Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 LATAR BELAKANG

Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat yang


menyerupai endoskopi untuk pertama kalinya dilakukan pada abad
ke-18. Pada saat itu pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintip
melalui suatu tabung yang dimasukkan ke dalam rektum penderita
dengan penerangan lilin untuk dapat melihat keadaan didalam
rektum. Cara ini kemudian berkembang dengan pemakaian alat dari
logam yang pemakaiannya masih memberikan penderitaan bagi
pasien.Baru pada tahun 1932, diperkenalkan suatu gastroskop
setengah lentur yang mempunyai lapang pandang yang lebih luas,
lebih praktis dan aman.Alat ini kemudian dilengkapi dengan kamera
dan forsep untuk biopsi.Endoskopi menjadi lebih baik saat prinsip-
prinsip optik serat (fiber optic) diterapkan pada alat endokopi.
Endoskopi Gastrointestinal (EGI) adalah suatu tehnik dalam
bidang Ilmu Gastro-enterologi- Hepatologi untuk melihat secara
langsung keadaan didalam saluran cerna bagian atas (SCBA),
disebut Esofagogastroduodenokopi (EGD) dan saluran cerna
bagian bawah (SCBB) disebut kolonoskopi, serta saluran organ
padat pankreohepatobilier disebut ERCP ( Endoskopic Retrograde
Cholangio Pancreatography) dengan menggunakan alat endoskopi .
(Syafruddin AR. Lelosutan, 2004)
Dewasa ini dokter telah menjadikan alat endoskopi sebagai
alat diagnostik dan terapeutik yang handal, sehingga mampu
menyederhanakan beberapa tindakan terapi operatif. Hampir setiap
Rumah Sakit besar memiliki dan menjadikan alat endoskopi
sebagi sarana penunjang yang menjanjikan pada pasien yang
akan menjalankan pemeriksaan kolonoskopi. Kemudahan yang
didapat dengan tindakan endoskopi menjadikan diagnosis berbagai

1
penyakit saluran cerna dapat ditegakkan dengan lebih akurat serta,
memudahkan pengobatan dan mempercepat masa penyembuhan
pasien.
Pada tahun 2008 jumlah pasien yang dilakukan kolonoskopi di
Ruang Tindakan Rawat Jalan C RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
sebanyak 182 pasien dengan klasifikasi kasus yaitu, haemorroid
sebanyak 33 pasien(18,1%), colitis infektif 59 pasien (32,4%), pasien
dengan normal kolon 27 pasien (14,8%), pasien dengan tumor kolon
41 pasien (22,5%), pasien dengan polip kolon kurang baik sebanyak 8
pasien (4,3%). (Register ruang tindakan,2008) .Pada tahun 2010 data
pasien yang menjalankan pemeriksaan kolonoskopi berjumlah 211
pasien.
1.2 Tujuan Penulisan
Memberi wawasan kompleksitas dari konsep pemeriksaan
diagnostic endoskopi dan kolonoskopi menjadi dasar perawat dalam
memberi asuhan keperawatan kepada pasien yang akan melakukan
pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap ilmu keperawatan
medical bedah dan kesehatan masyarakat pada system
gastrointestinal
2. Sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pembaca

2
BAB 2

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 ENDOSKOPI
2.1.1 DEFINISI
Tindakan endoskopi adalah untuk mengamati struktur anatomi dan
fisiologi saluran pencernaaan (traktus digestivus) secara langsung dengan
bantuan alat endoskopi beserta asesorisnya. Pengamatan endoskopi
pada saluran cerna bagian atas dikenal dengan istilah esofago-gastro-
duodenoskopi (EGD), sedangkan endoskopi pada saluran cerna bagian
bawah dikenal dengan nama kolonoskopi.

Esofago-gastro-duodenoskopi (EGD) merupakan pemeriksaan di


dalam saluran kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari dengan
menggunakan endoskop serat optic atau EVIS (Elektronik Video
Information System).Tujuan dari pemeriksaan EGD adalah identifikasi
kelainan selaput lendir di dalam saluran kerongkongan, lambung, dan
usus 12 jari.Ketepatan diagnostic EGD berkisar 80-90%, bahkan bias
mencapai 100% bila dilakukan oleh tenaga yang sudah berpengalaman.

Alat endoskopi EGD umumnya dengan skop frontview (lensa


kamera berada di ujung depan skop). Sedangkan endoskop dengan skop
sideview digunakan untuk ERCP (Endoskopic Retrogade Cholangio
Pancreatography) atau bila harus melihat dan melakukan biopsy
(mengambil jaringan dengan menggunakan jarum) pada kelainan yang
terletak di sisi luar saluran (misalnya kecurigaan tumor, dll).

3
Prinsip dasar dari Endoscop fibre-optic ialah merupakan kumpulan
serat fibre-optic yang berdiameter 2-3 mm dan berisi sekitar 20.000 -
40.000 fibre-glass yang halus dengan diameter 10 micro meter. Sinar
yang berasal dari sumber cahaya ditransmisikan melalui refleksi internal
secara sempurna sampai kebagian distal sampai ke obyek yang akan
dilihat. Masing-masing fibre-optic masih diliputi lapisan glass dengan
optical density yang lebih rendah sehingga dapat menghindari kerusakan
akibat sinar yang melewati bagian dalam fibre tapi lapisan ini tidak
menghantarkan sinar disamping itu masih ada ruang antar fibre yang
memberikan bayangan gelap yang menyerupai jala kecil-kecil yang biasa
muncul pada gambar.Hal ini agak berbeda dengan bayangan dari lensa
yang rigid.

Suatu keuntungan fibreoptic ini adalah sangat fleksible walaupun


alat dalam keadaan membelok maksimal tanpa mengurangi kualitas
gambar.Pada instrumen modern lensa bagian distal yang terfokus pada
obyek betul-betul terfixasi.Kedalaman fokus obyek yang dapat diamati
ialah 3mm sampai dengan 10-15cm. Bayangan gambar ini direkonstruksi
pada ujung distal alat dan diteruskan kemata melalui suatu lensa yang
dapat diatur menyesuaikan individu masing-masing.

2.1.2 JENIS ENDOSKOPI


 Endoskopi kaku (rigidscope)
 Endoskopi lentur (fiberscope)
 Video endoscope (evis scope)
 Endoskop kapsul (capsul endoscope)

Endoskopi lentur (fiberscope)

4
Video endoscope (evis scope)

Endoskop kapsul (capsul endoscope)

2.1.3 JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI


Diagnostic
 Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsy
 Jejunoskopi dan biopsy
 Enteroskopi dan biopsy
 Kapsul endoskopi

Terapeutik
 Skleroterapi dan ligasi varises esophagus
 Skleroterapi histoacryl varises esophagus
 Hemostatik endoskopi perdarahan non varises : adrenalin +
aethoxysclerol, electric coagulation, bipolar probe, dll
 Polipektomi polip esophagus-gaster-duodenum
 Endoscopic mucosal resection (EMR)
 Terapi laser utnuk tumor, perdarahan, dll
 Dilatasi esophagus : dengah Busi Hurst atau Svary-Guillard
 Pemasangan stent esophagus

5
 Pemasangan percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG)
 Pemasangan selang makanan/NGT-flocar perendoskopi

2.1.4 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


Indikasi
 Untuk menerangkan perubahan-perubahan radiologis yang
meragukan atau tidak jelas, atau untuk menentukan dengan lebih
pasti atau tepat kelainan radiologis yang didapatkan pada
esophagus, gaster, atau duodenum
 Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri epigastrium,
muntah-muntah) yang pada pemeriksaan radiologis tidak
didapatkan kelainan
 Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan atau dicurigai suatu
kelainan, misalnya tukak, keganasan atau obstruksi pada
esophagus, indikasi endoskopi yaitu memastikan lebih lanjut lesi
tersebut dan untuk membuat pemeriksaan fotografi, biopsy, atau
sitologi
 Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan
pemeriksaan endoskopi secepatnya dalam waktu 24 jam untuk
mendapatkan diagnosis sumber perdarahan yang paling tepat
 Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang diperlukan untuk
memantau penyembuhan tukak yang jinak pada pasien-pasien
dengan tukak yang dicurgai kemungkinan adanya keganasan
(deteksi dini karsinoma lambung)
 Pada pasien –pasien pasca gastrektomi dengan gejala atau
keluhan-keluhan saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan
endoskopi karena intepretasi radiologis biasanya sulit. Iregularitas
dari lambung dapat dievaluasi langsung melalui endoskopi
 Kasus sindrom dyspepsia dengan usia lebih dari 45 tahun atau di
bawah 45 tahun dengan tanda bahaya (muntah-muntah hebat,
denanm hematemesis, anemia, ikterus, dan penurunan berat

6
badan), pemakaian obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan
riwayat kanker pada keluarga
 Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan selang
makanan, dilatasi pada stenosis esophagus atau akalasia, dll.

Kontraindikasi
 Kontraindikasi Absolut
- Pasien tidak kooperatif atau menolak prosedur pemeriksaan
tersebut setelah indikasinya dijelaskan secara penuh
- Renjatan berat karena perdarahan, dll
- Oklusi koroner akut
- Gagal jantung berat
- Koma
- Emfisema dan penyakit paru obstruktif berat
Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus
ditunda dulu hingga keadaan penyakitnya membaik.
 Kontraindikasi Relatif
- Luka korodif akut pada esophagus, aneurisma aorta, aritmia
jantung berat
- Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osteofit bear pada
tulang servikal, struma besar. Pada keadaan tersebut
pemeriksaan endoskopi harus dilakukan dengan hati-hati
- Pasien gagal jantung
- Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis, kolesistitis)
- Pasien anemia berat misalnya karena perdarahan, harus diberi
transfuse darah terlebih dahulu hingga Hb minimal 10g/dl
- Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai infeksi berat
atau kejang-kejang
- Pasien pasca bedah abdomen yang baru
- Gangguan kesadaran
- Tumor mediastinum

7
Pemeriksaan Endoskopi Kapsul
Indikasi
 Perdarahan saluran cerna bagian atas dan bawah yang disebabkan
kelainan usus halus
 Diare kronik yang disebabkan kelainan usus halus

Kontraindikasi
 Obstruksi saluran cerna
 Stenosis atau striktur saluran cerna

2.1.5 PERSIAPAN PASIEN SEBELUM ENDOSKOPI


 Puasa selama 10 jam sebelum pemeriksaan. Bila ada gejala
disfagia/sulit menelan, puasa minimal 12 jam. Dalam hal ini jika ada
makanan di perut, makanan akan menghalangi pandangan melului
endoskopi dan bisa menyebabkan muntah. Untuk anak-anak dan
bayi puasa selama 4-6 jam.
 Bila direncanakan tindakan seperti skleroterapi (STE), ligase atau
polipektomi, pasien harus dirawat untuk observasi setelah tindakan
 Menandatangani informed consent
 Gigi palsu atau kaca mata harus dilepas
 Tanda-tanda vital diperiksa (harus dalam batas normal)
 Beritahu pasien cara menelan dan menarik nafas panjang
(diperagakan) agar memudahkan masuknya ujung skop ke dalam
esophagus
 Pasien berbaring dengan posisi miring ke kiri. Tangan kiri di bawah
bantal dan tangan kanan di atas paha kanan
 Dipasang slang oksigen melalui hidung
 Dipasang pulse oxymetri pada jari pasien untuk memonitor saturasi
oksigen dan nadi pasien

8
2.1.6 PROSEDUR PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
Prosedur endoskopi biasanya berlangsung antara 5 sampai 10
menit.Pertama lakukan cuci tangan kemudian gunakan APD seperti
handscoon, masker, dan scord. Lakukan instruksi dokter dengan
menyemprotkan anastesi local (xylokain) spray ke daerah orofaring.
Kemudian pasang mouthpiece ke mulut pasien untuk memfiksasi mulut
agar tidak menggigit skop endoskopi. Berikan suntikan premedikasi sesuai
dengan order dari dokter. Jika diindikasikan untuk melakukan biopsy
siapkan botol yang berisi cairan formalin 10% untuk menempatkan
jaringan yang telah diambil oleh dokter.Selama prosedur lakukan
monitoring terhadap TTV pasien.

Prosedur endoskopi dilakukan dengan bantuan


endoskop.Endoskop adalah tabung fleksibel dengan system pengiriman
cahaya yang menerangi sluran tersebut.Lebih lanjut memiliki system lensa
yang menyampaikan gambar dari fiberscope dan menampilkan gambar di
TV warna.Endoskop ini diturunkan dari kerongkongan, ke perut dank e
dalam usus.Endoskopi yang gagal dapat mengganggu
pernapasan.Selama prosedur pasien disarankan untuk menarik nafas
panjang.

Endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi dimana pasien


menelan kamera berbentuk kapsul yang merekam gambar ketika kapsul
bergerak melalui saluran pencernaan. Selanjutnya kapsul akan keluar
melalui gerakan usus. Endoskopi biasanya digunakan bersama layar
monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak hanya dilihat
sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar
yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi
atau evaluasi lebih lanjut.

2.1.7 KOMPLIKASI
Penyulit atau komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan tindakan
endoskopi meliputi adanya :

9
 reaksi terhadap obat-obatan (misalnya koma karena diazepam,
gangguan pernapasan)
 pneumonia aspirasi
 perforasi
 perdarahan
 gangguan kardiopulmoner
 penularan infeksi
 instrument impaction

2.1.8 PERAWATAN ALAT ENDOSKOPI

Alat Endoscop merupakan alat yang canggih dengan harga yang


cukup mahal.Perawatan Endoscop beserta kelengkapannya merupakan
salah satu faktor penting didalam menunjang keberhasilan tindakan
Endoscopi dan mempertahankan alat tetap awet dan tidak mudah rusak.

Konsep pemeliharaan alat meliputi hal berikut :

 Handling Alat

Alat harus diperlakukan dengan halus dan penuh kasih sayang.


Tahapan yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh untuk
mencegah kerusakan alat dimulai dari cara mengambil alat dari lemari
penyimpanannya, membawa alat ke tempat pemeriksaan, meletakkan alat
pada sandaran Endoscop atau meja pemeriksaan, memasang alat pada
sumber cahaya, saat memulai tindakan, waktu manuver, observasi dan
waktu menarik alat dari pasien, melepas alat dari sumber cahaya,
membersihkan alat, mengeringkan serta mengembalikannya lagi ke lemari
penyimpanan.

 Peyimpanan

Tempat penyimpanan alat harus mempunyai suhu konstan di


bawah 20ºC.Kelembaban diusahakan stabil dengan memelihara silica gel
yang harus selalu diganti, bebas jamur dan bakteri.Lemari penyimpanan

10
Endoscop didesain sesuai kebutuhan, sandaran dibuat dengan
kemiringan 60º dengan dilapisi peredam untuk melindungi dari benturan
sewaktu mengambil dan meletakkan Endoscop.

 Pembersihan

Pembersihan alat endoscop melalui 3 tahapan yaitu: pembersihan,


desinfektan dan steril. Hati-hati terjadi kontaminasi infeksi yang sering
terjadi pada paska skleroterapi.Oleh karena itu perlu tindakan
pembersihan yang baik. Kelalaian pada proses ini dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi paska tindakan.

2.1.9 STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN ENDOSKOPI FLEKSIBEL

Shumway dan Broussard (2003) menyebutkan komponen


endoskop fleksibel terbagi atas komponen eksternal dan komponen
internal. Komponen eksternal endoskop fleksibel terdiri atas light guide
plug, umbilical cord, control section, dan insertion tube (scope) sedangkan
komponen internal terdiri atas angulation system, air and water system,
image system, dan electrical system.

11
Light Guide Plug merupakan bagian ujung umbilical cord yang
berfungsi sebagai penghubung endoskop dengan sumber cahaya, air, dan
udara.Bagian ini memiliki terminal yang tidak tahan terhadap air sehingga
harus ditutup saat dibersihkan.Light guide plug dihubungkan dengan
control section melalui umbilical cable/umbilical cord. Umbilical cord
merupakan sekumpulan serabut inkoheren yang mentransmisikan cahaya
dari light guide plug ke control section. Bagian ini meneruskan udara dan
air dari air and water container ke control section. Control section
merupakan bagian endoskop yang berfungsi mengatur pergerakan
insertion tube dan fungsi-fungsi lainnya. Pada bagian ini, terdapat
angulation control knobs dan breaking lever yang berfungsi memanipulasi
ujung insertion tube serta air and water valve yang berfungsi mengatur
insuflasi air dan udara.Control section juga dilengkapi dengan operating
channel sebagai pintu untuk memasukan peralatan tambahan seperti
biopsy forceps, aspiration needle, dan lain lain. Di bagian atas control
section terdapat eyepiece yang dapat dihubungkan dengan monitor untuk
menampilkan gambar organ yang diamati. Insertion tube merupakan
bagian endoskop yang dimasukan ke dalam tubuh hewan.Pada ujung
distal insertion tube terdapat distal tip yang menjadi ujung dari
endoskop.Distal tip memiliki microelectronic charge coupled device (CCD)
yang berfungsi menangkap dan mentransmisikan gambar serta pintu
gerbang dari air and water nozzle, objective lense, iluminating lenses, dan
operating channel (Barthel et al. 2005).

Endoskop/ distal tip melalui angulation control knobs pada control


section. Sistem ini terdiri atas control mechanism, coil pipes, dan bending
section. Control mechanism berupa kawat yang berjalan di sepanjang
insertion tube yang menghubungkan distal tip dengan angulation control
knobs, sehingga memungkinkan menggerakan distal tip ketika angulation
control knobs diputar. Control mechanism juga memiliki sistem pengunci
sehingga dapat memfiksir insertion tube agar tidak bergerak lagi. Coil
pipes merupakan pegas yang menempel pada dinding dalam insertion
tube yang melindungi dari gesekan kawat control mechanism, sedangkan

12
bending section merupakan serangkaian metal yang menjadi engsel pada
distal tip. Dengan adanya bending section, distal tip dapat membelok
mengikuti arah angulation control knobs (Shumway dan Broussard 2003).

Air and water system merupakan sistem yang mengatur insuflasi


udara dan air dari pompa ke light guide plug menuju distal tip. Ketika air
and water valve setengah ditutup udara masuk ke dalam tubuh akan tetapi
apabila katup tersebut ditutup penuh air yang akan masuk ke dalam
tubuh. Imaging system endoskop merupakan sistem yang mengatur
pengambilan gambar organ tubuh yang diamati.Sistem ini terdiri atas
sistem pencahayaan, sistem lensa, dan sistem pengambil gambar baik
melalui serabut optik ataupun CCD.Electronical system terdiri atas
automatic brightness system dan switches yang berperan mengatur
tingkat pencahayaan gambar secara otomatis serta mengatur fungsi
tambahan dari endoskop (Shumway dan Broussard 2003).

13
14
2.2 KOLONOSKOPI

2.2.1 DEFINISI

Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar) mulai


dari anus, rectum, sigmoid, kolon desendens, kolon transversum, kolon
asendens, sampai dengan sekum dan ileum terminale.Selama
kolonoskopi dilakukan, tube kamera teleskop fleksibel yang halus
dimasukkan melalui anus dan masuk ke dalam menuju rektum dan
kolom.Kolonoskopi biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan
rutin untuk kanker kolorektum atau pada pasien yang memiliki riwayat
kolorektal polip.Ini juga dilakukan untuk mengevaluasi gejala masalah
usus seperti perubahan kebiasaan buang air besar atau pendarahan.

Tujuan pemeriksaan bagian dalam usus besar ini adalah bertujuan


untuk menegakkan diagnosa pemeriksaan sebelumnya.Meneliti suatu
penyakit pada mukosa kolon, rectum, polip di usus besar, atau follow up
operasi atau evaluasi kanker pada usus besar, menilai keganasan atau
evaluasi polipektomi.Untuk mengevaluasi adanya kelainan pada saluran
cerna bagian bawah dan untuk pemeriksaan lebih lanjut adanya
perdarahan yang cukup lama dari anus.

2.2.2 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi

 Menyelidiki darah dalam tinja


 Nyeri perut
 Diare atau adanya perubahan kebiasaan BAB
 Adanya suatu kelainan yang ditemukan pada sinar – x kolon atau
tomografi terkomputerisasi ( CT-SCAN )
 Pasien dengan riwayat polip atau kanker usus besar
 Riwayat keluarga dengan beberapa jenis masalah kolon yang
mungkin terkait dengan kanker usus besar ( seperti ulcerative
colitis dan polip kolon )

15
 Terapeutik seperti polipektomi, pengambilan benda asing

Kontraindikasi

 Infark jantung dan kardiopulmoner berat


 Penyakit anal atau perianal
 Aneurisma aorta abdominal atau aneurisma iliakal
 Nyeri perut demam, distensi perut dan adanya penurunan tekanan
darah sewaktu pembersihan kolon
 Kehamilan trimester I, penyakit radang panggul

2.2.3 PERSIAPAN

Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk


mendiagnosa kelainan-kelainan yang terjadi pada kolon. Persiapan yang
dilakukan untuk tindakan kolonoskopi adalah kolon harus bersih dari feses
sehingga visualisai mukosa kolon dapat dilakukan dengan baik dan
menjadi hal yang harus diperhatikan karena dengan persiapan yang baik
akan menentukan kualitas kolonoskopi yang dilakukan. Persiapan kolon
yang kurang baik dapat menyebabkan hasil pemeriksaan yang kurang
baik juga, terjadinya pembatalan tindakan, waktu tindakan yang lebih
lama, serta meningkatkan angka terjadinya komplikasi. Persiapan kolon
yang ideal adalah pembersihan kolon dari materi feses dengan cepat,
mudah tanpa menyebabkan perubahan makroskopis dan mikroskopis
mukosa kolon, dapat dikonsumsi dan dievaluasi dalam waktu singkat,
nyaman dan tidak menyebabkan gangguan elektrolit (Simadibrata, 2011)

Secara umum klien diminta untuk diet rendah serat selama 1-2 hari
sebelum pemeriksaan, istilah yang sering digunakan adalah makan bubur
kecap, malam sebelum tindakan klien diberi obat laksan dan diberikan
enema 1-2 jam sebelum tindakan kolonoskopi.

 Malam hari sebelum tindakan, makan malam terakhir jam 19.00


WIB (6 - 8 jam sebelum tindakan dilakukan)
 Jam 24.00 WIB minum Dulcolax 4 tablet

16
 Pasien puasa, pada pagi hari sebelum tindakan, hanya boleh
minum air putih saja atau air manis
 Tidak diperbolehkan minum air susu
 Pagi hari buang air besar terlebih dahulu sebelum datang ke
ruangan pemeriksaan
 Sesuai jam perjanjian pasien datang ke Unit Endoskopi untuk
minum cairan PEG sebanyak 1 liter untuk membersihkan sisa
kotoran yang masih ada di usus besar
 Setelah minum cairan PEG pasien akan buang air besar, tunggu
sampai 2 jam atau sampai cairan feses berwarna sama dengan
cairan PEG yang diminum. Untuk menunjukkan daerah usus sudah
bersih dari sisa-sisa kotoran

2.2.4 PROSEDUR

Pada saat tindakan, dokter biasanya memberikan obat suntikan


untuk relaksasi untuk mengurangi rasa sakit tidak menyenangkan selama
tindakan, yang kadang-kadang hanya berupa rasa kembung, tekanan di
perut atau kram perut ringan.Pasien diinstruksikan untuk berbaring
terlentang atau menghadap kesamping. Kemudian lensa serat optic akan
dimasukan perlahan-lahan kedalam usus besar melalui anus ( dubur )
yang sebelumnya diberi jelly bagian luar scope.

17
Bagian dalam saluran usus besar akan terpantau secara jelas dan
cermat oleh kamera pada ujung serat optic, yang akan menyalurkan
gambar hasil pemeriksaan ke layar monitor untuk dianalisa oleh dokter
dan gambar daapat direkam dalam rekaman video tape.Prosedur ini
biasanya memakan waktu sekitar 20 menit atau bias lebih dilanjutkan
dengan tindakan pengangkatan polip. Bila dalam pemeriksaan ditemukan
adanya polip atau bagian usus besar yang harus diperiksa lebih detail,
dokter akan melakukan pengambilan [olip atau contoh jaringan pada
bagian yang dicurigai adanya kelainan tersebut, dengan menggunakan
alat yang sama. Contoh jaringan, selanjutnya akan diperiksa di
laboratorium patologi-anatomi untuk menentukan ada tidaknya sel-sel
ganas.

Setelah tindakan Pasien diistirahatkan/ berbaring ± 1 jam utk


m’hilangkan pengaruh obat penenang yg diberikan.Kemudian dokter akan
menerangkan Hasil pemeriksaan scr jelas dg menggunakan foto atau
hasil rekaman Video Tape.Dianjurkan pasien waktu pulang tidak sendiri
(ditemani anggota keluarga atau orang lain), terutama jangan
mengemudikan kendaraan bermotor dlm waktu 4 jam setelah tindakan
Kolonoskopi. Setelah 2 jam kemudian pasien bisa segera makan.Selain
itu aktifitas & diet diatur, bila saat dilaksanakan tindakan Kolonoskopi
dilakukan jugapengangkatan jaringan atau Polip (Polipektomi).

2.2.5 KELAINAN YANG DIDAPATKAN SAAT KOLONOSKOPI

Divertikel kolon
- Protusi dinding kolon
- Berbentuk kantong dengan leher sempit
- Besarnya beberapa mm samapai 2 mm
- Divertikel sejati
Kantong terdiri dari semua / seluruh lapisan dinding kolon
- Divertikel palsu

18
Kantong hanya terdiri dari lapisan mukosa dan submukosa

Polyposis Kolon

- Herediter
- Polip majemuk
- Potensial ganas ( 60% kasus )
- Insiden pria = wanita
- Diagnose ditegakan berdasarkan riwayat polip keluarga, foto barium,
endoskopi
- Pencegahan dengan pemeriksaan berkala pada keluarga yang
beresiko

Karsinoma kolon kanan

- Nyeri tumpul
- Teraba massa pada 1/3 kasus
- Anemia
- Sering diare
- Sifat tumor fungating dan besar ulseri rapuh

Karsinoma kolon kiri

- Keluhan tersering adalah konstipasi kadang juga dapat diare


- Keluhan keliber feses mengecil
- Keluhan obstruksi
- Sifat tumor tumbuh anuler dan konstrikting sehingga menyebabkan
obstruksi

Karsinoma rectum

- Berak darah dan lendir


- Tanesmus
- Sering didiagnosa sebagai hemoroid
- Tumor bersifat ulseratif, vegetative, infiltrative
- Diagnose colok dubur, proktoskopi 8-10 cm, sigmodoskopi
- Hemoroid ( pelebaran vena pleksus hemoroidalis )

19
Hemoroid interna

- Pelebaran pleksus vena hemoroidalis superior


- Diliputi mukosa
- Posisi kanan depan, kanan belakang dan kiri lateral ( jam 3-7-11 )
- Drenase ke vena hemoroidalis superior selanjutnya ke vena porta

Hemoroid Eksterna

- Pelebaran plektus vena hemoroidalis inferior


- Dibawah garis muko kutan
- Diliputi epitel anus
- Drenase kevena sistemik selanjutnya ke vena cava

Fisura Anus

- Luka epitel pada anal kanal


- Fisura biasanya tunggal pada posterior mid-line
- Edema papilla pada anal kanal ( hipertropik papil )
- Edema pada fisura kulit ( sentinel tag
- Trias fisura anus= ulkus, hipertropik papil, sentinel tag

Abses Anorektal

- Merupakan radang peri rectum akibat infeksi kuman usus


- Infeksi berasal dari kripta rectum
- Abses diberi nama menurut letaknya = pelvio rektal, iskio rektal,
intersfingter, perianal ( paling sering )

Fistel Perianal

- Diakibatka drainase abses anorektum


- Umumnya berasal dari satu muara dikripta anorektum

Prolapse rectum

- Seluruh bagian rectum turun malalui anus

20
- Penyebabnya karena kelemahan otot dasar panggul, tekanan
abdomen yang meningkat

2.2.6 KOMPLIKASI
 Gangguan kardiovaskuler dan pernafasan
 Perforasi kolon
 Perdarahan
 Reaksi vasovagal
 Distensi pasca kolonoskopi
 Phlebitis
 Infeksi
 Volvulus

21
DAFTAR PUSTAKA

Bartiansyah, Eko. 2008. Panduan Lengkap : Membaca Tes Kesehatan.


Jakarta : Penebar Plus

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa Andy


Hartono dkk.Ed Estu tiar. Jakarta : EGC

Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan


Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan.Alih bahasa Easter
Nurses, Ed Monica Ester.Jakarta : EGC

Priyanto, Agus dan Sri, Lestari. 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta


: Salemba Medika

WebMD. 2011. Colorectal. Diakses pada tanggal 25 Juli 2013. Available at


:http://www.webmd.com/colorectal-cancer/colorectal-cancer-
screening-directory?catid=1006

22

Anda mungkin juga menyukai