Anda di halaman 1dari 5

PATOGENESIS

American Academy of Pediatric menyatakan bahwa kelainan genetik sangat berperan


penting dalam terjadinya DDH, hal ini berhubungan dengan kondisi hormonal saat berada di
dalam kandungan. Masih belum diketahui pasti bagaimana terjadinya DDH namun kemungkinan
terjadinya ketidakstabilan hormone relaksasi pada ibu sehingga menyebabkan sendi janin
menjadi terlalu relaksasi dan cenderung terjadi dislokasi. Kondisi ini seringnya membaik dalam
beberapa waktu sehingga perkembangan sendi panggul normal kembali, namun kadang kondisi
menetap sehingga terjadi kelainan perkembangan sendi panggul (American academy)
Faktor genetik pasti berperan pada etiologi, karena dislokasi kongenital cenderung
berlangsung dalam keluarga dan bahkan dalam seluruh populasi (misalnya orang Italia Utara).
Wynne- Davies (1970) menemukan dua ciri warisan yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan
pinggul yakni sendi yang longgar merata, suatu sifat yang dominan dan displasia acetabulum,
suatu sifat poligenik yang ditemukan pada kelompok yang lebih kecil (terutama gadis) yang
menderita ketidakstabilan yang menetap. Tetapi ini bukan keterangan satu- satunya karena pada
4 dari 5 kasus hanya 1 yang mengalami dislokasi (Apley)
Tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaksin pada ibu dalam beberapa minggu
terakhir kehamilan, dapat memperburuk kelonggaran ligamentum pada bayi. Hal ini dapat
menerangkan langkanya ketidakstabilan pada bayi prematur, yang lahir sebelum hormonhormon mencapai puncaknya (apley)
Ditambahkan adalah pengamatan bahwa selama periode neonatal, bayi relatif membawa
estrogen dari ibunya. Hal ini menenangkan ligamen di dalam tubuh. Beberapa bayi sangat
sensitif terhadap estrogen, sehingga menyebabkan ligament panggul menjadi terlalu lemah, dan
panggul tidak stabil. (apley)
Posisi intrauterine turut mengambil andil dalam patogenesis DDH terutama posisi bokong
dengan kaki yang berekstensi, dapat mempermudah terjadinya dislokasi. Ibu yang mengalami
Oligohydramnion saat hamil juga dikaitkan dengan peningkatan prevalensi DDH. Volume
ketuban yang berkurang menyebabkan terbatasnya gerak janin dalam uterus sehingga pada saat
perkembangan terjadi keterbatasan. Pinggul kiri lebih umumnya terkait dengan DDH dari pada
kanan, karena posisi intrauterine umumnya pinggul kiri terletak pada daerah sakrum ibu, hal ini
memaksa terjadinya posisi adduksi. (apley)

Gambar 2. . Posisi Bokong saat Intrauterin


Selain intra uterin kejadian DDH juga berhubungan dengan kondisi pasca kelahiran.
Dislokasi sering kali ditemukan pada orang Lapps dan orang Indian Amerika Utara yang
membedong bayinya dan menggendongnya dengan kaki merapat, pinggul dan lutut sepenuhnya
berekstensi, dan jarang pada orang Cina Selatan dan Negro Afrika yang membawa bayi pada
punggungnya dengan kedua kaki berabduksi lebar- lebar. Ada juga bukti dari percobaan bahwa
ekstensi lutut dan pinggul secara serentak mengakibatkan dislokasi panggul selama
perkembangan awal. (apley)

Gambar 2. . Budaya membedong pada masyarakat awam

Sendi panggul bayi yang lunak dan masih terbentuk dari kartilago menyebabkan mudah
terjadi dislokasi ataupun subluksasi pada saat perkembangannya.

Gambar 2. . Perbedaan sendi panggul dewasa dan bayi


Saat kelahiran panggul, meskipun tak stabil mungkin bentuknya normal, tetapi capsul
sering merentang dan berlebih lebihan. Selama masa kanakkanak beberapa perubahan timbul,
beberapa di antaranya mungkin menunjukkan displasia primer pada acetabulum dan /atau femur
proksimal, tetapi kebanyakan di antaranya muncul karena adaptasi terhadap ketidakstabilan
menetap dan pembebanan sendi secara abnormal. (apley)
Caput femoris mengalami dislokasi di bagian posterior tetapi dengan ekstensi pinggul,
caput itu pertama tama terletak posterolateral dan kemudian superolateral pada acetabulum.
Soket tulang rawan terletak dangkal dan anteversi. Caput femoris yang bertulang rawan
ukurannya normal tetapi inti tulangnya terlambat muncul dan osifikasinya tertunda selama masa
bayi. (apley)
Caput teregang dan ligamentum teres menjadi panjang dan hipertrofi. Di bagian superior,
labrum asetabulum dan tepi kapsulnya dapat didorong ke dalam soket oleh caput femoris yang
berdislokasi; libus fibrokartilaginosa ini dapat menghalangi usaha reduksi tertutup terhadap caput
femoris. (apley)
Setelah mulai menyangga badan perubahan perubahan ini lebih hebat. Acetabulum dan
colum femur tetap anteversi dan tekanan dari caput femoris menyebabkan terbentuknya suatu

soket palsu di atas acetabulum dan m. psoas, menimbulkan suatu penampilan jam pasir
(hourglass). Pada saatnya otot di sekelilingnya menyesuaikan diri dengan memendek. (apley)
PROGNOSIS
Diagnosis dini pada pasien DDH semakin cepat dapat semakin baik prognosisnya karena
dapat mengurangi kecendrungan untuk mengalami komplikasi seperti avascular nekrosis yang
dapat menetap dan menyebabkan kecacatan pada sendi panggul. Semakin muda umur semakin
mudah penanganan dan hasil yang diharapkan semakin baik karena sendi panggul masih lunak
dan terdiri dari kartilago sehingga dengan reposisi diharapkan kembali normal.
MRI
MRI mampu dengan baik memvisualisasikan sendi panggul infantil, tapi tidak biasa
digunakan karena permasalahan biaya dan memerlukan sedasi. Kashiwagi dan asosiasi membuat
klasifikasi DDh berdasarkan MRI yaitu :
a. Grup 1 : sendi panggul dengan pinggiran asetabulum yang tajam dan keseluruhan dapat
di reduksi dengan palvik harness.
b. Grup 2 : sendi panggul dengan pinggiran asetabulum yang bulat dan hampir
keseluruhan dapat di reduksi dengan palvik harness
c. Grup 3 : sendi panggul dengan pinggiran asetabulum yang terbalik dan tidak dapat di
reduksi dengan palvik harness
MRI dapat menilai adanya pelebaran tulang iliaka, penyimpangan ke lateral bagian
superior dan posterior dari dasar asetabulum, pertumbuhan berlebihan dari kartilago asetabulum
dan kecembungan dari bagian posterior kartilago asetabulum (Hering J.A)
1. American Academy of Pediatrics. 2003. Hip Dysplasia (Developmental Dysplasia of The Hip. Di unduh
dari http://www.illinipediatrics.com/hip_dysplasia.pdf pada tanggal 11 Mei 2014 Pukul 20.00
WIB
2. Herring, J.A. Developmental Dysplasia of The Hip. Tadjidanss Pediatrics Orthopaedic Vol. 1 Ed.5.
Elsevier Saunders.
3.

Anda mungkin juga menyukai