Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENISASI DI RUANG CEMPAKA

RSUD DR. H. SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh:

M. Aldino Okka Nur Utama (SK322013)

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


A. Pengertian

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran
gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).

B. Faktor yang mempengaruhi


Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah:

1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

3) Hipovolemia

4) Peningkatan laju metabolik


5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas dan penyakit kronis.
b. Status kesehatan Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu.

1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.

2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut

3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
d. Faktor perilaku

Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.


Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan
zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :

1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)
C. Jenis gangguan

Menurut Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada respirasi


dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi
pernapasan dan hipoksia, yaitu ;
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan

1) Gangguan irama pernapasan

a) Pernapasan Cheyne stokes Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus


pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik,
kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan
siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal
jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat.
Namun secara fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada
orang di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut dan
pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan
pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea.
Keadaan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang
jumlah dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20
kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan
asidosis metabolic dan gagal ginjal.
2) Gangguan frekuensi pernapasan

a) Takipnea Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya


meningkat dan melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
b) Bradipnea Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya
menurun dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi
pernapasan normal.

b. Insufisiensi pernapasan Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi


tiga kelompok utama yaitu ;
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :

a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi


servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,
TBC, dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru

a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya


kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-
paru ke jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin
yang tersedia untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah
jantung yang rendah.

c. Hipoksia Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam


jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia,
hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik.
1) Hipoksemia Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam
darah arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik
(anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia
hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik
terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat
hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan
karbondioksida.
a) Hipoksia hipokinetik Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang
terjadi akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik
dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia
hipokinetik kongestif.
b) Overventilasi hipoksia Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi
karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen
lebih rendah dari penggunaannya.
c) Hipoksia histotoksik Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di
kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan
oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan
oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak
daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
D. Pengkajian

a. Pengkajian fisik

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), hasil pemeriksaan fisik yang biasa
ditemukan terkait pasien dengan gangguan oksigenasi adalah :
1) Keadaan umum : Biasanya pasien gelisah karena sesak napas

2) Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis sampai terjadi penurunan


kesadaran
3) TTV

a) BP : Biasanya terjadi hipotensi atau hipertensi

b) RR : Takipnea

c) P : Takikardia

d) T : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia

4) Kepala : Normachepal

5) Mata : Biasanya konjungtiva anemis (karena anemia), konjungtiva sianosis


(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat pethecial (karena emboli lemak
atau endokarditis), kondisi sklera tergantung dengan kondisi hati yang baik
atau tidak.
6) