Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya prinsip operasi laparotomi ginekologi konvensional digunakan

pada laparoskopi operatif. Disamping itu, operator laparoscopy harus

berpengalaman dalam melakukan operasi melakukan operasi laparaskopi

diagnostic. Oleh karena itu mereka sebelumnya harus telah mengenal dengan baik

jaringan atau organ genitalia interna serta patologi tertentu lewat pandangan

laparoskop. Operator laparoskopi dituntut pula untuk terbiasa dan terlatih

menggunakan berbagai alat khusus yangt telah disebutkan diatas. Operator

laparoskopi juga dituntut agar terbiasa melakukan jahitan atau ikatan hemostasis

pada jaringan dalam rongga pelvis dengan endoloog dan endo-suture cara ikatan

luar atau dalam.

Untuk melatih hal-hal tersebut, oleh semm telah dibuat suatu model yang

disebut pelvic-trainer. Dengan pelvic-trainer ini seseorang dapat melatih

keterampilannya untuk melakukan hal-hal khusus tersebut diatas. Okuler

laparoskop dapat dihubungkan dengan monitor, seperti ia melakukan hal yang

sesungguhnya pada pasien. Bahan jaringan yang digunakan, biasanya plasenta

segar dengan selaput amnionnya, yang dilekatkan didalam pelvic-trainer. Pada

jaringan plasenta dan selaput amnion tersebut dapat dilakukan berbagai tindakan
2

seperti melakukan tindakan yang sesungguhnya. Apabila hal-hal tersebut telah

dikuasai dengan baik, maka ia telah siap untuk melakukan operasi laparoscopy

operatif yang sesungguhnya pada pasien.

Akhirnya, sewaktu akan melakasanakan operasi laparoskopy perlu di

pertimbangkan benar-benar apakah akan menguntungkan penderita. Tindakan

operasi laparoscopy juga masih mempunyai keterbatasan. Mage dan kawan-

kawan mengemukakan keberhasilan dalam histerektomi hanya mencapai 75%

sedangkan untuk miomektomi masih lebih kurang lagi dan mereka

mengemukakan masih diperlukannya alat-alat yang lebih canggih. Hanya dengan

mengandalkan penilaian ilmiah yang benar dan cermat dalam tatacara pemakaian

operasi laparoskopy teknik tersebut akan menemui harapan yang lebih cerah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sejarah perkembangan laparoskopi?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan indikasi dan kontra-indikasi laparoscopy

operatif?

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prosedur laparoscopy operatif?

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan macam atau jenis laparoscopy operatif?

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan anestesi pada laparoskopi operatif?

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan robotic laparoskopi?

7. Jelaskan apa saja penyakit yang dapat dilakukan dengan teknologi

laparoscopy?
3

C. TUJUAN MAKALAH

1. Mampu menjelaskan sejarah perkembangan laparoskopi.

2. Mampu menjelaskan gan indikasi dan kontra-indikasi laparoscopy operatif.

3. Mampu menjelaskan prosedur laparoscopy operatif.

4. Mampu menjelaskan macam atau jenis laparoscopy operatif.

5. Mampu menjelaskan anestesi pada laparoskopi operatif.

6. Mampu menjelaskan robotic laparoskopi.

7. Mampu menjelaskan penyakit yang dapat dilakukan dengan teknologi

laparoscopy.

D. MANFAAT PENULISAN

Agar Mahasiswa mampu memahami tentang tekhnologi laparaskopi dan

penggunaan yang benar serta dapat memberikan penjelasan yang lebih luas

tentang tekhnologi tepat guna laparaskopi.

E. BATASAN MASALAH

Kami membatasi pembahasan masalah agar tidak terlalu luas dan terfokus

pada masalah dan tujuan dalam pembuatan makalah ini. Maka kami membatasi

masalah pada tekhnologi tepat guna laparaskopi.


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Laparaskopi

Laparoskopi adalah suatu instrumen untuk melihat rongga peritoneum.

Struktur rongga pelvik dan dapat juga dipakai untuk tindakan operatif. Sejak

pertama kali dicatat melihat rongga abdomen dengan alat optic dengan

dilakukannya incisi kuldotomi pada tahun 1901, konsep visualisasi rongga pelvis

baik untuk prosedur diagnostik maupun operatif mengalami perkembangan yang

pesat.

