LAPAROSKOPI OPERATIF
HIKMA RIFANY
MARIA FRANSISKA
DINI HARDIANTI
FARCE
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Laparoskopi Operatif ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan Makalah Laparoskopi Operatif ini dengan baik. Solawat serta salam
semoga terlimpah curahnya kepada baginda Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
meneyelesaikan pembuatan Makalah Laparoskopi Operatif ini.
Tak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Irna
Wati ,SST.,M.Keb Yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mmengajar kami dalam pembuatan Makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa Makalah Laparoskopi Operatif ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
Makalah Laparoskopi Operatif ini nantinya dapat menjadi Makalaah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada Makalah ini kami memohon
maaf sebesar-besarnya. Demikian, semoga Makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..13
B. Saran ………………………………………………………………………...13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk melatih hal-hal tersebut, oleh semm telah dibuat suatu model yang
disebut pelvic-trainer. Dengan pelvic-trainer ini seseorang dapat melatih
keterampilannya untuk melakukan hal-hal khusus tersebut diatas. Okuler
laparoskop dapat dihubungkan dengan monitor, seperti ia melakukan hal yang
sesungguhnya pada pasien. Bahan jaringan yang digunakan, biasanya plasenta
segar dengan selaput amnionnya, yang dilekatkan didalam pelvic-trainer. Pada
jaringan plasenta dan selaput amnion tersebut dapat dilakukan berbagai tindakan
seperti melakukan tindakan yang sesungguhnya. Apabila hal-hal tersebut telah
dikuasai dengan baik, maka ia telah siap untuk melakukan operasi laparoscopy
operatif yang sesungguhnya pada pasien.
1
operasi laparoscopy juga masih mempunyai keterbatasan. Mage dan kawa-kawan
mengemukakan keberhasilan dalam histerektomi hanya mencapai 75% sedangkan
untuk miomektomi masih lebih kurang lagi dan mereka mengemukakan masih
diperlukannya alat-alat yang lebih canggih. Hanya dengan mengandalkan
penilaian ilmiah yang benar dan cermat dalam tatacara pemakaian operasi
laparoskopyk teknik tersebut akan menemui harapan yang lebih cerah.
B. Tujuan Pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH LAPAROSKOPI
Tiga puluh satu tahun kemudian, Pablo Luis Mirizzi seorang dokter
dari Argentina melakukan operasi Cholangiography untuk pertama kali.
Publikasi pertama kali tentang bedah laparoskopi oleh Raoul Palmer pada
awal 1950. Sejarah panjang pun bergulir. Teknik bedah minimal invasif ini
terus mengalami perkembangan. Hingga memasuki abad milennium, bedah
laparoskopi tak terbendung dan hampir menggantikan operasi-operasi
dengan teknik konvensional kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti
kelainan kongenital (cacat bawaan), bedah kosmetik dan lain-lain.
3
lain-lainnya. Berbagai pabrikan juga mengembangkan alat endoskopi untuk
sejumlah operasi yang spesifik.
1. INDIKASI
a) Indikasi Diagnostik
1) Diagnosis diferensiasi patologi genetalia interna
2) Infertilitas primer dan atau sekunder
3) Second look operation,apabila diperlukan tindakan berdasarkan
operasi sebelumnya
4) Mencari dan mengangkat translokasi AKDR.
5) Pemantauan pada saat dilakukan tindakan histeroskopi
b) Indikasi terapi
1) Kistektomi ,miomektomidan histerektomi
4
2) Hemostasis perdarahan pada perforasi uterus akibat tindakan
sebelumnya.
2. KONTRAINDIKASI
a) Kontraindikasi absolut
1) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukannya
anestesi
2) Diatese hemoragik sehingga mengganggu funsi pembekuan
darah
5
3) Peritonitis akut terutama yang mengenai abdomen bagian
atas , disertai dengan distensi dinding perut ,sebab kelainan ini
merupakan kontraindikasi untuk melakukan
pneumoperitonium.
b) Kontraindikasi relative
1) Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk
memasukkan trokar kedalam rongga pelvis oleh karena trokar
dapat melukai tumor tersebut
2) Hernia abdominalis, dikawatirkan dapat melukai usus pada
saat memasukkan trokar ke dalam rongga pelvis, atau
memperberat hernia pada saat dilakukan
pneumoperitonium.kini kekhawatiran ini dapat di hilangkan
dengan modifikasi alat pneumoperitonium otomatic
3) Kelainan atau insufisiensi paru paru, jantung,hepar,atau
kelainan pembuluh darah vena porta,goiter atau kelainan
metabolisme lain yang sulit menyerap gas CO2.
6
2. Right colectomy atau Ileocolectomy.
Selama kolektomi kanan, sisi kanan usus besar akan dibuang.
Selama ileocolectomy, segmen terakhir dari usus kecil - yang
melekat pada sisi kanan usus besar, yang disebut ileum, juga
dibuang. Digunakan untuk mengangkat kanker, pertumbuhan
non-kanker atau polip, dan peradangan dari penyakit Crohn.
3. Total abdominal colectomy.
Operasi pengangkatan usus besar. Digunakan untuk mengobati
radang borok usus besar, penyakit Crohn, poliposis familial dan
mungkin sembelit.
4. Fecal diversion.
Bedah pembuatan saluran baik sementara atau
permanentileostomy (pembukaan antara permukaan kulit dan
usus kecil) atau (kolostomi (pembukaan antara permukaan kulit
dan usus besar). Digunakan untuk mengobati masalah dubur dan
dubur kompleks, termasuk kontrol buang air besar yang buruk .
5. Abdominoperineal resection.
Operasi pengangkatan anus, rektum dan kolon
sigmoid.Digunakan untuk membuang kanker di rektum bawah
atau di anus, dekat dengan sfingter (kontrol) otot.
6. Rectopexy.
Suatu prosedur dimana jahitan digunakan untuk mengamankan
rektum pada posisi yang tepat. Digunakan untuk memperbaiki
prolaps rektum.
7. Total proctocolectomy.
Ini adalah operasi usus paling luas dilakukan dan melibatkan
pembuangan rektum dan usus besar. Jika ahli bedah dapat
meninggalkan anus dan bekerja dengan benar, maka kadang-
kadang kantong ileum dapat diciptakan sehingga Anda bisa
7
pergi ke kamar mandi. Sebuah kantung ileum adalah ruang
operasi yang dibuat terdiri dari bagian terendah dari usus kecil
(ileum). Namun, kadang-kadang, suatu ileostomy permanen
(pembukaan antara permukaan kulit dan usus kecil) diperlukan
terutama jika anus harus dibuang, lemah, atau telah rusak.
1. Laparoskopi histerektomi
8
dari perut, itu karena fakta bahwa sangat sedikit jahitan yang diperlukan
dalam rangka untuk menutup sayatan dibuat dalam operasi ini.
2. Miomektomi
Saat ini laparoskopi tidak terbukti lebih baik dari laparotomi untuk
pengobatan menoragia atau infertilitas. Sebagai tambahan, ada
kekhawatiran untuk resiko uterus rupture selama kehamilan lebih besar
pada miomektomi dengan laparoskopi daripada laparotomi. Namun, pada
tabel dibawah ini terlihat bahwa miomektomi perlaparoskopi relative
lebih menguntungkan daripada miomektomi perlaparotomi.
9
bekerja pada hari
ke -15(%)
menguntungkan daripada miomektomi perlaparotomi
1. Anastesi local
10
sebelum memasukkan kanula manipulator uterus. Beberapa operator
menyemprotkan (spay) juga anastasi lokal pada tuba, sebelum dilakukan
pemasangan cincin tuba atau klip tuba. Semua cara pemberian anastesi
lokal tersebut bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit, selama dan
pasca operasi. Pemberian neuroleptanalgesia bertujuan untuk
menghilangkan ansietas, dan juga bersifat ansedatif. Pemberian sediaan
ini sebaiknya melalui intravena, yang sebelumnya telah terpasang infuse
dekstrosa 5%. Dapat diberikan diazepam (valium) 5mg, dan kemudian
meparidin (demoral) 25-50 mg, intravena perlahan-lahan. Apabila
pemberian sediaan ini tidak didampingi oleh spesialis anastesi, dianjurkan
selama operasi pemberian diazepam tidak melebihi 10 mg, dan meperidin
100 mg. Sediaan lain yang dapat digunakan antara lain fentanil yang
dapat dikombinasikan dengan droperidol.apabila sediaan ini digunakan,
pemantauan kardiovaskular perlu diperhatikan lebih baik dan kadang kala
diperlukan pemberian oksigen bagi pasien.
2. Anastesi regional
3. Anastesi umum
11
Apabila digunakan kanulaendotrakheal, sebaiknya dipasang
kanula nasogastri untuk mencegah distensi gaster. Pada saat
pemasangan trokar, apabila terdapat distensi gaster, akan dapat
melukai dindingnya. Apabila terjadi perforasi gaster yang tidak
dikenal, dapat mengakibatkan abdomen akut pasca operasi.
Kadangkala diperlukan pernapasan bantu (assisted respiration),
terutama pada operasi laparoskopi dalam posisi trendelenburg, oleh
karena diafragma mendesak paru ke atas. Hal ini yang perlu
diperhatikan pada pemberian anastesi umum ialah kejadian asidosis,
terutama pada oprasi yang lama, dengan menggunakan gas CO2 yang
cukup banyak untuk maksud maintenance pneumoperitoneum. Dalam
hal ini pemantauan kondisi kardiovaskular perlu lebih diperhatikan.
Asidosis yang tidak dikoreksi dan berlangsung lama dapat
mengakibatkan henti jatung (cardiac arrest).
BAB III
PENUTUP
12
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan sehingganya kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun
untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
13
Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM.1996.BALAI PENERBIT FKUI.
JAKARTA
Nealon, Thomas F. 1994. KETRAMPILAN POKOK ILMU BEDAH
ED.4.EGC. Jakarta
Surgery : pretest Self Assessment and Review, Tenth Edition. International
edition 2004
Laparoskopi: Revolusi teknik pembedahan
Oleh : dr. Anung Noto Nugroho, Sp.B-KBD
14