciderai diri,


Efek komunikasi verbal orang lain, dan lingkungan

Faktor pencetus:
Gangguan proses 1. Proses pengolahan
pikir: waham informasi yang
Core Problem berlebihan
2. Mekanisme
penghantaran
listrik yang
abnormal
3. Adanya gejala
pemicu
Causa Harga diri rendah

Faktor penyebab:
1. Genetis
2. Neurobiologis
3. Neurotransmitter
4. Virus
5. Psikologis

15
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

1. PENGKAJIAN
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien dengan waham
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan
dan menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan
tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua


informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau
menerima keyakinan pasien.

2. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Gangguan Proses Pikir : Waham akibat kerusakan komunuikasi verbal

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Proses Pikir : Waham berhubungan denga kerusakan komunikasi verbal

4. RENCANA TINDAKAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
3) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
b. Tindakan

16
Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
 Tidak mendukung atau membantah waham pasien
 Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
 Realitas

17
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1

Latihan 1: Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi waham pasien

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum dik, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat dari puskesmas
Darul Imarah, saya yang akan merawat adik hari ini. Nama adik siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, B?”

B. KERJA:
“Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus B?”
“B, B ada ditempat yang aman, saya dan keluarga B akan selalu menemani B”
“Wah..warna baju yang B kenakan hari ini cocok sekali dengan warna kulit B”
“Apa saja yang B harapkan selama ini, bisa B ceritakan kepada saya?”
“Bagus sekali, B dapat menceritakan harapan B”

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau saya datang kembali ke rumah B dua hari yang akan datang?”
“Jam berapa sebaiknya saya datang kembali?”
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap nanti?”
“Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang hobinya B?”
“Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa saja hobi atau
kegemaran B”.

Berikut ini adalah contoh komunikasi yang didokumentasikan:


Data: Pasien tampak tegang, mengatakan berulang-ulang ia adalah nabi Adam.
Klien mengatakan setiap orang harus menuruti perkataannya karena ia adalah utusan
Allah.

18
Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu
dan saat ini
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
12) Berbicara dalam konteks realitas
Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang
sesuai
Jelaskan pada pasien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis, dan
efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila pasien berhenti minum obat
tanpa konsultasi

19
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2

Latihan 2: Memberikan tindakan keperawatan kepada pasien waham

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
datang lagi”
“Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

B. KERJA:
“Apa saja hobby B?”
“Wah.., rupanya B pandai menari seudati ya, tidak semua orang bisa menari seperti
itu lho B”
“Bisa B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari seudati, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada B, dimana?”
“Bisa B peragakan kepada saya bagaimana menari seudati itu?”
“Wah..bagus sekali tarian seudati B”
“Bagaimana kalau sekarang B teruskan kemampuan menari seudati tersebut…….”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B
mau menari seudati?”
“Apa yang B harapkan dari kemampuan menari seudati ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan B selain menari seudati?”

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan
B?”
“Setelah ini coba B lakukan latihan menari seudati sesuai dengan jadual yang telah
kita buat ya?”
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, B setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”(jika
pasien telah dapat obat)

20
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3
Latihan 3:Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
datan lagi”
“Bagaimana B sudahdicoba latihan menarinya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama B mau kita berbicara?”
B. KERJA:
“B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam B, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang putih ini
namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus ibu
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk membantu
mengatasinya B bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, B sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu”
“Sebelum minum obat ini B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama B tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“B, obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus B
minum dalam waktu yang lama. Sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat yang
harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.
C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum?.
Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan B. Jangan lupa minum obatnya dan
melakukan kegiatan yang lain”
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”

“Nanti saya akan bicara dengan ibu dan bapak B. Bagaimana pak, bu, bisa kita
ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara merawat B di rumah? Bagaimana
kalau waktunya seperti sekarang ini saja, bapak dan ibu setuju?.

21
2. Tindakan keperawatan yang ditujukan untuk keluarga
a. Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan
yang dipenuhi oleh wahamnya.
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal
b. Tindakan :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
2. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
4. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi”
“Bagaimana pak, bu apakah sekarang B sudah minum obat secara teratur?.
Bagaimana dengan kegiatan yang lain? Sudah dikerjakan?”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang bagaiman cara merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara?”
B. KERJA:
“Pak, bu, dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku
sebagai seorang nabi, bapak dan ibutidak perlu kuatir. Yang harus bapak dan ibu
perhatikan adalah setiap kali anak bapak dan ibu berkata seperti itu bapak dan ibu
dapat menanggapinya dengan:
„Bapak/Ibu mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi
bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu bapak/ibu semua nabi sudah tidak
ada lagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan kita tentang kemampuan- kemampuan yang
pernah B miliki?'

22
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B,
misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang
pernahdimiliki oleh anak) “Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau
mencoba berikan pujian)
“Lalu bapak dan ibu juga harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang
baik ya”.
“Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi
tenang, tidurnya juga tenang”
“Obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan B kambuh kembali
(Libatkan keluarga saat memberikan penjelsan tentang obat kepada klien)

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat B di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan
tolong bantu B untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu danbapak, misalnya: mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas kesehatan
“Baiklah seminggu lagi saya akan datang untuk melihat perkembangan anak bapak
dan ibu serta membicarakan tentang cara merawat yang lain”

EVALUASI
1. Pasien mampu:
a) mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b) berkomunikasi sesuai kenyataan
c) menggunakan obat dengan benar dan patuh
2. Keluarga mampu:
a) Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan
b) Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan pasien
c) Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh

23
BAB 3
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Y Tanggal Dirawat : 29 September 2019
Umur : 41 tahun Tanggal Pengkajian : 8 Oktober 2019
Pendidikan : SLTA Ruang Rawat : Kasuari
Agama : Islam Sumber Informasi : Klien dan Status
Status : Belum Kawin
Alamat : Sanan Kulon - Blitar
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kel. : Laki-laki
No. RM : 075***

II. ALASAN MASUK


Data Primer :
Klien tau kalau dirinya di RSJ, tapi tidak tau mengapa dibawa ke RSJ. Klien
melantur saat ditanya dirinya mengaku professor, dokter.

Data Sekunder
Kambuh ±1 bulan, teriak –teriak, marah-marah, keluyuran bawa senjata tajam,
mengancam orang lain, merusak di rumah, melempar dengan batu, memukul
adik & paman karena tidak menuruti keinginannya, bicara melantur, telanjang.

Keluhan utama saat pengkajian


Klien mengelantur saat diajak bicara, menganggap dirinya seorang professor,
sering berbicara sendiri tidak jelas.

24
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Klien mengalami gangguan jiwa sejak usia 19 tahun sekitar tahun 2000. Awal
masuk dikarenakan melihat kakek berjenggot tinggi besar. Sejak saat itu, klien
sering masuk ke RSJ , terakhir ini masuk pada tanggal ……. Dibawa oleh
kakak klien dikarenakan 3 hari yang lalu klien marah-marah, melempar batu
kea rah tetangga sampai asbes rumah pecah. Hal ini disebabkan dirinya
menganggap professor dan sekitar/tetangga tidak manut dia melakukan hal
tersebut. Menjadikan kayu sebagai pelindung, teriak-teriak, berbicara sendiri,
berbicara ngelantur, kakak klien membawa ke IGD dan ditangani petugas.
Setelah itu, klien di tempatkan di ruang perkutut hingga keadaan lebih tenang,
dan pada tanggal ………. Dipindahkan ke ruang Kasuari.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya
Jika Ya, Jelaskan:
Klien mengalami gangguan jiwa pertama kali pada sekitar tahun 2000.
Klien mengaku melihat kakek-kakek berjenggot besar hitam di
Bandara sebelum klien berangkat sebagai TKI. Sejak itu klien sering
keluar masuk sampai saat ini.

