DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH :
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Keperawatan Jiwa tentang “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Halusinasi”
Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para
mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Halusinasi”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Nurbani, S.Kp.M.Kep. yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen
pembimbing dan para mahasiswa-mahasiswi serta para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Karena kesalahan adalah milik semua orang
kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha esa. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
D. Metode Pengumpulan Data................................................................................
E. Sistematika Penulisan..........................................................................................
A. Identitas Klien....................................................................................................
B. Keluhan Saat Dikaji..........................................................................................
2
C. Faktor predisposisi............................................................................................
D. Pemeriksaan Fisik..............................................................................................
E. Psikososial ..........................................................................................................
F. Satatus Sosial .....................................................................................................
G. Analisa Data.......................................................................................................
H. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................
I. Intervensi Keperawatn .....................................................................................
J. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ......................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2014).Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang
memengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir,
berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan
menunjukkan emosi. Menambahkan definisi skizofrenia yaitu penyakit
kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai dengan
pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, Keliat, &
Yulia, 2015).
4
4. Tahap-Tahap Halusinasi?
5. Tanda Dan Gejala Halusinasi?
6. Komplikasi Halusinasi?
7. Penatalaksanaan Medis Halusinasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian halusinasi
2. Untuk mengetahui klasifikasi halusinasi
3. Untuk mengetahui etiologi halusinasi
4. Untuk mengetahui tahap-tahap halusinasi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala halusinasi
6. Untuk mengetahui komplikasi halusinasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis halusinasi
E. Sitematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
Bab II Tinjauan Pustaka, menjelaskan tentang pembahasan masalah yaitu:
konsep keperawatan jiwa, konsep dasar halusinasi, konsep asuhan
keperawatan halusinasi, dll
Bab III Tinjauan Kasus, menjelaskan tentang contoh asuhan keperawatan
pada klien dengan halusinasi
Bab IV Penutup, memuat kesimpulan dan saran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2. Prinsip Keperawatan
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan
a. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan.
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting.
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri.
Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan
untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas
koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku
individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi,
pikiran, perasaan dan tindakan.
b. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari
dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok,
komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.
Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
c. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu,
setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang
sama melalui perawatan yang adekuat.
d. Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
7
3. Metodologi Keperawatan Jiwa
8
saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui
jika keadaan klien klien berubah.
5. Proses Terapi
a. Asosiasi bebas
9
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran
dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya
tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik
ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks baik
fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita
dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus
mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal
b. Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena
mimpi timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi
umumnya timbul akibat permasalahan yang selama ini disimpan
dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan
mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat
ditemukan dan diselesaikan
c. Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa
stimulus nyata. (Keliat, 2014).
10
Halusinasi sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan,
panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan
yang dialaminya (Nurlaili, 2019).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan
jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas (Yusuf, et all,
2015).
2. Proses Terjadinya Halusinasi
1) Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi
( Dalami, dkk, 2014) :
a) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri,
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian
berikut:
11
(2)Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
(3)Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang,
atau overprotektif.
c) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi
(Prabowo, 2014) :
1) Biologis
12
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
3. Jenis Halusinasi
Menurut (Yusuf, 2015) klasifikasi halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu :
13
2. Menutup hidung 2. kadang-kadang bau
itu menyenangkan
4. Halusinasi 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa
seperti darah, urine,
pengecepan 2. Muntah feses
4. Etiologi
Etiologi halusinasi menurut Yusuf, dkk (2015) antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
dapat berakhir dengan ganggguan persepsi. Pasien mungkin
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul gangguan seperti delusi dan halusinasi.
3) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal seseorang yang tidak harmonis, serta
peran ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan
ansietas berat berakhir dengan pegingkaran terhadap kenyataan,
sehingga terjadi halusinasi.
4) Faktor Biologis
14
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, perubahan
besar, serta bentuk sel kortikal dan limbic.
5) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia.
b. Faktor Presepitasi
1) Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
2) Faktor Biokimia
Penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas
termasuk halusinasi.
3) Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstream dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realistis. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
4) Faktor Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi
realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,
motorik, dan social.
5. Tahap – Tahap Halusinasi
15
menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut (Dalami, dkk. 2014),
halusinasi terjadi melalui beberapa tahap, antara lain:
16
Di tahap ini, halusinasi bersifat mengendalikan, fungsi sensori
menjadi tidak relavan dengan kenyataan dan pengalaman sensori
tersebut menjadi penguasa. Halusinasi menjadi lebih menonjol,
menguasai, dan mengontrol individu sehingga mencoba melawan
suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Hingga akhirnya
individu tersebut menjadi tidak berdaya dan menyerah untuk
melawan halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai
dirinya. Individu mungkin akan mengalami kesepian jika pengalaman
sensoria atau halusinasinya tersebut berakhir. Dari sinilah
dimulainya fase gangguan psikotik.
e. Tahap 5: Concuering Panic Level of Anxiety
Tahap terakhir ini dimana halusinasi bersifat menaklukan atau
menguasai, halusinasi menjadi lebih rumit dan individu mengalami
gangguan dalam menilai lingkungannya. pengalaman sensorinya
menjadi terganggu dan halusinasi tersebut berubah mengancam,
memerintah, dan menakutkan apabila tidak mengikuti perintahnya
sehingga klien mulai teerasa mengancam.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat
teramati sebagai berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau
apa saja yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang
sedang tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang
yang tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
17
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang
lain, benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi
penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api
atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan
adalah :
1. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
Mendengar suara-suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
18
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster
Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang
kadang bau itu menyenangkan
Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
Bicara atau tertawa sendiri
Marah marah tanpa sebab
Mengarahkan telinga kearah tertentu
Menutup telinga
Menunjuk kearah tertentu
Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu
Menutup hidung
Sering meludah
Menggaruk garuk permukaan kulit
7. Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan
tindakan perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya
perintah sehingga rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku
kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya
perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan sehingga
individu akan menyingkir dari hubungan interpersonal dengan orang
lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan masalah utama
gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku
kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial (Keliat, 2014).
8. Penatalaksanaan Halusinasi
19
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada
gangguan Skizofrenia. Dimana Skizofrenia merupakan jenis psikosis,
adapun tindakan penatalaksanaan dilakukan dengan berbagai terapi
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2013) yaitu :
1. Psikofarmakologis
Obat sangat penting dalam pengobatan skizofrenia, karena obat dapat
membantu pasien skizofrenia untuk meminimalkan gejala perilaku
kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah. Sehingga pasien
skizofrenia harus patuh minum obat secara teratur dan mau mengikuti
perawatan.
a. Haloperidol (HLD)
Obat yang dianggap sangat efektif dalam pengelolaan
hiperaktivitas, gelisah, agresif, waham, dan halusinasi.
b. Chlorpromazine (CPZ)
Obat yang digunakan untuk gangguan psikosis yang terkait
skizofrenia dan gangguan perilaku yang tidak terkontrol
c. Trihexilpenidyl (THP)
Obat yang digunakan untuk mengobati semua jenis parkinson dan
pengendalian gejala ekstrapiramidal akibat terapi obat.
1) Dosis
a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-
8 jam sampai keadaan akut teratasi.
20
c) Triheksifenidil 1-2x2 mg sehari d) Psikosomatik
3 Psikoterapi
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).
21
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan
dalam pengkajian.
a. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan,
Tanggal Pengkajian, No. Rekam medik.
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
a. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek
(ekspresi wajah), interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
b. Kebutuhan persiapan pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam rumah,
aktivitas diluar rumah,
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
k. Aspek medik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
22
2 Resiko perilaku 7 September -
kekerasan b.d 2022
halusinasi
( D.0146)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
23
terjadinya halusinasi
Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan dan umpan
balik korektif terhadap
halusinasi
Anjurkan melakukan
distraksi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu
24
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara asertif
Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis. relaksasi,
bercerita)
3 Isolasi sosial Setelah dilakukan 3 x Promosi Sosialisasi
( D.0121) 24 pertemuan (I.13498)
diharapkan klien Tindakan
mampu berinteraksi Observasi
dengan orang lain Identifikasi
secara bertahap kemampuan
dengan kriteria melakukan interaksi
hasil : dengan orang lain
Identifikasi hambatan
1. Verbalisasi tujuan melakukan interaksi
yang jelas dengan orang lain
meingkat
2. Minat terhadap Terapeutik
aktivitas Motivasi
meningkat meningkatkan
3. Verbalissasi keterlibatan dalam
isolasi munurun suatu hubungan -
4. Verbalisasi Motivasi kesabaran
ketidaknyamanan dalam
di tempat umum mengembangkan suatu
menurun hubungan
5. Perilaku menaik Motivasi berpartisipasi
diri menurun dalam aktivitas baru
dan kegiatan
kelompok
Motivasi berinteraksi
di luar lingkungan
(mis. jalan-jalan, ke
toko buku)
Diskusikan kekuatan
dan keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
Diskusikan
perencanaan kegiatan
di masa depan
Berikan umpan balik
25
positif dalam
perawatan diri
Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
Edukasi
Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
Anjurkan terbagi
pengalaman dengan
orang lain
Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain Anjurkan
penggunaan alat bantu
(mis, kacamata dan
alat bantu dengar)
Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.G
Umur : 39 tahun
Tanggal Pengkajian : 7 September 2022
B. KELUHAN SAAT DIKAJI
Saat dilakukan pengkajian partisipan mengatakan saat ini masih
mendengar suara-suara seperti mengajak, menyuruh, dan bercakap-cakap.
Partisipan mengatakan mendengar suara-suara tersebut jika sendirian dan
sedang melamun, saat mendengar suara-suara tersebut pasien mengusir
suara-suara dan kadang-kadang membiarkan suara tersebut mengganggu
partisipan sampai suara tersebut hilang.
Partisipan mengatakan mudah marah apabila kehendaknya tidak
dituruti. Jika marah partisipan akan berbicara keras, dan mengeluarkan
kata-kata kasar, namun partisipan tidak pernah melempar barang, melukai
diri sendiri atau orang lain. Partisipan mengatakan susah untuk
mengontrol marahnya.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Gangguan Jiwa dimasa Lalu
Keluarga mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu
2. Pengobatan Sebelumnya
Keluarga mengatakan pengobatan sebelumnya sudah pergi berobat ke
psikiater, dukun, dan ke RSJ Prof HB Saanin Padang. Partisipan
minum obat sejak tahun 2002. Namun obat dihentikan selama 2 tahun
karena partisipan mengikuti pengobatan tradisional. Setelah itu
dilanjutkan kembali minum obat tahun 2005 sampai sekarang.
3. Trauma
klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma Aniaya Fisik
klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik.
27
Aniaya Seksual
klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual.
Penolakan
klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dalam
keluarga ataupun dilingkungan rumahnya.
Kekerasan dalam Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam
keluarganya.
Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal
Masalah Keperawatan :
Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti klien.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital :TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,60C
RR : 18 x/m
TB : 158 cm
BB : 65 Kg
Keluhan Fisik : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
28
E. PSIKOSOSIAL
Masalah Keperawatan:
a. Konsep diri
Gambaran diri : klien partisipan mengatakan menyukai seluruh
anggota tubuhnya.
Identitas : klien mengetahui dirinya sebagai anak dan dahulunya
pernah sekolah. Klien mengatakan mengetahui keadaan
penyakitnya saat ini.
Peran: klien mengatakan mengetahui perannya sebagai anak
karena partisipan sering mengerjakan kegiatan rumah seperti
29
menyapu, mencuci piring untuk membantu ibunya dan menjadi
kakak bagi adiknya
Ideal diri: klien ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup
seperti orang lain
Harga diri:klien mengatakan partispan mengatakan kurang
percaya diri dan mudah putus asa.
b. Hubungan Sosial
Orang yang berarti :
Ibu dan ayahnya
Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien
mengatakan ada ikut peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat seperti mengikuti acara lomba 17
Agustus seperti lomba joget, puisi, dan klien dahulunya juga
ikut dalam band
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan mengalami hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain karena partisipan memiliki sifat pendiam
c. Spiritual
Nilai dan keyakinan
klien mengatakan beragama islam
Kegiatan ibadah
klien mengatakan ada mengerjakan sholat dan berpuasa
F. STATUS SOSIAL
a. Penampilan
√ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak biasanya
Jelaskan : tampak gigi dan mulut kotor, dan bau mulut akibat klien
merokok, dan klien mengatakan jarang mandi dan tidak gosok gigi,
karena klien malas.
b. Pembicaraan
30
cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat √ Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
d. Alam perasaan
Gembira berlebihan
f. Persepsi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
g. Proses Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait
Pikiran magis
31
Jelaskan : klien mengatakan selalu muncul fikiran yang menganggu
dirinya
h. Memori
konfabulasi
32
Terapi Medik : Haloperidol (2x1),
Risperidon 3 ml (2x1),
Chlorpromazine (1x1),
Trihenski phenidol (2x1),
Carbamarzepine (2x1)
G. ANALISA DATA
33
DS: partisipan mengatakan
dahulunya dijauhkan
oleh teman-temannya
karena
partisipan pendiam,
partisipan mengatakan
kurang berkomunikasi
dengan orang lain
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
34
menurun stimulasi lingkungan
11. perilau halusinasi Monitor isi halusinasi
menurun (mis. kekerasan atau
12. .menarik diri membahayakan dirl)
menurun Terapeutik
13. melamun menurun Pertahankan
14. curiga menurun lingkungan yang aman
15. mondar mandir Lakukan tindakan
menurun keselamatan ketika
16. .konsentrasinya tidak dapat mengontrol
membaik perilaku (mis. limit
17. respon sesuai setting pembatasan
stimulus membaik wilayah, pengekangan
18. oritentasi membaik fisik, seklusi)
Diskusikan perasaan
dan respons terhadap
halusinasi
Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi Edukasi
Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan dan umpan
balik korektif terhadap
halusinasi
Anjurkan melakukan
distraksi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu
35
7. Verbalisasi yang berpotensi
ancaman pada membahayakan (mis.
orang lain benda tajam, tali)
menurun Monitor keamanan
8. Perilaku barang yang dibawa
menyerang oleh pengunjung
menurun Monitor selama
9. Perilaku melukai penggunaan barang
diri sendiri dan yang dapat
orang lain membahayakan (mis.
menurun pisau cukur)
10. Perilaku merusak
lingkungan Terapeutik
sekiarmenurun Partahankan
11. Verbalisasi bunuh lingkungan bebas dari
diri menurun bahaya secara rutin
12. Verbalisasi Libatkan keluarga
ancaman bunuh dalam perawatan
diri menurun
Edukasi
Anjurkan pengunjung
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis. relaksasi,
bercerita)
3 Isolasi sosial Setelah dilakukan 3 Promosi Sosialisasi
( D.0121) x 24 pertemuan (I.13498)
diharapkan klien Tindakan
mampu berinteraksi Observasi
dengan orang lain Identifikasi
secara bertahap kemampuan
dengan kriteria melakukan interaksi
hasil : dengan orang lain
Identifikasi hambatan
6. Verbalisasi tujuan melakukan interaksi
yang jelas dengan orang lain
meingkat
7. Minat terhadap Terapeutik
aktivitas Motivasi
36
meningkat meningkatkan
8. Verbalissasi keterlibatan dalam
isolasi munurun suatu hubungan -
9. Verbalisasi Motivasi kesabaran
ketidaknyamanan dalam
di tempat umum mengembangkan
menurun suatu hubungan
10. Perilaku menaik Motivasi
diri menurun berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
Motivasi berinteraksi
di luar lingkungan
(mis. jalan-jalan, ke
toko buku)
Diskusikan kekuatan
dan keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
Diskusikan
perencanaan kegiatan
di masa depan
Berikan umpan balik
positif dalam
perawatan diri
Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
Edukasi
Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
Anjurkan terbagi
pengalaman dengan
orang lain
Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis, kacamata
dan alat bantu dengar)
37
Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus
38
perlu
39
halusinasi mendengar suara-
Monitor dan suara, dan melihat
08.05 sesuaikan tingkat bayangan, dan
aktivitas dan mengatakan
stimulasi mengerti tentang
lingkungan cara bercakap-
Monitor isi cakap
08.10 halusinasi (mis. O: klien tampak
kekerasan atau berbicara ngaur,
membahayakan klien tampak
dirl) ketakutan, klien
Pertahankan tampak mengerti
08.15 lingkungan yang tentang cara latihan
aman bercakap-cakap dan
Lakukan tindakan mampu
08.20 keselamatan ketika melakukannya
tidak dapat
mengontrol A: Gangguan
perilaku (mis. limit persepsi sensori
setting pembatasan
wilayah, P : Masalah belum
pengekangan fisik, teratasi
seklusi)
Anjurkan bicara
08.25 pada orang yang
dipercaya untuk
memberi dukungan
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
Kolaborasi
08.30 pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas, jika
perlu
40
Monitor selama bantal
penggunaan barang A: Resiko perilaku
08.10 yang dapat kekerasan
membahayakan
(mis. pisau cukur) P : Masalah belum
Partahankan teratasi
lingkungan bebas
08.15 dari bahaya secara
rutin
Libatkan keluarga
dalam perawatan
08.20 Anjurkan
pengunjung dan
08.25 keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
Latih cara
mengungkapkan
08.30 perasaan secara
asertif
Latih mengurangi
kemarahan secara
08.35 verbal dan
nonverbal (mis.
relaksasi,
bercerita)
8 Sept 2022
Monitor adanya 08.00
8 Sept
benda yang S: klien
2022
berpotensi mengatakan
08.00
membahayakan perasaaan marah
(mis. benda tajam, dapat terkontrol
tali)
Monitor keamanan O : klien mampu
barang yang mengetahui cara
08.05
dibawa oleh minum obat yang
pengunjung benar
Monitor selama
penggunaan barang A: Resiko perilaku
08.10
yang dapat kekerasan
membahayakan
(mis. pisau cukur) P : Masalah belum
Partahankan teratasi
lingkungan bebas
08.15
dari bahaya secara
rutin
Libatkan keluarga
41
dalam perawatan
Anjurkan
08.20 pengunjung dan
keluarga untuk
08.25 mendukung
keselamatan pasien
Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
08.30 asertif
Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan
08.35 nonverbal (mis.
relaksasi, bercerita)
9 Sept 2022
08.00
Monitor adanya
9 Sept benda yang S: klien
2022 berpotensi mengatakan klien
08.00 membahayakan mengatakan
(mis. benda tajam, perasaaan marah
tali) dapat terkontrol
Monitor keamanan
barang yang O : klien mampu
dibawa oleh melakukan latihan
08.05 pengunjung cara verbal
Monitor selama
penggunaan barang A: Resiko perilaku
yang dapat kekerasan
08.10 membahayakan
(mis. pisau cukur) P : Masalah belum
Partahankan teratasi
lingkungan bebas
dari bahaya secara
rutin
08.15 Libatkan keluarga
dalam perawatan
Anjurkan
pengunjung dan
08.20 keluarga untuk
mendukung
08.25 keselamatan pasien
Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
42
Latih mengurangi
08.30 kemarahan secara
verbal dan
nonverbal (mis.
relaksasi, bercerita)
08.35
43
08.35 Berikan umpan
balik positif dalam
perawatan diri
08.40 Berikan umpan
balik positif pada
setiap peningkatan
kemampuan
08.45 Anjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
08.50 Anjurkan ikut
serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
08.55 Anjurkan terbagi
pengalaman
dengan orang lain
09.00 Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
09.05 Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis,
kacamata dan alat
bantu dengar)
09.10 Anjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus
44
Motivasi
08.10 meningkatkan A: Isolasi sosial
keterlibatan dalam
suatu hubungan - P : Masalah belum
Motivasi teratasi
kesabaran dalam
mengembangkan
suatu hubungan
Motivasi
08.15 berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan kegiatan
kelompok
Motivasi
08.20 berinteraksi di
luar lingkungan
(mis. jalan-jalan,
ke toko buku)
Diskusikan
08.25 kekuatan dan
keterbatasan
dalam
berkomunikasi
dengan orang lain
Diskusikan
08.30 perencanaan
kegiatan di masa
depan
Berikan umpan
08.35 balik positif dalam
perawatan diri
Berikan umpan
08.40 balik positif pada
setiap peningkatan
kemampuan
Anjurkan
08.45 berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
Anjurkan ikut
08.50 serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
Anjurkan terbagi
08.55 pengalaman
dengan orang lain
Anjurkan
meningkatkan
45
09.00 kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis,
09.05 kacamata dan alat
bantu dengar)
Anjurkan
membuat
perencanaan
09.10 kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus
9 Sept 2022
Identifikasi 08.00
9 Sept S : pasien
kemampuan
2022 mengatakan senang
melakukan
08.00
interaksi dengan berkenalan dengan
orang lain orang lain
Identifikasi
hambatan O: klien mampu
melakukan melakukan latihan
08.05
interaksi dengan bercakapcakap
orang lain dengan 4-5 orang
Motivasi lain
meningkatkan
keterlibatan dalam A: Isolasi sosial
08.10
suatu hubungan -
Motivasi P : Masalah belum
kesabaran dalam teratasi
mengembangkan
suatu hubungan
Motivasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
08.15
baru dan kegiatan
kelompok
Motivasi
berinteraksi di
luar lingkungan
(mis. jalan-jalan,
08.20
ke toko buku)
Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan
46
dalam
berkomunikasi
08.25 dengan orang lain
Diskusikan
perencanaan
kegiatan di masa
depan
Berikan umpan
08.30 balik positif dalam
perawatan diri
Berikan umpan
balik positif pada
08.35 setiap peningkatan
kemampuan
Anjurkan
08.40 berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
Anjurkan ikut
08.45 serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
Anjurkan terbagi
08.50 pengalaman
dengan orang lain
Anjurkan
meningkatkan
O8.55 kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
09.00 Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis,
kacamata dan alat
bantu dengar)
09.05 Anjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
09.10 khusus
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan.
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata.
a. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan partisipan berupa
mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap, menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya. Faktor predisposisi partisipan
dengan halusinasi adanya faktor biologis dari keluarga, faktor
psikologis dan sosial budaya seperti kegagalan dalam hubungan
sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan keluhan dan kelainan pada
kedua partisipan. Status mental kedua partisipan mengalami gangguan
pada persepsi, isi pikir dan proses pikir. Terapi medis yang diberikan
antipsikotik seperti Haloperidol, Chlorpromazine anti parkinson
seperti Trihenski phenidol.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan yaitu pada
diagnosa keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dan diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko
perilaku kekerasan. Untuk diagnosa ketiga partisipan satu mengalami
defisit perawatan diri dan partisipan dua mengalami isolasi sosial.
Dalam mengumpulkan data dan menegakkan diagnosa penulis tidak
menemukan hambatan karena partisipan cukup kooperatif dan
keluarga partisipan terbuka dengan penulis.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan yang ditemukan
pada kedua partisipan sesuai dengan teori. Diagnosa pertama
halusinasi untuk kedua partisipan yaitu membuat intervensi mengacu
pada prinsip strategi pelaksanaan halusinasi mulai dari identifikasi
halusinasi, isi, frekuensi, situasi dan latihan mengontrol halusinasi
dengan menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas sehari-hari dan diharapkan dapat mengatasi
masalah partisipan. Diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan untuk
kedua partisipan intervensi keperawatan meliputi prinsip strategi
48
pelaksanaan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat
secara teratur, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan yang baik), dan spiritual. Diagnosa ketiga defisit perawatan
diri untuk partisipan pertama meliputi melatih menjaga kebersihan
diri mandi, gosok gigi dan cuci rambut, melatih cara berdandan yang
baik, melaatih cara makan/minum yang baik, melatih BAB/BAK yang
baik. Diagnosa ketiga isolasi sosial untuk partisipan kedua meliputi
latihan berkenalan dengan satu orang, latihan berkenalan dan
berinteraksi dengan 2-3 orang, latihan berkenalan dan berinteraksi
dengan 4-5 orang, latihan berinteraksi dengan melakukan kegiatan
sosial.
d. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah dibuat sebelumnya untuk ketiga masalah keperawatan yang
ditemukan untuk kedua partisipan. Implementasi meliputi strategi
pelaksanaan halusinasi, resiko perilaku kekerasan , defisit perawatan
dan isolasi sosial. Dengan harapan hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
e. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi.
Dibuktikan dengan kedua partisipan mampu mengetahui dan
melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi
telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke
dalam jadwal harian. Partsipan mampu mengetahui dan melakukan
latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol marah yang telah
diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam
jadwal harian. Partsipan mampu menjaga kebersihan diri dengan
mandi, gosok gigi, cuci rambu, berdandan yang benar, makan/minum,
BAB/BAK yang benar dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu berkenalan
dan berinteraksi dengan orang lain dan melakukan kegiatan sosial
dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian
B. Saran
Pembuatan makalah ini jauh dari kata sempuma, maka dari itu diharapkan
kepada pembaca agar dapat menyempurnakannya lagi, dan makalah ini
disusun agar mahasiswa keperawatan Untuk dapat mengetahui Asuhan
Keperawatan Dengan Klien Halusinasi, semoga dapat bermanfaat
hendaknya
49
DAFTAR PUSTAKA
iii