Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat rahmat dan anugrah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas PKK (Praktek Klinik
Keperawatan) Mutakhir.
Makalah yang berjudul “Gastroscopy dan Colonoscopy” ini saya buat dalam rangka
menyelesaikan tugas PKK (Praktek Klinik Keperawatan) Mutakhir ini. Saya sadar makalah
ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran para
pembaca supaya kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk saya khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.

Singkawang, 13 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat yang menyerupai
endoskop untuk pertama kalinya dilakukan pada abad ke-18. Pada saat itu
pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintip melalui satu tabung yang
dimasukkan didalam rektum. Cara ini kemudian berkembang dengan
pemakaian alat dari logam yang pemakaiannya masih memberikan
penderitaan bagi pasien. Baru pada tahun 1932, diperkenalkan suatu
gastroskop setengah lentur yang mempunyai lapang pandng yang lebih
luas, lebih praktis dan aman. Alat ini kemudian dilengkapi dengan kamera
dan forsep untuk biopsi. Endoskopi menjadi lebih baik saat prinsip-prinsip
optik serat (fiber optic) diterapkan pada alat endoskopi.
Endoskopi Gastrointestinal (EGI) adalah suatu teknik dalam bidang
ilmu Gastro-enterologi-Hepatologi untuk melihat secara langsung keadaan
didalam saluran cerna bagian atas (SCBA), disebut
Esafagogastroduodenokopi (EGD) atau Gastroskopi dan saluran cerna
bagian bawah (SCBB) disebut kolonoskopi, serta saluran organ padat
prankreohepatobilier disebut ERCP (Endoskopic Retrograde Cholangio
Panereatography) dengan menggunakan alat endoskop (Syafruddin AR
Lelosutan, 2019).
Gastroskopi atau endoskopi saluran pecernaan bagian atas (upper
gastrointestinal endoscopy) adalah prosedur pemeriksaan kondisi
kerongkongan, perut dan usus dua belas jari (duodenum) dengan
menggunakan alat pemindai bernama endoskop, yaitu selang tipis dan
fleksibel yang dilengkapi lampu dan kamera.
Gastroskopi umumnya digunakan untuk keperluan pemeriksaan dan
mendiagnosis gejala yang dialami pasien, seperti gangguan pencernaan,
heartburn yang berulang, nyeri di perut bagian atas, mual dan muntah
berlebihan, atau sulit menelan prosedur ini juga dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk mengatasi kondisi tertentu, seperti pendarahan pada tukak
lambunng dan perandangan lambung, serta mengangkat polip atau tumor.
Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar) mulai dari
anus, rectum, sigmoid, kolon desendens, kolon transversum, kolon
asendens, sampai dengan sektum dan ileum terminalc. Selama kolonoskopi
dilakukan, tube kamera teleskop fleksibel yang halus dimasukan melalui
anus dan masuk ke dalam menuju rektum dan kolom. Kolonoskopi
biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin untuk kanker
kolorektum atau pada pasien yang memiliki riwayat kolorektal polip. Ini
dilakukan juga untuk mengevaluasi gejala masalah usus seperti perubahan
kebiasaan buang air besar atau pendarahan.
Tujuan pemeriksaan bagian dalam usus besar ini adalah bertujuan
untukmenegakkan diagnosa pemeriksaan sebelumnya. Meneliti suatu
penyakit pada mukosa kolon, rectum, polip di usus besar, atau follow up
operasi atau evaluasi kanker pada usus besar, menilai keganasan atau
evaluasi polipektomi. Untuk mengevaluasi adanya kelainan pada saluran
cerna bagian bawah dan untuk pemeriksaan lebih lanjut adanya perdarahan
yang cukup lama dari anus.
Pada tahun 2008 jumlah pasien yang dilakukan kolonoskopi di ruang
Tindakan Rawat Jalan C RSPAD Gatot Suebroto Jakarta sebanyak 182
pasien dengan klasifikasi kasus yaitu, haemorroid sebanyak 33 pasien
(18,1%) colitis infektif 59 pasien (32,4%), pasien dengan normal kolon 27
pasien (14,8%) pasien dengan tumor kolon 41 pasien (22,5%), pasien
dengan polip kolon kurang baik sebanyak 8 pasien (4,3%). (Register ruang
tindakan, 2008). Pada tahun 2010 data pasien yang menjalankan
pemeriksaan kolonoskopi berjumlah 211 persen.
Dewasa ini dokter telah menjadikan alat endoskopi sebgai alat
diagnostik dan terapeutik yang handal, sehingga mampu menyederhanakan
beberapa tindakan terapi operatif. Hampir setiap Rumah Sakit besar
memiliki dan menjadikan alat endoskopi sebagai saran penunjang yang
menjanjikan pada pasien yang akan menjalankan pemeriksaan kolonoskopi
kemudian yang didapat dengan tindakan endoskopi menjadikan diagnosis
berbagai penyakit saluran cerna dapat ditegakkan dengan lebih akurat
serta, memudahkan pengobatan dan mempercepat masa penyembuhan
pasien.

B. Tujuan Penulisan
Memberi wawasan kompleksitas dari konsep pemeriksaan diagnostic
gastroskopi dan kolonoskopi menjadi dasar perawat dalam memberi
asuhan keperawatan pada pasien yang akan melakukan pemeriksaan
endoskopi dan kolonoskopi.

C. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa keperawatan terhadap ilmu
keperawatan medical bedah pada system gastrointestinal.
2. Sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Gastroscopy
Gastroskopi atau endoskopi saluran pencernaan bagian atas
(upper gastrointestinal endoscopy) adalah prosedur pemeriksaan
kondisi kerongkongan, perut dan usus dua belas jari (duodenum)
dengan menggunakan alat memindai bernama endoskop, yang sedang
tipis dan fleksibel yang dilengkapi lampu dan kamera.
Gastroskopi umumnya digunakan untuk keperluan pemeriksaan
dan mendiagnosis gejala yang dialami pasien, seperti gangguan
pencernaan, heartburn yang berulang, nyeri di perut bagian atas, mual
dan muntah berlebihan, atau sulit menelan. Prosedur ini juga dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk mengatasi kondisi tertentu, seperti
perdarahan pada tukak lambung dan peradangan lambung, serta
mengangkat polip atau tumor.
2. Colonoscopy
Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar) mulai
dari anus, rectum, sigmoid, kolon desendens, kolon transversum,
kolon asendens, sampai dengan sekum dan ileum terminale. Selama
kolonoskopi dilakukan, tube kamera teleskop fleksibel yang halus
dimasukkan melalui anus dan masuk kedalam menuju rektum dan
kolom. Kolonoskopi biasanya dilakukan sebagian dari pemeriksaan
rutin untuk kanker kolorektum atau pada pasien yang memiliki
riwayat kolorektal polip ini juga dilakukan untuk mengevaluasi gejala
masalah usus seperti perubahan kebiasaan buang air besar atau
perdarahan.
Tujuan pemeriksaan bagian dalam usus besar ini adalah
bertujuan untuk menegakkan diagnosa pemeriksaan sebelumnya.
Meniliti suatu penyakit pada mukosa kolon, rectum, polip di usus
besar, atau follow up operasi atau evaluasi kanker pada usus besar,
menilai keganasan atau evaluasi polipcktomi. Untuk mengevaluasi
adanya kelainan pada saluran cerna bagian bawah dan untuk
pemeriksaan lebih lanjut adanya perdarahan yang cukup lama dari
anus.

B. Tujuan
1. Gastroscopy
Gastroskopi bertujuan untuk memeriksa kondisi saluran cerna
pasien yang sering mengalami gejala gangguan pencernaan seperti
perut kembung, mual, muntah, nyeri dada, sulit menelan, penurunan
nafsu makan, perubahan warna tinja, serta rasa nyeri dan tidak
nyaman pada perut yang terjadi secara berulang atau terjadi dalam
waktu yang lama.
2. Colonoscopy
Colonoskopi bertujuan untuk mengakkan diagnosa pemeriksaan
sebelumnya. Meneliti pada suatu penyakit pada mukosa kolon,
rectum, polip di usus besar, atau follow up operasi atau evaluasi
kanker pada usus besar, menilai keganasan atau evaluasi polipektomi.
Untuk mengevaluasi adanya kelainan pada saluran cerna bagian
bawah dan untuk pemeriksaan lebih lanjut adanya perdarahan yang
cukup lama dari anus.

C. Indikasi
1. Gastroscopy
a. Gastritis atau peradangan lambung.
b. Tukak lambung
c. Ulkus duodenum
d. Gastroesophageal reflux disease (GERD), yaitu kebocoran pada
lambung yang mengakibatkan asam lambung naik ke
kerongkongan.
e. Penyakit celiac, yaitu gangguan pencernaan yang disebabkan oleh
ketidakmampuan pasien mengonsumsi gluten.
f. Penyakit barrett’s esophagus, yaitu kelainan sel pada dinding
kerongkongan (esofagus).
g. Hipertensi porta dan varises esofagus.
h. Kanker lambung.
2. Colonoscopy
a. Menyelidiki darah dalam tinja.
b. Nyeri perut.
c. Diare atau adanya perubahan kebiasan BAB.
d. Adanya suatu kelainan yang ditemukan pada sinar – x kolon atau
temografi terkompulerisasi (CT-SCAN).
e. Pasien dengan riwayat polip atau kanker usus besar.
f. Riwayat keluarga dengan beberapa jenis masalah kolon yang
mungkin terkait dengan kanker usus besar (seperti ulccrative
colitis dan polip kolon).

D. Kontra Indikasi
1. Gastroscopy
a. Luka korodif akut pada esophagus, ancurisma aorta, aritmia
jantung berat.
b. Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osteofit bear pada
tulang servikal, struma besar. Pada keadaan tersebut pemeriksaan
endoskopi harus dilakukan dengan hati-hati.
c. Pasien gagal jantung.
d. Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritoritis, kolesistitis).
e. Pasien anemia berat misalnya karena perdarahan, harus diberi
transfuse darah terlebih dahulu hingga Hb minimal 10g/dl.
f. Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai infeksi berat atau
kejang-kejang.
g. Pasien pasca bedah abdomen yang baru.
h. Gangguan kesadaran.
i. Tumor mediastinum.
2. Colonoscopy
a. Infark jantung dan kardiopulmoner berat.
b. Penyakit anal atau perianal.
c. Aneurisma aorta abdominal atau ancurisma iliakal.
d. Nyeri perut demam, distensi perut dan adanya penurunan tekanan
darah sewaktu pembersihan kolon.
e. Kehamilan trimester I, penyakit radang gundul.

Anda mungkin juga menyukai