Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

NAMA : Gede Ardian

NIM : 20089142181

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

A. Pengertian.
1. Definisi Oksigenasi
Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh bergantung
pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen harus secara adekuat
diterima dari lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh darah, dan jaringan. ( Potter &
Perry, 2005)
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
Oksigenasi adalah menghirup udara atau gas yang mengandung oksigen dan
dikeluarkan tubuh dalam bentuk karbondioksida (CO2) sebagai hasil dari proses oksidasi
yang terjadi di dalam tubuh.
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,
dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan
oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
B. Fisiologis oksigenasi
Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia yang
melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi
antar udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi
yakni ventilasi, perfusi, dan difusi. Pernafasan dapat berubah karena kondisi atau
penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru-paru. Otot-otot pernafasan, ruang
pleura, dan alveoli sangat penting dalam ventilasi, perfusi, dan difusi.

a. Ventilasi : merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan toraks yang elastis dan persarafan
yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi
oleh saraf frenik, yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.

b. Perfusi : fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dan dari membrane
kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi pulmonary
merupakan suatu reservoar untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan volume
darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri atau vena pulmonary yang besar.
Sirkulasi pulmonary juga berfungsi sebagai suatu filter yang menyaring thrombus
kecil sebelum thrombus tersebut mencapai organ-organ vital.Sirkulasi pulmonary
dimulai pada arteri pulmonary yang menerima darah vena yang membawa campuran
oksigen dari ventrikel kanan. Aliran darah yang melalui system ini bergantung pada
kemampuan pompa ventrikel kanan, yang mengeluarkan darah sekitar 4-6 l/menit.
Darah mengalir dari arteri pulmonary melalui arteriol pulmonary ke kapiler pulmonary
tempat darah kontak dengan membrane kapiler-alveolar dan berlangsung pertukaran
gas pernafasan.

c. Difusi : gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke
daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan
membrane. Peningkatan ketebalan tersebut membuat gas lebih lama untuk melewati
membrane tersebut. Daerah permukaan membrane dapat mengalami perubahan
sebagai akibat suatu penyakit kronis. Apabila alveoli berfungsi lebih sedikit , maka
daerah permukaan menjadi berkurang. Sistem transportasi oksigen terdiri dari system
paru dan system kardiovaskular. Proses penghantaran ini bergantung pada jumlah
oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan
(perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah tersebut
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin untuk
berikatan dengan oksigen. Jumlah oksigen dalam plasma relative kecil hanya sekitar 3
%. Sebagian besar oksigen ditransportasikan oleh hemoglobin yang berfungsi sebagai
pembawa oksigen dan karbondioksida. Molekul hemoglobin akan bercampur dengan
oksigen menjadi oksihemoglobin. Pembentukan oksihemoglobin dengan mudah
berbalik (reversibel) sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigem berpisah,
membuat oksigen menjadi bebas, sehingga oksigen ini bisa masuk ke dalam jaringan

C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pernafasan


1. Fisiologis

Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)

PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI

Anemia Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang


diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen


inspirator karena konsentasi oksigen
atmosfer yang lebih rendah.

Demam Meningkatkan frekuensi metabolism dan


kebutuhan oksigen di jaringan.

Penurunan pergerakan dinding dada Mencegah penurunan diafragma dan


(kerusakan muskulo) menurunkan diameter anteroposterior
thoraks pada saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :

- Kehamilan
- Obesitas
- Kelainan musculoskeletal
- Konfigurasi structural yang abnormal
- Trauma
- Penyakit otot
- Penyakit system persarafan
- Perubahan system saraf pusat
- Pengaruh penyakit kronis.

2. Perkembangan

a. Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga


disebabkan defisiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk mensintesis surfaktan
berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar bulan ke tujuh dan
demikian bayi preterm tidak memiliki surfaktan.

b. Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok. Selain itu,
selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA.
ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan
tonsillitis.

c. Anak usia sekolah dan remaja : mengisap rokok dan asap rokok.

d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan : factor risiko nya berupa diet yang tidak
sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan, dan merokok.
e. Lansia : plak arteriosklerosis sehingga tekanan darah sistemik meningkat,
kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia berhubungan dengan
osteoporosis, dan kalfisifikasi tulang rawan kosta, otot otot pernafasan melemah
dan sirkulasi pembuluh darah menjadi kurang dapat berdistensi, jumlah silia
fungsional menurun.

3. Perilaku

- Nutrisi : obesitas menyebabkan penurunan ekspansi paru, meningkatkan


kebutuhan oksigen karena metabolism, berisiko anemia.
- Latihan fisik : meningkatkan aktivitas metabolism dan kebutuhan oksigen.
Individu yang melakuka latihan fisik 3-4 kali dakam satu minggu selama 20-40
minggu memiliki frekuensi nadi dan tekanan darah yang lebih rendah.
- Merokok : dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
penyakit paru obstrukti kronis, dan kanker paru.
- Penyalahgunaan substansi : kadang kala memiliki asupan nutrisi yang buruk
akibat penggunaan alcohol dan obat-obatan dan dapat mendepresi pernafasan,
menurunkan frekuensi dam kedalaman pernafasan dan jumlah oksigen yang
diinhalasi.

4. Lingkungan

- Daerah perkotaan (polutan berupa debu)

Ansietas : akan meningkatkan laju metabolism tubuh dan kebutuhan akan oksigen.
Tubuh berespon terhadap ansietas akan meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernafasan..
D. Jenis Gangguan Oksigenasi
Gangguan pernafasan merupakan perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan
penyakit dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi ventilasi atau transpor oksigen. Ketiga
perubahan itu adalah hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia.

1. Hiperventilasi
Merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbon dioksida normal di vena, yang di produksi melalui metabolisme
seluler. Hiperpentilasi di sebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidak
seimbangan asam-basa, dan hipoksia yang di kaitkan dengan embolus paru / syok.
Asites akut dapat mengarah kepada hiperpentilasi dan menyebabkan kehilangan
kesadaran akibat eksalasi karbon dioksida yang berlebihan. Demam menyebabkan
hiperpentilasi. Untuk setiap peningkatan 1 derajat fahrenhite, terhadap peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 7% sehingga menyebabkan peningkatan produksi
karbon dioksida.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveola tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh / mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi
alveola menurun, maka PaCO2 akan meningkat.atelektasis merupakan kolaps alveoli
yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam pernafasan. Karena
alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan
hipopentilasi.
3. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi jarigan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantara oksigen / penggunaan oksigen di
selular.
4. Bronchitis Kronik dan Emfisema

Bronchitis kronik dan emfisema merupakan dua proses yang berbeda, namun
kedua penyakit ini sering ditemukan bersama-sama dengan penderita COPD. Temuan
paologis utama pada bronchitis kronik adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatanan jumlaha dan ukuran sel-sel goblet. Pembentukan mucus yang
meningkatan mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Factor etiologi utama
adalah merokok dan polusi udara yang lazim terjadi didaerah industry.

Emfisema dibagi menurut asinus yang terserang. Ada dua bentuk emfisema yang
paling penting sehubung dengan COPD.

a. Emfisema sentrilobular (CLE), secara selektif hanya menyerang bagian bronkiolus


respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding-dinding mulai berlubang, membesar,
bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding-dinding
mengalami intergrasi. CLE sering kali lebih berat menyerang bagian atas paru,
tetapi akhirnya cenderung tersebar tidak merata. CLE lebih banyak ditemukan pada
pria daripada wanita, biasanya berhubungan dengan bronchitis kronik dan jarang
ditemukan pada mereka yang tidak merokok.
b. Emfisema panlobular (PLE) atau emfisema panasinar , merupakan bentuk
morfologi yang lebih jarang, alveolus yang terletak distal dari bronkiolus terminalis
mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata, mengenai bagian asinus
yang sentral maupun yang primer. PLE mempunyai gambaran khas yaitu tersebar
merata diseluruh paru, meskipun bagian-bagian berasal cenderung terserang lebih
parah. Jenis emfisema ini ditandai dengan peningkatan resistensi jalan nafas yang
berlangsung lambat tanpa adanya bronchitis kronik, mula timbulnya dini dan
biasanya memperlihatkan gejala-gejala pada usia antara 30 dan 40 tahun. PLE,
walaupun meruopaka cirri khas emfisema primer, tetapi dapat juga dikaitan dengan
emfisema akibat usia tua dan bronchitis kronik. Kerusak serabut elastic dan serabut
reticular paru yang disertai dengan menghilangnya kemampuan mengembangkan
paru secara elastic diduga akan mengakibatkan peregangan paru yang progresif
pada proses penuaan.

5. Bronkokiektasis

Bronkokiektasis adalah keadaan yang ditandai dengan dilatasi kronik bronkus


dan bronkiolus ukuran sedang. Terdapat dua bentuk anatomis yang lazim sakular dan
silendris. Bronkiektasis sakular yaitu dilatasi berupa rongga yang bulat seperti kavitas,
sering kali ditemukan pada bronkus yang mengalami dilatasi dan khas pada orang
dewasa. Bronkiektasis timbul apabila dinding bronkus melemah akibat perubahan
peradangan kronik yang mengalami mukosa serta lapisan otot. Tidak ada penyebab
tunggal yang khas dari bronkokiektasis karena penyakit ini ditandai oleh suatu kelainan
anatomis. Bronkokiektasis paling sering muncul pada anak-anak akibat infeksi berulang
saluran pernafasan bagian bawah, yang timbul sebagai komplikasi pada penyakit
campak, batuk rejan, atau influenza.

6. Fibrosis Kistik

Fibrosis kistik (CF) atau mukousidosis adalah suatu penyakit yang bersumber dari
factor genetic. CF adalah penyakit autosomal resesif. Gen yang bertanggung jawab
terhadap timbulnya CF terletak pada lengan panjang kromosom 7. Ketidaknormalan
yang utama adalah penyimpangan transport klorida melewati sel-sel epitel dalam paru,
usus, pancreas, dan kelenjar keringat apokrin. Keadaan ini mengganggu pembersihan
secret pada berbagai organ.

7. Efusi pleura

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam
rongga pleura.jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema.
Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat
merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, atau perforasi karsinoma ke dalam
rongga pleura.

8. Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura
disebut pneumotoraks. Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan
penyebabnya, yaitu traumatic atau spontan. Pneumotoraks juga dapat diklasifikasikan
sesuai dengan urutan peristiwa yang merupakan kelanjutan dari adanya robekan pleura,
yaitu terbuka, tertutup, atau pneumotoraks tekanan.

9. Gangguan Parenkim Paru

Terdapat banyak penyakit yang menyerang alveolus dan/ atau intertisial paru,
baik local maupun difus, yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan.
E. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh perawat ketika menghadapi klien dengan gangguan
system pernapasan meliputi riwayat kesehatan, review system (head to toe), dan pengkajian
psikososial.

1. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi masalah actual yang terjadi saat ini dan
masalah kesehatan dimasa yang lalu. Dalam mengkaji klien dan keluarga, perawat berfokus
pada manifestasi klinis dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini,
riwayat perawatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat psikososial.

Riwayat kesehatan dimulai dari biografi klien. Aspek biografi yang sangat erat
hubungannya dengan gangguan oksigenasi mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan
(terutama yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja), dan tempat tinggal. Keadaan
tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau
dengan orang lain (berguna ketika perawat melakukan perencanaan pulang –discharge
planning).

a. Keluhan utama
Keluhan utama akan membantu dalam mengkaji pengetahuan klien tentang kondisi
saat ini dan menentukan prioritas intervensi. Keluhan utama yang bisa muncul pada
klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbon dioksida antara lain batuk,
peningkatan produksi sputum, dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest
pain.
1. Batuk (cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit system pernafasan.
Tanyakan berapa lama klien batuk (misalnya 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan
juga apakah batuknya timbul pada waktu yang spesifik (misal pada malam hari
atau ketika bangun tidur) atau ada hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan
batuk tersebut apakah batuk yang produktif atau non produktif, kongesti, dan
kering.
2. Peningkatan produksi sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau
bersihan tenggorok. Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar 3
ons mucus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal
(normal cleansing mechanism). Akan tetapi produksi sputum akibat batuk
adalah tidak normal. Lakukan pengkajian terkait warna, konsistensi, bau, dan
jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat menunjukan keadaan
patologis. Jika terjadi infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, sputum
yang normal mungkin jernih, putih atau kelabu. Pada keadaan edema paru,
sputum akan berwarna merah muda, mengandung darah dan dengan jumlah
yang banyak.
3. Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi (perasaan subyektif) klien yang merasa
kesulitan untuk bernafas /nafas pendek. Perawat mengkaji tentang kemampuan
klien untuk melakukan aktivitas. Contoh ketika klien berjalan, apakah
mengalami dispnea? Kaji juga kemungkinan timbulnya proksimal nocturnal
dispnea serta ortopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan
gagal jantung kiri.
4. Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat
mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, pendarahan hidung atau
perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena
darah dalam paru distimulasi segera oleh reflex batuk. Penyakit yang
menyebabkan hemoptisis antara lain bronchitis kronik, bronkiektasis, tb paru,
kistik fibrosis, upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia,
kanker paru dan abses paru.
5. Nyeri dada (chest pain)
Nyeri dada dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru. Gambaran
yang lengkap mengenai nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan
nyeri pada pleura musculoskeletal, kardiak, dan gastrointestinal. Paru-paru tidak
mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri, hal ini berbeda dengan iga, otot,
pleura pariental, dan trakeobronkial tree yang mempunyai hal tersebut.
Dikarenakan perasaan nyeri murni adalah subjektif, maka perawat harus
menganalisis nyeri yang berhubungan dengan masalah dan penyebab timbulnya
nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum
pertanyaan yang dapat diajukan pada klien adalah sebagai berikut.
1. Riwayat merokok
Merokok sigaret merupakan penyebab penting terjadinya kanker paru-paru,
efisema dan bronchitis kronik. Semua kondisi tersebut sangat jarang menimpa
non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal berikut ini.
- Usia ketika mulai merokok secara rutin.
- Rata-rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
- Usia ketika melepas kebiasaan merokok.
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu.
3. Alergi.
4. Tempat tinggal.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang mengharuskan perawat menanyakan
riwayat kesehatan keluarga dan riwayat social klien pada penyakit paru-paru, yaitu
sebagai berikut.
1. Penyakit infeksi tertentu.
Khususnya tuberkolosis, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya. Oleh
karena itu, dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat
diketahui sumber penularannya.
2. Kelainan alergis.
Seperti asma bronchial, menunjukan suatu predis posisis keturunan tertentu.
Selain itu serangan asma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau
kenalan dekat.
3. Klien bronchitis kronik.
Mungkin bermukim di daerah polusi udaranya tinggi. Namun, polusi itu tidak
menjadi penyebab timbulnya penyakit kronik. Hanya memperburuk penyakit
tersebut.

2. Review Sistem (Head to Toe)


a. Inspeksi
1. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk.
2. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
3. Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.
4. Inspeksi torak posterior meliputi warna kulit dan kondisinya, scar, lesi, massa
dan gangguan tulang belakang.
5. Catat jumlah irama, kedalaman pernafasan dan kesimetrisan pergerakan dada.
6. Observasi tipe pernafasan seperti, pernafasan hidung atau pernafasan diafragma
dan penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan fase ekspirasi.
8. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter antero posterior dengan
diameter lateral. Rasio ini normalnya berkisar 1:2 sampai dengan 5:7 tergantung
pada cairan tubuh klien
9. Kelainan pada bentuk dada seperti: barrel chest, funnel chest, pigeon chest,
kifoskoliosis, kifosis, skoliosis.
10. Observasi kesimetrisan pergerakan dada dan retraksi abnormal ruang interkostal
selama inspirasi.

b. Palpasi
1. Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas,mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile
premitus (vibrasi).
2. Palpasi torak untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti :
massa, lesi, bengkak.
3. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
4. Vocal premitus, yaitu getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.

c. Perkusi

Perkusi adalah mengetuk struktur tubuh untuk menghasilkan suara. Terdapat dua
teknik perkusi untuk region torak.

1. Perkusi langsung, yakni pemeriksa memukul torak klien dengan bagian palmar
jari tengah atau keempat ujung jari tangannya yang dirapatkan.
2. Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat yang
disebut pleksimeter (biasanya satu jari tengah) pada dada klien, lalu sebuah
objek lain yang disebut pleksor (jari tengah lainnya) untuk memukul
pleksimeter tadi, sehingga menimbulkan suara.

Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang


ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Berikut akan
dijelaskan berbagai jenis suara perkusi.
 Suara Perkusi Normal
a) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru
normal.
b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan di atas bagian
jantung, mamae, dan hati.
c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas peru yang berisi
udara.
 Suara Perkusi Abnormal
a) Hiperresonan (hipersonor) : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.
b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat
didengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi
jaringan.
c)
d. Auskultasi
1. Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan bunyi
napas normal, bunyi napas tambahan (abnormal), dan suara.
2. Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari
laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3. Suara napas normal meliputi bronchial, bronkovesikuler, dan vesicular.
 Bronchial. Sering juga disebut dengan tubular sound karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar
keras, nyaring, dan dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti di antara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trakea atau daerah suprasternal notch.
 Bronkovesikuler. Merupakan gabungan dari suara napas bronchial dan
vesicular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah torak
di mana bronki tertutup oleh dinding dada.
 Vesicular. Terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.

Suara napas tambahan meliputi wheezing, ronchi, pleural friction rub, dan
crackles.

 Wheezing. Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara


nyaring, musical, suara terus-menerus yang berhubungan dengan aliran
udara melalui jalan napas yang menyempit.
 Ronchi. Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
 Pleural friction rub. Terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara
kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat inflamasi pada daerah pleura.
Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernapas dalam.
 Crackles.
a) Fine crackles. Lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembap di
alveoli atau bronkiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
b) Coarse crackles. Lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

Pengkajian Psikososial

a. Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan


berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa penyakit
respiratoritimbul akibat stress.
b. Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran
keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi social, masalah
keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
c. Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji
reaksi klien terhadap masalah stress psikososial dan mencari jalan
keluarnya.

F. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi yang mencangkup
ventilasi, difusi, dan transportasi sesuai dengan klasifikasi NANDA (2005) dan
pengembangan dari penulis antara lain sebagai berikut.
a. Proses Ventilasi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Adalah suatu kondisi dimana individu tidak mampu batuk secara efektif.
2. Pola nafas tidak efektif
Adalah suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan
perubahan pola napas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan
penurunan PCO2
b. Proses Difusi
Kerusakan pertukaran gas
Adalah kondisi di mana terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan system
vascular.

G. Rencanaann keperawatan
Tujuan :
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif :
1. Saluran pernafasan pasien menjadi bersih
2. Pasien dapat mengeluarkan secret
3. Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal
Intervensi :
1. Sediakan alat suction dalam kondisi baik
2. Monitor jumlah, bunyi nafas, AGD, efek pengobatan bronchodilator
3. Pertahankan intake cairan 3.000 ml/hari jika tidak ada kontra-indikasi
4. Terapi inhalasi dan latihan pernafasan dalam dan batuk efektif

b. Tidak efektifnya pola pernafasan


1. Pasien dapat mendemontrasikan pola pernafasan yang efektif
2. Data objektif menunjukan pola pernafasan yang efektif
3. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas
Intervensi
1. Berikan oksigen sesuai program
2. Monitor jumlah pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk,
bunyi paru koma, tanda vital, warna kulit, AGD
3. Laksanakan program pengobatan
4. Posisi pasien fowler
5. Bantu dalam terapi inhalasi
c. Gangguan pertukaran gas
1. Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
2. Pasien dapat menunjukan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti :
TTV, nilai AGD dan ekspresi wajah
Inervensi
1. Monitor kembali adanya kesulitan bernafas, hasil laboratorium,
penggunaan otot bantu pernafasan, penggunaan oksigen, X-ray, catat
TTV
2. Jaga alat emergency dan alat pengobatan tetap tersedia seperti :
sunction, oksigen, nebulizer
3. Berikan terapi inhalasi
4. Posisi semifowler
5. Batasi pengunjung
6. Ajarkan nafas dalam

H. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dalan rencana tindakan (intervensi). Implementasi terdiri dari
tindakan mandiri dan kolaboratif.

I. Evaluasi

1. Bersihan jalan napas kembali normal


2. Pola nafas kembali normal
3. Pertukaran gas kembali normal
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi . 2008 . Konsep dan aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Suddarth, Brunner. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah, E/8,VOL.1. Jakarta : EGC
Perry, Potter . 2006 . Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, E/4,
VOL.2.Jakarta : EGC
Prasetyo,Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :Graha Ilmu
Tim Keperawatan Dasar. 2011. Panduan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan .
Denpasar :Stikes Bali
Priharjo Robert. Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Keperawatan, E/9.
Jakarta : EGC
Robert Priharjo.2012.Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC
A.Aziz Alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikaso Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Singaraja, 24 Mei 2021


Pembimbing

(Ns. Mochamad Heri, S.Kep., M.Kep)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA “Tn PT”

DENGAN GANGGUAN POLA PEMENUHAN OKSIGENISASI

DI RUANG NAKULA KERTHA USADA

TANGGAL 24 Mei 2021

PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 24 Mei 2021 pukul 09.00 Wita di ruang
Nakula RSU KU dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi (rekam medis).

1. Identitas Pasien

IDENTITAS KLIEN
Nama Klien :Tn. PT Jenis kelamin : L
No.RM :061024
Usia :55
Tgl.MRS :24 Mei 2021
Tgl.Pengkajian :24 Mei 2021
Alamat/ telp. :Ds Penglatan, Kec Buleleng
Status Pernikahan :Menikah
Agama :Hindu
Suku :Bali
Pendidikanterakhir :Tamat SMA
Pekerjaan :Petani
Lama Bekerja :-
Sumber Informasi :Keluarga
Kontak Keluarga Dekat :-
2. Keluhan Utama
a. Saat MRS
Pasien mengatakan dadanya sesak dan sulit untuk bernafas.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan dadanya masih sesak sejak 2 hari yang lalu, batuk disertai
dahak yang sulit keluar
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan dadanya sesak sejak 2 hari yang lalu batuk disertai dahak
yang sulit keluar, sangat sulit untuk bernafas dan tidak bisa tidur. Pasien mengatakan
jika ingin tidur harus menggunakan bantal yang tinggi agar bisa lebih mudah untuk
bernafas. Kemudian, keluarga pasien berinisiatif mengajak pasien untuk pergi ke
rumah sakit. Keluarga pasien segera mengajak pasien ke RSUKU pukul 08.30 Wita..
Setelah sampai di UGD tanggal 24 Mei 2021, pukul 09.00 Wita. Pasien
mengeluh saat bernafas dadanya seperti tertekan benda berat sehingga sangat sulit
untuk bernafas. Kemudian perawat melakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan
di dapatkan tanda- tanda vital : tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 120 x/mnt, suhu
: 37,3 oC dan pernapasan 40 x/mnt.
Di UGD pasien mendapat terapi :
IVFD RL 500 cc 20 tts/mnt
Menggunakan O2
Nebulizer : berotex 2,5 mg
Dari hasil pemeriksaan diagnostik, pasien didiagnosa oleh dokter dengan
diagnosa medis Asma dan pasien disarankan dirawat inap diruang Nakula, dari hasil
pengkajian yang dilakukan tanggal 24 Mei 2021jam 11.00 Wita pasien mengeluh
dadanya seperti tertekan benda berat saat bernafas namun sudah lebih baik jika
dibandingkan dengan sebelum mendapatkan penanganan di ruang UGD.
Di rawat inap, pasien mendapat terapi :
IVFD RL 500 cc 14.tts/mnt
Nebulizer : berotex 2,5 mg
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah asma pada umur 30 tahun dan
dirawat di RS Parama Sidhi selama 3 hari. Keluarga pasien mengatakan pasien
mempunyai riwayat penyakit asma.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang pernah mengalami asma.
6. Pola Aktivitas Latihan
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien beraktivitas dengan
normal. Setelah pasien asma, aktivitas pasien terganggu dan
mengurangi untuk beraktivitas karena jika terlalu banyak
bergerak pasien merasa sesak dan asma kambuh.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan pada saat beraktivitas berlebihan asma pasien
kambuh
7. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum pengkajian : Makan
Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari dengan
porsi habis, jenis makanan berupa nasi, sayur, ikan dan daging.
Minum
Keluarga pasien mengatakan pasien biasa minum air putih 7-8
gelas dalam sehari.
Saat pengkajian : Makan
Keluarga pasien mengatakan pasien makan biasa dengan porsi
habis. Jenis makanan berupa nasi, sayur, ikan dan daging.
Pasien tidak memiliki alergi makanan apapun.
8. Eleminasi
Sebelum pengkajian : Keluarga pasien mengatakan tidak ada masalah dalam BAB
dan BAK pasien, pasien BAB 1x/hari dan BAK 5-6 x/hari,
setiap BAK kurang lebih 200cc (kurang lebih 1200cc/hari)
Saat pengkajian : Elemnasi feses/ BAB
Keluarga pasien mengatakan pasien BAB 1x/hari dengan
konsistensi padat, warna kecoklatan, bau khas feses.
Eleminasi Urine/ BAK
BAK pasien normal, frekuensi 5-6x/hari, warna kuning bau
khas urine, jumlah/ volume setiap BAK 200cc (kurang lebih
1200cc/hari ), lancar tidak ada nyeri saat kencing, dan tidak
terpasang dower cateter.
9. Istirahat dan tidur
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak, pasien
biasa tidur malam 7 jam dan tidur siang 30 menit.
Saat pengkajian : Pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, jam
tidur hanya 3 jam, sering terjaga karena sesak
10. Pola Kebersihan Diri
Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah
dengan kebersihan dirinya. pasien mengatakan mandi 2x/hari, dikamar mandi
memakai sabun, pasien mengatakan mencuci rambut 2x/minggu, pasien mengatakan
menggosok gigi 2x/hari setelah makan menggunakan pasta gigi, pasien mengatakan
mengganti baju 2x/hari, kuku pasien bersih, pasien mandiri dalam melakukan
perawatan diri
11. Pola Toleransi Koping – Stres
Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan bisa menghibur dirinya
dengan nonton tv, ataupun mengobrol dengan cucunya.
12. Pola Peran Hubungan
Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga harmonis, hubungan dengan tetangga baik, di keluarga pasien berperan
sebagai ibu, dan nenek
13. Pola Komunikasi
Bahasa utama daerah bali, Bicara normal , Tempat tinggal sendiri dan
Penghasilan keluarga Rp. 1.5 juta – 3 juta
14. Pola Seksualitas
Sebelum dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak ada maslah dengan
seksualitasnya
15. Nilai Dan Kepercayaan
Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan sembahyang 1x dimerajannya agama
yang dianut pasien adalah hindu
Saat pengkajian : Pasien mengatakan masih bisa sembahyang 1x tapi hanya dari
tempat tidur.
16. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis, GCS : E (4), V (5), M (6)
b. Bangun tubuh : Kurus
c. Postur tubuh : Tegak
d. Cara berjalan : tidak terkaji
e. Gerak motorik : Gerak terkordinasi (normal)
f. Keadaan kulit :
Warna : Normal (sawo matang)
Turgor : Elastis
Kebersihan : Bersih
Luka : Tidak ada
g. Gejala Kardinal : TD : 110/80 mmHg
N : 110 x/ mnt
S : 37,3 oC
RR : 40x/mnt
h. Ukuran lain :
BB : Sebelum Sakit : 52kg
Setelah Sakit : 51kg
TB : 150 cm
B. Kepala
a. Kulit kepala : Bersih
b. Rambut : Rontok, persebaran rambut merata,
rambut berwarna hitam
c. Nyeri tekan : Tidak ada
d. Luka : Tidak ada
e. Bentuk kepala : normocepali

C. Mata
a. Konjungtiva : Pucat
b. Sklera : Putih
c. Kelopak mata : Normal, oedeme (-),
benjolan (-), lingkaran hitam(+)
d. Pupil : Reflek pupil baik

D. Hidung
a. Keadaan : Bentuk simetris, terdapat sekret,
nafas cuping hidung
b. Nyeri : Tidak ada
c. Luka : Tidak ada
d. Bentuk : Simetris

E. Telinga
a. Keadaan : Ada sedikit serumen
b. Nyeri : Tidak ada
c. Pendengaran : Baik/ normal
d. Pemeriksaan : Tes rinne (-), tes webber (-
),tes swabach (-)

F. Mulut
a. Mukosa bibir : mukosa lembab
b. Gusi : Tidak berdarah
c. Gigi : Lengkap, terdapat caries/ karang
gigi
d. Lidah : Bersih
e. Tonsil : Normal, tidak ada pembesaran

G. Leher
a. Keadaan : Normal/ baik
b. Pergerakan leher : Normal

H. Thorax
a. Bentuk : Simetris
b. Gerakan dada : terbatas
c. Suara jantung : S1- S2 tunggal, Reguler
d. Suara Paru : Wheezing
e. Payudara : Simetris
Nyeri : Tidak ada
Bengkak : Tidak ada
Luka : Tidak ada
f. Nyeri area dada : Tidak ada

I. Abdomen
a. Pemeriksaan :Distensi : Tidak
ada
Ascites : Tidak ada
Hepatomegali : Tidak ada
b. Peristaltik usus : 20x/ mnt
c. Luka/ lesi : Tidak ada

J. Genetalia
a. Keadaan : Tidak terkaji
b. Prosedur invasif : Tidak ada
K. Anus
a. Keadaan : Tidak terkaji

L. Ekstremitas
a. Ekstremitas Atas
Oedema : Tidak ada
Sianosis pada ujung kuku : Tidak ada
Clubbing finger : Tidak ada
Luka : Tidak ada
Terpasang infuse RL 14 tetes/menit pada tangan kiri pasien
b. Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Sianosis pada ujung kuku : Tidak ada
Clubbing finger : Tidak ada
Luka : Tidak ada

c. Kekuatan otot

454 444

555 555
17. Pemeriksaan Penunjang

Hari/Tanggal/ Jenis
NO Ruang Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Jam Pemeriksaan
1. Rawat Senin 24 Mei Oxymetri SpO2 : 90 % 90% - 100%
Inap 2021
(11.00 Wita)
Rontgen Normal, tidak terdapat
2. Rawat Senin 24 Mei Thorax sputum atau bintik-
Inap 2021 bintik di paru-paru.
(11.00 Wita)

18. Diagnosa Keperawatan


a. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

- Pasien mengatakan sesak nafas, batuk - Pasien tampak bernafas dengan


dan dahak yang sulit keluar. cepat.
- Pasien mengatakan dada pasien seperti - Pasien sesekali tampak
tertekan saat bernafas. memegang dadanya ketika
- Pasien mengatakan kalau pasien ingin bernafas.
tidur pasien harus menggunakan bantal - Terdengar suara nafas wheezing.
yang tinggi untuk memudahkan - RR : 40x/mnt, N: 110x/mnt.
bernafas.
b. Analisa Data

Data Subjektif Data Objektif Masalah

- Pasien mengeluh sesak - Pasien tampak Bersihan jalan nafas tak


nafas, batuk dan dahak bernafas dengan efektif
yang sulit keluar. cepat.
- Pasien mengatakan - Terdengar suara
pada saat bernafas nafas wheezing.
dadanya terasa berat. - RR : 40x/mnt, N:
110x/mnt.
- Pasien terlihat batuk
dan mengeluarkan
dahak.

c. Rumusan Masalah
1. Bersihan jalan nafas tak efektif

d. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d Peningkatan sekresi secret d/d Pasien
mengatakan pasien mengeluh sesak nafas, batuk dan dahak yang sulit keluar

19. Terapi / Pengobatan


VFD RL 500 cc 20 tts/mnt
Oksigen 4lpm
Nebulizer : farbivent 2,5 mg @ 6jam
Aminophilin 3x 1 Ampul
20. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Hari/tgl/jam Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional Paraf
1. Senin 24 Bersihan jalan nafas tak Setelah diberian asuhan Mandiri :
keperawatan selama 2x2 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
Mei 2021 efektif b/d Peningkatan
jam, diharapkan masalah (S,N,TD,RR) perubahan RR
Jam 12.00 sekresi secret d/d Pasien bersihan jalan nafas tak dan Nadi setelah
efektif dapat teratasi diberikan
Wita. mengatakan pasien
dengan kriteria hasil : tindakan
mengeluh sesak nafas,
1. Sesak nafas pasien 2. Berikan posisi yang 2. Mengurangi
batuk dan dahak yang sulit
berkurang nyaman pada pasien tekanan paru oleh
keluar.. Terdengar suara 2. Pasien mampu (semi powler) rongga dada saat
mengeluarkan dahak. bernafas.
nafas wheezing. RR :
3. Pasien tidak
40x/mnt, N: 110x/mnt. mengeluh dadanya 3. Berikan pasien 3. Untuk memacu
tertekan minum air hangat. pergerakan dahak.
4. Tidak terdengar
suara wheezing atau 4. Ajarkan pasien 4. Untuk
suara nafas batuk efektif mengeluarkan
tambahan. dahak dan
5. Respirasi dalam membersihkan
batas normal (16- jalan nafas.
24x/mnt) Kolaborasi:
6. Nadi dalam batas 5. Kolaborasi dalam 5. Mengencerkan
normal (60- pemberian dahak dan
100x/mnt) bisolvon 2,5 mg melebarkan jalan
dengan nebulizer. nafas
6. Pemberian O2
21. PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI
Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien “Tn ST”
Dengan Gangguan Pola Pemenuhan Oksigenisasi di Ruang Mawar RSU Kertha Usada
Tanggal 24 Mei 2021

No Hari/tgl/jam No. Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf


keperawatan
1 Senin 24 Dx. 1 Mengobservasi TTV DS : Pasien mengatakan
dadanya terasa
Mei 2021
sesak.
DO :
13.00
TD : 110/80 mmHg
WITA N : 105x/ mnt
S : 37,3 oC
RR : 40x/mnt

Memberikan posisi yang DS: Pasien mengatakan


13.15 nyaman pada pasien sudah merasa
WITA (semi fowler) lebih nyaman.

Memberikan pasien DO : Pasien terlihat mau


13.15 minum air hangat. minum air
WITA hangat.

Mengajarkan pasien DS : Pasien mengatakan


13.20 batuk efektif akan belajar
WITA batuk efektif.
DO : Pasien tampak
belajar batuk
efektif

Delegasi dalam DS : Pasien mengatakan


14.00 pemberian bisolvon 2,5 merasa lebih
WITA mg dengan nebulizer baik.
Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien “Tn ST”
Dengan Gangguan Pola Pemenuhan Oksigenisasi di Ruang Nakula RSU Kertha Usada
Tanggal 25 Mei 2021

No Hari/tgl/jam No. Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf


keperawatan
1 Selasa Dx. 1 Mengobservasi TTV DS : Pasien mengatakan
25 Mei sudah tidak sesak
2021 lagi.
2013 DO :
08.00 TD : 110/80 mmHg
WITA N : 100x/ mnt
S : 37,3 oC
RR : 24x/mnt

Memberikan posisi yang DS: Pasien mengatakan


08.15 nyaman pada pasien sudah merasa
WITA (semi fowler) nyaman.

Memberikan pasien DO : Pasien terlihat mau


08.20 minum air hangat. minum air
WITA hangat.

Mengajarkan pasien DS : Pasien mengatakan


08.30 batuk efektif sudah bisa batuk
WITA efektif.
DO : Pasien tampak
sudah melakukan
batuk efektif dan
sudah ada dahak
yang keluar.

Delegasi dalam DS : Pasien mengatakan


10.00 pemberian bisolvon 2,5 merasa lebih
WITA mg dengan nebulizer baik.
Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien “Tn ST”
Dengan Gangguan Pola Pemenuhan Oksigenisasi di Ruang Nakula RSU Kertha Usada
Tanggal 26 Mei 2021

No Hari/tgl/jam No. Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon Paraf


keperawatan
1 Rabu, Dx. 1 Mengobservasi TTV DS : Pasien mengatakan
26 Mei sudah tidak sesak
2021 lagi.
2013 DO :
08.00 TD : 110/80 mmHg
WITA N : 88x/ mnt
S : 37,3 oC
RR : 20x/mnt

Memberikan posisi yang DS: Pasien mengatakan


08.15 nyaman pada pasien sudah merasa
WITA (semi fowler) nyaman.

Memberikan pasien DO : Pasien terlihat mau


08.20 minum air hangat. minum air
WITA hangat.

Mengajarkan pasien DS : Pasien mengatakan


08.30 batuk efektif sudah bisa batuk
WITA efektif.
DO : Pasien tampak
sudah melakukan
batuk efektif dan
sudah ada dahak
yang keluar.

Delegasi dalam DS : Pasien mengatakan


10.00 pemberian bisolvon 2,5 merasa lebih
WITA mg dengan nebulizer baik.
22. EVALUASI SUMATIF
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien “ Tn ST”
Dengan Gangguan Pola Pemenuhan Oksigenisasi di Ruang Nakula RSU Kertha Usada
Tanggal 26 Mei 2021

No. Hari/tgl/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


Rabu, 26 Dx.1 S : - Pasien mengatakan sudah tidak
Mei 2021 Bersihan jalan nafas tak sesak dan dadanya sudah tidak
11.00WITA efektif b/d Peningkatan terasa tertekan benda berat.
sekresi secret - Pasien mengatakan sudah
bisa batuk efektif dan sudah bisa
mengeluarkan dahak.

O:
- N : 88x/ mnt
- RR : 20x/mnt
- Sudah tidak terdengar suara
wheezing.
- Pasien terlihat sudah
melakukan batuk efektif
- Pasien terlihat sudah
mengeluarkan dahak.

A : Tujuan 1,2,3,4,5,6 telah tercapai,


masalah gangguan pola
oksigenisasi teratasi.

P : Pertahankan kondisi pasien.

Anda mungkin juga menyukai