Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

DOSEN PENGAMPU

NURBANI, S.Kp. M.Kep.

DISUSUN OLEH :

DEA ADESTI 201101011


KHAIRUNISA 201101030
REGITA EVSA ALFINQA 201101049
RICKY RAMOTAN SIHOMBING 201101051
THITANIA FADHILA 191101073

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PRODI D-III TINGKAT 3 REGULER A

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Keperawatan Jiwa tentang “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Halusinasi”

Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para
mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Halusinasi”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Nurbani, S.Kp.M.Kep. yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen
pembimbing dan para mahasiswa-mahasiswi serta para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Karena kesalahan adalah milik semua orang
kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha esa. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Singkawang, 7 September 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
D. Metode Pengumpulan Data................................................................................
E. Sistematika Penulisan..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................

A. Konsep Keperawatan Jiwa.................................................................................


1. Pengertian ............................................................................................................
2. Prinsip Keperawatan ..........................................................................................
3. Metodologi Keperawatan ...................................................................................
4. Penyebab dan Gejala...........................................................................................
5. Proses Terapi........................................................................................................
B. Konsep Penyakit ...............................................................................................
1. Pengertian ..........................................................................................................
2. Proses Terjadinya Halusinasi...........................................................................
3. Jenis Halusinasi..................................................................................................
4. Etiologi ...............................................................................................................
5. Tahap - Tahap Halusinasi ................................................................................
6. Tanda dan Gejala .............................................................................................
7. Komplikasi ........................................................................................................
8. Penatalaksanaan Halusinasi.............................................................................
C. Konsep Ashuan Keperawatan Halusinasi.......................................................
1. Pengkajian ...................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................
3. Intervensi Keperawatan .............................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................

A. Identitas Klien....................................................................................................
B. Keluhan Saat Dikaji..........................................................................................

2
C. Faktor predisposisi............................................................................................
D. Pemeriksaan Fisik..............................................................................................
E. Psikososial ..........................................................................................................
F. Satatus Sosial .....................................................................................................
G. Analisa Data.......................................................................................................
H. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................
I. Intervensi Keperawatn .....................................................................................
J. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ......................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan


derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan
masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
masyarakat (UU Kesehatan Jiwa, 2014).

Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2014).Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang
memengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir,
berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan
menunjukkan emosi. Menambahkan definisi skizofrenia yaitu penyakit
kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai dengan
pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, Keliat, &
Yulia, 2015).

Halusinasi adalah suatu gejala pada individu dengan gangguan jiwa


yang mengalami gangguan perubahan persepsi sensori yang ditandai
dengan klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Keliat, 2014).
Halusinasi sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan, panik dan
tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan yang
dialaminya (Nurlaili, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Halusinasi?
2. Klasifikasi Halusinasi?
3. Etiologi Halusinasi?

4
4. Tahap-Tahap Halusinasi?
5. Tanda Dan Gejala Halusinasi?
6. Komplikasi Halusinasi?
7. Penatalaksanaan Medis Halusinasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian halusinasi
2. Untuk mengetahui klasifikasi halusinasi
3. Untuk mengetahui etiologi halusinasi
4. Untuk mengetahui tahap-tahap halusinasi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala halusinasi
6. Untuk mengetahui komplikasi halusinasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis halusinasi

D. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dan dikemukakan pada makalah ini didapat dari
berbagai situs web, jurnal online, dan literatur lain dari berbagai sumber.

E. Sitematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
Bab II Tinjauan Pustaka, menjelaskan tentang pembahasan masalah yaitu:
konsep keperawatan jiwa, konsep dasar halusinasi, konsep asuhan
keperawatan halusinasi, dll
Bab III Tinjauan Kasus, menjelaskan tentang contoh asuhan keperawatan
pada klien dengan halusinasi
Bab IV Penutup, memuat kesimpulan dan saran

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Jiwa


1. Pengertian
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan
menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
a. Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan
langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
b. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras
dengan orang lain.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan


pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang
siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang
disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri
sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok
komunitas ).

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk


meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia.

6
2. Prinsip Keperawatan
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan
a. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan.
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting.
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri.
Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan
untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas
koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku
individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi,
pikiran, perasaan dan tindakan.
b. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari
dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok,
komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi.
Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan diri individu.
c. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu,
setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang
sama melalui perawatan yang adekuat.
d. Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.

7
3. Metodologi Keperawatan Jiwa

Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri


sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.
Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar
akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi
kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk
mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal
dasar dalam menghadapi berbagai masalah.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan


keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh
Keliat,1991).

Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses


terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses
keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan,
menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan
klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya,
proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah
(Problem solving).

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan


keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu
pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien
dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi
individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik,

8
saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui
jika keadaan klien klien berubah.

Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung.


Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data
pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana
kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat
lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan
sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga
kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat
pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah
teratasi.

4. Penyebab dan Gejala


Gangguan jiwa terjadi akibat :
− Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena
perkembangan seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus
yang terjadi adalah akibat masa lalu
− Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan
jiwa terjadi karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya
di masa lalu dengan baik, sehingga muncul ketidakpuasan
− Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi
dengan kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi
Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan
revolusioner dibidang psikologi
Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia
sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud
dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran
manusia

5. Proses Terapi
a. Asosiasi bebas

9
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran
dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya
tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik
ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks baik
fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita
dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus
mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal
b. Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena
mimpi timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi
umumnya timbul akibat permasalahan yang selama ini disimpan
dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan
mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat
ditemukan dan diselesaikan
c. Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu

Build Feeling Security


 Berupaya membangun rasa aman bagi klie
 Trusting relationship and interpersonal satisfaction
 Menjalin hubungan saling percaya dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan
dihormati.

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa, klien merasakan sensasi berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa
stimulus nyata. (Keliat, 2014).

10
Halusinasi sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan,
panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan
yang dialaminya (Nurlaili, 2019).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan
jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas (Yusuf, et all,
2015).
2. Proses Terjadinya Halusinasi

a. Proses Terjadinya Halusinasi

Proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan


faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :

1) Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi
( Dalami, dkk, 2014) :
a) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri,
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian
berikut:

(1)Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan


otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.

11
(2)Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
(3)Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).

b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien adanya kegagalan yang berulang, kurangnya kasih sayang,
atau overprotektif.
c) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi
(Prabowo, 2014) :

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang


mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.

12
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam


menanggapi stressor.

3. Jenis Halusinasi
Menurut (Yusuf, 2015) klasifikasi halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu :

NO. Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


1. Halusinasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara
Pendengaran sendiri tanpa lawan atau kegaduhan
bicara 2. Mendengar suara
2. Marah-marah tanpa yang mengajak
sebab mencondongkan bercakap-cakap
telinga ke arah tertentu 3. Mendengar suara
3. Menutup telinga yang menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya
2. Halusinasi 1. Menunjuk- nunjuk ke 1. Melihat bayangan,
penglihatan arah tertentu sinar,bentuk
2. Ketakutan pada objek geometris, bentuk
yang tidak jelas kartun, melihat hantu
atau monster
3. Halusinasi 1. Menghindar seperti 1. Membaui bau-bauan
penghindu sedang membaui bau- seperti bau darah,
bauan tertentu urine, feses,

13
2. Menutup hidung 2. kadang-kadang bau
itu menyenangkan
4. Halusinasi 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa
seperti darah, urine,
pengecepan 2. Muntah feses

5. Halusinasi Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada


permukaan kulit serangga di permukaan
perabaan kulit
2. Merasa seperti
tersengat listrik

4. Etiologi
Etiologi halusinasi menurut Yusuf, dkk (2015) antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
dapat berakhir dengan ganggguan persepsi. Pasien mungkin
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi
sehingga timbul gangguan seperti delusi dan halusinasi.
3) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal seseorang yang tidak harmonis, serta
peran ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan
ansietas berat berakhir dengan pegingkaran terhadap kenyataan,
sehingga terjadi halusinasi.
4) Faktor Biologis

14
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, perubahan
besar, serta bentuk sel kortikal dan limbic.
5) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia.
b. Faktor Presepitasi
1) Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
2) Faktor Biokimia
Penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas
termasuk halusinasi.
3) Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstream dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realistis. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
4) Faktor Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi
realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,
motorik, dan social.
5. Tahap – Tahap Halusinasi

Tahap-tahap halusinasi dimulai dari beberapa tahap, hal ini


dapat dipengaruhi oleh keparahan dan respon individu dalam

15
menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut (Dalami, dkk. 2014),
halusinasi terjadi melalui beberapa tahap, antara lain:

a. Tahap 1: Sleep disorder


Tahap ini merupakan suatu tahap awal sebelum muncul
halusinasi. Individu merasa banyak masalah sehingga ingin
menghindar dari orang lain dan lingkungan karena takut diketahui
orang lain bahwa dirinya banyak masalah (missal: putus cinta, turun
jabatan, bercerai, dipenuhi hutang dan lain-lain). Masalah semakin
terasa sulit dihadapi karena berbagai stressor terakumulasi sedangkan
support yang di dapatkan kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sehingga akan menyebabkan individu tersebut sulit
tidur dan akan terbiasa menghayal. Individu akan menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai upaya pemecahan masalah.
b. Tahap 2: Cmfortng Moderate Level of Anxiety
Pada tahap ini, halusinasi bersifat menyenangkan dan secara umum
individu menerimanya dengan sesuatu yang alami. Individu
mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa dan ketakutan sehingga individu mencoba
untuk memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan dan pada
penanganan pikiran untuk mengurangi kecemasan tersebut. Dalam
tahap ini, ada kecendrungan klien merasa nyaman dengan
halusinasinya dan halusinasi ini bersifat sementara.
c. Tahap 3: Condmning Severe Level of Anxiety
Di tahap ini halusinasi bersifat menyalahkan dan sering mendatangi
klien. pengalaman sensori individu menjadi sering datang dan
mengalami bias sehingga pengalaman sensori tersebut mulai bersifat
menjijikan dan menakutkan. Individu mulai merasa kehilangan
kendali, tidak mampu mengontrol dan berusaha untuk menjauhi
dirinya dengan objek yang dipersepsikan individu. individu akan
merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan akhirnya
menarik diri dengan orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
d. Tahap 4: Controling Severe level of Anxiety

16
Di tahap ini, halusinasi bersifat mengendalikan, fungsi sensori
menjadi tidak relavan dengan kenyataan dan pengalaman sensori
tersebut menjadi penguasa. Halusinasi menjadi lebih menonjol,
menguasai, dan mengontrol individu sehingga mencoba melawan
suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Hingga akhirnya
individu tersebut menjadi tidak berdaya dan menyerah untuk
melawan halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai
dirinya. Individu mungkin akan mengalami kesepian jika pengalaman
sensoria atau halusinasinya tersebut berakhir. Dari sinilah
dimulainya fase gangguan psikotik.
e. Tahap 5: Concuering Panic Level of Anxiety
Tahap terakhir ini dimana halusinasi bersifat menaklukan atau
menguasai, halusinasi menjadi lebih rumit dan individu mengalami
gangguan dalam menilai lingkungannya. pengalaman sensorinya
menjadi terganggu dan halusinasi tersebut berubah mengancam,
memerintah, dan menakutkan apabila tidak mengikuti perintahnya
sehingga klien mulai teerasa mengancam.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat
teramati sebagai berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau
apa saja yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang
sedang tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang
yang tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati

17
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang
lain, benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi
penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api
atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan
adalah :
1. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
 Mendengar suara-suara atau kegaduhan
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
 Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya

18
 Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster
 Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang
kadang bau itu menyenangkan
 Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
 Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah marah tanpa sebab
 Mengarahkan telinga kearah tertentu
 Menutup telinga
 Menunjuk kearah tertentu
 Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
 Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu
 Menutup hidung
 Sering meludah
 Menggaruk garuk permukaan kulit

7. Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan
tindakan perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya
perintah sehingga rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku
kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya
perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan sehingga
individu akan menyingkir dari hubungan interpersonal dengan orang
lain,komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan masalah utama
gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara lain: resiko prilaku
kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial (Keliat, 2014).

8. Penatalaksanaan Halusinasi

19
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada
gangguan Skizofrenia. Dimana Skizofrenia merupakan jenis psikosis,
adapun tindakan penatalaksanaan dilakukan dengan berbagai terapi
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2013) yaitu :
1. Psikofarmakologis
Obat sangat penting dalam pengobatan skizofrenia, karena obat dapat
membantu pasien skizofrenia untuk meminimalkan gejala perilaku
kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah. Sehingga pasien
skizofrenia harus patuh minum obat secara teratur dan mau mengikuti
perawatan.
a. Haloperidol (HLD)
Obat yang dianggap sangat efektif dalam pengelolaan
hiperaktivitas, gelisah, agresif, waham, dan halusinasi.
b. Chlorpromazine (CPZ)
Obat yang digunakan untuk gangguan psikosis yang terkait
skizofrenia dan gangguan perilaku yang tidak terkontrol
c. Trihexilpenidyl (THP)
Obat yang digunakan untuk mengobati semua jenis parkinson dan
pengendalian gejala ekstrapiramidal akibat terapi obat.
1) Dosis
a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-
8 jam sampai keadaan akut teratasi.

2) Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet:


a) Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.
b) Klorpromazin 2x100 mg per hari
c) Triheksifenidil 2x2 mg per hari

3) Dalam keadaan fase kronis diberikan tablet:


a) Haloperidol 2x0,5 – 1 mg perhari
b) Klorpromazin 1x50 mg sehari (malam)

20
c) Triheksifenidil 1-2x2 mg sehari d) Psikosomatik

2. Terapi kejang listrik (Electro Compulsive Therapy), yaitu suatu terapi


fisik atau suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang
grand mal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektroda yang dipasang pada satu atau dua temples pada pelipis.
Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi
pada setiap pasien tergantung pada masalah pasien dan respon
terapeutik sesuai hasil pengkajian selama tindakan. Pada pasien
Skizofrenia biasanya diberikan 30 kali. ECT biasanya diberikan 3 kali
seminggu walaupun biasanya diberikan jarang atau lebih sering.
Indikasi penggunaan obat: penyakit depresi berat yang tidak berespon
terhadap obat, gangguan bipolar di mana pasien sudah tidak berespon
lagi terhadap obat dan pasien dengan bunuh diri akut yang sudah lama
tidak mendapatkan pertolongan.

3 Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian


penting dalam proses terapeutik. Upaya dalam psikoterapi ini
meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan
terapeutik, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaan
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur terhadap klien.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi


1. PENGKAJIAN

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).

21
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan
dalam pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan,
Tanggal Pengkajian, No. Rekam medik.                        
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c.   Faktor predisposisi
d.   Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
e.   Aspek psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
a. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek
(ekspresi wajah), interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
b. Kebutuhan persiapan pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam rumah,
aktivitas diluar rumah,
h.  Mekanisme koping
i.    Masalah psikososial dan lingkungan
k.  Aspek medik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Keperawatan Muncul Teratasi

1 Gangguan persepsi 7 September -


sensori b.d gangguan 2022
penglihatan dan
pendengaran
( D.0085)

22
2 Resiko perilaku 7 September -
kekerasan b.d 2022
halusinasi
( D.0146)

3 Isolasi sosial 7 September -


b.d perubahan status 2022
mental
( D.0121)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Gangguan Setelah dilakukan MANAJEMEN


persepsi 3x24 jam pertemuan HALUSINASI ( I.09288)
sensori : diharapkan klien
halusinasi mampu mengontrol Obsevasi :
( D.0085) halusinasi dengan
kriteria hasil :  Monitor perilaku yang
mengindikasi
Persepsi halusinasi
sensori( L.09083)  Monitor dan sesuaikan
tingkat aktivitas dan
1. Distorsi sensorik stimulasi lingkungan
menurun  Monitor isi halusinasi
2. perilau halusinasi (mis. kekerasan atau
menurun membahayakan dirl)
3. .menarik diri Terapeutik
menurun  Pertahankan
4. melamun menurun lingkungan yang aman
5. curiga menurun  Lakukan tindakan
6. mondar mandir keselamatan ketika
menurun tidak dapat mengontrol
7. .konsentrasinya perilaku (mis. limit
membaik setting pembatasan
8. respon sesuai wilayah, pengekangan
stimulus membaik fisik, seklusi)
9. oritentasi membaik  Diskusikan perasaan
dan respons terhadap
halusinasi
 Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi Edukasi
 Anjurkan memonitor
sendiri situasi

23
terjadinya halusinasi
 Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan dan umpan
balik korektif terhadap
halusinasi
 Anjurkan melakukan
distraksi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
 Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu

2 Resiko Setelah dilakukan 3 x Pencegahan Perilaku


perilaku 24 jam pertemuan Kekerasan (I.14544)
kekerasan diharapkan klien Tindakan
(D.0146) mampu mengontrol Observasi
diri dengan kriteria
hasil :  Monitor adanya benda
yang berpotensi
1. Verbalisasi membahayakan (mis.
ancaman pada benda tajam, tali)
orang lain  Monitor keamanan
menurun barang yang dibawa
2. Perilaku oleh pengunjung
menyerang  Monitor selama
menurun penggunaan barang
3. Perilaku melukai yang dapat
diri sendiri dan membahayakan (mis.
orang lain pisau cukur)
menurun
4. Perilaku merusak Terapeutik
lingkungan  Partahankan
sekiarmenurun lingkungan bebas dari
5. Verbalisasi bunuh bahaya secara rutin
diri menurun  Libatkan keluarga
6. Verbalisasi dalam perawatan
ancaman bunuh
diri menurun
Edukasi
 Anjurkan pengunjung

24
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
 Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara asertif
 Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis. relaksasi,
bercerita)
3 Isolasi sosial Setelah dilakukan 3 x Promosi Sosialisasi
( D.0121) 24 pertemuan (I.13498)
diharapkan klien Tindakan
mampu berinteraksi Observasi
dengan orang lain  Identifikasi
secara bertahap kemampuan
dengan kriteria melakukan interaksi
hasil : dengan orang lain
 Identifikasi hambatan
1. Verbalisasi tujuan melakukan interaksi
yang jelas dengan orang lain
meingkat
2. Minat terhadap Terapeutik
aktivitas  Motivasi
meningkat meningkatkan
3. Verbalissasi keterlibatan dalam
isolasi munurun suatu hubungan -
4. Verbalisasi Motivasi kesabaran
ketidaknyamanan dalam
di tempat umum mengembangkan suatu
menurun hubungan
5. Perilaku menaik  Motivasi berpartisipasi
diri menurun dalam aktivitas baru
dan kegiatan
kelompok
 Motivasi berinteraksi
di luar lingkungan
(mis. jalan-jalan, ke
toko buku)
 Diskusikan kekuatan
dan keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
 Diskusikan
perencanaan kegiatan
di masa depan
 Berikan umpan balik

25
positif dalam
perawatan diri
 Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan

Edukasi
 Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
 Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
 Anjurkan terbagi
pengalaman dengan
orang lain
 Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain Anjurkan
penggunaan alat bantu
(mis, kacamata dan
alat bantu dengar)
 Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus

26
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.G
Umur : 39 tahun
Tanggal Pengkajian : 7 September 2022
B. KELUHAN SAAT DIKAJI
Saat dilakukan pengkajian partisipan mengatakan saat ini masih
mendengar suara-suara seperti mengajak, menyuruh, dan bercakap-cakap.
Partisipan mengatakan mendengar suara-suara tersebut jika sendirian dan
sedang melamun, saat mendengar suara-suara tersebut pasien mengusir
suara-suara dan kadang-kadang membiarkan suara tersebut mengganggu
partisipan sampai suara tersebut hilang.
Partisipan mengatakan mudah marah apabila kehendaknya tidak
dituruti. Jika marah partisipan akan berbicara keras, dan mengeluarkan
kata-kata kasar, namun partisipan tidak pernah melempar barang, melukai
diri sendiri atau orang lain. Partisipan mengatakan susah untuk
mengontrol marahnya.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Gangguan Jiwa dimasa Lalu
Keluarga mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu
2. Pengobatan Sebelumnya
Keluarga mengatakan pengobatan sebelumnya sudah pergi berobat ke
psikiater, dukun, dan ke RSJ Prof HB Saanin Padang. Partisipan
minum obat sejak tahun 2002. Namun obat dihentikan selama 2 tahun
karena partisipan mengikuti pengobatan tradisional. Setelah itu
dilanjutkan kembali minum obat tahun 2005 sampai sekarang.
3. Trauma
 klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma Aniaya Fisik
klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik.

27
 Aniaya Seksual
klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual.
 Penolakan
klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan dalam
keluarga ataupun dilingkungan rumahnya.
 Kekerasan dalam Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam
keluarganya.
 Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal

 Masalah Keperawatan :
Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti klien.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital :TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,60C
RR : 18 x/m
TB : 158 cm
BB : 65 Kg
Keluhan Fisik : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

28
E. PSIKOSOSIAL

Jelaskan : klien tinggal serumah bersama ayah dan ibunya, pengambil


keputusan di rumah biasanya ayah, dan jika ada masalah dilakukan
musyawarah dengan anggota keluarga lainnya.

Masalah Keperawatan:
a. Konsep diri
 Gambaran diri : klien partisipan mengatakan menyukai seluruh
anggota tubuhnya.
 Identitas : klien mengetahui dirinya sebagai anak dan dahulunya
pernah sekolah. Klien mengatakan mengetahui keadaan
penyakitnya saat ini.
 Peran: klien mengatakan mengetahui perannya sebagai anak
karena partisipan sering mengerjakan kegiatan rumah seperti

29
menyapu, mencuci piring untuk membantu ibunya dan menjadi
kakak bagi adiknya
 Ideal diri: klien ingin sembuh dari penyakitnya agar bisa hidup
seperti orang lain
 Harga diri:klien mengatakan partispan mengatakan kurang
percaya diri dan mudah putus asa.
b. Hubungan Sosial
 Orang yang berarti :
Ibu dan ayahnya
 Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien
mengatakan ada ikut peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat seperti mengikuti acara lomba 17
Agustus seperti lomba joget, puisi, dan klien dahulunya juga
ikut dalam band
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan mengalami hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain karena partisipan memiliki sifat pendiam

c. Spiritual
 Nilai dan keyakinan
klien mengatakan beragama islam
 Kegiatan ibadah
klien mengatakan ada mengerjakan sholat dan berpuasa
F. STATUS SOSIAL
a. Penampilan
√ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak biasanya

Jelaskan : tampak gigi dan mulut kotor, dan bau mulut akibat klien
merokok, dan klien mengatakan jarang mandi dan tidak gosok gigi,
karena klien malas.

b. Pembicaraan

30
cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat √ Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan : saat berbicara klien berbicara lambat dan membisu


c. Aktivitas Motorik:
√ Lesu √ Tegang Gelisah Agitasi

Tik √ Grimasen √ Tremor Kompulsif

d. Alam perasaan

√ Sedih √ Ketakutan √ Putus asa √ Khawatir

Gembira berlebihan

e. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah


tersinggung

√ Kontak mata (-) Defensif Curiga

f. Persepsi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara-suara seperti mengajak


dan menyuruh

g. Proses Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait
Pikiran magis

31
Jelaskan : klien mengatakan selalu muncul fikiran yang menganggu
dirinya
h. Memori

√ Gangguan daya ingat jangka panjang

gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini

konfabulasi

i. Tingkat konsentrasi dan berhitung


√ mudah beralih √ tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


j.Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan gangguan bermakna


k. Masalah psikososial dan lingkungan :
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada
√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: klien
mengatakan sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
Masalah dengan pendidikan, spesifik tidak ada
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada
Masalah dengan perumahan, spesifik : tidak ada
Masalah ekonomi, spesifik: tidak ada
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: tidak ada
Masalah lainnya, spesifik : tidak ada
l. Pengetahuan kurang

√ Penyakit jiwa sistem pendukung

faktor presipitasi √ Koping √ lainnya


m. Aspek medik
 Diagnosa Medik : skizofrenia

32
 Terapi Medik : Haloperidol (2x1),
Risperidon 3 ml (2x1),
Chlorpromazine (1x1),
Trihenski phenidol (2x1),
Carbamarzepine (2x1)

G. ANALISA DATA

NO DATA Etiologi MASALAH

1 DO: partisipan tampak Gangguan Gangguan persepsi


binggung, kontak mata penglihatan sensori halusinasi
kurang saat wawancara, dan (D.0085)
saat berbicara pasien pendengaran
tiba-tiba berhenti dan
kembali
melanjutkan
pembicaraan

DS: partisipan mengatakan


ada mendengar suara-
suara seperti mengajak
dan menyuruh hampir
setiap hari
2 DO: partisipan tampak mudah Halusinasi Resiko perilaku
tersinggung dan curiga kekerasan
kepada orang lain (D.0146)

DS: partisipan mengatakan


mudah marah jika
kehendaknya tidak
diberikan dan keluarga
mengatakan partisipan
egois dengan
keinginannya tidak mau
dilarang
3 DO: partisipan tampak Perubahan Isolasi sosial
menyendiri, partisipan status ( D.0121)
tampak berbicara mental
lambat dan membisu,
dan partisipan tampak
menghindar, partisipan
tampak sulit memulai
pembicaraan dengan
orang lain.

33
DS: partisipan mengatakan
dahulunya dijauhkan
oleh teman-temannya
karena
partisipan pendiam,
partisipan mengatakan
kurang berkomunikasi
dengan orang lain

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Keperawatan Muncul Teratasi

1 Gangguan persepsi 7 September -


sensori b.d gangguan 2022
penglihatan dan
pendengaran
( D.0085)

2 Resiko perilaku 7 September -


kekerasan b.d 2022
halusinasi
( D.0146)

3 Isolasi sosial 7 September -


b.d perubahan status 2022
mental
( D.0121)

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Gangguan Setelah dilakukan MANAJEMEN


persepsi 3x24 jam pertemuan HALUSINASI ( I.09288)
sensori : diharapkan klien
halusinasi mampu mengontrol Obsevasi :
( D.0085) halusinasi dengan
kriteria hasil :  Monitor perilaku yang
mengindikasi
Persepsi halusinasi
sensori( L.09083)  Monitor dan sesuaikan
tingkat aktivitas dan
10. Distorsi sensorik

34
menurun stimulasi lingkungan
11. perilau halusinasi  Monitor isi halusinasi
menurun (mis. kekerasan atau
12. .menarik diri membahayakan dirl)
menurun Terapeutik
13. melamun menurun  Pertahankan
14. curiga menurun lingkungan yang aman
15. mondar mandir  Lakukan tindakan
menurun keselamatan ketika
16. .konsentrasinya tidak dapat mengontrol
membaik perilaku (mis. limit
17. respon sesuai setting pembatasan
stimulus membaik wilayah, pengekangan
18. oritentasi membaik fisik, seklusi)
 Diskusikan perasaan
dan respons terhadap
halusinasi
 Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi Edukasi
 Anjurkan memonitor
sendiri situasi
terjadinya halusinasi
 Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan dan umpan
balik korektif terhadap
halusinasi
 Anjurkan melakukan
distraksi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
dan teknik relaksasi)
 Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu

2 Resiko Setelah dilakukan 3 x Pencegahan Perilaku


perilaku 24 jam pertemuan Kekerasan (I.14544)
kekerasan diharapkan klien Tindakan
(D.0146) mampu mengontrol Observasi
diri dengan kriteria
hasil :  Monitor adanya benda

35
7. Verbalisasi yang berpotensi
ancaman pada membahayakan (mis.
orang lain benda tajam, tali)
menurun  Monitor keamanan
8. Perilaku barang yang dibawa
menyerang oleh pengunjung
menurun  Monitor selama
9. Perilaku melukai penggunaan barang
diri sendiri dan yang dapat
orang lain membahayakan (mis.
menurun pisau cukur)
10. Perilaku merusak
lingkungan Terapeutik
sekiarmenurun  Partahankan
11. Verbalisasi bunuh lingkungan bebas dari
diri menurun bahaya secara rutin
12. Verbalisasi  Libatkan keluarga
ancaman bunuh dalam perawatan
diri menurun

Edukasi
 Anjurkan pengunjung
dan keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
 Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif
 Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis. relaksasi,
bercerita)
3 Isolasi sosial Setelah dilakukan 3 Promosi Sosialisasi
( D.0121) x 24 pertemuan (I.13498)
diharapkan klien Tindakan
mampu berinteraksi Observasi
dengan orang lain  Identifikasi
secara bertahap kemampuan
dengan kriteria melakukan interaksi
hasil : dengan orang lain
 Identifikasi hambatan
6. Verbalisasi tujuan melakukan interaksi
yang jelas dengan orang lain
meingkat
7. Minat terhadap Terapeutik
aktivitas  Motivasi

36
meningkat meningkatkan
8. Verbalissasi keterlibatan dalam
isolasi munurun suatu hubungan -
9. Verbalisasi Motivasi kesabaran
ketidaknyamanan dalam
di tempat umum mengembangkan
menurun suatu hubungan
10. Perilaku menaik  Motivasi
diri menurun berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
 Motivasi berinteraksi
di luar lingkungan
(mis. jalan-jalan, ke
toko buku)
 Diskusikan kekuatan
dan keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
 Diskusikan
perencanaan kegiatan
di masa depan
 Berikan umpan balik
positif dalam
perawatan diri
 Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan

Edukasi
 Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
 Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
 Anjurkan terbagi
pengalaman dengan
orang lain
 Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis, kacamata
dan alat bantu dengar)

37
 Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus

J. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Tanggal Tindakan dan Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam Respon Hasil dan Jam

1 7 Sept 7 Sept 2022


2022 08.00
08.00  Monitor perilaku
yang mengindikasi S : pasien
halusinasi mengatakan masih
08.05  Monitor dan mendengar suara-
sesuaikan tingkat suara, dan melihat
aktivitas dan bayangan, dan
stimulasi mengatakan
lingkungan mengerti tentang
08.10  Monitor isi minum obat secara
halusinasi (mis. teratur dan sering
kekerasan atau merasa cemas
membahayakan O: klien tampak
dirl) berbicara ngaur,
08.15  Pertahankan klien Tampak
lingkungan yang ketakutan, klien
aman tampak mengerti
08.20  Lakukan tindakan tentang minum obat
keselamatan ketika secara teratur
tidak dapat
mengontrol A: Gangguan
perilaku (mis. limit persepsi sensori
setting pembatasan
wilayah, P : Masalah belum
pengekangan fisik, teratasi
seklusi)
08.25  Anjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk
memberi dukungan
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
08.30  Kolaborasi
pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas, jika

38
perlu

8 Sept 8 Sept 2022


2022  Monitor perilaku 08.00
08.00 yang mengindikasi
S : pasien
halusinasi
mengatakan masih
 Monitor dan
08.05 mendengar suara-
sesuaikan tingkat
suara, dan melihat
aktivitas dan
bayangan, dan
stimulasi
mengatakan
lingkungan
mengerti tentang
 Monitor isi
08.10 cara manghadrik
halusinasi (mis.
O: klien tampak
kekerasan atau
berbicara ngaur,
membahayakan
klien tampak
dirl)
ketakutan, klien
 Pertahankan
08.15 tampak mengerti
lingkungan yang
tentang cara
aman
menghardik dan
 Lakukan tindakan
08.20 mampu
keselamatan ketika
melakukannya
tidak dapat
mengontrol
A: Gangguan
perilaku (mis. limit
persepsi sensori
setting pembatasan
wilayah,
pengekangan fisik, P : Masalah belum
seklusi) teratasi
 Anjurkan bicara
08.25 pada orang yang
dipercaya untuk
memberi dukungan
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
 Kolaborasi
08.30 pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas, jika
perlu
9 Sept 2022
9 Sept 08.00
2022  Monitor perilaku S : pasien
08.00 yang mengindikasi mengatakan sudah
mulai berkurang

39
halusinasi mendengar suara-
 Monitor dan suara, dan melihat
08.05 sesuaikan tingkat bayangan, dan
aktivitas dan mengatakan
stimulasi mengerti tentang
lingkungan cara bercakap-
 Monitor isi cakap
08.10 halusinasi (mis. O: klien tampak
kekerasan atau berbicara ngaur,
membahayakan klien tampak
dirl) ketakutan, klien
 Pertahankan tampak mengerti
08.15 lingkungan yang tentang cara latihan
aman bercakap-cakap dan
 Lakukan tindakan mampu
08.20 keselamatan ketika melakukannya
tidak dapat
mengontrol A: Gangguan
perilaku (mis. limit persepsi sensori
setting pembatasan
wilayah, P : Masalah belum
pengekangan fisik, teratasi
seklusi)
 Anjurkan bicara
08.25 pada orang yang
dipercaya untuk
memberi dukungan
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
 Kolaborasi
08.30 pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas, jika
perlu

2 7 Sept 7 Sept 2022


2022 08.00
08.00  Monitor adanya
benda yang S : pasien
berpotensi mengatakan masih
membahayakan ada perasaan kesal
(mis. benda tajam, dan marah
tali)
08.05  Monitor keamanan O: klien mampu
barang yang melakukan latihan
dibawa oleh fisik tarik napas
pengunjung dalam dan pukul

40
 Monitor selama bantal
penggunaan barang A: Resiko perilaku
08.10 yang dapat kekerasan
membahayakan
(mis. pisau cukur) P : Masalah belum
 Partahankan teratasi
lingkungan bebas
08.15 dari bahaya secara
rutin
 Libatkan keluarga
dalam perawatan
08.20  Anjurkan
pengunjung dan
08.25 keluarga untuk
mendukung
keselamatan pasien
 Latih cara
mengungkapkan
08.30 perasaan secara
asertif
 Latih mengurangi
kemarahan secara
08.35 verbal dan
nonverbal (mis.
relaksasi,
bercerita)

8 Sept 2022
 Monitor adanya 08.00
8 Sept
benda yang S: klien
2022
berpotensi mengatakan
08.00
membahayakan perasaaan marah
(mis. benda tajam, dapat terkontrol
tali)
 Monitor keamanan O : klien mampu
barang yang mengetahui cara
08.05
dibawa oleh minum obat yang
pengunjung benar
 Monitor selama
penggunaan barang A: Resiko perilaku
08.10
yang dapat kekerasan
membahayakan
(mis. pisau cukur) P : Masalah belum
 Partahankan teratasi
lingkungan bebas
08.15
dari bahaya secara
rutin
 Libatkan keluarga

41
dalam perawatan
 Anjurkan
08.20 pengunjung dan
keluarga untuk
08.25 mendukung
keselamatan pasien
 Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
08.30 asertif
 Latih mengurangi
kemarahan secara
verbal dan
08.35 nonverbal (mis.
relaksasi, bercerita)

9 Sept 2022
08.00
 Monitor adanya
9 Sept benda yang S: klien
2022 berpotensi mengatakan klien
08.00 membahayakan mengatakan
(mis. benda tajam, perasaaan marah
tali) dapat terkontrol
 Monitor keamanan
barang yang O : klien mampu
dibawa oleh melakukan latihan
08.05 pengunjung cara verbal
 Monitor selama
penggunaan barang A: Resiko perilaku
yang dapat kekerasan
08.10 membahayakan
(mis. pisau cukur) P : Masalah belum
 Partahankan teratasi
lingkungan bebas
dari bahaya secara
rutin
08.15  Libatkan keluarga
dalam perawatan
 Anjurkan
pengunjung dan
08.20 keluarga untuk
mendukung
08.25 keselamatan pasien
 Latih cara
mengungkapkan
perasaan secara
asertif

42
 Latih mengurangi
08.30 kemarahan secara
verbal dan
nonverbal (mis.
relaksasi, bercerita)
08.35

3 7 Sept 7 Sept 2022


2022 08.00
08.00  Identifikasi
kemampuan S : pasien
melakukan mengatakan senang
interaksi dengan berkenalan dengan
orang lain orang lain
08.05  Identifikasi
hambatan O: klien mampu
melakukan melakukan latihan
interaksi dengan berkenalan
orang lain Dan bercakap-
08.10  Motivasi cakap dengan
meningkatkan anggota
keterlibatan dalam keluarganya
suatu hubungan -
Motivasi A: Isolasi sosial
kesabaran dalam P : Masalah belum
mengembangkan teratasi
suatu hubungan
08.15  Motivasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan kegiatan
kelompok
08.20  Motivasi
berinteraksi di
luar lingkungan
(mis. jalan-jalan,
ke toko buku)
08.25  Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan
dalam
berkomunikasi
dengan orang lain
08.30  Diskusikan
perencanaan
kegiatan di masa
depan

43
08.35  Berikan umpan
balik positif dalam
perawatan diri
08.40  Berikan umpan
balik positif pada
setiap peningkatan
kemampuan
08.45  Anjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
08.50  Anjurkan ikut
serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
08.55  Anjurkan terbagi
pengalaman
dengan orang lain
09.00  Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
09.05  Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis,
kacamata dan alat
bantu dengar)
09.10  Anjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus

8 Sept 8 Sept 2022


2022 08.00
08.00  Identifikasi S : pasien
kemampuan mengatakan senang
melakukan berkenalan dengan
interaksi dengan orang lain
orang lain
08.05  Identifikasi O: klien mampu
hambatan melakukan latihan
melakukan bercakapcakap
interaksi dengan dengan 2-3 orang
orang lain lain

44
 Motivasi
08.10 meningkatkan A: Isolasi sosial
keterlibatan dalam
suatu hubungan - P : Masalah belum
Motivasi teratasi
kesabaran dalam
mengembangkan
suatu hubungan
 Motivasi
08.15 berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan kegiatan
kelompok
 Motivasi
08.20 berinteraksi di
luar lingkungan
(mis. jalan-jalan,
ke toko buku)
 Diskusikan
08.25 kekuatan dan
keterbatasan
dalam
berkomunikasi
dengan orang lain
 Diskusikan
08.30 perencanaan
kegiatan di masa
depan
 Berikan umpan
08.35 balik positif dalam
perawatan diri
 Berikan umpan
08.40 balik positif pada
setiap peningkatan
kemampuan
 Anjurkan
08.45 berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
 Anjurkan ikut
08.50 serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
 Anjurkan terbagi
08.55 pengalaman
dengan orang lain
 Anjurkan
meningkatkan

45
09.00 kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
 Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis,
09.05 kacamata dan alat
bantu dengar)
 Anjurkan
membuat
perencanaan
09.10 kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus

9 Sept 2022
 Identifikasi 08.00
9 Sept S : pasien
kemampuan
2022 mengatakan senang
melakukan
08.00
interaksi dengan berkenalan dengan
orang lain orang lain
 Identifikasi
hambatan O: klien mampu
melakukan melakukan latihan
08.05
interaksi dengan bercakapcakap
orang lain dengan 4-5 orang
 Motivasi lain
meningkatkan
keterlibatan dalam A: Isolasi sosial
08.10
suatu hubungan -
Motivasi P : Masalah belum
kesabaran dalam teratasi
mengembangkan
suatu hubungan
 Motivasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
08.15
baru dan kegiatan
kelompok
 Motivasi
berinteraksi di
luar lingkungan
(mis. jalan-jalan,
08.20
ke toko buku)
 Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan

46
dalam
berkomunikasi
08.25 dengan orang lain
 Diskusikan
perencanaan
kegiatan di masa
depan
 Berikan umpan
08.30 balik positif dalam
perawatan diri
 Berikan umpan
balik positif pada
08.35 setiap peningkatan
kemampuan
 Anjurkan
08.40 berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
 Anjurkan ikut
08.45 serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
 Anjurkan terbagi
08.50 pengalaman
dengan orang lain
 Anjurkan
meningkatkan
O8.55 kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
09.00  Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis,
kacamata dan alat
bantu dengar)
09.05  Anjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
09.10 khusus

47
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan.
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata.
a. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan partisipan berupa
mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap, menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya. Faktor predisposisi partisipan
dengan halusinasi adanya faktor biologis dari keluarga, faktor
psikologis dan sosial budaya seperti kegagalan dalam hubungan
sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan keluhan dan kelainan pada
kedua partisipan. Status mental kedua partisipan mengalami gangguan
pada persepsi, isi pikir dan proses pikir. Terapi medis yang diberikan
antipsikotik seperti Haloperidol, Chlorpromazine anti parkinson
seperti Trihenski phenidol.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan yaitu pada
diagnosa keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dan diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko
perilaku kekerasan. Untuk diagnosa ketiga partisipan satu mengalami
defisit perawatan diri dan partisipan dua mengalami isolasi sosial.
Dalam mengumpulkan data dan menegakkan diagnosa penulis tidak
menemukan hambatan karena partisipan cukup kooperatif dan
keluarga partisipan terbuka dengan penulis.
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan yang ditemukan
pada kedua partisipan sesuai dengan teori. Diagnosa pertama
halusinasi untuk kedua partisipan yaitu membuat intervensi mengacu
pada prinsip strategi pelaksanaan halusinasi mulai dari identifikasi
halusinasi, isi, frekuensi, situasi dan latihan mengontrol halusinasi
dengan menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas sehari-hari dan diharapkan dapat mengatasi
masalah partisipan. Diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan untuk
kedua partisipan intervensi keperawatan meliputi prinsip strategi

48
pelaksanaan identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, latihan tarik napas dalam dan pukul bantal, minum obat
secara teratur, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan yang baik), dan spiritual. Diagnosa ketiga defisit perawatan
diri untuk partisipan pertama meliputi melatih menjaga kebersihan
diri mandi, gosok gigi dan cuci rambut, melatih cara berdandan yang
baik, melaatih cara makan/minum yang baik, melatih BAB/BAK yang
baik. Diagnosa ketiga isolasi sosial untuk partisipan kedua meliputi
latihan berkenalan dengan satu orang, latihan berkenalan dan
berinteraksi dengan 2-3 orang, latihan berkenalan dan berinteraksi
dengan 4-5 orang, latihan berinteraksi dengan melakukan kegiatan
sosial.
d. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah dibuat sebelumnya untuk ketiga masalah keperawatan yang
ditemukan untuk kedua partisipan. Implementasi meliputi strategi
pelaksanaan halusinasi, resiko perilaku kekerasan , defisit perawatan
dan isolasi sosial. Dengan harapan hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
e. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah dapat teratasi.
Dibuktikan dengan kedua partisipan mampu mengetahui dan
melakukan latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol halusinasi
telah diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke
dalam jadwal harian. Partsipan mampu mengetahui dan melakukan
latihan strategi pelaksanaan untuk mengontrol marah yang telah
diajarkan dengan dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam
jadwal harian. Partsipan mampu menjaga kebersihan diri dengan
mandi, gosok gigi, cuci rambu, berdandan yang benar, makan/minum,
BAB/BAK yang benar dengan dilakukan secara mandiri dan
dimasukkan ke dalam jadwal harian. Partisipan mampu berkenalan
dan berinteraksi dengan orang lain dan melakukan kegiatan sosial
dilakukan secara mandiri dan dimasukkan ke dalam jadwal harian

B. Saran
Pembuatan makalah ini jauh dari kata sempuma, maka dari itu diharapkan
kepada pembaca agar dapat menyempurnakannya lagi, dan makalah ini
disusun agar mahasiswa keperawatan Untuk dapat mengetahui Asuhan
Keperawatan Dengan Klien Halusinasi, semoga dapat bermanfaat
hendaknya

49
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, T & Maula, (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An S


Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Karya Tulis
Ilmiah, Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan


Jiwa Halusinasi Dengar Dalam Mengontrol Halusinasi.

Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :


Refika Aditama.

Keliat B. A. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.

Keliat, B. A dan Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional


Jiwa. Jakarta:EGC.

Kemengkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta:


Kemengkes RI.

Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Beban Keluarga Berhubungan


Dengan Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 12(3).

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2015. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Ed.2. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W.2017.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2015. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep,Iyus.2017. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama

iii

Anda mungkin juga menyukai