Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stase Manajemen Keperawatan
Dosen Pembimbing : Rizaluddin Akbar, M.Kep
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan laporan manajemen keperawatan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan pendahuluan dan laporan kasus ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan
ini. Akhir kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................
1.2 Tujuan ............................................................................................................................
1. Tujuan Umum ..........................................................................................................
2. Tujuan Khusus .........................................................................................................
1.3 Manfaat ..........................................................................................................................
1. RS..............................................................................................................................
2. Instasi Pendidikan ....................................................................................................
3. Mahasiswa ................................................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ....................................................................................................................
7.2 Saran ..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan yang professional dan berorientasi pada paradigma sehat sesuai dengan
paradigma keperawatan yang dimiliki. Profesi keperawatan merupakan suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko, sosio,
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan asuhan professional yang bersifat humanistis dengan
menggunakan pendekatan holistik yang dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objek pasien, mengacu pada standar
operasional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama
(Nursalam, 201 5).
Praktik keperawatan di rumah sakit merupakan tindakan keperawatan professional
menggunakan pengetahuan teoritis dari berbangai ilmu dasar dan ilmu keperawatan
sebagi landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
menyusun rencana tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan serta mengadakan tindakan selanjutnya
(Nursalam, 2015).
Dalam melaksanakan praktik keperawatan tersebut perawat perlu memiliki otonomi
yang berarti mandiri dan berani menanggung risiko, bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukannya serta dalam penerapannya dapat menggunakan Model
Asuhan Keperawatan Professional (MKMP) (Fisbach dalam Hidayah, 2014).
Model Asuhan Keperawatan Professional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Hamid dalam Hidayah, 2014).
Manajemen menurut Nursalam (2007) merupakan suatu pendekatan yang dinamis
dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Keempat fungsi
tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilanketerampilan teknis,
hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang
bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Proses menajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan
asuhan keperawatan secara professional, sehingga keduanya saling berhubungan.
Sebagaimana terjadi di dalam proses keperawatan, di dalam manajemen keperawatan
pun terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Organizing of Nursing, 2003).
Berdasarkan hasil observasi di RSU Universitas Muhammadiyah Cirebon pada
tanggal 19-21 Mei 2021 terdapat beberapa masalah yang belum sesuai dengan asuhan
keperwataan professional atau proses manajemen keperawatan yaitu antara lain terkait
…
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktik mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan dilaksanakan
di ruang RPU RSU Universitas Muhammadiyah Cirebon, berlangsung mulai 19 Mei
2021 – 29 Mei 2021.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen selama 11 hari diharapkan mahasiswa
mampu memahami manajemen keperawatan di RSU Universitas Muhammadiyah
Cirebon.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di RSU Universitas
Muhammadiyah Cirebon, mahasiswa mampu :
a. Melakukan analisa tentang gambaran umum di Ruangan RPU RSU Universitas
Muhammadiyah Cirebon.
b. Melakukan analisa aspek manajemen di Ruangan RPU RSU Universitas
Muhammadiyah Cirebon.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di Ruangan
RPU RSU Universitas Muhammadiyah Cirebon.
d. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di
Ruangan RPU RSU Universitas Muhammadiyah Cirebon.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang telah
disusun sesuai prioritas di Ruangan RPU RSU Universitas Muhammadiyah
Cirebon.
1.4 Manfaat
1. RS
2. Instasi Pendidikan
3. Mahasiswa
BAB II
HASIL PENGKAJIAN
4. Kepegawaian
RS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON memiliki pegawai
diantaranya Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi dan Tenaga Keperawatan
dan Non Medis. RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON telah
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas D.
Tenaga Medis (Dokter):
No. Nama Dokter : Jabatan SIP
1. dr. lskandar Sarumpaet, Sp.B
Spesialis Bedah Umum 449/S|P.DSp-
2. dr. Risman Fadjar, Sp.B
Spesialis Bedah Umum 163/YF/DINKES/V|2016 H5/E3-Bgrr I 1
3. dr. K. Sumbayak, Sp.OG
Spesialis Kandungan 449/S|P.DSp-021/YF/DINKES/I/2015
4. dr. Deni Wirhana S, Sp.OG
Spesialis Kandungan 449/S|P.DSp-O06/SDK/DINKES/I/2017
5. dr. M Haris, Sp.OG
Spesialis Kandungan 449/S|P.DSp-539/YF/DINKES/XII/2016
6. dr. BogiePrabowo R. Sp.OG
7. dr. lneu Nopita, Sp.A
Spesialis Kandungan Spesialis Anak Sedangdi proses STR 449/S|P.DSp-
251/YF/DINKES/IX/2016
8. dr. Irene Gunawan, Sp.PD
Spesialis Penyakit Dalam 449/S|P.D5p-164/YF/DINKES/VII/2016
9. dr. Menik Herdwiyanti, Sp.PD
Spesialis Penyakit Dalam 449/S|P.DSp—O76/SDK/DINKES/II/2017
10. dr. R|n| Rlantl, Sp. KJ
Spesialis Kejiwaan 449/5| P.DSp-089/YF/DINKES/IV/2016
11. dr. Een Suhenda, Sp.KFR
Spesialis Rehabilitasi Medis 449/5|P.Dsp-537/YF/DINKES/XlI2016
12. dr. Aris Sunaryo, Sp.An M.Kes
Spesialis Anastesi 449/S|P.DSp-480/YF/DINKES/XII/2016
13. dr. R Duddy Ari Hardianto
14. dr. lsmi Cahyadi, Sp.THT~KL
Spesialis Radiologi Spesialis THT-KL449/s
P.DSp-092/SDK/DINKES/Ill/2017449/s
P.DS.p 306/YF/DINKES/lX2016
15. dr. As'ad Suyu
Dokter Umum 449/S|P.UD-191/YF/DINKES/VII/2016
16. dr. Retno Dw| Heryam
Dokter Umum 449/S|P.DU-125/SDK/DINKES/Ill/2017
17. dr. Hakiki Akbari
Dokter Umum 449/S|P.DU-168/YF/DINKES/XII/2016
18. dr. Eva Ros|yana Dewi
Dokter Umum 449/S|P.DU-159/YF/DINKES/VI/2016
19. dr. Muhamad Fahri Firdaus
Dokter Umum449/SI P.DU-459/DINKES/XI/2016
2.2 Ruangan
Di RSU UMC terdapat beberapa ruangan, diantaranya yaitu :
1. Apotek
2. Laboratorium
3. Radiologi :
a. USG
b. Rontgen
4. Rawat Inap :
a. RPU
b. RPB
c. RPA
d. RPO
e. Ruang Perinatologi
f. Ruang Bedah
g. Ruang Isolasi
5. Ruang IGD
6. Poli Klinik
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Minimal 10 13 14
Pagi Partial 5 2 3
Total 0 2 0
Jumlah Pasien 15 17 17
Minimal 10 8 14
Siang Partial 5 4 3
Total 0 2 0
Jumlah Pasien 15 17 17
Minimal 13 13 12
Mala
Partial 2 3 3
m
Total 2 0 0
Jumlah Pasien 17 16 15
Sumber : observasi wawancara pada tanggal 19-21 mei 2021
2. Row Instrumental input (5M : Man. Material & Mechine, Method, Money,
Market)
a. Man (Tenaga)
1) Kuantitas
Saat ini jumlah tenaga keperawatan di ruangan RPU adalah 10 orang, yang terdiri
dari perawat dengan latarbelakang pendidikan S1 keperawatan sebanyak 2 dan
pendidikan D3 keperawatan sebanyak 8 orang.
Klasifikasi pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
pasien Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
3) Kualitas pelayanan
Tabel 3.6 Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan di Ruang RPU
NO JENIS PENDIDIKAN ∑ %
1 SI KEP 2 20%
2 DIII KEPERAWATAN 8 80%
Jumlah 10 100%
Sumber: observasi pada tanggal 19 – 21 mei 2021
Interpretasi Data:
Berdasarkan data yang didapat, karakteristik di ruang RPU mayoritas berada pada
tingkat pendidikan D3 keperawatan.
3) Administrasi penunjang RM
Tabel 3.11 daftar administrasi penunjang RM
No Nama barang Jml Kondisi Ideal
1 Buku injeksi 1 Baik
2 Buku observasi 1 Baik
3 Lembar dokumentasi 1 Baik
4 Buku observasi suhu dan nadi 1 Baik
5 Buku timbang terima 1 Baik
6 SOP 69 Baik
7 SAK 1 Baik
8 Buku visite 1 Baik
9 Leaflet
Sumber: observasi pada tanggal 19 – 21 mei 2021
c. Method
1) Metode penugasan asuhan keperawatan professional
Kajian Teori
Menurut Hoffart & Woods dalam Hidayah (2014) model asuhan keperawatan
profesional merupakan sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai)
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menompang pemberian asuhan
tersebut.
Terdapat beberapa macam metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu :
a) Metode fungsional
Metode ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.
Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan
kepada semua pasien yang dirawat diruangan.
b) Metode kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien
dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.
c) Metode primer
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap
perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau beberapa klien dan sejak
klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja,
perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien.
d) Metode tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse).
e) Metode modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer
Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19 – 21 Mei 2021 dapat disimpulkan
bahwa ruangan RPU menerapkan metode penugasan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode fungsional yaitu dengan berorientasi pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas
tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat diruangan.
2) Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan
Sistem pendokumentasian yang berlaku diruangan RPU adalah sistem
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19 – 21 mei 2021 di ruangan RPU
dengan menggunakan instrumen dokumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan berdasarkan buku panduan manajemen keperawatan ners UMC
adalah :
Tabel 3.11 Hasil evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan :
dokumentasi di ruangan RPU
d. Money / Pendanaan
1) Kajian teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non-medis merupakan salah
satu fungsi rumah sakit agar pelayanannya dapat berjalan secara optimal dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat. Untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis, non-medis dan jasa pemborongan.
2) Kajian data
RSU Univeristas Muhammadiyah Cirebon bukan merupakan RS milik pemerintah
melainkan RS swasta yang berdiri sendiri dan sumber dana berasal dari :
a. Tarif yang dikenakan kepada pasien baik dari rawat inap maupun rawat jalan
b. Sumbangan dari luar RS.
e. Mutu
Mutu : kualitas pelayanan
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RS Universitas
Muhammadiyah Cirebon sebagian berasal dari cirebon. RS Universitas
Muhammadiyah Cirebon merupakan RS tipe C sebagai rumah sakit pendidikan
dengan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang. Di lain pihak perawat tidak
memiliki tugas khusus sebagai tim marketing secara langsung untuk mencari
pelanggan dalam mencari pelayanan jasa kesehatan.
Perawat memberikan pelayanan seoptimal mungkin dengan memberikan
perawatan secara paripurna, sehingga pelayanan diruangan layak untuk dipromosikan
sebagai pemasaran untuk mencari pelanggan.
3. Fungsi-Fungsi Manajemen
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan suatu kegiatan. Dengan merencanakan diharapkan
hasil akhir dapat terwujud dan tidak melenceng dari harapan awal. Perencanaan
yang baik sangat bermanfaat untuk mempercepat proses mendapatkan hasil yang
diinginkan. Perencanaan meliputi :
a) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan)
b) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)
c) Jangka panjang (untuk tahun mendatang)
Dalam bidang keperawatan perencanaan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dalam merawat pasien sehingga pasien menjadi puas dan dapat
memperbaiki pandangan masyarakat terhadap perawat.
Menurut Swansburg (2000), perencanaan digolongkan sebagai suatu konseptual
yang mencakup unsur pokok (strategis) dan operasional.
Kajian data :
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan RPU, belum terdapat
perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka
panjang.
2) Pengorganisasian
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Menurut Simon cit Gillies, 1996, dalam organisai ukuran
tertentu, struktur kepemimpinan merupakan jenis yang besar kemungkinan untuk
berkembang melalui proses evolusioner karena dengan peningkatan jumlah
pekerjaan yang harus diselesaikan dan jumlah pekerja yang mengerjakannya ada
kecenderungan untuk membagi pekerjaan kedalam tugas khusus dan untuk mengatur
pekerja yang terikat dalam tugas yang sama ke dalam kelompok yang jelas menurut
definisi pekerja yanglogis.
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada beberapa
macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model
modifikasi.
a) Model Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada
semua pasien di bangsal. Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.
Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada
semua pasien yang dirawat di ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan
yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada
setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung
jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan
luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada
penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada
perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior
menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada
tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan
kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-
masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih
dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat
yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model
fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
Kelebihan :
1. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat
dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga-Perawat akan trampil
untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
3. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
4. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
5. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
1. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
2. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
4. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
5. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
6. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk
b) Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah danberpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group/tim. Selain itu ketua group bertugas
memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang
tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan
Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan
memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori
perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul
akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat
bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap
pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim
akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan
bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap
anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan
kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap
upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat
tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien.
Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui
kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan
perawatan klien.
Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan
untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:
1. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
2. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
3. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
4. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi
meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan
dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan
balik informal di antara anggota tim.
Kelebihan :
1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
2. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar.
3. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
4. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara efektif.
5. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.
6. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan
7. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan :
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota
tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat
pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total.
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
5. Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
6. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
c) Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa
konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama
24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien
dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam
kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien.
Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan
kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni
oleh perawat primer.
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer
tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer
mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut,
maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang
diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer.
Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk
membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan
anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana
keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian
asuhan keperawatan klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena
memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif,
self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar
berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk
sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai
kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
1. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
2. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
3. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer
kepada perawat sekunder selama shift lain. Perawat primer berkonsultasi
dengan perawat kepala dan penyelia. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi
ada pada perawat primer.
Kelebihan :
1. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
2. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
4. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi
5. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan
secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah
memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
6. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh
dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
7. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
8. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
9. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
10. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
11. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.
12. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
13. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
14. Metode ini mendukung pelayanan profesional.
15. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan
tetapi harus berkualitas tinggi.
Kelemahan :
1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
2. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.
3. Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
4. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
5. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
Ketenagaan metode primer :
1. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer-Penugasan ditentukan
oleh kepala bangsal
3. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional
sebagai perawat asisten.
Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer :
1. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
3. Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten -
Orientasi dan merencanakan karyawan baru
4. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff.
Tanggung jawab perawat primer :
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif-
Membuat tujuan dan rencana keperawatan
2. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
3. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
4. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
5. Menyipakan penyuluhan untuk pulang
6. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat
7. Membuat jadual perjanjian klinis
8. Mengadakan kunjungan rumah.
d) Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan
pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat
kesehatan komunitas.
Kelebihan :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi
Kekurangan :
1. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
e) Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP
dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang
ada, antara lain adalah:
1. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat
II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi
untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer
pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu
orang untuk 10 perawat primer (1:10).
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model
ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim
primer.
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan
Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP.
Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula.
Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19 – 21 mei 2021 dapat
disimpulkan bahwa ruangan RPU menerapkan metode MPKP dengan metode
fungsional, metode fungsional yaitu perawat berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan, perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu
untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat diruangan.
Interpretasi data:
Intepretasi Data :
Intrepretasi Data :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang RPU kegiatan pre
conference sebesar 100% dengan kategori tinggi/baik
Intrepertasi Data :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang RPU kegiatan pre
conference sebesar 100% dengan kategori tinggi/baik
4) Pengendalian
Controlling merupakan membandingkan hasil kinerja dengan standart dan
mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak sesuai dengan standar.
Arti lain dari pengawasan atau controlling adalah suatu proses pengamatan agar
pelaksanaan benar–benar sesuai dengan kebijaksanaan dann rencana yang telah
ditetapkan dengan memperhatikan segi efisiensi dan efektivitas. Pengawasan dapat
melalui komunikasi : mengawasi dan komunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Melalui supervisi:
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan–kelemahan
yang ada saat itu juga.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim.
c) Membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama
dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
d) Evaluasi. Bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan dan membandikan
dengan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat bersama kepala ruangan/
ketua tim.
e) Audit keperawatan.Untuk kelancaran evaluasi hasil kerja maka diperlukan
persiapan:
1) Standard procedure operation
2) Standard diagnosis danterapi
3) Indicator penilaian penampilan
Fungsi pengawasan dan pengendalian adalah fungsi terakhir dalam proses
manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu:
1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian yang berpusat pada
permasalahan, pencegahan timbulnya penyimpangan dari bawahan terhadap
kinerja pemberi pelayanan keperawatan baik sumber daya, SDM, bahan alat
maupun dana.
2) Concurrent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan
berlangsung guna memastikan sasaran tercapai.
3) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktivitas yang sama dimasa yang akan datang.
Kajian data:
Setiap hari Karu melakukan supervisi bersama dengan KaTim, jika KaRu
tidak ada maka yang melakukan supervise adalah KaTim. Supervisi dilakukan
setiap pagi, siang, dan malam oleh Karu, Katim, atau perawat senior sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan. Pendokumentasian asuhan keperawatan disupervisi oleh
kepala ruangan.
Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang RPU, system
controlling sudah berjalan cukup baik. Kepala ruang mensupervisi dan
mengevaluasi jalannya asuhan keperawatan
BAB V
KEGIATAN IMPLEMENTASI, EVALUASI & TINDAKLANJUT
BAB VI
PEMBAHASAN
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran