Anda di halaman 1dari 6

REFERAT

ANESTESI BEDAH RAWAT JALAN

Pembimbing :
dr. Edith Sulistio, Sp.An

Oleh :
Yovita Alviany
201706010067

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
PELAYANAN KESEHATAN ST. CAROLUS
PERIODE 26 NOVEMBER 2018 – 5 JANUARI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih Karena atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat ini. Referat dengan judul “Anestesi Bedah Rawat Jalan” dibuat sebagai
salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di Bagian Anestesiologi Pelayanan Kesehatan St.
Carolus. Penulisan referat ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai anestesi pada bedah rawat jalan.
Pada kesempatan ini, penulis bermaksud untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dr. Maria Edith Sulistio, Sp.An, selaku pembimbing dalam penulisan referat ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Amir Sjarifuddin Madjid, Sp.An(K), Prof. Dr.
dr. Darto Satoto, Sp. An(K), dr. Soekardjo, Sp.An, dr. Irvan Kusumanegara, Sp.An–KMN, dan dr.
Ramzi, Sp.An–KIC, yang telah membagikan banyak ilmu dan masukan yang bermanfaat. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar perawat dan staf Kamar Bedah Pelayanan
Kesehatan St. Carolus untuk dukungan dan kebersamaan selama penulis menjalankan
kepaniteraan klinik bagian ilmu anestesi.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka
terhadap saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat
membawa manfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih.

Jakarta, 7 Desember 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anestesia dalam bedah rawat jalan atau one-day care (ODC) mengacu pada
tindakan bedah dan non-bedah yang tidak darurat, telah terjadwal sebelumnya, dan
umumnya tidak membutuhkan rawat inap di rumah sakit.1 Tujuan utama dari bedah
rawat jalan adalah terlaksananya proses pembedahan yang lebih efektif dan lebih
ekonomis sehingga memberi keuntungan terhadap pasien, rumah sakit, serta pihak yang
membayar. Tujuan utama dari anestesia dalam bedah rawat jalan adalah pemulihan
pasien dari pengaruh anestesia secara cepat sehingga pasien dapat dipulangkan dengan
efek samping minimal.2
Awalnya bedah rawat jalan tidak mendapat perhatian, tetapi pada tahun 1960
perlahan-lahan menjadi terkenal bersamaan dengan anestesia dalam bedah rawat jalan di
rumah sakit umum. Sejak berdirinya Society of Ambulatory Anestesi (SAMBA) pada
tahun 1985 dan International Association of Ambulatory Surgery (IAAS) pada tahun
1995, penggunaan anestesia dalam bedah rawat jalan meningkat pesat. Hingga saat ini
65-70% dari semua operasi di Amerika Serikat dilakukan secara rawat jalan.3
Tingkat penggunaan bedah rawat jalan semakin meningkat karena kemajuan medis
dan teknologi, termasuk perbaikan dalam anestesi dan analgesik untuk menghilangkan
rasa sakit, dan pengembangan dan perluasan tindakan minimal invasif dan noninvasif
(seperti operasi menggunakan laser, laparoskopi, dan endoskopi). Seiring dengan
kemajuan tersebut, pengenalan konsep fast-track recovery pada awal 1990-an
memungkinkan pemulihan anestesia yang lebih cepat sehingga dengan demikian
memungkinkan untuk pulang dari rumah sakit lebih dini dan mobilisasi post operasi lebih
cepat.3
Terdapat beberapa keuntungan dalam bedah rawat jalan bila dibandingkan dengan
bedah rawat inap yaitu tingkat mortalitas dan morbiditas yang lebih rendah, penjadwalan
operasi lebih fleksibel, tingkat pembatalan operasi yang lebih minimal, waktu menunggu
berkurang, tidak perlu memikirkan ketersediaan kamar di rumah sakit, biaya rumah sakit
lebih murah, dan risiko infeksi nosokomial menurun, serta lebih nyaman bagi pasien
karena pemulihan dapat dilakukan bersama dengan keluarga dan dalam lingkungan yang
lebih nyaman sehingga mengurangi stress dan gangguan emosional. Hal ini memberikan
keuntungan bagi pasien, penyedia layanan kesehatan, third-party payers, dan rumah
sakit.2-5
Agar anestesia dalam bedah rawat jalan dapat berhasil dan berjalan dengan aman,
ahli anestesi harus mempertimbangkan berbagai faktor dan kondisi yang berkaitan
dengan pasien. Seperti evaluasi keadaan umum pasien, termasuk riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pemilihan metode bedah dan anestesia yang
tepat, serta manajemen pasca operasi. Teknik bedah dan anestesia yang tepat harus
digunakan untuk meminimalkan komplikasi pasca operasi, terutama nyeri pasca operasi,
mual, dan muntah. Pasien dan caregiver harus diajarkan tentang pedoman perawatan
khusus dan penanganan tepat untuk situasi darurat saat pasien sudah keluar dari rumah
sakit. 2 Oleh karena latar belakang di atas, maka dalam referat ini akan dibahas tentang
manajemen anestesia dalam bedah rawat jalan.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana manajemen anestesia dalam bedah rawat jalan?

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui definisi anestesia dalam bedah rawat jalan
1.3.2. Mengetahui kriteria anestesia dalam bedah rawat jalan
1.3.3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi anestesia dalam bedah rawat jalan
1.3.4. Mengetahui manajemen anestesia dalam bedah rawat jalan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Anestesia dalam Bedah Rawat Jalan
Anestesia dalam bedah rawat jalan atau one-day care (ODC) adalah subspesialisitas dari
anestesiologi dimana perawatan anestetik preoperatif, intraoperatif, dan postoperatif dilakukan
secara elektif dan dilakukan pada hari yang sama dengan hari pembedahan. Pasien yang menjalani
bedah rawat jalan jarang sekali membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pasien cukup sehat
untuk dipulangkan dari fasilitas kesehatan kurang dari 24 jam setelah tindakan bedah.Morgan

2.2. Kriteria Anestesia dalam Bedah Rawat Jalan


2.2.1. Kriteria Pasien
Setiap pasien harus dipertimbangkan penyakit komorbid, tipe operasi yang akan
dilakukan, dan respon anestesi yang akan terjadi pada pasien. Pasien yang menjalani anestesia
dalam bedah rawat jalan merupakan pasien yang dapat pulih dengan cepat dan tidak memerlukan
rawat inap di rumah sakit pasca tindakan pembedahan. Pasien dengan klasifikasi ASA (The
American Society of Anesthesiologist) 4 dan 5 biasanya bukan kandidat untuk bedah rawat jalan.
Pasien dengan klasifkasi ASA 3 dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung koroner stabil
dapat menjalani bedah rawat jalan jika terbukti penyakitnya terkontrol.
2.2.2. Kriteria Pembedahan

2.3. Indikasi dan Kontraindikasi Anestesia dalam Bedah Rawat Jalan


2.3.1. Indikasi Jenis Operasi
2.3.2. Kontraindikasi Anestesia dalam Bedah Rawat Jalan
2.4. Manajemen Anestesia dalam Bedah Rawat Jalan
2.4.1. Preoperatif
2.4.2. Intraoperatif
2.4.3. Postoperatif

1. Hall MJ. Ambulatory Surgery Data From Hospitals and Ambulatory Surgery Centers:
United States, 2010. 2017;(102):15.
2. Miller RD, Cohen NH, Eriksson LI, Fleisher LA, Wiener-Kronish JP, Young WL.
Millers anesthesia. 8th ed. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2015.
3. Lee JH. Anesthesia for ambulatory surgery. Korean J Anesthesiol. 2017 May
19;70(4):398–406.
4. Ambulatory Anesthesia – Johns Hopkins Anesthesiology & Critical Care Medicine
[Internet]. [cited 2018 Dec 17]. Available from:
http://anesthesiology.hopkinsmedicine.org/ambulatory-anesthesia/
5. Yao FSF. Yao & Artrusio’s Anesthesiology Problem-Oriented Patient Management, 7th
ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2011.

Anda mungkin juga menyukai