PEMBERIAN SEDASI
DI RUANG ICU
RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh :
1. I Putu Surya Adinata
2. Syahnia Wasilatul Jannah
3. Sinthya Aulia Arzaq
4. Mardani Banapon
Disusun Oleh :
I Putu Surya Adinata
Syahnia Wasilatul Jannah
Sinthya Aulia Arzaq
Mardani Banapon
Program Studi : Profesi Ners
Instansi : Poltekkes Malang
Malang, ...............2020
Disetujui Oleh :
(..............................................) (.............................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEMBERIAN SEDASI
F. METODE
Metode yang digunakan adalah :
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
G. MEDIA
Media yang digunakan adalah.
1. Leaflet
2. Laptop
H. MATERI
Terlampir
I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi penyaji
b. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga bersedia sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
b. Keluarga antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak
diketahuinya
c. Keluarga menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peranannya sesuai dengan tugas
4. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
b. Adanya kesepakatan antara keluarga dengan perawat
dalam melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.
J. DAFTAR PERTANYAAN
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang pemberian
sedasi diharapkan keluarga mampu menjawab pertanyaan:
1. Menjelaskan kembali definisi sedasi.
2. Menjelaskan indikasi pemberian sedasi.
3. Menyebutkan macam-macam sedasi.
4. Menjelaskan persiapan yang harus dilakukan sbelum penggunaan sedasi.
5. Menjelaskan peranan pemberian sedasi di ruang ICU.
MATERI PENYULUHAN PEMBERIAN SEDASI
A. DEFINISI
Sedasi adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat
menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi
sehingga menenangkan. Sedasi juga bisa disebutkan teknik pembiusan
dengan memberikan obat yang menyebabkan pasien mengantuk.
C. MACAM-MACAM SEDASI
a) Sedasi Ringan.
Kondisi pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal
terhadap rangsangan verbal dan masih bisa mempertahankan patensi
jalan nafas diberikan pada pasien gelisah
b) Sedasi Sedang/Moderat.
Kondisi mengantuk, yang diikuti respon terhadap rangsangan tekan
yang ringan, terhadap perubahan ringan respon pernapasan dan
gangguan orientasi lingkungan serta gangguan fungsi motorik ringan
sampai sedang.
c) Sedasi Dalam.
Kondisi mengantuk sampai tidur serta tidak mudah dibangunkan,
tetapi masih memberikan respon terhadap rangsangan nyeri, sudah
berpengaruh terhadap fungsi pernafasan yang tidak adekuat dan kerja
jantung serta pembuluh darah.
D. OBAT-OBATAN SEDASI YANG SERING DIGUNAKAN
a. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan
struktur cincin yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat.
Selain itu afinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat disbanding
diazepam. Efek amnesia pada obat ini ebih kuat dibandingkan efek sedasi
sehingga pasien dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan
pembicaraan yang terjadi selama beberapa jam.
b. Diazepam
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut dalam lemak
dan memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibandingkan midazolam.
Diazepam dilarutkan dengan pelarut organic (propilen glikol, sodium
benzoat) karena tidak larut dalam air. Larutannya pekat dengan pH 6,6-
6,9.
c. Lorazepam
Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya
berbeda pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-pheynil moiety.
Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia disbanding midazolam
dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama.
d. Flurazepam
Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia.
Hasil dari uji klinik terkontrol telah menunjukkan bahwa Flurazepam
menguarangi secara bermakna waktu induksi tidur, jumlah dan lama
terbangun selama tidur , maupun lamanya tidur. Mula efek hipnotik rata-
rata 17 menit setelah pemberian obat secara oral dan berakhir hingga 8
jam. Efek residu sedasi di siang hari terjadi pada sebagian besar
penderita,oleh metabolit aktifnya yang masa kerjanya panjang, karena itu
obat Fluarazepam cocok untuk pengobatan insomia jangka panjang dan
insomnia jangka pendek yang disertai gejala ansietas di siang hari.
e. Nitrazepam
Nitrazepam juga termasuk golongan Benzodiazepine. Nitrazepam
bekerja pada reseptor di otak (reseptor GABA) yang menyebabkan
pelepasan senyawa kimia GABA (gamma amino butyric acid). GABA
adalah suatu senyawa kimia penghambat utama di otak yang
menyebabkan rasa kantuk dan mengontrol kecemasan. Nitrazepam
bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA, sehingga mengurangi
fungsi otak pada area tertentu. Dimana menimbulkan rasa kantuk,
menghilangka rasa cemas, dan membuat otot relaksasi. Nitrazepam
biasanya digunakan untuk mengobati insomnia. Nitrazepam mengurangi
waktu terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga
meningkatkan panjangnnya waktu tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam
tubuh beberapa jam, rasa kantuk bisa tetap terjadi sehari kemudian.
f. Estazolam
Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah
tidur dan tetap tidur sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk
tablet digunakan secara oral diminum sebelum atau sesudah makan.
Estazolam biasanya digunakan sebelum tidur bila diperlukan.
Penggunaannya harus sesuai dengan resep yang dibuat oleh dokter
anda. Estazolam dapat menyebabkan kecanduan. Jangan minum lebih
dari dosis yang diberikan, lebih sering, atau untuk waktu yang lebih lama
daripada petunjuk resep. Toleransi bisa terjad pada pemakaian jangka
panjang dan berlebihan. Jangan digunakan lebih dari 12 minggu atau
berhenti menggunakannnya tanpa konsultasi dengan dokter. Dokter akan
mengurangi dosis secara bertahap. Pengguna akan mengalami sulit tidur
satu atau dua hari setelah berhenti menggunakan obat ini.
g. Zolpidem Tartrate
Zolpidem Tartrate bukan Hipnotika dari golongan Benzodiazepin
tetapi merupakan turunan dari Imidazopyridine. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 10 mg. Zolpidem disetujui untuk penggunaan jangka
pendek (biasanya dua minggu) untuk mengobati insomnia. Pengurangan
waktu jaga dan peningkatan waktu tidur hingga 5 minggu telah dilakukan
melalui uji klinik yang terkontrol. Insomnia yang bertahan setelah 7
hingga 10 hari pengobatan menandakan adanya gangguan jiwa atau
penyakit. Insomnia bertambah buruk atau tingkah laku dan pikiran yang
tidak normal secara tiba-tiba merupakan konsekwensi pada penderita
dengan gangguan kejiwaan yang tidak diketahui atau gangguan fisik.
Jakarta: EGC.
Syarif, Amir, Ari Estuningtyas, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: