Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PENDAHULUAN OKSIGENASI

A. Definisi Oksigenisasi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan
dalam proses kehidupan karena oksigen sangat berperan
dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen didalam
tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung
lama akan menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan
oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas
dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan
dan memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara
normal (Taqwaningtyas, Ficka (2013).

Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam


paru-paru melalui saluran pernapasan menggunakan alat
bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada klien dapat melalui
tiga cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker
oksigen.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari
21% pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen
meningkat dalam tubuh. (Kristina, 2013). Oksigenasi adalah
proses penambahan oksigen kedalam system kimia dan fisika.
Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, sebagai
hasilnya terbentuklah karbondioksida ,energy dan air.
Penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel (Adityana,2012).

Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur


pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah.
Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber
energy, adenosine triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan
oleh sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membentuk asam,
yang harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran
gas, system kardiovaskuler dan system respirasi harus
bekerjasama.
Sistem kardiovaskuler bertanggungjawab untuk perfusi darah
melalui paru. Sedangkan system pernapasan melakukan dua
fungsi terpisah ventilasi dan rspirasi (Maryudianto, 2012).

B. Fisiologi Sistem Oksigenasi


Sistem tubuh yang berperan dalam membantu
dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah saluran pernafasan bagian
atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Saluran pernapasan
bagian atas, terdiri atas:

1. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui


hidung.

2. Esophagus.

3. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.

4. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup


laring saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri atas:

a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-


kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.

b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea


yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.

c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.

d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat


terjadinya pertukaran oksigen dengan
karbondioksida.

e. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ


utama dalam sistem pernapasa

Secara anatomi, system respirasi terbagi menjadi dua, yaitu


saluran pernafasan dan parenkim paru. Saluran pernafasan
dimulai dari organ hidung, mulut, trakea, bronkus sampai
bronkiolus. Didalam rongga toraks, bronkus bercabang menjadi dua
kanan dan kiri. Bronkus kemudian bercabang-cabang menjadi
bronkiolus.
Bagian parenkim paru berupa kantong-kantong yang menempel di
ujung bronkiolus yang disebut alveolus (bila 1) atau alveoli (bila
banyak). Udara masuk melalui lubang hidung → melewati nasofaring
→ melewati oral farink → melewati glotis → masuk ke trakea →
masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus → masuk ke
percabangan bronchus yang disebut bronchiolus → udara berakhir
pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus (jamak:
alveoli).

Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara


makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya. Secara umum,
pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen dari
udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam
proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama.
Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar.
C. Faktor-Faktor Oksigenasi
Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-


waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu
sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan
status kesehatan.

1. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan


terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga
darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.
Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat
dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada
lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga
menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan
oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan
barometer akan turun, sehingga tekanan oksigen juga
turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada
tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter
diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli
berkurang. Ini mengindikasikan kandungan oksigen
dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat
yang tinggi kandungan oksigennya berkurang.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat
meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga
kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.

3. Emosi

Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut


jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.

D. Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Sistem Oksigenasi

Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak


terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi
baik pada anatomi maupun fisiologis dari organ-organ respirasi.
Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya
gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam
tubuh tidak terpenuhi secara adekuat.

Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi


dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/ frekuensi
pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.

1. Gangguan irama/ frekuensi pernapasan

a. Gangguan irama pernapasan antara lain:

Pernapasan “Cheyne-stokes” yaitu siklus


pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal,
makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu
pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis
pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal
jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial,
overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis
pernapasan ini terutama terdapat pada orang di
ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan
laut dan pada bayi saat tidur.
b. Gangguan frekuensi pernapasan
Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan
yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi
pernapasa normal.
Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana
ferkuensi pernapasan yang jumlahnya menurun
dibawah frekuensi pernapasan normal.
2. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi
tiga kelompok utama yaitu:

a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus,


seperti:

Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada


poliomielitis, transeksi servikal.
Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti
asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi
berkurang, misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker
dan lain-lain.
Kondisi yang menyebabkan penebalan membran
pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan
lain-lain.
c. Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya
pengangkutan oksigen dari paru- paru ke
jaringan yaitu:
Anemia dimana berkurangnya jumlah
total hemoglobin yang tersedia untuk transpor
oksigen.
Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut oksigen.

3. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan.
Istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab, jarang
terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu
hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan
hipoksia histotoksik.

4. Histotoksik anoksia

Oksigen dapat diserap oleh system respirasi dengan


baik dan dapat dihantarkan oleh darah dengan optimal
sehingga kadarnya cukup di kapiler organ. Akan tetapi,
kadar oksigen yang cukup di jaringan inik tidak dapat
dimanfaatkan oleh sel secara optimal. Hal ini dapat
disebabkan karena defisiensi enzim-enzim yang
memfasilitasi masuknya O2 ke sel atau karena keracunan at
sianida yang merusak enzim-enzim tersebut.
PROSES KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OKSIGENASI

A. Pengkajian  
Agar dapat memberikan batuan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi klien, seorang perawat harus dapat mengidentifikasi
kemampuan ventilasi paru klien dan memperkirakan factor
penyebab yang menghambat ventilasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:

1. Riwayat Keperawatan

a. Keadaan saluran nafas: diidentifikasi melalui


pemeriksaan sebagai berikut:

1). Apakah klien merasa sesak atau kesulitan


bernafas? jika ya lanjutkan dengan
pertanyaan berikut

2). Adakah peningkatan frekuensi dan


tipe pernafasannya, apa?

3). Apakah klien batuk, jika ya

Apakah batuk kering atau bersputum? Jika


bersputum bagaimana jumlah, konsistensi
atau warna sputumnya?
Apakah hemoptysis?

Apakah batuknya

berat?

Bersihkan? Jika tidak, lanjutkan


dengan pertanyaan berikut

Adakah suara nafas tambahan, seperti:

Snoring (ngorok) yang akan terdengar


pada klien koma akibat jalan nafas

tersumbat oleh pangkal lidah yang


jatuh kebelakang

Gargling (seperti suara kumur-kumur)


yang akan terdengar saat terdapat
muntahan, atau secret pada saluran nafas
besar

Crowing (lengking) yang akan terdengar


pada penyempitan larynx akibat spasme
atau desakan oleh benda asing

Inspeksi adanya retraksi


sternocleidomastoid yang menggambarkan
adanya usaha untuk inspirasi yang sulit
akibat sumbatan jalan nafas

Auskultasi paru: adakah ;

Wheezing yang akan terdengar pada


penyempitan jalan nafas

Rales yang terdengar pada peningkatan


kelembapan saluran nafas

Ronchi yang akan terdengar pada


akumulasi secret

Palpasi daerah; adakah pembesaran thyroid


yang memungkinkan terdesaknya jalan
nafas ?

 Adakah klien merasakan nyeri pada


daerah thorax atau abdomen? keadaan
nyeri akan menghalangi kemampuan batuk
seseorang
2. Pemeriksaan Fisik: Data Fokus

a. Suara nafas abnormal

b. Batuk produktif dengan sekresi berlebihan

c. Batuk tidak produktif

d. Sianosis

e. Dyspnea

f. Retraksi otot sternocleidomastoid

g. Perubahan rate dan kedalaman pernafasan

B. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) Domain 11


: Keamanan/ Perlindungan

Kelas 2 : Cedera Fisik

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan


sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas.

Batasan Karakteristik

Tidak ada batuk, suara napas tambahan,


perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas,
sianosis, kesulitan berbicara/ mengeluarkan suara,
penurunan bunyi napas, dispnea, sputum dalam jumlah
yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, ortopnea,
gelisah, mata terbuka lebar

Faktor yang Berhubungan

a. Lingkungan : Perokok pasif, mengisap asap, merokok

b. Obstruksi Jalan Napas  : Spasme jalan napas, mukus


dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam alveoli, materi
asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan,
sekresi yang tertahan/ sisa sekresi, sekresi dalam
bronki.

C. Tujuan dan Kriteria Hasil NOC :

1. Respiratory status : Ventilation


2. Respiratory status : Airway patency
3. Aspiration Control
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Intervensi Keperawatan NIC :
Airway suction

1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning


2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioni
3.  Informasikan pada klien dan keluarga tentang suction
4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilak
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakheal
6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindak
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
8.  Monitor status oksigen pasie
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2,
dll.
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
4.  Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6.  Keluarkan sekret dengan batuk atau su
7.  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambah
8.  Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
11.  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12.  Monitor respirasi dan status O2

2. Ketidakefektifan Pola nafas (00032)


Domain 4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas 4 : Respons Kardiovaskular/Pulmonal

Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak member ventilasi


adekuat

Batasan Karakteristik

Perubahan kedalaman pernapasan, perubahan ekskursi dada,


mengambil posisi tiga titik, bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi,
penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit,
penurunan kapasitas vital, dispnea, peningkatan diameter anterior-
posterior, pernapasan cuping hidung, ortopnea, fase ekspirasi
memanjang, pernapasan bibir, takipnea, penggunaan otot aksesorius
untuk bernapas

Faktor yang Berhubungan

Ansietas , posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas dinding


dada, keletihan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi, gangguan
musculoskeletal, kerusakan neurologis, imaturitas neurologis,
disfungsi neuromuscular, obesitas, nyeri, keletihan otot pernapasan,
cedera medulla spinalis.

Tujuan dan Kriteria Hasil : NOC :


1.  Respiratory status : Ventilation
2. Respiratory status : Airway patency
3. Vital sign Status

Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3.  Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Intervensi Keperawatan :

NIC :

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau ja

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan

4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perl

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7.   Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Lakukan suction pada mayo

9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy

a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

b. Pertahankan jalan nafas yang paten

c. Atur peralatan oksigenasi

d. Monitor aliran oksigen

e. Pertahankan posisi pasien

f. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi

g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi


7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

8. Monitor suara paru

9. Monitor pola pernapasan abnormal

10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

11. Monitor sianosis perifer

12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang


melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3. Gangguan pertukaran gas (00030)

Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran

Kelas 4 : Fungsi Pernapasan

Definisi : Kelebihan atau deficit pada oksigenasi dan/atau


eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-kapiler.

Batasan Karakteristik

pH darah arteri abnormal, pH arteri abnormal, pernapasan


abnormal (mis, kecepatan, irama, kedalaman), konfusi,
sianosis (pada neonates saja), penurunan karbondioksida,
diaphoresis, dispnea, sakit kepala saat bangun, hiperkapnia,
hipoksemia, hipoksia, iritabilitas, napas cuping hidung, gelisah
Somnolen, takikardia, gangguan penglihatan

Faktor yang Berhubungan

Perubahan membrane alveolar-kapiler, ventilasi-perfusi

Tujuan dan Kriteria Hasil :

NOC
1. Respiratory Status : Gas exchange

2. Respiratory Status : ventilation

3. Vital Sign

Status Kriteria Hasil :

a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang


adekuat

b. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda


distress pernafasan

c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang


bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)

d. Tanda tanda vital dalam rentang normal

Intervensi Keperawatan : NIC


Airway Management

- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
-  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-  Lakukan suction pada mayo
-  Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
1.  Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2.  Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
3.  Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
DAFTAR PUSTAKA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 KeperawatanMedikalBedah


KeperawatanDewasaTeoridanContohAskep. Yogyakarta: Nuha Medika

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG


Black, J & Hawks, J. (2014). KeperawatanMedikalBedah:Manajemen
KlinisuntukHasilyangDiharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R.
Jakarta:

SalembaKozier, Barbara (2010).


FundamentalsofCanadianNursing:
Concepts,ProcessandPractice,edisi2. Pearson
Education Canada

Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011).


AskepGangguanSistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika

Nurarif & Kusuma, 2013. AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkan


DiagnosaDanNANDANIC-NOCJilid 2 Medaction

Nurarif & Kusuma, (2015). AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasarkan


DiagnosaDanNANDANIC-NOCjilid 2 Medaction

Purwaningsih, Wahyu & Karlina, Ina. (2010). AsuhanKeperawatanJiwa


Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai