Penyusun :
1. ASEP ARDI (1610721038)
2. AJENG NOVIANTI (1610721029)
3. WULANDARI (1610721048)
4. BELLA NURSOLIHAH (1610721040)
5. INDAH PRASETYANIGRUM (1610721019)
6. DESSYANA PAULUS (1610721001)
7. ISMI NUR JAMILA (1610721010)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
Makalah Seminar Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ibu S. dengan Masalah Utama
Gangguan Isi Fikir: Waham Kebesaran berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Ibu Rosintan, selaku dosen pembimbing di stase Keperawatan Jiwa yang
sudah membimbing dan memberi masukan kepada penulis, terima Kasih juga kami
ucapkan kepada Ns. Evin Novianti, MKep.Sp.Kep.J selaku dosen dan penanggung jawab
praktik selama mengikuti praktik klinik di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1
Cengkareng, Jakarta Barat. Disamping itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
teman-teman Profesi Ners UPN Veteran Jakarta yang banyak memberikan bantuan,
support dan telah bersemangat mengerjakan laporan sampai benar-benar selesai.
( Kelompok III)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH
BAB II GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
B. MAKASALAH KEPERAWATAN
C. POHON MASALAH
BAB III LANDASAN TEORI
A. PROSES TERJADINYA MASALAH
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
BAB IV PELAKSANAAN TINDAKAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual. Praktik keperawatan yang bersifat
humanistik dan berorientasi pada kepentingan klien adalah penerapan dari ilmu
pengetahuan, prinsip dan kiat keperawatan (Azizah, 2011). Keperawatan jiwa adalah
proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku
pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi sistem pasien atau klien dapat
berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American nurse
Association mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya (Stuart, 2007).
Berdasarkan definisi diatas fokus pertama pada klien keperawatan jiwa adalah
promotif dan preventif. Hal ini penting mengingat kekambuhan klien gangguan jiwa
tetap tinggi sekitar 15-20%. Perawatan klien yang sudah menderita gangguan jiwa
sangat lama antara 1-10 tahun. Hal itu memerlukan biaya yang sangat tinggi dan
sumber daya yang sangat banyak. Berdasarkan hal tersebut maka promotif dan
maintenance kesehatan jiwa sangat penting. Misalnya dengan cara mengadakan krisis
senter, konsultasi remaja, konsultasi pranikah, padat karya bagi pengangguaran,
promosi kesehatan jiwa, gerakan anti NAPZA, dan sebagainya. Menurut stuart
sundeen tiga area praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung, komunikasi
dan management menjadi tugas perawat jiwa (Yosep, 2007).
Akhir-akhir ini semakin sering dijumpai orang-orang yang mengalami stres
atau depresi akibat tekanan hidup yang berkepanjangan, hal ini perlu diwaspadai akan
timbulnya masalah baru yang lebih buruk, yaitu terjadinya Anomali Jiwa,
penyimpangan jiwa kearah yang negatif. Sebagai contoh karena tuntunan hidup atau
profesinya, seperti artis, penyanyi, pejabat, dan sebagainya. Keadaan dengan pola
hidup yang cenderung memaksa karena ingin mengikuti gaya hidup yang tidak sesuai
dengan keyakinan batin seseorang juga berpotensi memperbesar penyimpangan jiwa
seseorang (Junaidi, 2012).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit dimana kepribadian mengalami
keretakan, alam pikir perasaan, dan perbuatan individu terganggu. Pada orang
normal, alam pikiran, perasaan, dan perbuatan ada kaitannya atau searah, tetapi pada
pasien Skizofrenia ketiga alam itu terputus, baik satu atau semuanya (Simanjuntak,
2008). Waham adalah suatu kepercayaan keyakinan atau ide yang salah dan
bertentangan dengan suatu kenyataan yang tidak ada kaitannya dengan latar belakang
budaya (Direja, 2011). Menurut Stuart Gail W ( 2007 ), akibat bila waham tidak
diatasi adalah: klien dengan waham dapat berakibat terjadinya risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan Umum
a. Memberikan gambaran nyata tentang Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan masalah utama Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran di
Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng.
b. Penulis mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan
masalah utama Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran di Barak
Melati di Panti Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan masalah utama:
Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran.
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan masalah
utama Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada Ny. S dengan masalah
utama : Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. S dengan
masalah utama: Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran.
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada Ny. S dengan masalah utama :
Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran.
f. Mampu melaksanakan dokumentasi keperawatan pada Ny. S dengan
masalah utama : Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran.
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Nyonya sena berusia 28 tahun klien beragama Kristen Protestan berasal dari
Gorontalo kain pernah bekerja sebagai penyanyi dan pekerja sex kmersial di tempat biliard.
Tempat tinggal sebelumnya di daerah kota Tua. Klien sering berbicara bahwa dirinya
adalah seorang manajer yang masih bekerja di perusahaan terkenal dan mempunyai
beberapa aset perusahaan di Tiongkok China. Klien mengatakan mempunyai aset
perusahaan karaoke di daerah Pondok Indah, Cinere dan daerah Citra Raya. Kalian juga
sering mengatakan bahwa dirinya selalu pergi berbelanja di mall setiap harinya dan tiduran
di apartemen kembali ke panti pagi hari dengan diantar pesawat pribadi.
Klien merasa malu menderita HIV AIDS. Klien mengatakan bahwa dirinya sudah
mengecewakan keluarga yang membesarkannya. Korean merasa gagal mewujudkan
keinginan dari orang tua angkatnya. Klien juga mengatakan jadi bahan ejekan di tempat
lingkungan tinggal karena sering pulang malam dan membawa lelaki. Di Panti juga klien
sering diejek karena giginya tonggos dan membuat tidak percaya diri.
Klien terlihat duduk sendiri tanpa ada yang menemani. Kontak mata kurang saat
diajak berbicara. terkadang meninggalkan perawat saat sedang berbicara. Client tidak bisa
bertahan pada satu topik, client berbicara seperti orang Gagap, klien kadang pergi dan
kembali lagi untuk meneruskan pembicaraan. Klien terlihat mondar-mandir tanpa tujuan.
Penampilan tidak rapi rambut berantakan, tiba-tiba menangis. terkadang tertawa sendiri
sambil bernyanyi dan berjalan tanpa arah tujuan
B. MASALAH KEPERAWATAN
Data objektif:
1. Kontak mata kurang
2. Pembicaraan inkoheren dan terkadang klien
berbicara dengan Gagap
3. Saya terlihat mondar-mandir sambil
bernyanyi Gangguan isi pikir : waham kebesaran
4. Saat wawancara client keyakinannya Dia
adalah orang yang kaya
5. Saat berbicara client topik baru
6. Klien terlihat selalu mengulang-ulang
pembicaraan bahwa dirinya adalah seorang
penyanyi dan manager setiap berkomunikasi
dengan perawat
Data subjektif:
1. Klien mengatakan pernah mengalami
pelecehan seksual dan dipaksa menggunakan
narkoba
2. Klien mengatakan malu dengan giginya yang
tonggos
3. Klien mengatakan merasa tidak berguna
karena tidak mampu mewujudkan cita-cita
orang tua angkatnya
4. Klien mengatakan malu dengan lingkungan
tempat tinggalnya dulu karena menderita
HIV
5. Klien mengatakan merasa sedih karena gagal
menikah dua kali
Gangguan konsep diri harga diri rendah
Data objektif:
1. Klien terlihat duduk sendiri
2. Klien terlihat melamun
3. Terkadang client menangis saat berbicara
4. Kontak mata klien kurang
5. Saat berbicara klien lebih sering
menundukkan kepala
Data subjektif:
1. klien mengatakan dirinya adalah seorang
pengusaha dan penyanyi dan selalu diulang-
ulang setiap kali berinteraksi dengan perawat
2. Klien mengatakan bahwa dirinya mempunyai
pesawat terbang yang dibelikan oleh koko
(ayah) dan selalu diulang-ulang ketika
berinteraksi dengan perawat
Data objektif:
1. Klien mampu bertahan pada satu topik Kerusakan komunikasi verbal
2. Pembicaraan terhenti saat sedang interaksi
3. Jawaban pelayan berbeda dengan pertanyaan
perawat
4. Klien terlihat berbicara cepat dan selalu
berbelit-belit
Data Subjektif:
1. klien mengatakan malas untuk menggosok
gigi karena tidak suka
2. klien mengatakan malas untuk menggunakan
bra dan celana dalam
Data Objektif: Defisit Perawatan Diri
1. klien terlihat kotor giginya
2. tercum bau tidak sedap pada aroma tubuh
klien
3. klien terlihat tidak menggunakan pakaian
dalam
1. Pohon masalah
Effect Kerusakan Komunikasi Verbal
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan isi pikir : Waham kebesaran
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Kerusakan Komunikasi Verbal
d. Defisit Perawatan Diri
BAB III
LANDASAN TEORI
2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif
belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu
menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan
kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional)
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
Pada Ny. S tidak ditemukan adanya factor biologis yang mempengaruhi pada
Ny. S dikarenakan saat dilakukan pengkajian tentang keluarga, Ny. S selalu
menghindari pertanyaan perawat dan tidak pernah menjawab pertanyaan
perawat. Sedangkan faktor sosial budaya mempengaruhi keadaan Ny. S yang
diakibatkan oleh stress masa lalu akibat pemerkosaan yang dialami klien, dan
pembullyan yang dilakukan oleh teman klien akibat dari kekurangan fisik yang
dimiliki klien setra ketidakmampuan klien untuk memenuhi harapan orang
tuanya.
b. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi menurut Direja, 2011 yaitu sebagai berikut :
1) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif
termasuk:
Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan,
sikap dan perilaku individu.
Pada Ny. S ditemukan bahwa dirinya selalu menganggap bahwa dia merupakan
orang yang kaya, punya uang yang banyak, pesawat pribadi pemberian ayahnya,
dan mempunyai apartemen di Jakarta dan Tiongkok.Ny. S mengaku dirinya seorang
penyanyi dan manager di tempat billiard. Hal ini disebabkan karena untuk menutupi
kekurangan yang dimiliki oleh klien dan untuk menutupi kejadian masa lalu yang
tidak menyenangkan.
c. Mekanisme Koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari-hari
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri
d. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
3. Environment support
Kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa
bersalah saat berbohong. Ex : seseorang yang mengaku dirinya adalah guru tari.
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan, klien
merasa didukung, klien menganggap hal yang dikatakan sebagai kebenaran,
kerusakan control diri dan tidak berfungsi normal (super ego)
4. Fisik Comforting
Klien merasa nyaman dengan kebohongannya
5. Fase Improving
Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan
meningkat.
Kerusakan komunikasi
verbal
Perubahan isi
pikir: waham Core problem
Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah
a. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Masalah keperawatan :
a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Kerusakan komunikasi : verbal
c) Perubahan isi pikir : waham
d) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Dx Perencanaan
keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
3. Klien
Setelah 1x20 menit 3.1 Restrukturisasi Kognisi:
mampu Kaji kemampuan klien
interaksi Klien dapat:
menerima menginterpretasikan
Menginterpretasika
inforrmasi /
/menilai pesan /
n pembicaraan
pesankomuni
pembicaraan orang lain.
orang lain.
kasi. Kaji kemampuan klien
Klien dapat
menangkap dan
menginterpretasika
menerima isyarat non
n bahasa non
verbal dari orang atau
verbal (isyarat
lawan bicara.
tubuh / gesture,
Bantu klien
senyuman, kontak
mengidentifikasi
mata dsb. pesan/informasi yang
Klien bias
diterima
menjelaskan Bantu klien
maksud dari mengidentifikasi
gambar, simbol- interpretasi yang salah
simbol atau terhadap pesan /
tulisantulisan. informasi yang
Klien dapat
diterima.
menginterpretasika Bantu klien
n/menilai pesan memperbaiki
yang diterima interpretasi yang salah.
Berikan informasi yang
dengan tepat.
tepat, singkat dan
Stimulasi Kognisi
berurutan dari yang
dan
sederhana sampai
dengan yang kompleks.
Kuatkan dan ulangi
informasi / pesan yang
diberikan
Minta klien untuk
mengulang pesan /
informasi yang
diterimanya terebut.
Gunakan alat bantu
untuk menstimulasi
memori klien.
Beri reinforcement
kepada klien.
Libatkan klien dalam
TAK.
Defisit TUK: selama 1x20 menit 1.1 Bina hubungan saling percaya :
perawatan diri 1. Klien dapat interaksi klien Beri salam setiap
membina menunjukkan tanda- berinteraksi.
hubungan tanda percaya Perkenalkan nama, nama
saling kepada perawat: panggilan perawat dan tujuan
percaya Wajah cerah, perawat berkenalan
dengan tersenyum Tanyakan nama dan
perawat Mau panggilan kesukaan klien
berkenalan Tunjukkan sikap jujur dan
Ada kontak menepati janji setiap kali
mata berinteraksi
Menerima Tanyakan perasaan dan
kehadiran masalah yang dihadapi klien
perawat Buat kontrak interaksi yang
Bersedia jelas
menceritakan Dengarkan ungkapan
perasaannya perasaan klien dengan empati
Penuhi kebutuhan dasar klien
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membandingkan proses asuhan keperawatan antara teori
dengan kasus. Pembahasan ini untuk mengetahui sejauh mana kesenjangan dan kesamaan,
faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan asuhan keperawatan Ny.S dengan
gangguan proses pikir : waham. Pembahasan ini mencakup semua proses asuhan
keperawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi. Waham adalah kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan
isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan atau kepercayaan yang telah terpaku
kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan kenyataan tetapi tetap dipertahankan
(Baihaqi, 2007).
i. Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis dari pengumpulan data, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien (Fundamental Keperawatan). Pengkajian merupakan awal
dimana seorang perawat berusaha mendapatkan data dengan pendekatan biopsikososial dan
spiritual sehingga didapat data dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan, data
diperoleh dari catatan rekam medik, wawancara, catatan keperawatan, observasi langsung
dan pemeriksaan fisik.
Pada kasus Ny.S, kelompok melakukan pengkajian dengan melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik secara langsung dan catatan perkembangan Ny.S selama praktek di panti.
Pada teori terjadinya perubahan isi pikir : waham disebabkan oleh factor predisposisi
dan persipitasi. Pada faktor predisposisi adalah faktor resiko yang telah ada pada diri
individu yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Diperoleh baik dari pasien maupun
keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial cultural, biokimia, psikologis dan
genetic. Menurut teori biologi dikatakan bahwa dimana abnormalitas otak yang
menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami salah satunya
yaitu keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia contohnya lesi pada
area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik, hal ini
dapat dibuktikannya teori biologi pada kasus Ny.S karena dikasus Ny.S pernah
menggunakan narkoba. Faktor predisposisi yang kedua yaitu klien mengatakan tidak
pernah mengalami gangguan jiwa atau tidak pernah dibawa ke rumah sakit jiwa
sebelumnya. Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik pada usia 18 tahun dan
mengalami aniaya seksual pada usia 18 tahun. Pada usia 18 tahun klien mengatakan sering
dipukuli oleh ayah angkatnya karena mengkonsumsi narkoba. Secara teori dikatakan bahwa
teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum
didukung oleh penelitian tetapi teori psikologik terdahulu menyalahkan diri sendiri sebagai
penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan perasaan tidak berguna dan tidak percaya
diri. Hal ini sesuai dengan Ny.S pada hasil pengkajian klien belum menikah, tetapi klien
mengatakan sering tinggal dengan pria tanpa ada ikatan pernikahan dan memiliki 1 anak.
Klien mengatakan tinggal bersama ayah angkatnya. Klien selalu menghindar dan menutup
diri kalau ditanya tentang orangtuanya. Faktor predisposisi yang ketiga yaitu faktor sosial
budaya. Pada teori dikatakan kondisi sosial budaya mempengaruhi perubahan isi pikir :
waham dimana stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap skizofrenia dan gangguan
psikotik. Hal ini sesuai dikaitkan dengan kasus Ny.S dikarenakan dimasa lalunya pernah
terjadi kejadian yang tidak menyenangkan atau kemiskinan akibat dipecat dari kantor yang
dahulunya klien mengatakan menjadi manager.
Pada faktor presipitasi secara teori dikatakan bahwa perubahan isi pikir : waham yaitu
berhubungan dengan stress biologi, stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku dan pemicu yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku individu. Hal ini sesuai dengan kasus Ny.S akibat stress yang timbul karena tidak
tercapainya diri untuk menjadi seseorang yang sukses, riwayat pendidikan klien tidak tamat
SMA, klien mengatakan hanya memiliki 3 teman sehingga klien merasa kurang diterima
oleh lingkungan. Klien mengatakan merasa malu dengan teman ketika ketahuan
mengkonsumsi narkoba.
Pada tahap pengkajian kelompok menemukan hambatan yang berarti dalam
pengambilan data yaitu data diambil hanya dari klien saja belum ada data tambahan yang
mendukung dari panti ataupun keluarga. Pada saat wawancara, perawat merasa kesulitan
karena emosi klien yang terkadang tidak stabil. Klien kadang senang mengobrol dengan
perawat dan terkadang tidak mau berbicara ataupun menjawab pertanyaan perawat. Klien
dalam menjawab pertanyaan sering berpindah-pindah topik yang tidak ada kaitannya
dengan pertanyaan perawat atau klien tiba-tiba suka mondar mandir sambil bernyanyi.
iii. Intervensi
Pada tahap penyusunan intervensi keperawatan dibuat sesuai teori namun dalam
penentuan diagnosa anatara teori dan kasus berbeda. Dalam Kasus Ny.S terdapat empat
diagnosa keperawatan yang diintervensi yaitu diagnosa perubahan isi pikir : waham, harga
diri rendah, kerusakan komunikasi verbal, dan defisit perawatan diri.
Pada diagnose waham, TUK: BHSP, mengidentifikasi ide dan perasaan yang muncul
secara berulang dalam pikiran klien, mengidentifikasi stressor/pencetus waham,
mengidentifikasi waham klien, mengidentifikasi konsekuensi waham klien, mengajarkan
teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran terpusat pada waham klien,
memanfaatan obat pada klien. Pada diagnose HDR, TUK: BHSP, mengidentifikasi aspek
positif kemampuan klien, menilai kemampuan yang dimiliki klien, merencanakan kegiatan
sesuai kemampuan klien, klien melakukan kegiatan sesuai rencana. Pada diagnose
kerusakan komunikasi verbal, TUK: BHSP, klien focus pada satu topik pembicaraan, bantu
klien menerima pesan komunikasi, bantu klien mengekspresikan perasaan dengan jelas,
ajarkan klien berkomunikasi yang baik. Pada diagnose DPT, TUK: BHSP, klien mengetahui
pentingnya perawatan diri, mengetahui cara perawatan diri, melaksanakan perawatan diri
dengan bantuan perawat, klien melaksanakan perawatan diri mandiri.
Dalam menyusun perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan pada Ny.S
kelompok tidak menemukan hambatan, faktor pendukung bagi kelompok dalam membuat
perencanaan tindakan keperawatan yang akan diberikan pada Ny.S yaitu kelompok
mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing akademik, serta adanya kerja sama yang
baik antar anggota kelompok dalam pembagian tugas dan pengumpulan referensi-referensi
terkait.
iv.Implementasi
Tahap pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada tahap perencanaan tindakan
keperawatan yang telah dibuat, dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah,
pencapaian tujuan tindakan keperawatan, dan pendokumentasian tindakan keperawatan
serta hasil yang dicapai. Pelaksanaan intervensi yang telah dibuat pada Ny.S dilakukan dari
tanggal 16 Januari 2017 sampai dengan 28 januari 2017.
Pada diagnosa utama yaitu perubahan isi pikir : waham dilakukan implementasi pada
tanggal 16-19 januari 2017, sesuai Strategi Pelaksanaan yang sudah dibuat pada tahap
intervensi yaitu Strategi Pelaksanaan 1 yang berisi membantu mengorientasi realita,
Strategi Pelaksanaan 2 yang berisi memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur sampai dengan Strategi Pelaksanaan 3 yang berisi tentang berdiskusi
tentang kemampuan yang dimiliki.
Pada diagnose kedua yaitu HDR dilakukan implementasi pada tanggal 20-24 januari
2017, sesuai Strategi Pelaksanaan yang sudah dibuat pada tahap intervensi yaitu Strategi
Pelaksanaan 1 yang berisi mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif klien, membantu
menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan klien, melatih klien sesuai dengan
kemampuan klien, memberi reinforcement klien, menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan. Pada SP 2 mengevaluasi jadwal kegiatan klien, melatih kemampuan
kedua, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Pada diagnose
ketiga yaitu kerusakan komunikasi verbal dilakukan implementasi pada tanggal 25-28
januari 2017, sesuai Strategi Pelaksanaan yang sudah dibuat pada tahap intervensi.pada
diagnose keempat yaitu DPD dilakukan implementasi pada tanggal 16-28 januari 2017,
sesuai Strategi Pelaksanaan 1 menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara
menjaga kebersihan diri, membantu klien mempraktekan cara menjaga kebersihan, Strategi
Pelaksanaan 2 mengevaluasi kegiatan, mendiskusikan dan melatih kegiatan pertama,
menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, Strategi Pelaksanaan 3
mengevalusi kegiatan, mendiskusikan dan melatih kegiatan kedua, menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, Strategi Pelaksanaan 4 mengevaluasi kegiatan,
mendiskusikan dan melatih cara ketiga, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
Faktor pendukung pada tahap implementasi adalah warga binaan sosial wanita yang
kooperatif serta petugas ruangan memberikan respon positif sehingga memudahkan
kelompok dalam melakukan implementasi baik yang sifatnya tindakan keperawatan
mandiri maupun tindakan keperawatan kolaboratif. Solusinya bagi kelompok dalam tahap
implementasi yaitu dengan menggunakan waktu dinas yang seefektif mungkin dan
berkolaborasi serta menjalin komunikasi yang efektif dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yang belum dilaksanakan.
v. Evaluasi
Pada tahap evaluasi penulis menilai keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.S, dengan cara wawancara, observasi langsung,
pemeriksaan fisik. Evaluasi akhir seluruh proses asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada Ny. S pada tanggal 30 januari 2017.
Pada Ny.S ditemukan empat diagnosa keperawatan yaitu yaitu perubahan isi pikir :
waham kebesaran, HDR, kerusakan komunikasi verbal dan defisit perawatan diri. Dari
keempat diagnose, kelompok melakukan intervensi kesemua diagnosa. Saat evaluasi
dilakukan diagnosa perubahan isi pikir waham masih menetap karena masih terjadi dikala
pembicaraan dan pembicaraan yang diulang terus menerus. Klien masih menganggap
dirinya manager dan punya apartemen. Untuk menanggulangi hal ini kelompok
berkolaborasi dengan petugas ruangan untuk terus mengorientasikan realita dengan
memberikan obat kepada Ny.S.
Diagnosa HDR: muncul keberhasilan yang signifikan dimana awalnya klien menilai
dirinya gagal dan tidak percaya diri dan tidak percaya diri dengan tubuhnya (giginya yang
tonggos) kini mulai merasa percaya diri dan tidak mengatakan dirinya gagal. Klien
menunjukkan keceriaannya kepada perawat. Klien mampu memulai pembicaraan dan
mengobrol dengan perawat secara mandiri. Klien mampu melakukan kegiatan harian yang
dilatih perawat dank klien kooperatif dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Kelompok tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam melakukan evalusai akhir,
namun salah satu faktor yang menjadi penghambat penulis dalam melakukan evaluasi
adalah ketidak lengkapan data akibat kurang baiknya pendokumentasian proses
keperawatan. Ketidak lengkapan data terutama pada intervensi/implementasi yang tidak
dilakukan sendiri oleh kelompok. Namun sikap asertif dan respon positif petugas ruangan
terhadap penulis memudahkan penulis mengkonfirmasi data yang tidak lengkap. Untuk
mengatasi masalah ini kelompok merasa perlu untuk menjalin komunikasi yang baik
dengan petugas ruangan dan juga dengan pasien.
Hambatan yang didapatkan penulis selama melakukan tindakan keperawatan kepada
Ny.S yaitu klien terkadang tidak focus dengan satu topic pebicaraan yang ditanyakan
perawat. Pembicaraan klien terkadang berpindah-pindah dari satu topic ketopik lain tanpa
ada kaitannya. Klien sering mengulang kata-kata yang sama dengan pembicaraan
sebelumnya. Terlihat perasaan klien mudah berubah yang tadinya senang dan mau
mengobrol dengan perawat tiba-tiba tidak bersemangat dan tidak mau mengobrol dengan
perawat. Klien terkadang tiba-tiba pergi saat perawat mengajak ngobrol dan melatih
kegiatan harian klien. Namun klien kooperatif saat dianjurkan untuk mempraktekan
kegiatan yang barusan dilatih perawat.
Dalam hal ini penulis menanggulangi permasalahan yang ada pada Ny.S saat
pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu pertama, perawat melakukan BHSP dengan baik
ke klien. Kedua, perawat melakukan kontrak kegiatan pada klien klien dengan waktu yang
singkat. Ketiga, perawat melatih kegiatan yang sederhana tapi menarik. Keempat, perawat
memfokuskan topic pembicaraan bila klien tiba-tiba pindah topic dan perawat kembali
menanyakan serta membahas topic pembicaraan utama. Perawat membahas hal menarik
yang biasa disukai klien contohnya menganjurkannya menyanyi dan setelah itu kembali
membahas topic utama agar klien tidak merasa bosan. Perawat memberikan pujian kepada
klien atas tindakan yang dilakukan agar klien merasa senang karena dihargai perawat.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan
fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misalnyasaya adalah nabi yang
menciptakan biji mata manusia) atau bias pula tidak aneh (hanya sangat tidak
mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya kemanapun saya pergi)
dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya (Purba dkk, 2008).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus
internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu
keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.
Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu
keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).
Waham kebesaran merupakan keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya
memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Pada kasus-kasus
skizofrenia dengan prilaku waham, individu mencoba berprilaku sesuai dengan
jenis waham yang diyakininya dengan mengaku bahwa dia memiliki kekuatan yang
lebih, terkenal, berkuasa dan klien cendrung membesar-besarkan dirinya. Apabila
waham tersebut tidak segera ditanggulangi, dapat menyebabkan individu
mengalami penarikan diri dari hubungan sosial (Pieter, dkk, 2011).
Pada Ny. S ditemukan bahwa dirinya mengalami waham kebesaran yaitu
keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kelebihan yang berbeda
dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Pada kasus Ny.S pernah menggunakan narkoba. klien mengatakan tidak pernah
mengalami gangguan jiwa atau tidak pernah dibawa ke rumah sakit jiwa
sebelumnya. Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik pada usia 18 tahun
dan mengalami aniaya seksual pada usia 18 tahun. Pada usia 18 tahun klien
mengatakan sering dipukuli oleh ayah angkatnya karena mengkonsumsi narkoba.
Pada teori dikatakan kondisi sosial budaya mempengaruhi perubahan isi pikir :
waham dimana stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap skizofrenia dan
gangguan psikotik. Hal ini sesuai dikaitkan dengan kasus Ny.S dikarenakan dimasa
lalunya pernah terjadi kejadian yang tidak menyenangkan atau kemiskinan akibat
dipecat dari kantor yang dahulunya klien mengatakan menjadi manager.
Ny. S selalu menganggap ia adalah orang yang kaya, pada saat berbicara
sering mengatakan bahwa dirinya adalah seorang manajer yang masih bekerja di
perusahaan terkenal, dan mempunyai beberapa aset di Tiongkok. Ny. S juga
mengatakan baru saja membeli sebuah apartemen baru di daerah Jakarta Selatan.
Ny. S sering berbicara dengan menggunakan bahasa china yang tidak diketahui
artinya, kelain sering menceritakan baru saja berbelanja dari mall dan pergi liburan
ke luar negeri.
B. SARAN
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat
maupun mahasiswa keperawatan harus mampu memahami masalah keperawatan
dan mampu memahami konsep asuhan keperawatan khususnya diagnosa utama
pasien yaitu dengan Gangguan isi pikir : waham kebesaran.
Pada diri pasien, gangguan antara isi fikir tidak sesuai dengan realita, jelas
terlihat, klien menyampaikan hal tersebut dengan percaya diri. Maka dari itu
perawat atau mahasiswa keperawatan perlu memperdalam dengan menggali faktor-
faktor pencetus terjadinya masalah agar lebih mudah dalam memberikan intervensi
sesuai masalah yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa.
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri
Edisi 3. Jakarta. EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.