Anda di halaman 1dari 5

LEPTOSPIROSIS

Tn. Rudi, 40 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan mata kuning selama 7 hari. pasien juga
mengalami nyeri kepala dan nyeri anggota gerak. Pasien bekerja sebagai petugas membersihkan
sampah di tempat banjir. Tidak ada riwayat hepatitis.

PF
KU: sakit sedang, compos mentis
TTV: 110/40-> Kerusakan pada sistem pembuluh darah dapat mengakibatkan kebocoran kapiler,
hipovolemia, dan shock.vaskular lama kolaps, HR: 110x/menit, RR:20x/menit, suhu: 39C
pulmo dan jantung normal.
nyeri tekan pada M. gastrocnemius -> invasi langsung pada leptospira dengan perubahan berupa lokal
nekrotis, vakuolisasi, dan kehilangan striata.
konjungtiva suffusion-> Kemerahan pada konjungtiva yang menyerupai konjungtivitis,tapi tidak
melibatkan eksudat inflamasi. Pembengkakan konjungtiva (chemosis) terlihat di sepanjang sudut-
sudut mata. sklera ikterik (+) -> penumpukan bilirubin
abdomen: pembesaran hepar 2 cm dibawah arcus costae-> nekrosis dengan infiltrasi sel limfosit,
proliferasi Kupfer, dan kolestasis. tidak ada pembesaran lien
PP:
Hb: 12 gr/dL -> anemia karena enzim hemolisin yg dikeluarin lepto Ht: 42% trombosit: 180.000/μL
leukosit: 18.000/μL -> respon bone marrow terhadap infeksi
SGOT: 460 (3-45 u / L) SGPT: 600 (0-35 u / L) -> enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim
hati yang kadarnya meningkat apaibila terjadi kerusakan sel hati
ureum : 100 (20 mg –40 mg/mL)-> hasil akhir metabolisme protein, berasal dari asam amino yang
telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal. Apabila ginjal rusak maka kadar
meningkat dalam darah.
kreatinin: 1,8 (1,6) -> produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot yang akan
dikeluarkan melalui ginjal
aglutinatio test (+) -> terdapat reaksi ab dengan antigen
HbsAg non reaktif -> tidak terinfeksi hepatitis B
IgM terhadap anti – HAV (-) -> tidak terinfeksi hepatitis A

Trombositopenia karena lipopolisakarida (LPS) leptospira merangsang perlekatan netrofil ke sel


endotel dan platelet, menimbulkan aggregasi platelet.
Soal:
1. Analisis dan elaborasi masalah dan jelaskan yang digaris bawah!
2. mekanisme heme pada kasus
3. mekanisme semua keluhan pasien
4. Jelaskan PF
5. Jelaskan PP
Mekanisme heme: Hemolisis ini terjadi sebelum waktu paruh. Hb yang keluar diubah menjadi Hb
dimer kemudian diikat oleh haptoglobin dibawa ke sel retikuloendothelial (makrofag di limpa) untuk
katabolisme heme. Gugus heme dipecah oleh heme oxigenase menjadi biliverdin dan besi. Besi
diuptake kembali sedangkan biliverdin (pigmen hijau) direduksi oleh biliverdin reduktase menjadi
bilirubin indirek yang akan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih
kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat secara non kovalen kuat pada albumin. Bilirubin yang
melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdiffusi kejaringan. Karena
banyak eritrosit yang mati sebelum umurnya, maka banyak bilirubin yang harus diangkut ke hati. Tp
karena bilirubin banyak maka ikatannya longgar sehinga berdifusi ke jaringan. Bilirubin yang msk ke
dalam hati juga sedikit yang diubah menjadi direk karena hepar terganggu maka enzim UDP-
Glukoronat berkurang.
Definisi: Suatu penyakit zoonosis yang disebabkan mikroorganisme genus Leptospira.
Termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di dunia. Leptospirosis juga dikenal dengan
nama flood fever atau demam banjir karena memang muncul dikarenakan banjir. Nama lain penyakit
ini: swamp fever, mud fever, infectious jaundice, cane cutter fever, field fever. Leptospirosis berat
disebut Weil diseaseyang ditandai dengan icterus, perdarahan, anemia, azonemia, gangguan
kesadaran, dan demam terus menerus dengan gambaran klinis bervariasi
Epidemiologi: Indonesia merupakan negara peringkat tiga dengan insidens mortalitas akibat
leptospirosis. Infeksi ini tersebar diberbagai wilayah dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan
Nusa Tenggara Barat dengan insidens meningkat bersamaan dengan banjir. Orang yang rentan kena
adalah petani, peternak, pekerja tambang, pekerja rumah potong hewan, penebang kayu, dan dokter
hewan.
Etiologi: Leptospira interrogan dari genus Leptospira dan family treponemataceae. Bentuknya spiral,
tipis, dengan panjang 5-15ᶣm dan lebar 0,1-0,2mm. Bentuk spiral halus, ujung bengkok seperti kait,
Bergerak aktif, Gram negatif, obligat aerob, tahan beberapa bulan dalam air tawar, lumpur dan tanah
(terutama di daerah tropis). Media kultur semi solid : Fletcher, Stuart, Ellinghausen. Leptospira
interrogan dibagi menjadi beberapa serogrup dan kemudian serovarian dengan jenis tersering yang
menyerang manusia adalah L.icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus. L.canicola dengan
reservoir anjing, dan L.pomona dengan reservoir babi dan sapi.

Serovar L. interrogans yang patogenik beserta reservoir


Patofisiologi:

 Masa inkubasi: umumnya 5-14 hari (tp bisa 2-30 hari)


 Infeksi dimulai apabila Leptospira masuk melalui permukaan selaput lendir/mukosa mata,
hidung,mulut (makanan & minuman) dan kulit yang lecet yang berkontak dengan air, lumpur,
tanah (yang terkontaminasi urin binatang yang terinfeksi),maupun dengan jaringan dan cairan
tubuh binatang yang sakit.
 Dari port dantree tadi masuk ke darah (leptospiremia) → menyebar ke semua bagian tubuh,
tapi umumnya mengenai hati dan ginjal.
 Leptospira dapat mencederai dinding pembuluh darah kecil. Vaskulitis menyebabkan kebocoran
plasma serta ekstravasasi sel, termasuk perdarahan dapat muncul.
 Infeksi yang terjadi dapat berbentuk Anicteric (± 90%), dengan gejala seperti flu ringan sampai
bentuk yang berat dengan jaundice (± 10%) (Icteric Leptospirosis = Weil`s disease)
 Sistem imun humoral dan seluler akan bekerja sehingga kuman akan dieliminasi dari tubuh
kecuali pada ginjal, mata, dan otak. Pada ketiga organ ini, leptospira dapat bertahan selama
beberapa minggu atau bulan. Pada ginjal, terutama tubulus, akan terbentuk koloni pada dinding
lumen yang menghasilkan endotoksin dan masuk ke urin. Pada mata, leptospira tinggal di
humor akueous menyebabkan uveitis kronik/rekuren..

1. Fase leptospiremia (4-9hari)-> demam


tiba-tiba, nyeri kepala terutama frontal,
mata merah, fotofobia, keluhan git,
bradikardia, nyeri tekan otot terutama
gastrocnemius, ruam kulit,
hepatomegaly.
2. Fase imun: Setelah demam 7 hari, akan
Tanda dan gejala
diikuti periode bebas demam 1-3 hari
Sekurang-kurangnya 2 dari kolom A / sblm demam lagi. Peningkatan titer ab,
demam 40c, malaise, kerusakan ginjal,
1 dari kolom B
hati, uremia, icterus, perdarahan. Ab
Kolom A Kolom B yang melawan kuman juga dapat
menimbulkan reaksi inflamasi hebat
Sakit kepala Meningitis aseptik yang dapat menimbulkan secondary-
end organ
Sakit otot Acute renal failure 3. Fase penyembuhan: pada minggu ke 2 -
4 dengan patogenesis yang belum jelas.
4. Berat (weil disease)-> icterus, disfungsi
Kekuningan (pada Haemorrhagic
kulit dan mata) pneumonitis ginjal, diathesis hemoragik. Setelahn 4-
9 hari gejala icterus, gagal ginjal,
perdarahan epitaksis, petekie, purpura,
Menggigil Cardiac arrhytmias,
EKG abnormal ekimosis muncul.
Kemerahan Kulit Liver failure Leptospira yang lisis dapat mengeluarkan
enzim, toksin, atau metabolit lain yang dapat
Conjunctival Jaundice with acute menimbulkan gejala-gejala klinis. Hemolisis
Suffusion (eye renal failure (Weil`s pada leptospira dapat terjadi karena hemolisin
inflammation) Disease)
yang tersirkulasi diserap oleh eritrosit,
sehingga eritrosit tersebut lisis, walaupun
didalam darah sudah ada antibody.
Diagnosis

 Anamnesis: riwayat pekerjaan berisiko tinggi seperti berpergian ke hutan, rawa, sungai, petani.
Gejala klinis demam tiba-tiba, nyeri kepala terutama frontal, mata merah, fotofobia, keluhan git.
 PF: demam, nyeri tekan otot, ruam kulit, hepatomegaly.
 Lab: CBC-> leukositosis/normal, neutrofilia, LED meningkat.
 Proteinuria, leukosituria dan sedimen sel torak.
 Pemeriksaan mikroskop lapang gelap, tes antibodi fluoresen dari spesimen jaringan yang
terinfeksi
 Kultur dari:
o Spesimen darah dan CSF (7-10 hari pertama)
o Spesimen urin (awal gejala klinis sampai dengan minggu ke-3)
 Tanam pada media: Fletcher, Stuart, Ellinghausen
 Pertumbuhannya perlu waktu ± 2 minggu
 Imunoserologi:
o Rapid diagnosis :dalam 1 jam: DST (DipStick Test) Leptospira IgM dot – ELISA
o Hari ke-3 sudah bisa (+)
o MAT : Micro Agglutination Test, bila titer antibodi leptospira ≥ 1/400 + gejala klinik → Highly
Suggestive Acute Leptospirosis
 PCR

Pencegahan
• Imunisasi binatang peliharaan : anjing (serovar : L.canicola & L.icterohaemorrhagiae )
• Rodent kontrol,terutama tikus
• Hindari berenang pada air yang kotor/terkontaminasi
• Protektif boots (saat bekerja di sawah,membersihkan selokan & banjir) & sarung tangan saat
bekerja di peternakan.
• Cegah kontak dengan urin penderita

Tatalaksana
Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi,
hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis.Pemberian antobiotik harus
dimulai secepat mungkin, bias any pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup efektif. Berikut
golongan antibiotic yang dapat diberika pada pasien leptospirosis :

Leptospirosis ringan: Doksisiklin 2 x 100 mg, Ampisilin 4 x 500-750 mg, Amoksisilin 4 x 500 mg

Leptospirosis sedang/berat Penisilin G 1,5 juta unit/ 6 jam

Ampisilin 1 gram/ 6 jam

Amoksisilin 1 gram/ 6 jam

Kemoprofilaksis: Doksisiklin 200 mg/ minggu

Anda mungkin juga menyukai