Anda di halaman 1dari 6

20 TAHUN PENGALAMAN: MENEJEMEN OPERASI

DARI GINEKOMASTIA

Disusun oleh :
Baiamal Marisa I. L 1102011059
Maya Dwi Anggraeni 1102011157
Primastyo Anggata Reskianto 1102010219

Pembimbing :
dr. Firmansyah Sp. B

KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH


RS. M. RIDWAN MEURAKSA JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 18 JULY – 25 SEPTEMBER 2016

1
O. Lipid, F. Jolink
Departement of Plastic, Reconstructive and Hand Surgery, Academic Medical Center,
University of Amsterdam, Amsterdam, The Netherlands
ABSTRAK
Latar belakang:
ginekomastia adalah hipertrofi payudara pada pria yang sering ditemui. Menejemen pada
ginekomastia adalah konservatif walaupun tidak sedikit pasien yang menjalani operasi. Studi
ini menjelaskan tentang pengalaman pengobatan ginekomastia di rumah sakit pendidikan dan
beberapa tekhnik operasi dan diagnosis yang berbeda pada ginekomastia.
Metode:
dilakukan di rumah sakit pendidikan dengan desaign retrospektif kohort studi dengan rekam
medok dari pasien operasi ginekomastia dalam waktu 20 tahun terakhir. Data tersebut adalah
populasi, demografi, patologis dan juga cara penangana operasi yang berbeda.
Hasil:
total 179 pasien dengan penanganan yang berbeda dan tekhnik operasi yang berbeda. Baik
seccara teknik operasi maupun tinfakan preoperatif. Bedah plastik melakukan tindakan
operasi bilateral paling banyak di banding lainya, sedangkan pada bedah umum sering
menggunakan test radiologi dan sitologi.
Kesimpulan:
hasil ini menggambarkan perbedaan pada penanganan pada pasien ginekomastia dan menjadi
bias pada penangan utama apa yang dilakukan pada pasien penderita ginekomastia.

2
PENDAHULUAN
Ginekomastia adalah hipertrofi payudara pada pria yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
hormon yang terlihat sejak post natal, pubertas, atau umur dewasa. Sebagian besar
ginekomastia adalah idiopatik walaupun memiliki sebab yang berbeda seperti kongenital,
kelainan endokrin, tumor, dan juga obat. Ginekomastia bisa bilateral maupun unilateral.
Operasi yang biasanya dilakukan pada penderita ginekomastia adalah eksisi tajam pada
glandula mamae dengan semi sirkular insisi pada areola. Pada gimekomastia pathologi dapat
disebabkan oleh carcinoma in sit atau invasi kanker mamae. Banyak teknik yang digunakan
dalam operasi GM dalam 20 tahun terakhir. Evaluasi ini menggunakan teknik kohort pada
studi di beberapa rumah sakit pendidikan dengan teknik operasi berbeda.

METODE
Studi ini berkerja sama dengan beberapa institusi salah satunya dengan deklarasi helsinki.
Banyak pasien yang di operasi dengan teknik subkutan mastektomi, reduksi payudara,
penyedotan lemak atau mastopexy sejak 1 juli 1991 sampai 30 juni 2011.
Data tersebut berdasarkan tempat tinggal pasien, prinsip operasi, teknik operasi dan etiologi
pada pasien yang akan di operasi dengan memperlajari patofisiologi.
Studi ini mempelajari 179 pasien dengan 183 yang menjalani operasi. Total operasi berjumlah
298. 4 pasien menjalani operasi pada kedua payudara. Rata rata umur pasien adalah 27
dengan jarak umur 9-71. Tidak ada perbedaan yang bermakna dari perbedaan umur pada
pasien yang menjalani operasi plastik maupun metode operasi lainya.

HASIL
Semua operasi menggunakan anestesi general dan anestesi tumescent digunakan pada operasi
liposuction. Sebagian besar pasien dioperasi dengan menggunakan operasi plastik. Pada
pasien operasi unilateral dan bilateral memiliki perbedaan teknik. Operasi plastik adalah
metode yang paling sering di gunakan pada pasien ginekomasti sebanyak 82%, pedriatik

3
operasi sebanyak 33% dan operasi general sebanyak 24%. Preoperative bekerja pada 109
pasien. Test darah endokrin dilakukan 75 kali. Pencitraan gambar dilakukan pada 54
kasus(34%), 24(13,4%) pada mammografi, 22 dengan ultra sound(4,4%). Pada 7 pasien (4%)
digunakan pencitraan sistemik.

bertujuan untuk menyelidiki testis dan kelenjar adrenal. Aspirasi jarum halus digunakan pada
23 pasien (23%). Pasien tersebut menjalani operasi general.
Pada 74 pasien dari 109 yang menjalani operasi hasilnya adalah negatif, dan pada 35 pasien
kelainan patologis dapat di identifikasi, terlihat pada tabel 3. Androgen menjadi obat pertama
yang paling banyak di administrasikan dan patologis dari ginekomastia meningkat dengan
berjalannya umur.
Operasi plastik dilakukan pada 123 operasi dengan total 223 payudara dengan menggunakan
beberapa teknik. Operasi pada periareolar dilakukan pada 114 payudara dengan mereduksi
kulit surkumareolar dan 97 payudara dengan subkutan mastektomi. T pattern digunakan pada
4 payudara dan liposuction digunakan pada 8 payudara dan 24 pasien dengan teknik lainya. 9
pasien membutuhkan postoperativ hematoma.
Pada 13 pasien (7,3%) mendapatkan operasi sekunder. 8(4,5%) dengan hasil yang tidak
memuaskan dan 5(2,7%) pasien kambuh. Pada pasien yang kambuh 3 pasien kambuh secara
idiopatik. Kejadian ini dapat disebabkan oleh penggunaan anabolic steroid. 12 pasien dengan
operasi general di revisi dengan melanjutkan operasi bedah plastik.

4
Biopsi yang di periksa secara histologi berasal dari 174 operasi (279) payudara. Pada 22
operasi 5 pasien di revisi walaupun tidak ada hasil patologis. Operasi tersebut dilakukan
secara bedah plastik. 8 payudara dilakukan secara liposuction. Tidak ada keganasan yang
ditemukan, atipikal duktal epitel hiperplasia ditemukan pada 2 dari 3 pasien. Pasien pertama
dilakukan pada pasien berusia 15 tahun dan pasien terakhir pada pasien berusia 47 tahun dan
di operasi pada kedua payudara.

DISKUSI
Ginekomastia adalah kelainan patologis yang dapat terjadi pada semua pria. 64% pasien
ginekomastia dengan umur dibawah 14 tahun. Ginekomastia sering terjadi pada pria dewasa.
Banyak pasien ginekomastia yang enggan menjalani operasi karena pengaruh psikologis dan
juga karena sakit yang disebabkan oleh operasi ginekomastia. Studi ini mengevaluasi
penanganan pada ginekomastia pada rumah sakit pendidikan dan perbedaan menejemen dan
operasi yang dilakukan. Perbedaan dapat ditemukan pada operasi bilateral. Operasi plastik
paling banyak dilakukan pada kasus bilateral sebanyak 80%. Dimana operasi pediatrik
sebanyak 55% dan 25% pada operasi general. Ini ditemukan perbedaan patologi dalam
berbagai usia. Operasi general banyak melakukan histopatologikal tes pada operasi yang
dimana akan dilakukan operasi payudara onkologik dan mengobati atau mendeteksi dini
keganasan pada pasien unilateral. Pada operasi plastik tes endokrin dilakukan pada pasien
yang berumur lebih muda dengan mengetahui kelainan endokrin pada pasien bilateral. Pada
58 pasien dengan pencitraan gambar dinyatakan negatif. Ini mengindikasi bahwa pencitraan
gambar tidak efektif bekerja pada kasus ini. Pencitraan gambar dan biopsi efektif pada kanker
payudara yang terdapat 0,68 % pada pria. Sebagian besar penelitian ini negatif dan
didiagnositik sebagai ginekomastia ideopatik yang disebabkan oleh etiologi patologis pada
penggunaan androgen. Ini menunjukkan bahwa tidak semua pasien pada ginekomastia
memerlukan operasi.
Pada operasi pediatrik dan operasi general membatasi tekhik mereka dengan menggunakan
satu tekhnik operasi, sedangkan pada operasi plastik menggunakan banyak metode. Ini
memperlihatkan bahwa bedah plastik lebih banyak menggunak metode operasi pada kasus
estetis dan operasi payudara onkoplastik pada wanita, dan beberapa kasus yang lebih
kompleks akan dikirim ke operasi plastik. Ultra sound liposuction yang sering digunakan
pada beberapa tahun terakhir tidak terdapat pada rumah sakit kami. Walaupun liposuction
adalah tekhnik yang paling sering digunakan dan ada peningkatan penggunaan liposuction
pada beberapa tahun terakhir. Kita mengobservasi operasi ulang sebanyak 4,6 % pada pasien
post operasi hematom.
Presentasi ini sama dengfan reduksi ulang payudara pada wanita pada rumah sakit pendidikan
kami. Dari hasil observasi retrospektif kami, kami tidak menemukan komplikasi mayor
maupun minor pada kasus ini, maka dari itu kami tidak terlalu fokus untul membahas efek
samping atau komplikasi. Kami mengobservasi bahwa 7,3% pasien yang di operasi revisi
ulang adalah pasien bedah plastik. Tindakan ini lebih mengacu terhadap sisi estetis dan
improvisasi dari operasi tersebut.
Tidak ada pasien yang mengalami kelainan patologis dari hasil test histopatologis. Bedah
plastik tidak selalu mengumpulkan jaringan untuk di uji secara histopatologis.

5
Setidaknya ada 3 pasien yang terlewatkan dari uji histopatologis. Dahulu uji histopatologis
pada ginekomastia dipertanyakan, tetapi hal ini sangat menjadi syarat pada penanganan pada
wanita berusia diatas usia 40 tahun.
Studi ini memiliki beberapa kelamahan. Design dari penelitian ini adalah retrospektif dan
studi ini meneliti banyak kasus dari banyak cara penanganan yag berbeda. Studi ini hanya
membeberkan pasien yang menjalani operasi ginekomastia tetapi tidak pada pasien
ginekomastia yang tidak bisa menjalankan operasi secara skrining operasi maupun tindakakn
pre operative. Contohnya pada pasien ginekomastia dengan penggunaan anabolic steroid atau
penyakit kronis seperti liver.
Perbedaan cara operasi dan prinsip operasi ini sangat dipengaruhi oleh populasi, latar
belakang patologis dari pasien tersebut, dan juga teknik yang di gunakan oleh para dokter ahli
bedah, dan juga biaya operasi yang terkadang menjadi hambatan dalam menjalankan operasi.
Karena kanker payudara pada pria presentasenya sangat sedikit jadi sangat di sarankan untuk
di lakukan uji patologis. Dengan ini pasien yang memiliki keluhan pada payudara mereka
dapat di tangani dan di deteksi secara cepat dan tepat. Dan juga meningkatkan mutu standar
pada pelayanan rumah sakit pada pasien penderita ginekomastia baik secara konservatif
maupun operatif.

KESIMPULAN
Banyak perbedaan dari cara operasi pada manajemen kasus ginekomastia. Perbedaan paling
mencolok terletak pada populasi dan penangan patologis. Ini kemungkinan menjadi
perbincangan yang bias bagaimana dan apa penanganan utama pada pasien ginekomastia,
karena banyak penanganan yang berbeda pada pasien ginekomastia.

Anda mungkin juga menyukai