2. Faktor penyebab atau pendukung:


a. Riwayat Trauma

No Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


1. Aniaya Fisik - - - -
2. Aniaya Seksual - - - -
3. Penolakan 18 tahun - √ -

25
4. Kekerasan dalam keluarga - - - -
5. Tindakan Kriminal - - - -
J
elaskan:
Klien pernah ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Masuk
ke jurusan teknik, akan tetapi gagal test, tidak mampu membayar
sekolah swasta, akhirnya memilih untuk bekerja karena masih
mempunyai 2 adik, klien merasa kasihan pada ibu.
Diagnosa Keperawatan: Respon pasca trauma
b. Pernah melakukan upaya atau percbaan atau bunuh diri
Jelaskan: klien tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
Diagnosa keperawatan: tidak ada
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (Peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan) jika ada jelaskan:
Pada usia 18 tahun klien gagal memasuki universitas jurusan teknik
dan beberapa tahun lalu, ibu yang paling dia sayangi meninggal dunia.
Dagnosa Keperawatan: Berduka disfungsional
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
 Iya
 Tidak
Jika iya jelaskan: Klien tumbuh sesuai usia, tidak pernah mengalami
gangguan tumbuh kembang.
Diagnosa keperawatan: tidak ada
e. Riwayat penggunaan NAPZA
 Iya
 Tidak
Jika iya jelaskan: Klien tidak pernah menggunakan NAPZA
Diagnosa keperawatan: tidak ada

26
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya:
Jelaskan: Klien telah menjalani pengobatan sejak tahun 2000. Sejak itu
klien control dan sering keluar masuk RSJ, karena obat-obat yang
diberikan tidak rajin diminum (tidak teratum) 3 minggu terakhir tidak
minum obat.
Diagnosa keperawatan: Ketidakefetifan penatalaksanaan regimen
terapeutik.
4. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
√Ada
□Tidak
Jika ada:
Hubungan keluarga : Adik klien
Gejala : Adik klienn mengatakan dirinya sulit tidur,
bingung, diam, menyendiri, dan marah-marah karena memikirkan
kakaknya yang sakit.
Riwayat Pengobatan : 3 bulan yang lalu telah dirawat di RS Ruang
Mawar dan sekarang berobat ke puskesmas.
Diagnosa Keperawatan : Koping keluarga tidak efetif :
ketidakmampuan.

27
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram

41
22
1

Keterangan :
Laki – laki 21
Perempuan  Meninggal
Menikah  Klien
Keturunan
Tinggal satu rumah
Jelaskan :
Klien mengatakan di rumah tinggal sendiri, kakak pertama tinggal di
Bangil. Klien berdekatan dengan adik klien karena rumah mereka dekat.
Setelah ibu klien meninggal ±1000 hari klien dijenguk oleh pamannya
(adik ibu) yang mempunyai rumah dekatdengan klien. Klien jarang
berkomunikasi dengan keluarga. Pengambil keputusan di rumah diambil
alih oleh adiknya, jika terpaksa. Sesekali dirinya sering bercerita ke
adiknya tentang masalahnya.
Diagnosa : Koping keluarga inefektif.

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien tidak pernah mengalami gangguan citra tubuh.

28
b. Identitas
Klien mengatakan dirinya seorng professor , lulusan universitas
brawijaya.
c. Peran
Klien mengatakan dirumah masak-masak sendiri, makan sendiri,
merawat dirinya sendiri.
d. Ideal diri
Klien ingin berkeluarga.
e. Harga diri
Klien merasa malu karena di usia yang ke 41tahun belum menikah
sedangkan tetangga dan teman-temannya yang seusia sudah menikah.
Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti / terdekat
Klien mengatakan dengan kakak ( kakak yang di Bangil) serta adiknya
yang di rumah dekat dengan dia.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien lebih banyak sendiri, tidak ada hubungan social dengan tetangga.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien dalam keadaan sendiri di rumah. Tidak pernah dijenguk oleh
paman/saudara, hidup sendiri ±1 tahun. Tidak dapat bersosialisasi
dengan tetangga, menganggap tetangga bawahan dan beliau adalah
orang yang berilmu yang kemauannya harus dituruti.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam. Mengetahui adanya Allah, Allah
maha kuasa.
29
b. Kegiatan Ibadah
Klien tidak mau beribadah, malas dan menggap sholat tidak penting.
Diagnosa Keperawatan : -
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
Klien tampak rapi, klien sadar terhadap kondisi di sekitarnya, segar,
banyak bicara.
2. Kesadaran : Compos Mentis GCS 456
3. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
Pernafasam : 20 x/menit
4. Ukur
Berat Badan : 57 Kg
Tinggi Badan : 160 cm
5. Keluhan Fisik
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.
Diagnosa Keperawatan : tidak ada

VII. STATUS MENTAL


 Penampilan (penampilan usia, saya berpakaian, kebersihan)
Jelaskan :
Penampilan klien sesuai dengan usianya. Klien mengenakan baju dan
celana sesuai ketentuan dan tidak terbalik. Klien tidak bau keringat, klien
mengatakan mandi sehari satu kali, penampilan tidak kumal.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
 Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter)
Jelaskan:

30
Klien berbicara dengan frekuensi cepat, volume keras namun terkadang
intonasi tidak begitu jelas ( nggremeng ), banyak sekali berbicara,
berbicara tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan, jawaban sampai tujuan
tapi berbelit, tidak dapat mengontrol keinginan berbicara.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan komunikasi
 Aktivitas motorik/psikomotorik
Kelambatan:
□Hipokinesia, Hipoaktivitas
√ Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Klien berjalan tidak dapat tegak, pundak tidak simetris (bagian kiri lebih
rendah), tubuh tampak kaku.
Peningkatan:
 Hiperkinesia,  Grimace
hiperaktivitas  Otomatisma
 Stereotipi  Negativisme
 Gaduh gelisah katetonik  Reaksi konversi
 Mannarism  Tremor
 Katapleksi  Verbigrasi
 Tik √Bejalan kaku / rigid
 Ekhopraxia  Kompulsif: sebutkan -
 Command automatism
Jelaskan: Klien mengalami kekauan pada pundak kiri, jalan klien condong
kea rah kiri.
Diagnosa Keperawatan: Risiko tinggi cedera.
4. Mood and Afek
a. Mood
 Depresi  Ketakutan
31
 Euforia □ Kesepian
 Khawatir √ Marah
 Anhedonia
Jelaskan: Klien marah tanpa sebab dan pada hal-hal yang tidak dia
kehendaki.
b. Afek
 Sesuai □Tumpul/datar/dan
 Tidak sesuai gkal
√Labil
Jelaskan: Klien kadang dapat mengikuti kegiatan dengan senang,
kadang klien murung. Klien juga mengatakan sering marah tiba-tiba.
Diagnosa Keperawatan: risiko perilaku kekerasan
5. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
√Kontak mata kurang
 Defensif
 Curiga
Jelasan: saat berbicara Klien diajak berkomunikasi , klien tidak pernah
menatap wajah lawan bicara, tidak terkontrol, tidak dapat membuat
limitasi.
Diagnosa keperawatan: kerusakan komunikasi verbal.
6. Persepsi sensori
a. Halusinasi
□ Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengucapan
 Penciuman
32
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan:
Klien mengatakan tidak mendengar, melihat, tidak ada halusinasi.
Diagnosa keperawatan: -
7. Proses pikir
a. Arus pikir
□ Koheren  Inkoheren
√ Sirkumtansial  Asosiasi longgar
 Tangensial  Flight of idea
 Blocking  Perseferasi
√ Logorhoe  Neologisme
 Clang association √ Main kata-kata
 Afasia  Lain-lain
Jelaskan: Klien saat ditanya tidak menjawab sesuai pertanyaan, klien
mengatakan dirinya seorang profesor, klien banyak berbicara atau
berkata-kata yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang
dianjukan.Tidak bisa membuat limitasi pembicaraan.
b. Isi pikir
 Obsesif  Pikiran rendah
 Ekstasi diri
√ Fantasi  Pesimisme
 Alienasi  Pikiran logis
 Pikiran bunuh  Pikiran curiga
diri  Phobia,
 Pre okupasi sebutkan: -
 Pikiran isolasi √ Waham,
sosial sebutkan: Kebesaran
□ Ide yang terkait  Lain – lain: -
33
Jelaskan: Klien mengatakan dirinya seorang professor. “Aku professor
doctor Yudha Wiratama S. Kep M Enginering. Lulusan Universitas
Brawijaya malang.”
c. Bentuk pikir
□ Realistik
√ Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan: jawaban Klien tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Diagnosa keperawatan: Perubahan Proses Pikir : Waham
8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, dan orang)
Jelaskan:
Waktu: Klien dapat menjelaskan bahwa sekarang hari selasa.
Tempat: Klien mengatakan berada di rumah sakit jiwa lawang
ruang Kasuari.
Orang: Klien mampu mengingat orang yang ada disekitarnya
(beberapa nama perawat)
 Meninggi
 Menurun
√ Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan: Klien berbicara dengan orang lain mengatakan bahwa ia
seoarang professor. Berkeluarga dengan pejabat tinggi.
Klien tidak dapat mengatur limit pembicaraan.
Diagnosa keperawatan: Perubahan proses piker : kesadraan
berubah.
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang (> 1 bulan)

34
 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - ≤1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek (10 detik – 15 menit)
Jelaskan:
Klien tidak dapat menceritakan kejadian-kejadian yang dialami
kemarin, satu bulan yang lalu, berbicara ngelantur dan tidak
terarah.
Diagnosa keperawatan: Perubahan proses pikir.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Konsentrasi
 Mudah beralih
√ Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan: Klien mudah beralih, tidak dapat menjawab petanyaan
dengan sesuai. Dan menjawab jika pertanyaan diulang.
b. Berhitung
Jelaskan: Klien mampu berhitung secara sederhana, Seperti 1+3,
4+6, tetapi klien tidak bisa menghitung mundur.
11. Kemampuan penilaian
□ Gangguan ringan
√ Gangguan bermakna
Jelaskan: Klien tidak mampu mengambil keputusan meskipun telah
dibantu.
Diagnosa keperawatan: perubahan proses pikir
12. Daya tilik diri
□ Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya
Jelaskan: Klien mengatakan bahwa dirinya gila, mengatakan “wong
gendeng kui bebas”
Diagnosa keperawatan: -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
√ Perawatan kesehatan

35
 Transportasi
 Tempat tinggal
√ Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan: Klien membutuhkan perawatan kesehatan yang mampu
merawat dan mengontrol klien meminum obat. Klien
membutuhkan keuangan karena keterbatasan klien tidak bekerja.
2. Kehidupan sehari –hari
a. Perawatan diri
1) Mandi: Klien mengatakan mandi pagi tanpa diingatkan,
kadang lupa kadang mandi.
2) Berpakaian, berhias, dan berdandan: Klien mengatakan
dapat ganti baju sendiri tanpa terbalik, sesuai dengan
ketentuan dan sesuai dengan umur.
3) Makan: Klien mengatakan makan tiga kali sehari. Klien
terlihat makan dengan lahap dan habis.
4) Toileting (BAK,BAB): Klien mengatakan BAK dan BAB
dikamar mandi secara mandiri dan tidak ngompol.
Diagnosa keperawatan: tidak ada
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan kudapan dalam sehari.
Klien mengatakan makan tiga kali sehari, habis satu piring. Klien
mengatakan jajan satu kali (kudapan).
Bagaimana nafsu makannya.
Nafsu makan klien baik, tidak ada penurunan nafsu makan.
Bagaimana berat badannya.
Berat badan klien stabil, tidak ada penurunan.
Diagnosa keperawatan: tidak ada
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama 12:30 s/d 15:30
Tidur malam, lama: 18.00-24.00 WIB

36
Aktivitas sebelum atau sesudah tidur: membersihkan diri
dan makan
Jelaskan: Klien lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk tidur karena efek obat sedative.
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasemnia
 Lain-lain
Jelaskan: Klien mengatakan “tidak ada”
Diagnosa keperawatan: tidak ada
3. Kemampuan lain – lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hidup yang
akan datang.
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Klien harus bisa mengontrol keinginan –keinginanya. Klien
harus bisa menerima apabila tidak sesuai dengan
keinginannya.
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatan sendiri
Klien tidak dapat melakukannya, harus ada pengawasan
untuk penggunaan obat yang rutin.
4. Sistem pendungkung
Keluarga : ya
Terapis : ya
Teman sejawat : ya
Kelompok sosial : ya
Jelaskan: Klien mengatakan membutuhkan dukungan dari
lingkungan sekitarnya sebagai proses kesempurnaan.
Diagnosa keperawatan: perilaku mencari bantuan kesehatan.

37
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan: adaptif
Klien dapat melakukan mekanisme koping yang adaptif. Seperti ketika
melakukan tidak sesuai maka dapat melakukan teknik relaksasi dengan
istighfar akan tetapi klien kurang bisa mengontrol reaksi berlebihan
(ngelantur) pada saat ditanya/ diajak berbicara.
Diagnosa Keperawatan : Kegiatan penyesuaian.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan : Klien tinggal sendiri setelah ibunya wafat. Keluarga sekitar
hanya memastikan keadaan lalu pulang.
 Masalah berhubungan dengan lingkungannya, spesifiknya :
Klien tidak mempunyai masalah dengan lingkungannya.
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya :
Klien menginginkan kuliah di bidang teknik namun tidak bisa
terealisasikan.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya : klien tidak bekerja.
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya : tidak ada masalah.
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya : tidak ada masalah ekonomi.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya : tidak ada masalah.
Seluruh biaya ditanggung BPJS.
 Masalah lainnya, spesifiknya : tidak ada
Diagnosa Keperawatan : -

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien atau keluarga saat ini tentang penyakit atau
gangguan jiwa, perawatan, dan penatalaksanaannya faktor yang
memperberat masalah (presipitasi), obat – obatan, atau lainnya. Apakah
perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya
masalah tersebut.

38
√ Penyakit / gangguan jiwa
 Sistem pendukung
 Factor presipitasi
 penatalaksanaan
 Lain – lain, jelaskan
Jelaskan:
Klien mengatakan “sedang sakit kak”, ”tidak tahu kak”, “diajak berobat
ayah naik mobil”
Diagnosa Keperawatan : keluarga / klien harus mengerti factor yang dapat
mempengaruhi kesehatan jiwa.

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Medis : F.20.1 Skizofrenia Hiberefenik.
2. Diagnosa multi axis :
Axis I : F.21
Axis II :
Axis III :
Axis IV :
Axis V :

3. Terapi Medik :
1) Rispiredone 2mg PO 1-0-1
2) Clozapin 25 mg PO 0-0-1
3) Merlopam 2 mg 0-0-1

39
3.2 Analisa Data
ANALISIS DATA

DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


DS:

1) Klien mengatakan Sdr. Y ketika


lulus sekolah dulu ingin
melanjutkan sekolah/ kuliah di
perguruan tinggi namun tidak
Respon pasca trauma
diterima.

DO:

1) Klien membahas/mengungkapkan
dirinya anak engineering.

DS:
1) Klien mengatakan ibunya telah
meninggal ±1000 hari. Klien
mengatakan sedih hidup tanpa
ibu. Berduka disfungsional
2) Klien mengatakan rindu ibunya.
DO:
1) Klien tampak sedih.
2) Klien tidak mudah berkonsentrasi
DS: -
DO:
1) Klien mengalami katalepsi
2) Klien tidak tegak ketika berjalan
Risiko cedera
3) Pundak tidak simetris, condong
ke arah kiri dan depan.
4) Jalan bungkuk
5) Postur kaku

40
DS :
-Klien mengatakan akan marah apabila
ada hal-hal yang tidak dihenedaki,
riwayat melempar rumah tetangga
dengan batu.
DO : Risiko Perilaku Kekerasan
-Klien terlihat labil
-Kadang klien terlihat senang dengan
kegiatan
-Kadang murung, mengomel, mendumal
jika tidak sesuai dengan keinginan
DS :
-
DO :
Ketika diajak berkomunikasi klien Kerusakan komunikasi
menatap ke bawah, hanya sesekali
melirik
-berbicara semaunya
DS :
“Saya professor dr. Yuda Wiratama
S.Kep M Enginering. Saya lulusan
sarjana. Saya lulusan universitas
Brawijaya Malang.”
“saya punya segala-galanya.”
Perubahan proses pikir : waham
DO : kebesaran

-Klien jika ditanya tidak sesuai


jawabannya kandang menjawab tapi
pertanyaan harus diulang dan ditegaskan.
-Banyak kata yang diucapkan tidak
sesuai
-Kata-kata ngelantur

41
-Apa yang diucapkan tidak sesuai realita

DS :
-Klien mengatakan tinggal sendiri ±1
tahun
-Melakukan aktivitas sendiri
-Saudara perempuan tinggal di Bangil
-Saudara perempuan satunya tinggal
berdekatan tapi jarang menjenguk
Koping keluarga inefektif
-Keluarga jarang mengunjungi klien

DO :
-Klien menceritakan dengan ekspresi
datar
-Mengekspresikan untuk keinginan
bersama
DS :
-Klien mengatakan usia 41 tahun masih
perjaka tingting sedangkan teman-
temannya sudah menikah dan
mempunyai anak Harga Diri Rendah
-Klien mengatakan ingin berkeluarga

DO :
-
DS : -
DO :
Keluarga klien mengatakan 3 mimggu
tidak mau minum obat Regimen terapaeutik inefektif

42
3.3 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Respon pasca trauma
2. Berduka disfungsional
3. Risiko cedera
4. Risiko Perilaku Kekerasan
5. Kerusakan komunikasi
6. Perubahan proses pikir : waham kebesaran
7. Koping keluarga inefektif
8. Harga Diri Rendah
9. Regimen terapaeutik inefektif

3.4 POHON MASALAH

Resiko Cidera

Kerusakan Komunikasi
EFEK Verbal

Resti Perilaku Kekerasan

COREPROBLEM Gangguan Proses Pikir : Kesadaran berubah


Waham

Harga Diri Rendah


Regimen Terapiutik
Inefektif Koping Individu Inefektif

ETIOLOGI
Berduka Disfungsional

Respon Pasca Trauma

43
RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan Proses Tujuan Umum : Setelah dilakukan 2x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Pikir Waham Klien dapat mengontrol a. Mau menerima hadirnya klien dengan teknik komunikasi
wahamnya perawat disampingnya terapeutik
b. Mengatakan menerima, 2. Beri salam terapeutik ( panggil nama
Tujuan Khusus bantuan perawat klien )
Klien dapat membina c. Tidak menunjukkan tanda- 3. Perkenalkan diri sebutkan nama
hubungan saling percaya tanda curiga perawat
dengan perawat d. Mengizinkan duduk 4. Jelaskan tujuan interaksi
disampingnya 5. Ciptakan lingkungan yang tenang
6. Buat kontak yang jelas (topik, waktu,
tempat)
7. Yakinkan klien dalam keadaan aman
dan perawat siap menolong
8. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien
akan tetap terjaga
9. Tunjukkan sikap terbuka dan jujur
10. Perhatikan kebutuhan dasar dan beri
bantuan untuk memenuhinya
11. Jangan membantah dan mendukung
waham klien
44
12. Observasi apakah waham klien
mengganggu aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri

45
Tgl Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan Proses Tujuan Khusus Setelah dilakukan interaksi klien 1. Beri pujian pada penampilan klien
Pikir Waham Klien dapat menceritakan perasaandan yang realitas
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki 2. Diskusikan dengan klien kemampuan
kemampuan yang yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
dimiliki ini yang realistis
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan
(kaitkan dengan aktivitas sehari – hari
dan perawatan diri)
Kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini
4. Jika klien selalu bicara tentang
wahamnya
Perawat perlu memperhatikan bahwa
klien penting)

46
Tgl Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan Proses Tujuan Khusus Setelah dilakukan 2x interaksi klien 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
Pikir Waham Klien dapat a. Dapat menyebutkan kejadian kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
mengidentifikasi – kejadian sesuai dengan kejadian yang menjadi factor pencetus
kebutuhan tidak urutan waktu serta harapan / wahamnya
terpenuhi kebutuhan dasar yang tidak 2. Diskusikan dengan klien tentang
terpenuhi seperti : harga diri kejadian – kejadian traumatic yang
dan rasa aman (dapat menimbulkan rasa takut , ansietas
menyebabkan hubungan maupun perasaan tidak dihargai
antara kejadian traumatis / 3. Diskusikan dengan klien cara
kebutuhan tidak terpenuhi mengatasi kebutuhan yang tidak
dengan wahamnya terpenuhi dan kejadian yang traumatis
4. Diskusikan kebutuhan / harapan yang
belum terpenuhi
5. Diskusikan dengan klien antara
kejadian – kejadian traumatis /
kebutuhan yang tidak terpenuhi
tersebut dengan wahamnya

47
Tgl Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan Proses Tujuan Khusus Setelah dilakukan 2x interaksi klien 1. Berbicara dengan klien dalam konteks
Pikir Waham Klien dapat berhubungan 1. Menyebutkan perbedaan realitas
dengan realitas pengalaman nyata dengan 2. Bantu klienn mengidentifikasi
pengalaman wahamnya keyakinannya yang salah tentang
Setelah 2x interaksi, klien situasi yang nyata (bila klien sudah
menjelaskan gangguan fungsi hidup siap)
sehari-hari yang diakibatkan ide-ide a. Diskuksikan frekuensi, intensitas
/ pikirannya yang tidak sesuai dan durasi terjadinya waham
dengan kenyataan, seperti b. Bantu klien membedakan situasi
a. Hubungan dengan keluarga nyata dengan yang dipersepsikan
b. Hubungan dengan orang salah oleh klien
lain 3. Diskusikan dengan klien pengalaman
c. Aktifitas sehari-hari – pengalaman yang tidak
menguntungkan sebagai akibat dari
wahamnya
4. Ajak klien melihat bahwa waham
tersebut adalah wmasalah yang
membutuhkan bantuan dari orang lain
5. Diskusikan dengan klien mengenai
orang/tempat ia minta bantuan apabila
wahamnya timbul/ sulit terkendali
6. Sertakan klien dalam TAK orientasi

48
realitas
7. Berikan pujian pada klien tiap
kegiatan positif yang dilakukan

49
Tgl Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan Proses Tujuan Khusus Setelah dilakukan 2 x interaksi 1. Diskusikan dengan klien tentang :
Pikir Waham Klien dapat klien menyebutkan : a. Manfaat minum obat dan
menggunakan obat a. Manfaat minum obat dan kerugian minum obat
dengan benar kerugian tidak minum obat b. Nama, warna, dosis, efek, terapi
b. Nama, warna, dosis, efek, & efek samping
terapi dan efek samping 2. Pantau klien saat menggunakan obat
Setelah 2 x interaksi klien 3. Anjurkan klien meminta obatnya
mendemonstrasikan penggunaan sendiri kepada perawat agar klien
obat dengan benar mengetahui manfaatnya
Setelah 2x intervensi klien 4. Berikan pujian jika klien
menyebutkan akibat berhenti obat mengggunakan obat dengan benar
tanpa konsultasi dokter 5. Diskusikan apabila berhenti
menggunakan obat tanpa konsultasi
dokter
6. Konsultasikan pada perawat / dokter
apabila terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan

50
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan dirinya seorang professor, akan marah jika tidak
sesuai dengan kemaunannya
DO : Mngatakan namaku professor wira yhudatama S.Kep enggenering
lulusan brawijaya university malang
2. Diagnosa Keperawatan.
Waham Kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
Mampu membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat waham
b. Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita :
orientasi, waktu, orang dan tempat / lingkungan
c. Melatih klien orientasi realita : panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat / lingkungan
d. Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realitas dalam jadwal
kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“ selamat pagi mas ? perkenalkan nama saya nancitya, nama bapak siapa ?
suka dipanggil siapa ?
2. Evaluasi / validasi
Bagaimana kabar bapak hari ini ?
51
3. Kontrak
Topik : “ bagaimana jika kita bercakap tentang perasaan mas saat ini ? “
Waktu : “ bagaimana mas kalau 30 menit kita bercakap – cakap ? “
Tempat : “ dimana kita duduk ? bagaimana jika di kursi meja tengah “

b. FASE KERJA
“ pak sudah berapa lama disini, apa yang bapak rasakan sekarang ? sebelum
bapak kesini ada kejadian apa dirumah ? oh, begitu pak, saya mengerti dengan
yang bapak rasakan, apakah bapak pernah dirawat sebelumnya ? pak sekarang,
sebutkan nama lengkap bapak siapa ? alamatnya ? terimakasih sudah mau
berkenalan dengan saya, karena kita sudah saling mengenal, maka kita sekarang
berteman ya pak, kalau bapak ingin bercerita atau ada masalah bisa cerita pada
saya.

c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (klien)
“ Bagaimana perasaan pak yuda setelah berbincang – bincang dengan saya dan
mengikuti kegiatan harian pak ? “
Evaluasi Obyektif (perawat)
“ coba bapak ulangi tadi nama saya siapa ? “
“wah bagus bapak ingat nama saya “
“ saya sangat senang bisa berkenalan dengan dengan pak yuda dan berteman
dengan saya “

2. Rencana Tindak Lanjut


“ besok kita bertemu lagi ya ? dan berbincang – bincang untuk membina
hubungan saling percaya kepada orang lain dan kemampuan yang dimiliki
bapak, jam 11 : 15 wib tempatnya disini.

52
3. Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana kalau besok kita bertemu dan berbincang – bincang lagi ?
tentang afek positif yang bapak punya
Waktu : waktunya setelah makan pagi dan olahraga sekitar 15 menit
Tempat : tempatnya disini saja ya pak ? bagaimana ?

53
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Tn Y Ruang : Kaswari No RM : 075***
No Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx & jam Keperawatan
1 8 / 10 /  Membina hubungan S:
2019 saling percaya dengan - klien mau mengobrol dg perawat
10 : 00 komunikasi terapeutik - klien mengatakan dirinya profesor
1. Memberi salam lulusan brawijaya
terapeutik - Klien tidak suka / akan marah jika
2. Memperkenalkan diri tidak sesuai dengan keinginannya
dengan menyebutkan karena dia seorang profesor
nama perawat - klien mengatakan mau untuk
3. Menjelaskan tujuan besok mau bertemu lagi dengan
interaksi perawat
4. Menciptakan O:
lingkungan yang - Pasien kooperatif
tenang - Tidak dapat mengtur limitas
5. Membuat kontrak berbicara
yang jelas - Harus diulangi dan ditekankan
6. Meyakinkan klien saat berbicara.
dalam keadaan aman - Sering mengatakan dia profesor
dan perawat siap dan orang besar
menolong A:
7. Meyakinkan bahwa - Pasien dapat melakukan bina
kerahsaiaan klien hubungan saling percaya dengan
akan tetap terjaga. perawat
8. Menunjukkan sikap - Pasien dapat menyebutkan
terbuka dan jujur masalahnya
9. Memperhatikan P : ( pasien )
kebutuhan dasardan - Kaji pemenuhan kebutuhan pasien
memberi bantuan sehari - hari

54
untuk memenuhinya - Kaji kemampuan orientasi pasien
( perawat )
- Ulangi Sp 1
- Ulangi Bina Hubungan Saling
Percaya dalam mengkaji
kebutuhan dan kemampuan klien

55
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : Klien memperkenalkan diri bahwa dirinya seorang profesor
DO : Klien tidak dapat mengontrol limitasi pembicaraan
Klien berbicara sesukanya
Tidak ada kontak mata
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan proses pikir, Waham Kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat waham
b. Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita
c. Melatih klien orientasi realita
d. Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realitas dalam jadwal
kegiatan harian

C. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“ selamat pagi pak uda ? masih ingat nama saya ? “
“ bisa kita berbicang – bincang lagi hari ini? “ bagaimana perasaan pak
yuda hari ini ? “
2. Evaluasi / validasi
Bagaimana kabar bapak sekarang ? apa bisa tidur semalam ? “
3. Kontrak
Topik : “bapak saya ingin mengenal bapak, ingin tahu yang bapak
rasakan“

56
Waktu : “ kira kira kita bisa berbincang 15 menit“
Tempat : “ bisa kita berbicara di depan“

e. FASE KERJA
“ bapak, saya mengerti bahwa pak yuda adalah seorang profesor, tapi sulit
untuk saya mempercayai, karena setahu saya kalau profesor harus berada
di kampus. Pak yuda bisa ceritakan kepada saya apa yang dirasakan hari
ini ?

f. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (klien)
“ Bagaimana perasaan pak yuda setelah berbincang – bincang dengan saya
? “ Evaluasi Obyektif (perawat)
“ coba sebutkan apa saja yang telah kita perbincangkan tadi ? bagus “
“ bagaimana kalau jadwal ini pak yuda lakukan ? “
2. Rencana Tindak Lanjut
“ saya harap bapak melaksanakan hal – hal itu ya besok kita berbincang
lagi ya.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : besok kita bincang – bincang lagi tentang obat yang bapak
minum ya ?
Waktu : “ bapak besok pukul 10 : 00 kita berbincang bincang lagi ya ? “
Tempat : “ mau dimana kita bercakap cakap, bagaimana kalau disini lagi ?

57
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Tn Y Ruang : Kaswari No RM : 075***
No Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx & jam Keperawatan
1 9 / 10 / 1. Memberikan pujian S:
2019 pada penampilan - klien mengatakan mandi dan cuci
11 : 15 yang realistis. piring
2. Mendiskusikan - klien mengatakan dirumah senang
dengan klien masak – masak dan makan sendiri
kemampuan yang - klien bias memebelli mobil minta
dimiliki pada waktu apa kamu ?
lalu dan saat ini yang O:
realitas. - Klien berbicara sesukanya.
3. Menyakan apa yang - Tidak dapat mengtur limitasi saat
bisa dilakukan berbicara.
berkaitan dg aktivitas - Pertanyaan diulang dan
sehari – hari dan ditegaskan.
perawatan diri, - Tidak ada kontak mata.
kemudian anjurkan - Klien dapat melakukan kegitan
untuk melakukan saat sehari – hari.
ini A:
4. Jika klien selalu - Pasien mampu melakukan jadwal
berbicara tentang kegiatan dan mampu memenuhi
wahamnya dengarkan kebutuhannya
sampai kebutuhan - Pasien mampu berbicara tentang
wahamnya tidak ada. kelebihannya
P : ( pasien )
- Klien berlatih actual sesuai dengan
jadwal kegiatan yang sudah dibuat
( perawat )
- Melanjutkan ke Sp 3

58
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
- Memberikan pendidikan kesehatan
tentang obat secara teratur
- Menganjurkan pasien dalam
jadwal kegiatan.