Kelling (1901) merupakan orang yang pertama sekali menggunakan alat

Sistoskopi Nitze yang telah ia kembangkan untuk memeriksa organ dalam rongga

abdomen. Selanjutnya Kelling mendemonstrasikan pada hewan percobaan dengan

melakukan pneumoperitoneum. Pada waktu itu alat tersebut disebut dengan

Celioskopi. Pada saat itu metode Kelling ini hanya sedikit mendapat perhatian,

tetapi kemudian Swede Jakobaeus (1910) mengembangkan kembali ide Kelling

ini dan kemudian memperkenalkan suatu teknik baru yang dapat melihat rongga

peritoneum dengan alat optic yang disebut Laparoskopi.

Endoskopi ginekologi di Indonesia mulai berkembang mulaik sekitar tahun

1990-an, sedangkan di dunia internasional dimulai pada tahun 1970-an. Di


5

Indonesia sekarang sudah mulai pesat perkembangannya terutama di pusat-pusat

kota, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, dan Yogyakarta.

Apalagi telah terbentuk Indonesian Gynecologic Endoscopy Society (IGES), dan

Satgas Endoskopi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).

Perkembangan yang pesat di bidang teknologi kesehatan khususnya ilmu

bedah telah mendatangkan manfaat dan keuntungan yang besar bagi kehidupan

manusia. Ditemukannya teknik bedah Laparoskopi atau bedah minimal

invasive.misalnya, kini telah mulai menggantikan teknik-teknik konvensional,

kecuali pada kasus-kasus tertentu. Laparoskopi adalah prosedur untuk melihat

rongga perut melalui sebuah teleskop yang dimasukkan melalui dinding perut.

Prosedur pembedahan pada laparoskopi menggunakan alat-alat yang juga

dimasukkan melalui dinding perut. Melalui teleskop, prosedur pembedahan lebih

jelas terlihat karena bisa dilakukan pemaparan yang lebih baik pada rongga

panggul dan efek pembesaran dari teleskop. Pada bidang ginekologi (kesehatan

organ reproduksi wanita), kondisi yang dapat ditangani dengan teknik

laparoskopi antara lain mioma uteri, tumor ovarium, nyeri haid, endometriosis,

adenomiosis, infertilitas, sterilisasi tuba, pelengketan saluran tuba, pelengketan

organ genitalia, kehamilan di luar kandungan, pengangkatan rahim atau ovarian

drilling.
6

B. Sejarah Laparoskopi

Sulit menyebutkan siapa penemu alat laparoskopi pertama kali. Pada tahun

1902, Georg Keling, di Dresden, Saxony melakukan tindakan laparoskopi

pertama pada anjing. Tahun 1910, Hans Christian Jacobaeus di Swedia

melaporkan operasi laparoskopi dilakukan pertama kalinya terhadap manusia.

Dengan ditemukannya chip komputer pada kamera TV, innovasi laparoskop lebih

berkembang lagi. Dengan adanya alat ini, dapat dilakukan pembesaran lapangan

operasi yang terlihat di monitor.

C. Keuntungan Laparaskopi

Laparoskopi, yang merupakan revolusi besar di bidang ilmu bedah, kini

banyak dipilih karena prosedurnya yang mudah serta waktu operasi yang relatif

singkat dan lama pemulihan pasca operasi yang lebih singkat ketimbang

konvensional. Ukuran lubang yang diperlukan untuk operasi hanya kurang lebih

0,5-1,5 cm, jauh lebih kecil dibandingkan ukuran lubang untuk operasi

konvensional. Karena alasan inilah maka operasi laparoskopi disebut juga

bandaid surgery atau keyhole surgery.Operasi ini disebut juga minimal invasive,

karena bagian tubuh dibuka dengan sedikit sayatan saja.Alhasil, kerusakan pada

jaringan tubuh dan jumlah perdarahan pun dapat diminimalisir, pasien pun dapat

pulih dengan lebih cepat.Di samping itu, nyeri pasca operasi, komplikasi terhadap

peristaltik usus dan luka operasi (infeksi luka operasi atau terbukanya luka

operasi) juga lebih rendah. Khusus mengenai pemulihan peristaltik usus,


7

laparoskopi memungkinkan hal ini lebih cepat terjadi mengingat organ (usus)

tidak perlu dikeluarkan dari perut atau pun dipegang dokter. Peristaltik usus lebih

akrab ditandai dengan buang angin pasca operasi, dan ini merupakan salah satu

tanda telah pulihnya fungsi alat pencernaan.Bila bising ususnya sudah positif,

pasien boleh langsung minum.Oleh karena itu, rata-rata setelah dua hari pasca

operasi laparoskopi, pasien boleh pulang.

Perlengketan pasca operasi yang dapat menyebabkan nyeri berulang setelah

operasi, sumbatan usus, dan infertilitas juga lebih jarang terjadi.Pasien yang

sudah menjalani operasi besar apapun, kemungkinan mengalami pelengketan 20

hingga 40 persen. Hanya nanti manifesnya akan sangat tergantung kepada

individu. Secara kosmetik / estetik, laparoskopi lebih unggul dibandingkan

laparotomi.Bekas luka operasi relatif tidak terlihat karena kecilnya luka irisan

yang dilakukan.Kemungkinan terjadinya keloid pada bekas operasi juga

minimal.Transmisi mikroba amat minimal karena tidak ada kontak langsung

antara organ tubuh pasien dan tangan operator.Akibatnya, kemungkinan infeksi

pasca operasi dapat diminimalisir

D. Kerugian Laparaskopi

Biaya yang dibutuhkan untuk operasi ini relatif lebih mahal karena operasi ini

memerlukan peralatan-peralatan yang canggih seperti sistim kamera, sistim lampu

dsb.Selain itu operasi laparoskopi ini relatif lebih lama dibandingkan laparotomi
8

tetapi jika dilakukan oleh seorang operator laparoskopi yang terlatih dan terampil

maka lama operasi tidak berbeda jauh dengan laparotomi.

E. Kegunaan Laparoskopi

Beberapa kegunaan laparoskopi secara umum dapat dibagi dalam dua

kelompok yakni untuk mengetahui penyebab dari suatu penyakit (diagnosis) dan

untuk mengatasi masalah tersebut (terapi). Sebagai alat diagnostik, laparoskopi

seringkali digunakan untuk mendiagnosis penyebab dari ketidaksuburan

(infertilitas), terutama untuk pasangan yang telah lama mencoba berbagai cara

untuk mendapatkan anak. Penyebab infertilitas yang dapat diketahui oleh

laparoskopi antara lain adalah gangguan pada saluran telur, yang bisa terjadi

akibat proses perlekatan dengan daerah sekitar atau penekanan oleh tumor atau

proses infeksi, adanya endometriosis (suatu penyakit yang erat kaitannya dengan

infertilitas), adanya tumor kandungan atau tumor pada indung telur. Berbagai

penyebab infertilitas yang dapat diatasi melalui laparoskopi antara lain adalah

membebaskan saluran telur dari perlengketan atau penekanan oleh tumor,

mematikan sarang-sarang endometriosis, atau mengangkat tumor

kandungan/tumor pada indung telur.

Selain itu, laparoskopi juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan

mengatasi kehamilan di luar kandungan. Kehamilan di luar kandungan

merupakan hal yang bila dibiarkan dapat membahayakan bagi penderita.

Laparoskopi unggul dalam hal diagnostik karena dokter akan melihat secara
9

langsung kelainan yang ada, di samping dapat melakukan berbagai tindakan untuk

mengatasinya. Laparoskopi juga merupakan salah satu cara untuk melakukan

tubektomi (seringkali dikenal sebagai penutupan kandungan), yakni bagi mereka

yang telah merasa cukup memiliki anak. Pengangkatan miom / kista indung telur /

kandungan sendiri juga dapat dilakukan melalui laparoskopi.Miom ukuran

besarpun dapat dioperasi dengan menggunakan moselator, suatu alat untuk

mengikis tumor menjadi ukuran yang lebih kecil, sehingga tumor tersebut dapat

dikeluarkan melalui lubang kecil yang dibuat.Laparoskopi, di tangan ahli, dapat

melakukan berbagai tindakan yang dilakukan secara laparotomi.

F. Indikasi Dan Kontraindikasi Operasi Laparoskopi

Dengan telah berkembangnya inovasi instrumentasi dan tekhnik operasi

seperti yang telah di utarakan diatas,maka indikasi untuk melakukan operasi

dengan teknik laparoskopi menjadi lebih luas.tindakan operasi diagnostik dengan

hasil diagnosis yang jelas, dan yang telah didiskusikan dengan pasien

sebelumnya, dapat dilanjutkan dengan tindakan operatif tertentu.

1. Indikasi

Indikasi Diagnostik

a. Diagnosis diferensiasi patologi genetalia interna

b. Infertilitas primer dan atau sekunder

c. Second look operation,apabila diperlukan tindakan berdasarkan operasi

sebelumnya
10

d. Mencari dan mengangkat translokasi AKDR.

e. Pemantauan pada saat dilakukan tindakan histeroskopi

Indikasi terapi

a. Kistektomi ,miomektomidan histerektomi

b. Hemostasis perdarahan pada perforasi uterus akibat tindakan sebelumnya.

Indikasi operatif terhadap adneksa

a. Fimbrioplasti ,salpingostomi,salpingolisis

b. Koagulasi lesi endometriosis.

c. Aspirasi cairan dari suatu konglomerasi untuk diagnostik yang terapeutik.

d. Salpingektomi pada kehamilan ektopik

e. Kontrasepsi mantap (oklusi tuba)

f. Rekontruksi tuba atau reanastromosis tuba pascatubectomi

Indikasi operatif terhadap ovarium

a. Pungsi folikel matang pada program fertilisasi in-vitro

b. Biopsi ovarium pada keadaan tertentu( kelainan kromosom atau bawaan ,

curiga keganasan).

c. Kistektomi antara lain ada kista coklat( endometrioma), kista dermoid,

dan kista ovarium lain

d. Ovariolisis, pada perlekatan periovarium


11

Indikasi operatif terhadap organ dalam rongga pelvis

a. Lisis perlekatan oleh omentum dan usus.

2. Kontraindikasi

Kontraindikasi absolute

a. Kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukannya anestesi

b. Diatese hemoragik sehingga mengganggu funsi pembekuan darah

c. Peritonitis akut terutama yang mengenai abdomen bagian atas , disertai

dengan distensi dinding perut ,sebab kelainan ini merupakan

kontraindikasi untuk melakukan pneumoperitonium.

Kontraindikasi relative

a. Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk memasukkan

trokar kedalam rongga pelvis oleh karena trokar dapat melukai tumor

tersebut

b. Hernia abdominalis, dikawatirkan dapat melukai usus pada saat

memasukkan trokar ke dalam rongga pelvis, atau memperberat hernia

pada saat dilakukan pneumoperitonium.kini kekhawatiran ini dapat di

hilangkan dengan modifikasi alat pneumoperitonium otomatic


12

c. Kelainan atau insufisiensi paru paru, jantung,hepar,atau kelainan

pembuluh darah vena porta,goiter atau kelainan metabolisme lain yang

sulit menyerap gas CO2.

G. Prosedur Laparoskopi Operatif

Tiga atau lebih sayatan kecil (5-10 mm) dibuat di perut untuk memungkinkan

port akses untuk dimasukkan. Para laparoskop dan instrumen bedah yang akan

dimasukkan melalui port ini. Ahli bedah kemudian menggunakan laparoskopi,

yang mentransmisikan gambar organ-organ perut pada monitor video, yang

memungkinkan operasi untuk dilakukan. Operasi Laparoskopi usus dapat

digunakan untuk melakukan operasi berikut:

1. Proctosigmoidectomy.

Operasi pengangkatan bagian rektum dan kolon sigmoid yang

sakit.Digunakan untuk mengobati kanker dan pertumbuhan non-kanker atau

polip, dan komplikasi diverticulitis.

2. Right colectomy atau Ileocolectomy.

Selama kolektomi kanan, sisi kanan usus besar akan dibuang. Selama

ileocolectomy, segmen terakhir dari usus kecil - yang melekat pada sisi kanan

usus besar, yang disebut ileum, juga dibuang.Digunakan untuk mengangkat

kanker, pertumbuhan non-kanker atau polip, dan peradangan dari penyakit

Crohn.
13

3. Total abdominal colectomy.

Operasi pengangkatan usus besar.Digunakan untuk mengobati radang borok

usus besar, penyakit Crohn, poliposis familial dan mungkin sembelit.

4. Fecal diversion.

Bedah pembuatan saluran baik sementara atau permanentileostomy

(pembukaan antara permukaan kulit dan usus kecil) atau (kolostomi

(pembukaan antara permukaan kulit dan usus besar). Digunakan untuk

mengobati masalah dubur dan dubur kompleks, termasuk kontrol buang air

besar yang buruk .

5. Abdominoperineal resection.

Operasi pengangkatan anus, rektum dan kolon sigmoid.Digunakan untuk

membuang kanker di rektum bawah atau di anus, dekat dengan sfingter

(kontrol) otot.

6. Rectopexy.

Suatu prosedur dimana jahitan digunakan untuk mengamankan rektum pada

posisi yang tepat.Digunakan untuk memperbaiki prolaps rektum.

7. Total proctocolectomy.

Ini adalah operasi usus paling luas dilakukan dan melibatkan pembuangan

rektum dan usus besar.Jika ahli bedah dapat meninggalkan anus dan bekerja

dengan benar, maka kadang-kadang kantong ileum dapat diciptakan sehingga

Anda bisa pergi ke kamar mandi.Sebuah kantung ileum adalah ruang operasi

yang dibuat terdiri dari bagian terendah dari usus kecil (ileum).Namun,
14

kadang-kadang, suatu ileostomy permanen (pembukaan antara permukaan

kulit dan usus kecil) diperlukan terutama jika anus harus dibuang, lemah, atau

telah rusak.

H. Jenis-Jenis Laparoskopy

1. Laparoskopi histerektomi

Jenis Histerektomi yang dilakukan oleh tabung optik standar ramping

yang juga dikenal sebagai laparoscopes disebut histerektomi laparoskopi.

Jenis pengobatan histerektomi terdiri dari sedikit waktu untuk pemulihan dan

durasi dari Operasi daripada jenis lain dari operasi yang dilakukan. Hal ini

juga umumnya disukai oleh sebagian besar perempuan sebagai jenis

pengobatan karena tidak berakhir memberi Anda banyak bekas luka seperti

metode operasi lain.

Melalui mana prosedur laparoskopi histerektomi dilakukan?

Dasar dari histerektomi laparoskopi mulai dengan sebuah celah kecil

di bawah pusar ditarik wanita.Dalam irisan ini, alat laparoskopi dikirim masuk

Para dokter yang melakukan operasi kemudian melihat melalui daerah

Panggul wanita itu dan memeriksanya dengan penuh perhatian dengan

instrumen. Selama pemeriksaan ini dokter membuat keputusan di mana untuk

melakukan pemotongan lebih tepatnya dengan instrumen ramping.

Menggunakan histerektomi laparoskopi sebagai panduan operasi, bedah

menghapus ini rahim dari bagian dalam tubuh wanita.rahim kemudian


15

dibedah menjadi dua bagian. Bagian-bagian yang membedah mengukur

ukuran yang sesuai untuk menghapus mereka dari perut, itu karena fakta

bahwa sangat sedikit jahitan yang diperlukan dalam rangka untuk menutup

sayatan dibuat dalam operasi ini.

2. Miomektomi

Jika miom tersebut bertangkai maka tangkai tersebut dengan mudah

dapat di insisi.Untuk jenis intramural, resiko perdarahan sangat besar, kadang

diperlukan injeksi vasopressin untuk mempertahankan hemostasis.Jejak bekas

miomektomi harus dijahit, ini sesuatu yang mutlak. Cara pengeluaran massa

miom, apabila tersedia alat morselator maka dengan mudah miom dapat

dikeluarkan.

Saat ini laparoskopi tidak terbukti lebih baik dari laparotomi untuk

pengobatan menoragia atau infertilitas.Sebagai tambahan, ada kekhawatiran

untuk resiko uterus rupture selama kehamilan lebih besar pada miomektomi

dengan laparoskopi daripada laparotomi. Namun, pada tabel dibawah ini

terlihat bahwa miomektomi perlaparoskopi relative lebih menguntungkan

daripada miomektomi perlaparotomi

Laparoskopi Laparotomi Kemaknaan


Hasil Akhir
(n=20) (n=20)
16

Kehilangan darah(ml) 200 ± 50 230 ± 44 P >0,05

Waktu operasi(menit) 100 ± 31 93 ± 27 P >0,05

Injeksi analgesic 1,9 ± 0,7 4,1 ± 1,4 P >0,05

Pasien bebas analgetik pada


85 15 P >0,05
hari ke-2(%)

Pasien dipulangkan pada


90 10 P >0,05
hari ke-3(%)

Pasien kembali bekerja pada


90 5 p>0,05
hari ke-15(%)

I. Anestesi Pada Laparoskopi Operatif

Apapun jenis atau cara pemberiannya, tindakan pemberian anestesi ini tidak

boleh di anggep ringan. Apabila tindakan dan cara pemberian anastesi tidak

benar, dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Kaidah-kaidah ilmu

anastesi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sama halnya dengan

kaidah-kaidah yang lazimnya digunakan pada operasi laparotomi.

1. Anastesi local

Laparoskopi operatif yang tidak memerlukan waktu lama dan

intervensi yang berat, dapat dilakukan dalam anastesi local, seperti


17

pemasangan cincin tuba atau klip tuba pada tindakkan sterilisasi. Cukup

banyak keuntungan pemberian anastesi lokal ini, antara lain waktu rawat

dapat dipersingkat dan efek samping yang ringan. Konsep atau istilah

volonelgesia yaitu vocal,dapat berkomunikasi dengan pasien pada saat operasi

; lokal, denagn menggunakan sediaan anastesi lokal yang relative murah

antara lain lidokain 0,5% 20-40 ml, untuk memati rasa kulit disekitar

tusukkan trokar : volo, bahasa latin yang artinya ingin, pasien ingin sadar,

terutama pada pasien yang takut tidur; dan penggunaan sediaan

nuetroleptanalgesia, antara lain diazepam atau meperidim atau sejenisnya;

sangat menguntungkan, aman, dan banyak digunakan dalam cara pemberian

anastesia lokal pada laparoskopi operatif.

Beberapa operator, walaupun hal ini tidak perlu benar, menyuntikkan

anastesi paraservikal apabila diperlukan intervensi pada uterus, terutama

sebelum memasukkan kanula manipulator uterus.Beberapa operator

menyemprotkan (spay) juga anastasi lokal pada tuba, sebelum dilakukan

pemasangan cincin tuba atau klip tuba. Semua cara pemberian anastesi lokal

tersebut bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit, selama dan pasca operasi.

Pemberian neuroleptanalgesia bertujuan untuk menghilangkan ansietas, dan

juga bersifat ansedatif. Pemberian sediaan ini sebaiknya melalui intravena,

yang sebelumnya telah terpasang infuse dekstrosa 5%. Dapat diberikan

diazepam (valium) 5mg, dan kemudian meparidin (demoral) 25-50 mg,

intravena perlahan-lahan. Apabila pemberian sediaan ini tidak didampingi


18

oleh spesialis anastesi, dianjurkan selama operasi pemberian diazepam tidak

melebihi 10 mg, dan meperidin 100 mg. Sediaan lain yang dapat digunakan

antara lain fentanil yang dapat dikombinasikan dengan droperidol.apabila

sediaan ini digunakan, pemantauan kardiovaskular perlu diperhatikan lebih

baik dan kadang kala diperlukan pemberian oksigen bagi pasien.

2. Anastesi regional

Anastesi regional (kaudal, epidural, atau blok spinal), hanya

digunakan apabila anastesi inhalasi merupakan kontraindikasi. Beberapa efek

samping yang kurang disenangi dalam pemberian anastesi regional antara lain

dapat terjadi vasodilatasi dan hipotensi yang mendadak. Cara anastesi ini

untuk tindakkan laparoskopi telah banyak ditinggalkan.

3. Anastesi umum

Anastesi uuntuk semua operasi hanya aman apabila ditangani oleh

spesialis anastesi.Anastesi umum dapat digunakan dengan kaidah-kaidah ilmu

anastesi biasanya untuk tujuan laparoskopi operatif.

Apabila digunakan kanulaendotrakheal, sebaiknya dipasang kanula

nasogastri untuk mencegah distensi gaster. Pada saat pemasangan trokar,

apabila terdapat distensi gaster, akan dapat melukai dindingnya. Apabila

terjadi perforasi gaster yang tidak dikenal, dapat mengakibatkan abdomen

akut pasca operasi. Kadangkala diperlukan pernapasan bantu (assisted


19

respiration), terutama pada operasi laparoskopi dalam posisi trendelenburg,

oleh karena diafragma mendesak paru ke atas. Hal ini yang perlu diperhatikan

pada pemberian anastesi umum ialah kejadian asidosis, terutama pada oprasi

yang lama, dengan menggunakan gas CO2 yang cukup banyak untuk maksud

maintenance pneumoperitoneum. Dalam hal ini pemantauan kondisi

kardiovaskular perlu lebih diperhatikan.Asidosis yang tidak dikoreksi dan

berlangsung lama dapat mengakibatkan henti jatung (cardiac arrest).

J. Robotik Laparoskopi

Diperkenalknanya teknologi robotic dapat menjembatani gap yang ada antara

laparoskopi dengan laparotomi.Terdapat tiga bentuk tehnologi robot yang

digunakan pada pembedahan ginekologi.Pertama adalah automatid endoscopic

system for optimal positioning (AESOP) merupakan tehnologi robot pertama

yang disetujui oleh badan administrasi pangan dan obat amerika (FDA).Tehnologi

robot ini dikendalikan melalui suara.Sistem robot yang kedua adalah Sistem

Pembedahan Zeus yang menyediakan lapang penglihatan dua dimensi dengan

pengendalian jarak jauh lengan robot pada meja oprasi.Akan tetapi, system ini

sudah tidak diproduksi lagi. Sistem robot yang terakhir adalah Sistem operasi da

Vinci. Alat ini dapat juga dikendalikan jarak jauh tetapi dengan lapang pandang

tiga dimensi yang asli dan dilengakapi tehnologi peredam tremor. Sistem ini

memiliki keuntungan pembedahan potensial laparotomi disertai dengan

keuntungan laparoskopi.
20

K. Penyakit Yang Dapat Dilakukan Dengan Teknologi Laparoscopy

1. Appendicitis (infeksi usus buntu)

Adalah suatu peradangan appendik (usus buntu) yang disebabkan oleh

sumbatan / kotoran yang terperangkap di dalamnya (fecalith) sehingga flora

normal yang berada di dalam rongga usus tersebut mulai menginfeksi

jaringan sekitarnya. Dalam kondisi ini pasien dapat mengeluh mual, muntah,

rasa tidak enak di ulu hati, nyeri perut di bagian perut kanan bawah, demam

ringan.

2. Cholelithiasis

Adalah peradangan dari dinding kandung empedu, disebabkan oleh

adanya batu didalam kandung empedu, peradangan ini akan menjadi kronis

bila tidak dilakukan tindakan pengobatan dan akan menyebabkan penebalan

dinding kandung empedu. Penderita biasanya datang dengan keluhan

dyspepsia (mirip sakit maag), yaitu perut kembung, sakit pada ulu hati yang

menjalar ke punggung, banyak sendawa dan banyak buang angin.

3. Hernia

Hernia atau yang sering disebut dengan ketedun atau turun berok

adalah penonjolan isi rongga perut (usus, jaringan penyangga usus atau

ovarium). Ini terjadi akibat melemahnya otot dinding rongga perut atau

merupakan kelainan bawaan dimana ada saluran (processus tunica vaginalis)

yang menuju ke kantung buah zakar tetap terbuka (patent) yang seharusnya
21

saluran tersebut menutup spontan waktu bayi lahir (isi dari hernia tersebut

yang paling sering adalah usus), sehingga usus tersebut melorot turun

mendesak ke bawah daerah lipat paha, bahkan kantung buah zakar.


22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan yang pesat di bidang teknologi kesehatan khususnya ilmu

bedah telah mendatangkan manfaat dan keuntungan yang besar bagi kehidupan

manusia. Ditemukannya teknik bedah Laparoskopi atau bedah minimal

invasive.misalnya, kini telah mulai menggantikan teknik-teknik konvensional,

kecuali pada kasus-kasus tertentu. Laparoskopi adalah prosedur untuk melihat

rongga perut melalui sebuah teleskop yang dimasukkan melalui dinding perut.

Prosedur pembedahan pada laparoskopi menggunakan alat-alat yang juga

dimasukkan melalui dinding perut. Melalui teleskop, prosedur pembedahan lebih

jelas terlihat karena bisa dilakukan pemaparan yang lebih baik pada rongga

panggul dan efek pembesaran.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini kami berpesan kepada para pembaca:

a. Selalu menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan anugrah yang tak ternilai

harganya. Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
23

b. Selalu memperhatikan asupan makanan yang masuk dalam tubuh kita.

Makanlah makanan yang bergizi tinggi yang dapat memenuhi semua

kebutuhan tubuh kita.

Anda mungkin juga menyukai