Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan

makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Praktek Klinik.

Dimana membahas tentang “LAPAROSKOPIS”. Dengan membahas materi ini maka

kita akan lebih mengetahui tentang pemahaman tentang Laparoskopis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan teman-teman.

Ponorogo, 27 September 2014

Penyusun

[Type text] Page 1


DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................. 2

Daftar Isi............................................................................................................3

BAB I Pendahuluan...........................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................5

1.3 Tujuan..............................................................................................5

BAB II Pembahasan..........................................................................................6

A. Sejarah Laporaskopi........................................................................6
B. Pengertian Laporaskopi..................................................................6
C. Persiapan dan Pemeriksaan Diagnosa Laporaskopi.......................7
D. Kegunaan Laporaskopi..................................................................9
E. Indikasi dan Kontra Indikasi Operasi Laporaskopi......................10
F. Prosedur Laporaskopi Operatif.....................................................12
G. Jenis-jenis Laporaskopi.................................................................14
H. Anestesi pada Laporaskopi Operatif.............................................16
I. Robotik Laporaskopi.....................................................................18

BAB III PENUTUP.......................................................................................19

Daftar Pustaka.................................................................................................20

[Type text] Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya prinsip operasi laparotomi ginekologi konvensional
digunakan pada laparoskopi operatif.Disamping itu, operator laparoscopy harus
berpengalaman dalam melakukan operasi melakukan operasi laparoskopi
diagnostic.Oleh karena itu mereka sebelumnya harus telah mengenal dengan baik
jaringan atau organ genitalia interna serta patologi tertentu lewat pandangan
laparoskop. Operator laparoskopi dituntut pula untuk terbiasa dan terlatih
menggunakan berbagai alat khusus yangt telah disebutkan diatas. Operator
laparoskopi juga dituntut agar terbiasa melakukan jahitan atau ikatan hemostasis
pada jaringan dalam rongga pelvis dengan endoloog dan endo-suture cara ikatan
luar atau dalam.
Untuk melatih hal-hal tersebut, oleh semm telah dibuat suatu model yang
disebut pelvic-trainer.Dengan pelvic-trainer ini seseorang dapat melatih
keterampilannya untuk melakukan hal-hal khusus tersebut diatas. Okuler
laparoskop dapat dihubungkan dengan monitor, seperti ia melakukan hal yang
sesungguhnya pada pasien. Bahan jaringan yang digunakan, biasanya plasenta
segar dengan selaput amnionnya, yang dilekatkan didalam pelvic-trainer. Pada
jaringan plasenta dan selaput amnion tersebut dapat dilakukan berbagai tindakan
seperti melakukan tindakan yang sesungguhnya. Apabila hal-hal tersebut telah
dikuasai dengan baik, maka ia telah siap untuk melakukan operasi laparoscopy
operatif yang sesungguhnya pada pasien.
Akhirnya, sewaktu akan melakasanakan operasi laparoskopyk perlu di
pertimbangkan benar-benar apakah akan menguntungkan penderita. Tindakan
operasi laparoscopy juga masih mempunyai keterbatasan.Mage dan kawa-kawan

[Type text] Page 3


mengemukakan keberhasilan dalam histerektomi hanya mencapai 75% sedangkan
untuk miomektomi masih lebih kurang lagi dan mereka mengemukakan masih
diperlukannya alat-alat yang lebih canggih. Hanya dengan mengandalkan
penilaian ilmiah yang benar dan cermat dalam tatacara pemakaian operasi
laparoskopyk teknik tersebut akan menemui harapan yang lebih cerah.

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan apa yang dimagsud dengan sejarah perkembangan laparoskopi?
2. Jelaskan apa yang dimagsud dengan indikasi dan kontra-indikasi laparoscopy
operatif?
3. Jelaskan apa yang dimagsud dengan prosedur laparoscopy operatif?
4. Jelaskan apa yang dimagsud dengan macam atau jenis laparoscopy operatif?
5. Jelaskan apa yang dimagsud dengan anestesi pada laparoskopi operatif?
6. Jelaskan apa yang dimagsud dengan robotic laparoskopi?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan sejarah perkembangan laparoskopi?
2. Mampu menjelaskan gan indikasi dan kontra-indikasi laparoscopy operatif?
3. Mampu menjelaskan prosedur laparoscopy operatif?
4. Mampu menjelaskan macam atau jenis laparoscopy operatif?
5. Mampu menjelaskan anestesi pada laparoskopi operatif?
6. Mampu menjelaskan robotic laparoskopi?

[Type text] Page 4


BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH LAPAROSKOPI
Sulit menyebutkan siapa penemu alat laparoskopi pertama kali.Pada tahun
1902, Georg Keling, di Dresden, Saxony melakukan tindakan laparoskopi
pertama pada anjing.Tahun 1910, Hans Christian Jacobaeus di Swedia
melaporkan operasi laparoskopi dilakukan pertama kalinya terhadap manusia.
Dengan ditemukannya chip komputer pada kamera TV, innovasi laparoskop lebih
berkembang lagi. Dengan adanya alat ini, dapat dilakukan pembesaran lapangan
operasi yang terlihat di monitor.

B. PENGERTIAN LAPAROSKOPI
Laparoskopi adalah sebuah teknik melihat ke dalam perut tanpa melakukan
pembedahan besar, walaupun awalnya adalah adalah prosedur ginekologi,
laparoskopi semakin sering digunakan dalam pembedahan cabang lain. Menurut
sumber lain Laparoskopi adalah teknik bedah invasif minimal yang menggunakan
alat-alat berdiameter kecil untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan
prosedur bedah di dalam rongga perut. Kamera mini ini digunakan terlebih
dahulu, kemudian dimasukkan gas untuk membuat jarak pemisah antara rongga
sehingga dapat terlihat dengan jelas gambar yang akan terlihat. Dokter bedah
melakukan pembedahan dengan melihat layar monitor dan mengoperasikan alat-
alat tersebut dengan kedua tangannya. Awalanya, diadopsi luas oleh para
ginekolog, laparoskopi sekarang menjadi teknik bedah yang diggunakan dalam
bayak cabang pembedahan. Teknik ini memungkinkan banyak prosedur invansif
minimal. Laparoskop adalah instrumen sempit serupa tabung pencahayaan di
bagian dalam dan melihat nyaris setiap bagian tubuh. Instrumen ini secara

[Type text] Page 5


lengkap bertahap menjadi canggih sehingga dokter bedah dapat melewatkan
istrumen halus melalui laparoskop untuk melakukan operasi kecil. Paling sering
digunakan dalam ginekologi. Laparoskopi memungkinkan pandangan jernih tuba
fallopii, rahim dan indung telur. Ini berguna dalam mendiagnosis kondisi
ginekologi, seperti infeksi leher rahim dan kista indung telur. Juga digunakan
untuk mengecek keluhan seperti endometriosis (jaringan yang menyerupai lapisan
rahim yang tumbuh diluar rahim) dan kanker indung telur. Sebagai tes untuk
ketidak suburan yang disebabkan oleh tersumbatnya tuba fallopi, zat pewarna
ditempatkan kedalam lubang perut.

C. PERSIAPAN DAN PEMERIKSAAN DIAGNOSA LAPAROSKOPI


Perkembangan yang pesat di bidang teknologi kesehatan khususnya ilmu
bedah telah mendatangkan manfaat dan keuntungan yang besar bagi kehidupan
manusia.Ditemukannya teknik bedah Laparoskopi atau bedah minimal
invasive.misalnya, kini telah mulai menggantikan teknik-teknik konvensional,
kecuali pada kasus-kasus tertentu. Laparoskopi adalah prosedur untuk melihat
rongga perut melalui sebuah teleskop yang dimasukkan melalui dinding
perut.Prosedur pembedahan pada laparoskopi menggunakan alat-alat yang juga
dimasukkan melalui dinding perut.Melalui teleskop, prosedur pembedahan lebih
jelas terlihat karena bisa dilakukan pemaparan yang lebih baik pada rongga
panggul dan efek pembesaran dari teleskop. Pada bidang ginekologi (kesehatan
organ reproduksi wanita), kondisi yang dapat ditangani dengan teknik
laparoskopi antara lain mioma uteri, tumor ovarium, nyeri haid, endometriosis,
adenomiosis, infertilitas, sterilisasi tuba, pelengketan saluran tuba, pelengketan
organ genitalia, kehamilan di luar kandungan, pengangkatan rahim atau ovarian
drilling.

[Type text] Page 6


1. KEUNTUNGAN
Laparoskopi, yang merupakan revolusi besar di bidang ilmu bedah,
kini banyak dipilih karena prosedurnya yang mudah serta waktu operasi yang
relatif singkat dan lama pemulihan pasca operasi yang lebih singkat
ketimbang konvensional. Ukuran lubang yang diperlukan untuk operasi
hanya kurang lebih 0,5-1,5 cm, jauh lebih kecil dibandingkan ukuran lubang
untuk operasi konvensional. Karena alasan inilah maka operasi laparoskopi
disebut juga bandaid surgery atau keyhole surgery.Operasi ini disebut juga
minimal invasive, karena bagian tubuh dibuka dengan sedikit sayatan
saja.Alhasil, kerusakan pada jaringan tubuh dan jumlah perdarahan pun dapat
diminimalisir, pasien pun dapat pulih dengan lebih cepat.Di samping itu,
nyeri pasca operasi, komplikasi terhadap peristaltik usus dan luka operasi
(infeksi luka operasi atau terbukanya luka operasi) juga lebih rendah. Khusus
mengenai pemulihan peristaltik usus, laparoskopi memungkinkan hal ini
lebih cepat terjadi mengingat organ (usus) tidak perlu dikeluarkan dari perut
atau pun dipegang dokter. Peristaltik usus lebih akrab ditandai dengan buang
angin pasca operasi, dan ini merupakan salah satu tanda telah pulihnya fungsi
alat pencernaan.Bila bising ususnya sudah positif, pasien boleh langsung
minum.Oleh karena itu, rata-rata setelah dua hari pasca operasi laparoskopi,
pasien boleh pulang.
Perlengketan pasca operasi yang dapat menyebabkan nyeri berulang setelah
operasi, sumbatan usus, dan infertilitas juga lebih jarang terjadi.Pasien yang
sudah menjalani operasi besar apapun, kemungkinan mengalami pelengketan
20 hingga 40 persen. Hanya nanti manifesnya akan sangat tergantung kepada
individu. Secara kosmetik / estetik, laparoskopi lebih unggul dibandingkan
laparotomi.Bekas luka operasi relatif tidak terlihat karena kecilnya luka irisan
yang dilakukan.Kemungkinan terjadinya keloid pada bekas operasi juga
minimal.Transmisi mikroba amat minimal karena tidak ada kontak langsung

[Type text] Page 7


antara organ tubuh pasien dan tangan operator.Akibatnya, kemungkinan
infeksi pasca operasi dapat diminimalisir.

2. KERUGIAN
Biaya yang dibutuhkan untuk operasi ini relatif lebih mahal karena operasi
ini memerlukan peralatan-peralatan yang canggih seperti sistim kamera, sistim
lampu dsb.Selain itu operasi laparoskopi ini relatif lebih lama dibandingkan
laparotomi tetapi jika dilakukan oleh seorang operator laparoskopi yang terlatih
dan terampil maka lama operasi tidak berbeda jauh dengan laparotomi.

D. KEGUNAAN LAPAROSKOPI
Beberapa kegunaan laparoskopi secara umum dapat dibagi dalam dua
kelompok yakni untuk mengetahui penyebab dari suatu penyakit (diagnosis) dan
untuk mengatasi masalah tersebut (terapi). Sebagai alat diagnostik, laparoskopi
seringkali digunakan untuk mendiagnosis penyebab dari ketidaksuburan
(infertilitas), terutama untuk pasangan yang telah lama mencoba berbagai cara
untuk mendapatkan anak. Penyebab infertilitas yang dapat diketahui oleh
laparoskopi antara lain adalah gangguan pada saluran telur, yang bisa terjadi
akibat proses perlekatan dengan daerah sekitar atau penekanan oleh tumor atau
proses infeksi, adanya endometriosis (suatu penyakit yang erat kaitannya dengan
infertilitas), adanya tumor kandungan atau tumor pada indung telur. Berbagai
penyebab infertilitas yang dapat diatasi melalui laparoskopi antara lain adalah
membebaskan saluran telur dari perlengketan atau penekanan oleh tumor,
mematikan sarang-sarang endometriosis, atau mengangkat tumor
kandungan/tumor pada indung telur. Selain itu, laparoskopi juga merupakan salah
satu cara untuk mengetahui dan mengatasi kehamilan di luar kandungan.
Kehamilan di luar kandungan merupakan hal yang bila dibiarkan dapat
membahayakan bagi penderita. Laparoskopi unggul dalam hal diagnostik karena

[Type text] Page 8


dokter akan melihat secara langsung kelainan yang ada, di samping dapat
melakukan berbagai tindakan untuk mengatasinya. Laparoskopi juga merupakan
salah satu cara untuk melakukan tubektomi (seringkali dikenal sebagai penutupan
kandungan), yakni bagi mereka yang telah merasa cukup memiliki anak.
Pengangkatan miom / kista indung telur / kandungan sendiri juga dapat dilakukan
melalui laparoskopi.Miom ukuran besarpun dapat dioperasi dengan menggunakan
moselator, suatu alat untuk mengikis tumor menjadi ukuran yang lebih kecil,
sehingga tumor tersebut dapat dikeluarkan melalui lubang kecil yang
dibuat.Laparoskopi, di tangan ahli, dapat melakukan berbagai tindakan yang
dilakukan secara laparotomi.

E. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI OPERASI LAPAROSKOPI


Dengan telah berkembangnya inovasi instrumentasi dan tekhnik operasi
seperti yang telah di utarakan diatas,maka indikasi untuk melakukan operasi
dengan teknik laparoskopi menjadi lebih luas.tindakan operasi diagnostik dengan
hasil diagnosis yang jelas, dan yang telah didiskusikan dengan pasien
sebelumnya, dapat dilanjutkan dengan tindakan operatif tertentu.
1. INDIKASI
a) Indikasi Diagnostik
1) Diagnosis diferensiasi patologi genetalia interna
2) Infertilitas primer dan atau sekunder
3) Second look operation,apabila diperlukan tindakan berdasarkan
operasi sebelumnya
4) Mencari dan mengangkat translokasi AKDR.
5) Pemantauan pada saat dilakukan tindakan histeroskopi

[Type text] Page 9


b) Indikasi terapi
1) Kistektomi ,miomektomidan histerektomi
2) Hemostasis perdarahan pada perforasi uterus akibat tindakan
sebelumnya.
c) Indikasi operatif terhadap adneksa
1) Fimbrioplasti ,salpingostomi,salpingolisis
2) Koagulasi lesi endometriosis.
3) Aspirasi cairan dari suatu konglomerasi untuk diagnostik yang
terapeutik.
4) Salpingektomi pada kehamilan ektopik
5) Kontrasepsi mantap (oklusi tuba)
6) Rekontruksi tuba atau reanastromosis tuba pascatubectomi
d) Indikasi operatif terhadap ovarium
1) Pungsi folikel matang pada program fertilisasi in-vitro
2) Biopsi ovarium pada keadaan tertentu( kelainan kromosom atau
bawaan , curiga keganasan).
3) Kistektomi antara lain ada kista coklat( endometrioma), kista dermoid,
dan kista ovarium lain
4) Ovariolisis, pada perlekatan periovarium
e) Indikasi operatif terhadap organ dalam rongga pelvis
Lisis perlekatan oleh omentum dan usus.

2. KONTRAINDIKASI
a. Kontraindikasi absolut
1) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukannya anestesi
2) Diatese hemoragik sehingga mengganggu funsi pembekuan darah
3) Peritonitis akut terutama yang mengenai abdomen bagian atas , disertai
dengan distensi dinding perut ,sebab kelainan ini merupakan
kontraindikasi untuk melakukan pneumoperitonium.

[Type text] Page 10


b. Kontraindikasi relative
1) Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk memasukkan
trokar kedalam rongga pelvis oleh karena trokar dapat melukai tumor
tersebut
2) Hernia abdominalis, dikawatirkan dapat melukai usus pada saat
memasukkan trokar ke dalam rongga pelvis, atau memperberat hernia
pada saat dilakukan pneumoperitonium.kini kekhawatiran ini dapat di
hilangkan dengan modifikasi alat pneumoperitonium otomatic
3) Kelainan atau insufisiensi paru paru, jantung,hepar,atau kelainan
pembuluh darah vena porta,goiter atau kelainan metabolisme lain yang
sulit menyerap gas CO2.

F. PROSEDUR LAPAROSKOPI OPERATIF


Tiga atau lebih sayatan kecil (5-10 mm) dibuat di perut untuk memungkinkan
port akses untuk dimasukkan. Para laparoskop dan instrumen bedah yang
akandimasukkan melalui port ini. Ahli bedah kemudian menggunakan
laparoskopi, yang mentransmisikan gambar organ-organ perut pada monitor
video, yang memungkinkan operasi untuk dilakukan. Operasi Laparoskopi usus
dapat digunakan untuk melakukan operasi berikut:
1. Proctosigmoidectomy. Operasi pengangkatan bagian rektum dan kolon
sigmoid yang sakit. Digunakan untuk mengobati kanker dan pertumbuhan
non-kanker atau polip, dan komplikasi diverticulitis.
2. Right colectomy atau Ileocolectomy. Selama kolektomi kanan, sisi kanan
usus besar akan dibuang. Selama ileocolectomy, segmen terakhir dari usus
kecil - yang melekat pada sisi kanan usus besar, yang disebut ileum, juga
dibuang. Digunakan untuk mengangkat kanker, pertumbuhan non-kanker
atau polip, dan peradangan dari penyakit Crohn.

[Type text] Page 11


3. Total abdominal colectomy. Operasi pengangkatan usus besar. Digunakan
untuk mengobati radang borok usus besar, penyakit Crohn, poliposis familial
dan mungkin sembelit.
4. Fecal diversion. Bedah pembuatan saluran baik sementara atau
permanentileostomy (pembukaan antara permukaan kulit dan usus kecil) atau
(kolostomi (pembukaan antara permukaan kulit dan usus besar). Digunakan
untuk mengobati masalah dubur dan dubur kompleks, termasuk kontrol
buang air besar yang buruk .
5. Abdominoperineal resection. Operasi pengangkatan anus, rektum dan kolon
sigmoid.Digunakan untuk membuang kanker di rektum bawah atau di anus,
dekat dengan sfingter (kontrol) otot.
6. Rectopexy. Suatu prosedur dimana jahitan digunakan untuk mengamankan
rektum pada posisi yang tepat. Digunakan untuk memperbaiki prolaps
rektum.
7. Total proctocolectomy. Ini adalah operasi usus paling luas dilakukan dan
melibatkan pembuangan rektum dan usus besar.Jika ahli bedah dapat
meninggalkan anus dan bekerja dengan benar, maka kadang-kadang kantong
ileum dapat diciptakan sehingga Anda bisa pergi ke kamar mandi.Sebuah
kantung ileum adalah ruang operasi yang dibuat terdiri dari bagian terendah
dari usus kecil (ileum).Namun, kadang-kadang, suatu ileostomy permanen
(pembukaan antara permukaan kulit dan usus kecil) diperlukan terutama jika
anus harus dibuang, lemah, atau telah rusak.

[Type text] Page 12


G. JENIS-JENIS LAPAROSKOPI
1. Laparoskopi histerektomi
Jenis Histerektomi yang dilakukan oleh tabung optik standar ramping yang
juga dikenal sebagai laparoscopes disebuthisterektomi laparoskopi. Jenis
pengobatan histerektomi terdiri dari sedikit waktu untuk pemulihan dan durasi
dari Operasi daripada jenis lain dari operasi yang dilakukan. Hal ini juga
umumnya disukai oleh sebagian besar perempuan sebagai jenis pengobatan
karena tidak berakhir memberi Anda banyak bekas luka seperti metode
operasi lain.
Melalui mana prosedur laparoskopi histerektomi dilakukan?
Dasar dari histerektomi laparoskopi mulai dengan sebuah celah kecil di bawah
pusar ditarik wanita.Dalam irisan ini,
alat laparoskopi dikirim masuk Para dokter yang melakukan operasi kemudian
melihat melalui daerah Panggul wanita itu dan memeriksanya dengan penuh
perhatian dengan instrumen. Selama pemeriksaan ini dokter membuat
keputusan di mana untuk melakukan pemotongan lebih tepatnya dengan
instrumen ramping. Menggunakan histerektomi laparoskopi sebagai panduan
operasi,bedah menghapus ini rahim dari bagian dalam tubuh
wanita. rahim kemudian dibedah menjadi dua bagian. Bagian-bagian yang
membedah mengukur ukuran yang sesuai untuk menghapus mereka dari
perut, itu karena fakta bahwa sangat sedikit jahitan yang diperlukan dalam
rangka untuk menutup sayatan dibuat dalam operasi ini.
2. Miomektomi
Jika miom tersebut bertangkai maka tangkai tersebut dengan mudah dapat di
insisi.Untuk jenis intramural, resiko perdarahan sangat besar, kadang
diperlukan injeksi vasopressin untuk mempertahankan hemostasis.Jejak bekas
miomektomi harus dijahit, ini sesuatu yang mutlak. Cara pengeluaran massa
miom, apabila tersedia alat morselator maka dengan mudah miom dapat
dikeluarkan.

[Type text] Page 13


Saat ini laparoskopi tidak terbukti lebih baik dari laparotomi untuk
pengobatan menoragia atau infertilitas.Sebagai tambahan, ada kekhawatiran
untuk resiko uterus rupture selama kehamilan lebih besar pada miomektomi
dengan laparoskopi daripada laparotomi. Namun, pada tabel dibawah ini
terlihat bahwa miomektomi perlaparoskopi relative lebih menguntungkan
daripada miomektomi perlaparotomi

Laparoskopi Laparotomi Kemaknaan


Hasil Akhir
(n=20) (n=20)

Kehilangan darah(ml) 200 ± 50 230 ± 44 P >0,05

Waktu operasi(menit) 100 ± 31 93 ± 27 P >0,05

Injeksi analgesic 1,9 ± 0,7 4,1 ± 1,4 P >0,05

Pasien bebas analgetik pada hari


85 15 P >0,05
ke-2(%)

Pasien dipulangkan pada hari ke-


90 10 P >0,05
3(%)

Pasien kembali bekerja pada hari


90 5 p>0,05
ke-15(%)

[Type text] Page 14


H. ANESTESI PADA LAPAROSKOPI OPERATIF
Apapun jenis atau cara pemberiannya, tindakan pemberian anestesi ini tidak
boleh di anggep ringan. Apabila tindakan dan cara pemberian anastesi tidak
benar, dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Kaidah-kaidah ilmu
anastesi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sama halnya dengan
kaidah-kaidah yang lazimnya digunakan pada operasi laparotomi.
1. Anastesi local
Laparoskopi operatif yang tidak memerlukan waktu lama dan
intervensi yang berat, dapat dilakukan dalam anastesi local, seperti
pemasangan cincin tuba atau klip tuba pada tindakkan sterilisasi. Cukup
banyak keuntungan pemberian anastesi lokal ini, antara lain waktu rawat
dapat dipersingkat dan efek samping yang ringan. Konsep atau istilah
volonelgesia yaitu vocal,dapat berkomunikasi dengan pasien pada saat operasi
; lokal, denagn menggunakan sediaan anastesi lokal yang relative murah
antara lain lidokain 0,5% 20-40 ml, untuk memati rasa kulit disekitar
tusukkan trokar : volo, bahasa latin yang artinya ingin, pasien ingin sadar,
terutama pada pasien yang takut tidur; dan penggunaan sediaan
nuetroleptanalgesia, antara lain diazepam atau meperidim atau sejenisnya;
sangat menguntungkan, aman, dan banyak digunakan dalam cara pemberian
anastesia lokal pada laparoskopi operatif.
Beberapa operator, walaupun hal ini tidak perlu benar, menyuntikkan anastesi
paraservikal apabila diperlukan intervensi pada uterus, terutama sebelum
memasukkan kanula manipulator uterus.Beberapa operator menyemprotkan
(spay) juga anastasi lokal pada tuba, sebelum dilakukan pemasangan cincin
tuba atau klip tuba. Semua cara pemberian anastesi lokal tersebut bertujuan
untuk menghilangkan rasa sakit, selama dan pasca operasi. Pemberian
neuroleptanalgesia bertujuan untuk menghilangkan ansietas, dan juga bersifat
ansedatif. Pemberian sediaan ini sebaiknya melalui intravena, yang
sebelumnya telah terpasang infuse dekstrosa 5%. Dapat diberikan diazepam

[Type text] Page 15


(valium) 5mg, dan kemudian meparidin (demoral) 25-50 mg, intravena
perlahan-lahan. Apabila pemberian sediaan ini tidak didampingi oleh spesialis
anastesi, dianjurkan selama operasi pemberian diazepam tidak melebihi 10
mg, dan meperidin 100 mg. Sediaan lain yang dapat digunakan antara lain
fentanil yang dapat dikombinasikan dengan droperidol.apabila sediaan ini
digunakan, pemantauan kardiovaskular perlu diperhatikan lebih baik dan
kadang kala diperlukan pemberian oksigen bagi pasien.
2. Anastesi regional
Anastesi regional (kaudal, epidural, atau blok spinal), hanya
digunakan apabila anastesi inhalasi merupakan kontraindikasi. Beberapa efek
samping yang kurang disenangi dalam pemberian anastesi regional antara lain
dapat terjadi vasodilatasi dan hipotensi yang mendadak. Cara anastesi ini
untuk tindakkan laparoskopi telah banyak ditinggalkan.
3. Anastesi umum
Anastesi untuk semua operasi hanya aman apabila ditangani oleh
spesialis anastesi.Anastesi umum dapat digunakan dengan kaidah-kaidah ilmu
anastesi biasanya untuk tujuan laparoskopi operatif. Apabila digunakan
kanulaendotrakheal, sebaiknya dipasang kanula nasogastri untuk mencegah
distensi gaster. Pada saat pemasangan trokar, apabila terdapat distensi gaster,
akan dapat melukai dindingnya. Apabila terjadi perforasi gaster yang tidak
dikenal, dapat mengakibatkan abdomen akut pasca operasi. Kadangkala
diperlukan pernapasan bantu (assisted respiration), terutama pada operasi
laparoskopi dalam posisi trendelenburg, oleh karena diafragma mendesak paru
ke atas. Hal ini yang perlu diperhatikan pada pemberian anastesi umum ialah
kejadian asidosis, terutama pada oprasi yang lama, dengan menggunakan gas
CO2 yang cukup banyak untuk maksud maintenance pneumoperitoneum.
Dalam hal ini pemantauan kondisi kardiovaskular perlu lebih
diperhatikan.Asidosis yang tidak dikoreksi dan berlangsung lama dapat
mengakibatkan henti jatung (cardiac arrest).

[Type text] Page 16


I. ROBOTIK LAPAROSKOPI
Diperkenalknanya teknologi robotic dapat menjembatani gap yang ada antara
laparoskopi dengan laparotomi.Terdapat tiga bentuk tehnologi robot yang
digunakan pada pembedahan ginekologi.Pertama adalah automatid endoscopic
system for optimal positioning (AESOP) merupakan tehnologi robot pertama
yang disetujui oleh badan administrasi pangan dan obat amerika (FDA).Tehnologi
robot ini dikendalikan melalui suara.Sistem robot yang kedua adalah Sistem
Pembedahan Zeus yang menyediakan lapang penglihatan dua dimensi dengan
pengendalian jarak jauh lengan robot pada meja oprasi.Akan tetapi, system ini
sudah tidak diproduksi lagi.Sistem robot yang terakhir adalah Sistem operasi da
Vinci. Alat ini dapat juga dikendalikan jarak jauh tetapi dengan lapang pandang
tiga dimensi yang asli dan dilengakapi tehnologi peredam tremor. Sistem ini
memiliki keuntungan pembedahan potensial laparotomi disertai dengan
keuntungan laparoskopi.

[Type text] Page 17


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembangan yang pesat di bidang teknologi kesehatan khususnya ilmu bedah telah
mendatangkan manfaat dan keuntungan yang besar bagi kehidupan manusia.
Ditemukannya teknik bedah Laparoskopi atau bedah minimal invasive.misalnya, kini
telah mulai menggantikan teknik-teknik konvensional, kecuali pada kasus-kasus tertentu.
Laparoskopi adalah prosedur untuk melihat rongga perut melalui sebuah teleskop yang
dimasukkan melalui dinding perut.Prosedur pembedahan pada laparoskopi menggunakan
alat-alat yang juga dimasukkan melalui dinding perut.Melalui teleskop, prosedur
pembedahan lebih jelas terlihat karena bisa dilakukan pemaparan yang lebih baik pada
rongga panggul dan efek pembesaran dari teleskop.

[Type text] Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM.1996.BALAI PENERBIT FKUI. JAKARTA

Nealon, Thomas F. 1994. KETRAMPILAN POKOK ILMU BEDAH ED.4.EGC. Jakarta

Surgery : pretest Self Assessment and Review, Tenth Edition. International edition 2004

David Arnot, dkk (2009). Pustaka Kesehtan Populer Saluran Pencernaan, Volume 4.Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer. hlm. 144.

Budi. R Hadibroto: Laparoskopi Operatif, 2007

[Type text] Page 19

Anda mungkin juga menyukai