59
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan dirinya seorang professor, akan marah jika tidak
sesuai dengan kemaunannya
DO : Mngatakan namaku professor wira yhudatama S.Kep enggenering
lulusan brawijaya university malang
2. Diagnosa Keperawatan.
Waham Kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
- Mengevaluasi Sp 1
- Menjelaskan dan melatih mengendalikan. Waham dengan minum obat
dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
a. Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan cara minum obat
secara teratur menggunakan prinsip 6 benar
b. Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian
c. Melatih cara minum obat secara teratur. Menggunakan prinsip 6
benar.
d. Melatih klien memasukkan kegitan minum obat secara teratur ke
jadwal kegiatan harian
e. Mengidentifikasi kemampuan positif klien dan membantu
mempraktekkannya

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“ selamat pagi pak yuda ? bagaimana perasaannya ? semalam bisa tidur
nyenyak ?

60
2. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah sudah melaksanakan jadwal
yang sudah ditulis ? hari ini bertemu nancitya lagi ya pak ?
3. Kontrak
Topik : “ sesuai janji kita, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan obat
yang bapak minum ? “
Waktu : “ bisa kita 30 menit kita berbincang ? “
Tempat : “ dimana kita bicara ? apakah didepan sana ? “

b. FASE KERJA
“ pak yuda, apakah hari ini sudah meminum obat ? berapa macam obat yang
bapak minum ? dalam satu hari minum obat berapa kali ? pak yuda, bapak
minum obat ini agar pikirannya tenang tidurnya biar enak, obat pak yuda ada
3 macam obat ini harus diminum secara teratur dan diminum jangka waktu
yang lama, bapak tidak boleh berhenti agar tidak kambuh “

c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (klien)
“ Bagaimana perasaan pak yuda setelah berbincang – bincang dengan saya
dan mengenal obat yang bapak minum ? “
Evaluasi Obyektif (perawat)
“ apa saja obatnya ? dan berapa jumlah obat yang diminum “
“mari kita masukkan kedalam jadwal kegitan harian, jangan lupa nanti minum
obatnya setelah makan sore dan malam “
“ jadwal yang kita buat kemarin dilaksanakan ya pak“

2. Rencana Tindak Lanjut


“ baik, karena bapak sudah bagus mengingat tentang obatnya, marikita
masukkan pada jadwal kegiatan bapak jangan lupa nanti inum obatnya ya
pak. Kalau perawatnya lupa pak yuda boleh mengingatkan jadwal yang telah
dibuat, diteruskan ya pak.“

61
3. Kontrak yang akan datang
Topik : pak yuda besok kita bertemu lagi membahas kegiatan yangdilakukan
Waktu : bagaimana besok setelah kegiatan bersama ?
Tempat : untuk tempatnya disini saja ya ?

62
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Tn Y. Ruang : Kaswari No RM : 075***
No Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx & jam Keperawatan
1 10 / 10 / 1. Mendiskusikan S:
2019 dengan pasien tentang - klien mengatakan sudah melakukan
10 : 00 : apa yang sudah di tulis
-manfaat minum obat - klien mengatakan minum obat
dan kerugian tidak - Klien mengatakan akan tinggal
minum obat disini jika tidak minum obat
Nama, warna, dosis, - klien mengatakan akan gila jika
efek terapi dan efek tidak minum obat
samping. O:
2. Memantau klien saat - Pasien kooperatif
menggunakan obat - Klien mau bercakap – cakap
3. Menganjurkan pasien - Tidak dapat mengtur limitas
meminta obatnya berbicara
sendiri kepada - Hanya sesekali memandang /
perawat agar pasien melirik.
tau manfaatnya. - Tersenyum
4. Memberi pujian - Dapat menjawab pentingnya
kepada klien jika minum obat
klien menggunakan A:
obat dengan benar. - Klien mampu melakukankegiatan
5. Mendiskusikan dg baik.
akibat berhenti - Klien mamapu memasukkan
minum obat Tanya minum oat teratur dalam kedalam
konsultasi dengan jadwal kegiatan harian
dokter. P : ( pasien )
6. Menganjurkan klien - Melatih klien berlatih aktifitas
untuk konsultasi sesuai jadwal harian
kepada dokter / - Memantau klien minum obat

63
perawat jika terjadi secara teratur
hal – hal yang tidak ( perawat )
di inginkan. - Mengevaluasi jadwal kegiatan
pasien.

64
BAB 4
REVIEW JURNAL

TEKNIK KONSELING KONFRONTASI UNTUK MENURUNKAN


WAHAM PADA PENDERITA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
EPISODE KINI MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK
Melita Gusti Varadila
Program Studi Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
melita170194@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh teknik konseling konfrontasi
dalam menurunkan waham yang terjadi pada penderita gangguan afektif bipolar
episode kini manik dengan gejala psikotik. Metode penelitian yang digunakan
merupakan penelitian eksperimen yaitu single experimental design dalam
setting rumah sakit jiwa (RSJ), dimana subjek yang sudah beberapa kali masuk
rumah sakit jiwa (kambuh) diberikan perlakuan konseling konfrontasi untuk
mengatasi waham kebesaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi (di ruang perawatan dan rehabilitasi),
wawancara (di ruang perawatan dan rehabilitasi) dan psikotes (WAIS –
Wechsler Adult Intelligence Scale, DAP – Draw A Person, BAUM – Draw A
Tree, HTP
– House Tree Person, Wartegg, SSCT – Sack Sentence Completion Test,
Bender Gestalt).Analisa data dalam penelitian ini menggunakan evaluasi
insight pada subjek, evaluasi penurunan waham kebesaran. Sesuai dengan
prediksi peneliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi teknik
konseling konfrontasi dapat menurunkan waham kebesaran yang terjadi pada
penderita gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik.
Kata Kunci : konseling konfrontasi, gangguan afektif bipolar episode kini
manik dengan gejala psikotik

65
Judul Jurnal
Teknik konseling konfrontasi untuk menurunkan waham pada Penderita gangguan
afektif bipolar episode kini manik dengan Gejala psikotik

Analisis Jurnal
P ( Population ) : penelitian ini melibatkan penderita gangguan afektif bipolar
episode kini manik dengan gejala psikotik di Rumah sakit jiwa.

I ( Intervensi ) : subjek yang sudah beberapa kali masuk rumah sakit jiwa
(kambuh) diberikan perlakuan konseling konfrontasi untuk mengatasi waham
kebesaran. Tahapan konseling konfrontasi yang dilakukan terdiri dari :
Sesi 1 : Mendengarkan,
Sesi 2 : Merangkum dan mengklarifikasi
Sesi 3 : Mengonfrontasikan secara empatik
Sesi 4 : Mengamati dan mengevaluasi
Sesi 5 : Terminasi

C ( Comparation ) : dalam penelitian ini tidak ada kelompok pembanding dalam


perlakuan

O ( Output ) : Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi teknik konseling


konfrontasi dapat menurunkan waham kebesaran yang terjadi pada penderita
gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik Di awal sesi
peneliti hanya mendengarkan semua cerita dari penderita entah itu benar atau
salah untuk mendapatkan data sebanyak banyaknya mengenai apa yang
sebenarnya dipikirkan dan diyakini oleh penderita. Dari semua cerita ditemukan
ada beberapa cerita yang sama sekali tidak sesuai (bertolak belakang) dan ada
cerita yang diimproviasasi oleh penderita (dilebihkan atau dikurangi). Semakin
banyak penderita bercerita semakin terlihat ada ketidak sinkronan cerita yang
diutarakan oleh penderita. Ditemukan juga bahwa klien lebih memfokuskan
hidupnya kepada kejadian dan masalah di masa lalunya. Kejadian masa sekarang
klien selalu disangkut pautkan dengan kejadian klien di masa lalu. Sehingga klien

66
tidak realistis memandang kejadian di masa kini dan masa depannya kelak. Klien
lebih banyak terombang – ambing pada keinginan masa lalu yang tidak tercapai
sampai saat ini. Ketidaksinkronan cerita inilah yang perlahan – lahan oleh peneliti
diintervensi lebih lanjut untuk menimbulkan insight pada penderita, dengan
metode konfrontasi.

T ( Time ) : Penelitian di laksanakan pada bulan mei 2019 di universitas 17


Agustus 1945 Surabaya

Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan diatas bias disimpulkan bahwa intervensi teknik
konseling konfrontasi dapat menurunkan waham kebesaran yang terjadi pada
penderita gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik.
Hasil dari penelitian ini tidak lepas dari bantuan pengobatan secara farmakologi
yang membantu penderita untuk sehat secara mental.

67
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan
menimbulkan disabilitas pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
Salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu
waham. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan tapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh
orang lain, keyakinan ini berasal dari keyakinan klien yang sudah
kehilangan kontrol.

5.2 Saran

Dengan memerhatikan kesimpulan di atas, penulis member saran bagi :


1) Rumah sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien jiwa dengan
seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan RS.
2) Institusi Pendidikan
Memberikan dukungan kepada mahasiswa dalam melaksanakan
praktik keperawatan jiwa.
3) Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan waktu seefektif mungkin,
sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gangguan
jiwa dapat tercapai secara optimal.

68
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Ernawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta: Trans Info Media.

Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC

Kusumawati, F & Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. 1993. Clinical Mannual of Psychiatric Nursing.
St. Louis: Mosby Year Book.

Stuart, Sundeen. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung
kesehatan-jiwa-masyarakat.html diakses pada tanggal 21 september 2019 pukul
17.55
http://www.depkes.go.id/article/view/19030400005/perlu-kepedulian-untuk-
kendalikan-masalah-kesehatan-jiwa.html diakses pada tanggal 21 sepetember
2019 pukul 17.55
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/973/1022 diakses pada
tanggal 21 sepetember 2019 pukul 17.55
https://media.neliti.com/media/publications/278505-studi-kasus-asuhan-
keperawatan-pada-klie-acd65762.pdf diakses pada tanggal 22 september 2019
pukul 20.

69
FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien : Tn. Y Nama Mahasiswa :


Status interaksi perawat – kien : Tanggal :
Lingkungan : meja makan, suasana tenang, berhadapan Jam :
Deskripsi Klien : klien menunduk Bangsal :
Tujuan (Berorientasi pada klien) : klien dapat mengenal perawat daen mengungkapkan
Secara terbuka tentang permasalahannya

KAMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT


KOMUNIKASI VERBAL RASIONAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
.
P: Selamat Pagi, Pak.. Boleh P: Memandang klien Perawat ingin membuka Klien menerima dengan Salam merupakan
saya duduk disebelah bapak? dan tersenyum percakapan dengan klien dan ragu-ragu orang-orang kalimat pembuka untuk
berharap dengan sapaan baru yang masuk ke memulai suatu
K: Oh.. silahkan.. silahkan K: Menunduk sambil sederhana, perawat diterima lingkungannya percakapan sehingga
Bebas-bebas mbak.. berbicara datar klien dapat terjalin rasa
Perawat merasa senang ada percaya
tanggapan atas salam
meskipun belum tulus

P: Suasana Pagi ini nyaman P: Memandang ke Perawat ingin memulai Klien memberikan respon Topic ringan akan
sekali yaa pak? halaman sambil melirik percakapan dengan topic yang baik memudahkan interaksi
ringan sebelum masuk ke lebih lanjut
K: Suasananya nyaman, K: Tetap menunduk, kondisi klien Berbicara lebih
senang duduk bersamamu.. menjawab melantur menunjukkan perhatian
sambil tersenyum cukup terhadap klien

70
. .
P: Oh ya, perkenalkan nama P: Memandang klien Perawat merasa semua klien Klien memberikan Memperkenalkan diri
saya Nancitya, saya sambil menjulurkan harus diberikan penjelasan tanggapan dengan tanpa dapat menciptakan rasa
mahasiswa praktek disini tangan tentang kedatangan klien kontak mata percaya klien terhadap
yang akan merawat bapak.. perawat
K: tanpa memandang
K: Ohhh.. siap siap siap dewi menjabat tangan
fortuna..
. .
P: Nama bapak siapa? P: menjabat tangan Perawat ingin mengetahui Klien menjawab dengan Mengenal nama klien
klien sambil nama klien jawaban yang dibuat - buat akan memudahkan
K: Saya Profesor dr. yuda mendekatkan diri ke interaksi
wiratama S.Kep Insinyur klien Perawat merasa klien
Engeneer menerima perkenalan
K: melirik lirik ke
perawat

P : bapak senangnya P : memandang kearah Perawat ingin menjalin Klien menyebut nama Nama panggilan
dipanggil siapa? klien pendekatan dengan klien, kesukaannya dengan merupakan nama akrab
perawat senang dengan lugas. Klien meerasa klien sehingga
K : yuda, professor dr yuda K : melihat kearah respon yang diberikan klien tertarik dengan perkenalan. menciptakan rasa
wiratama engineering pasien lalu menunduk senang akan adanya
lagi pengakuan atas
namanya

P : wah baik, akan saya P : memandang klien Perawat mencoba Klien mulai merasa bahwa Pujian berguna untuk
panggil pak yuda ya.. dan menjaga kontak mengakrabkan suasana, perawat dating untuk mendekatkan perawat
mata, tersenyum perawat merasa pertanyaan membantu klien menjalin hubungan
K : oke bosku, aurora dewi mendapatkan resppn mengetahui keadaan klien terapeutik dengan klien
fortuna istriku tercinta.. K : berbicara menunduk meskipun jawabannya
sambil tersenyum bertele-tele
71
senyum

P : bapak asalnya darimana P : memandang dan Perawat masih berusaha Klien masih berbicara Topik sederhana dapat
pak yuda? mempertahankan membangun keakraban seingatnya, perawat membantu kedekatan
kontak mata dengan topic sederhana senang karena ditanya dan dengan klien
K : rumah saya di Indonesia, membayangkan daerah
dimana mana, malang blitar.. K : menjawab antusias Perawat senang karena diberi asalnya
dengan menunduk, respon
sesekali melihat

P : oalah, malang ya pak.. P : memandang klien Perawat masih berusaha Klien berfikir dan Lama rawat
bapak sudah berapa lama sambil tersenyum membangun topic sederhana berusaha mengingat menentukan apakah
rumahnya disini? Klien membayangkan klien kronis atau akut
K : berbicara meracau Perawat khawatir kalau kehidupan yang dialami
K : sudah lama saya tinggal sambil tanpa melihat pertanyaan membuat klien sekarang
di wediodiningrat lawang.. mata perawat tersinggung

P : sejak kapan bapak disini? P : menunjukkan Perawat beraharap dapat Klien tidak ada respon Daya ingat pasien dapat
perhatian memperoleh data lama Klien menjawab seadanya dikasih dengan
K : saya senang disini, di rsj riwayat rawat klien secara menanyakan data data
ini sudah berpuluh puluh K : masih melihat lebih pasti sambil mengkaji pasien yang sederhana
tahun hanya sekali melirik daya ingat.
Perawat senang mendapat
respon

P : sekarang umurnya pak P : mendekatkan diri ke Mengkaji daya ingat klien Klien menjawab apa yang Umur mempengaruhi
yuda berapa ya.. klien ditanyakan lebih / daya ingat klien
Perawat merasa arah berlebihan tidak sesuai
K : emboh piro piro kono K : menoleh sebentar pertanyaan dijawab berbelit
wes.. diriku masih muda belia sampai tertunduk lagi dan tidak pada intinya

72
perjaka ting-ting

P : pak yuda ingat kenapa pak P : menunjukkan Perawat berhati hati karena Klien menjawab tidak Keluhan utama
yuda dirawat disini? keseriusan pertanyaan tersebut sangat jelas dan tidak sesuai merupakan dasar pasien
spesifik dan takut dirawat di RSJ
K : disini pasti sakit K : menggelengkan menyinggung pasien
jjiwalooo.. kepala, bernyanyi tapi
Wong gendeng kuwi bebas… tetap menunduk

P : pak yuda pernah marah- P : bertanya pelan pelan Perawat mengkaji pasien Klien menjawab seadanya Marah adalah satu
marah? lebih jauh sambal tersenyum, tidak alasan yang dasar
K : menjawab dengan Perawat mencoba tetap ada kontak mata kenapa pasien dirawat
K : nggak, saya orang sabar.. menunduk dan tertawa menggali informasi di RSJ
nggak pernah ngamuk sendiri
hahahaha

P:- P : menyimak Perawat mendiamkan karena Klien teringat hal hal yang Dengan pola terapeutik,
belum menemukan dia rasakan dan lakukan klien merasa di
K : kalau tidak nurut K : melihat ke atas pertanyaan yang tepat untuk dirumah dengarkan dan bercerita
professor akan mati, jadi bawah tanpa melihat klien tentang keadaannya
harus nurut professor yuda perawat Perawat menemukan adanya
yaa.. flight idea dan berfikir factor
penyebab

P : pak yuda sudah P : mendekatkan diri Perawat berusaha mengkaji Klien membayangkan Problem terjadi
berkeluarga? kata katanya tadi nasibnya kemungkinan
K : bisikan menggoda Perawat menemukan adanya memperparah keadaan
K : saya perjaka ting ting problem klien
Laki-laki tulen, mau lihat?

73
P:- P : memperhatikan Perawat mendiamkan harapan Klien bersedih sambal Diam terapeutik
klien akan lebih terbiasa membayangkan akanmembantu pasien
K : teman – teman saya sudah K : menunduk tentang dirinya mengungkapkan
menikah, punya anak.. saya Perawat menemukan adanya perasaannya pada
jomblo teles.. flight of ideas perawat

P : pak yuda, kegiatan bapak P : menepuk bahu klien Perawat mencoba Klien teralih karena Pengalihan agar klien
sehari hari dirumah apa pak? K : tetapmelanjutkan mengalihkan pembicaraan pertanyaan baru, klien tidak larut dalam
menyanyi terkait waham bingung yang dilakukan kesedihannya
K : yaa makan makan P : menghentikan Perawat merasa senang sehari hari
sendiri.. masak masak K : memperhatikan pasien dapat beralih
sendiri… respon klien

P : kemudian ? P : menekan pertanyaan Perawat menggali data lebih Klien menjawab semaunya Teknik eksplorasi
K : menunduk dalam Klien merasa dirinya berguna untuk
K : yaa saya membuat macam K : menoleh ke perawat Perawat menemukan lagi adalah dosen mendapatkan lebih
macam eksperimen, saya kan P : memperhatikan adanya waham banyak data terkait
professor masalah

P : bagaimana perasaan pak P : memandang klien Perawat mengalihkan topik Klien bngung dengan Pengalihan agar tidak
yuda sekarang? K : menunduk bahasan pertanyaan yang diberikan larut dalam wahamnya
P : menggaruk garuk Perawat bingung Klien menjawab tetang
K : haha wong gendeng kuwi kepala keadaannya
bebas.. ndek kene enak.. K : memperhatikan

P : pak yuda kita tadi sudah P : memandang klien Perawat ingin segera Klien memperhatikan Evaluasi fase I berhasil
berteman, masih ingat nggak K : menoleh, engakhiri karena sudah cukup Klien mengingat nama jika klien dapat
nama saya.. memandang perawat banyak data yang terkaji perawat mengingat nama
dan tersenyum Perawat tersenyum namanya perawat sehingga
74
K : namamu… aurora dewi P memperhatikan diganti nantinya terjalin
fortuna kepercayaan

P : nah saya senang sekali P : menepuk bahu Perawat memberikan Klien senam diberikan Kontrak berikutnya
bisa ngobrol dengan pak reforcement pada klien reinforcement harus ditentukan dan
yuda.. bagaimana kalau K : tersenyum Perawat senang karena klien Klien ikut menentukan harus mendapatkan
selesai makan kita mengibrol mau menentukan kontrak kontrak persetujuan klien agar
lagi? berikutnya klien ingat terhadap
kontrak yang telah
K : ya..ya.. sayangku dibuat
Kegiatan yang akan
P : nah kalau pak yuda setuju, P : memandang klien Perawat menentukan topik Klien memikirkan tentang dilaksanakan harus
nanti kita ngobrol tentang tersenyum dan aktivitas pada kontrak kegiatan yang ditawarkan mendapat perseetujuan
perasaan pak yuda terhadap berikutnya Klien setuju tentang klien sehingga bila
keluarga.. K : mengangguk Perawat senang karena klien kegiatan yang ditawarkan klien keluar dari
setuju dengan kegiatan yang kegiatan, bisa dilihat
K : okeoke my darling.. akan dilaksanakan kegiatan sesuai kontrak

P : terimakasih atas kesediaan P : mnepuk bahu dan Perawat menutup fase I Klien menunjukkan rasa Salam penutup
pak yuda mengobrol dengan menjulurkan tangan Perawat senang karena klien percaya pada perawat merupakan akhir fase
saya.. selamat pagii.. mau berinteraksi dengan Klien menyambut salam yang harus dilakukan
K : menunduk, berjabat perawat perawat untuk mencegah tidak
K : iya sayang pagi juga.. tangan percaya diri pada klien

75
JADWAL KEGIATAN HARIAN
Nama: Tn Y No. RM:128xxx Bulan: Oktober

Waktu Tanggal
No. Kegiatan
(WIB) 24 25 26 27 28 29
1. 05.00 Bangun pagi dan membersihkan
M M M M M M
tempat tidur
2. 06.00 Mandi pagi M M M M M M
3. 06.30 Makan pagi M M M M M M
4. 07.00 Minum obat pagi D D D D D D
5. 08.30 Senam pagi M M M M M M
6. 09.00 Santai M M M M M M
7. 09.30 Makan tambahan (snack) M M M M M M
8. 10.00 Latihan perkenalan M T D D M M
9. 11.00 Melakukan kegiatan M M M M M M
10. 11.30 Latihan bercakap-cakap dengan
M M M M M M
orang lain
11. 11.45 Membagikan makan siang M M M M M M
12. 12.00 Makan siang M M M M M M
13. 13.00 Minum obat siang D D D D D D
14. 13.30 Latihan berinteraksi M D D M M
15. 13.30 Latihan bercakap-cakap dengan
M M M M M M
orang lain
16. 14.00 Tidur siang M M M M M M
17. 17.00 Bangun tidur M M M M M M
18. 18.00 Mandi sore M M M M M M
19. 19.10 Minum obat malam D D D D D D
20. 19.15 Makan malam M M M M M M
21. 19.45 Melakukan kegiatan M M M M M M
22. 20.30 Tidur malam M M M M M M
Keterangan:
T = Tidak dilakukan
M = Mandiri D = Dibantu

76

Anda mungkin juga menyukai