Anda di halaman 1dari 7

NAMA : KAMILATUL FADILAH

NIM : 211089
RUANG : ICU

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSENASI

A. Definisi
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme

untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini

diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah dan Tarwanto,

2016).

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau

fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan

dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan

air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan

dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wartonah dan Tarwanto, 2016).

B. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1. Anatomi sistem pernafasan

Organ pernafasan manusia terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus dan

alveolus. Udara masuk ke dalam lubang hidung melalui rongga hidung yang didalamnya

terdapat conchae dan rambut-rambut hidung. Udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui

bronkiolus ke alveolus. Dinding bronkus dan bronkiolus ditunjang juga oleh cincin tulang

rawan. Di ujung bronkiolus terkumpul alveolus, yaitu kantung udara kecil yang dipenuhi oleh

pembuluh kapiler darah dan tempat terjadinya pertukaran gas antara udara dan darah. Dinding

sebelah dalam trakea, bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh epitel bersilium penghasil lendir
sehingga partikel debu yang tidak tertepis di hidung, terjerat dalam lendir tersebut. Silium-

silium menyapu partikel ke trakea, ketika partikel mendekati glotis terjadilah batuk sehingga

dahak keluar dari mulut. Sedangkan partikel halus akan difagosit di dinding alveolus.

Tiap alveolus dilapisi oleh dua jenis sel epitel. Sel tipe I merupakan sel gepeng yang

memiliki perluasan sitoplasma yang besar dan merupakan sel pelapis utama. Sel tipe II

(pneumosit granular) lebih tebal dan banyak badan inklusi lamellar. Sel-sel ini mensekresi

surfaktan. Terdapat pula sel epitel jenis khusus lainnya dan paru juga memiliki makrofag

alveolus paru (PAMs = Pulmonary Alveolar Macrophages), limfosit, sel plasma, dan sel mast

(Sodikin dalam Wardiyah, 2016).

C. Jenis Gangguan Oksigenasi

a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan

1) Gangguan irama pernapasan

a) Pernapasan Cheyne stokes

Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-

mula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai

lagi dengan siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal

jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara

fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 –

15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.

b) Pernapasan Biot

Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne stokes,

tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada

penyakit radang selaput otak.

c) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat

dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien

dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.

2) Gangguan frekuensi pernapasan

a) Takipnea

Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan melebihi jumlah

frekuensi pernapasan normal.

b) Bradipnea

Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan jumlah

frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.

b. Insufisiensi pernapasan

Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu ;

1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :

a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi servikal.

b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC, dan lain-

lain.

2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru

a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya

kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.

b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan, misalnya pada edema

paru, pneumonia, dan lainnya.

c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam

beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.

3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke

jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin yang tersedia untuk

transfor oksigen.

b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar hemoglobin menjadi

tidak dapat mengangkut oksigen. Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan

oleh curah jantung yang rendah.

c. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan. Hipoksia

dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi

hipoksia, dan hipoksia histotoksik.

d. Hipoksemia

Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri. Hipoksemia

terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia

isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah arteri

rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik

terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal

ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.

e. Hipoksia hipokinetik

Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau

sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik

dan hipoksia hipokinetik kongestif.

f. Overventilasi hipoksia

Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga

kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.

g. Hipoksia histotoksik

Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi

jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak

daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

D. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif (2017) tanda dan gejala terjadinya gangguan oksigenasi adalah:

a. Suara napas tidak normal.

b. Perubahan jumlah pernapasan.

c. Batuk disertai dahak.

d. Takhipnea.

e. Dispnea.

f. Penggunaan otot tambahan pernapasan.

g. Penurunan haluaran urin.

E. Etiologi

Menurut Suriadi (2016) Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan

presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial, yaitu:

a. Faktor predisposisi

Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai

keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.

b. Faktor presipitasi

Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut.

3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.

4) Perubahan cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu

terjadinya serangan asma.


b. Stress, stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma.

F. Penatalaksanaan

 insersi jalan napas buatan

observasi

- indentifikasi kebutuhan insersi jalan napas buatan

-monitor komplikasi selama prosedur

- monitor gerakan dinding dada

- monitor SPo2

- monitor status pernafasan

edukasi

- jelaskan tujuan pemasangan alat bantu nafas

kolaborasi

- kolaborasi pemilihan ukuran ett

 manajemen jalan napas buatan

observasi

- monitor posisi selang ett

- monitor tekanan balon ett

- monitor kulit area stoma (mis kemerahan, drainase, pendarahan)

terapeutik

- kurangi tekanan balon secara periodik

- cegah selang ett terlipat

- lakukan penghisapan lendir selama 15 detik jika diperlukan

edukasi

- lakukan perawatan mulut

- lakukan perawatan stoma trakeostomi


kolaborasi

- kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk muscus plug

PENGKAJIAN

1. Riwayat kesehatan

Anak pasien mengatakan sudah 6 tahun lumpuh sebelah kiri, namun selama satu Minggu terakhir

pasien tidak mau makan, pasien sesak nafas sempat di oksigen di rumah habis 2 liter namun tidak

ada hasil, langsung di bawa ke RSUD Kanjuruhan

2. Pemeriksaan

Abdomen dan sistem pernafasan

3. peerksaan dagnostk

Darah lengkap

Anda mungkin juga menyukai