Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN OKSIGENISASI

DISUSUN OLEH:

KASIANA MANDA

(211121314)

POLITENIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK PRODI

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. PENGERTIAN

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.


Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena
itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh.

Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O 2 dan


pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi
sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila
lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal
seperti meninggal (Kusnanto, 2016).

B. ETIOLOGI
Menurut Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1). Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah :

a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada
saat terpapar zat beracun
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolik

e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti


kehamilan, obesitas dan penyakit kronis

2). Status kesehatan

Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar


oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat
terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti
gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.

3). Faktor perkembangan

Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang


mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan :
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut

c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok

d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4). Faktor perilaku

Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi


pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional
dan penggunaan zatzat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
5). Lingkungan

Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi


lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu:

a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian

c. Tempat kerja (polusi)

C. PATOFISIOLOI

1. Gangguan Irama Pernapasan

a. Pernapasan Cheyne Stokes

Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang


amplitudonya mulamula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan
berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis
jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 –
15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
b. Pernapasan Biot

Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne


stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c. Pernapasan Kussmaul

Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya


meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat
ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
2. Gangguan frekuensi pernapasan

a. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.

b. Bradipnea

Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan


jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
3. Insufisiensi pernapasan Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi
menjadi tiga kelompok utama yaitu ;
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :

1) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi


servikal.

2) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,


TBC, dan lain-lain.
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru

1) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya


kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
2) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan, misalnya
pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
3) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-
paru ke jaringan
1) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin yang
tersedia untuk transfor oksigen.
2) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
3) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah jantung
yang rendah.
4. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia,
hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik. a.
Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia
anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika
oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin
sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan
karbondioksida.
b. Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis
yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
c. Overventilasi hipoksia

Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang


berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali
dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal
(oksigen darah vena meningkat).

D. TANDA DAN GEJALA


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejalaklinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan
dalam, gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot
bantu pernfasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronchial
ini adalah sesak nafas, batuk, dan pada sebagian penderita ada yang
merasa nyeri dada. Gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain :
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada tachicardi
dan pernafasan cepat dangkal. Serangan asma bronchial seringkali terjadi
pada malam hari.Dispnea yang bermakna.

a. Batuk, terutama dimalam hari.


b. Pernapasan yang dangkal dan cepat.
c. Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi
terdengar hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.

d. Peningkatan usaha bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai


perburukan kondisi, napas cuping hidung.
e. Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat
udara yang cukup.
Udara terperangkap karena obstruksi aliran darah, terutama terlihat
selama ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan
memanjangnya waktu ekspirasi.Diantara serangan asmatik, individu
biasanya asimtomatik. Akan tetapi, dalam pemeriksaan perubahan fungsi
paru mungkin terlihat bahkan diantara serangan pada pasien yang
memiliki asma persisten.

E. KOMPLIKASI
1. Penurunan kesadaran
2. Hipoksia
3. Cemas dan gelisah
F. PEMERIKSAAN DIANOSTIK
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik
antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru

c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur


kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis.

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan
oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik,
mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1. Perubahan frekuensi atau pola napas

2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3. Hipoksemia

4. Menurunnya kerja napas

5. Menurunnya kerja miokard

6. Trauma berat

Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan


oksigen :
a. Inhalasi oksigen
terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem
aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula

Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat


memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 20% - 40%.

b) Sungkup muka sederhana

Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau


dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -
60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong


yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada
saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari
udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing

Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup


terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu
katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan
aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari
sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka
dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian
oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur
dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan
warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning
35%, merah 40%, dan hijau 60%.

b. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan


cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).
1) Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada


punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang
dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding
bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi

Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan


getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan
pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang
ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase

Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret


dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan
dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap
segmen paru.

4) Napas dalam dan batuk efektif

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki


ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif
merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan
laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas.
5) Penghisapan lendir

Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang


dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender
sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas
dan memenuhi kebutuhan oksigen
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a.Biodata pasien
b.Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada sistem
pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri,
dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
c.Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)

d. Riwayat penyakit

a. Nyeri

b. Paparan lingungan

c. Batuk

d. Bunyi nafas

e. Faktor resiko penyakit paru

f. Frekuensi infeksi pernapasan

g. Masalah penyakit paru masa lalu

h. Riwayat penggunaan obat

e.Kebiasaan promosi kesehatan :


kebiasaan merokok, kebiasaan dalam bekerja yang dapat memperberat
masalah oksigenasi
f.Stressor yang dialami

g.Status mental dan atau kondisi kesehatan

h.Pemeriksaan Fisik
a.Inspeksi.
Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan menilai :

1) Tingkat kesadaran pasien

2) Keadaan umum

3) Postur tubuh

4) Turgor kulit dan membran mukosa

5) Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur


toraks, pergerakan dinding dada)
6) Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi
dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1) Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi.
Getaran meningkat : pneumonia, penumpukan sekret, atektasis yang
belum totalm infark atau fibrosis paru.
Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan pleura,
emfisema atau sumbatan bronkus.
2) Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta
bandingkan perbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri.
c. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam


serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
Berikut beberapa macam suara ketukan yang timbul :
1) Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru

2) Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan);


tumor, atalektasis, atau cairan
3) Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan
dengan suara sonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-paru
4) Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul
gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri, dimana
terletak lambung dan usus besar. Namun jika terdengar di dinding
thorak, artinya tidak normal; akibat adanya udara
d. Auskultasi

1)Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam


mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk mengidentifikasi
bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
2)Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika
suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi
obstruksi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah


oksigenasi adalah SDKI(2017)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0149)

2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)


3.INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Rencana

DX Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan

1 Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Airway


nafas tidak efektif keperawatan selama x management
24 jam Jaga kepatenan
Subyektif :
Respiratory : airway patency jalan napas: buka
- Sulit bicara - Klien mampu jalan napas,
- Dispnea mengidentifikasi dan suction,
mencegah faktor yang fisioterapi dada
- Ortopnea
dapat menghambat jalan sesuai indikasi
Obyektif :
napas Monitor
- Sputum berlebih
- Menunjukan jalan napas pemberian
- Terdengar suara
yang paten: klien tidak oksigen, vital sign
mengi /
merasa tercekik, tidak tiap ...jam
wheezing, dan /
terjadi aspirasi, frekuensi Monitor
ronkhi kering
napas dalam rentang status
- Frekuensi napas
normal respirasi:
berubah
- Tidak ada suara napas adanya
- Bunyi napas
abnormal suara
menurun
- Tidak ada bunyi napas tambahan
Pola napas berubah
tambahan Ajarkan teknik
Mampu mengeluarkan sputum nafas dalam dan
batuk napas efektif
dari jalan napas Kolaborasi
dengan tim medis
pemberian O2,
bronkodilator,
terapi nebulizer,
insersi jalan nafas,
dan pemeriksaan
laboratorium:
AGD

Suction
Monitor dan catat
tipe dan jumlah
sekret pencegahan
aspirasi
Monitor
saturasi
oksigen
dan
status
hemodinamik
selama dan setelah
suction

Pencegahan
Aspirasi
Monitor tingkat
kesadaran, reflek
Pola nafas tidak batuk, muntah, dan
efektif kemampuan
Subyektif : menelan
Tinggikan posisi
- Dispnea
kepala tempat
- Ortopnea
2 tidur 30-45 derajat
Obyektif : setelah makan
untuk mencegah
- Penggunaan otot
aspirasi dan
Setelah dilakukan asuhan
bantu
mengurangi
keperawatan selama …. x
pernapasan
dispnea
24 jam
- Fase ekspirasi
Respiratory : ventilation
memanjang
- Ekspirasi dada simetris Airway
- Pola napas
- Tidak terdapat pengunaan management
abnormal
otot bantu pernapasan Pantau adanya
- Pernapasan
- Tidak terdengar bunyi pucat dan sianosis
cuping hidung
napas tambahan Pantau efek obat
Tekanan ekspirasi /
- TTV dalam batas normal pada status
inspirasi menurun
- Fungsi paru menunjukkan respirasi
nilai dalam batas normal Pantau bunyi
respirasi, pola
respirasi, dan vital
sign
Kaji TTV dan
adanya sianosis
Kaji adanya
penurunan
ventilasi dan
bunyi napas
tambahan, serta
kebutuhan insersi
jalan napas
Monitor pola
pernapasan
(bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi) :
kecepatan, irama,
kedalaman, dan
usaha respirasi
Monitor tipe
pernapasan :kussm
aul, cheyne stoker,
biot
Pertahankan
pemberian O2
sesuai kebutuhan
Informasikan dan
ajarkan kepada
klien dan keluarga
tentang teknik
relaksasi
Kolaborasi dengan
tim medis untuk
program terapi,
pemberian
oksigen,
bronkodilator,
nebulizer, serta
pemeriksaan
medis

4.EVALUASI
1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal
2.Tidak ada hambatan pada pola napas

DAFTAR PUSTAKA

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pmemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada


Pasien Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA Penyakit Dalam
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2017. Padang; Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang.
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya;
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai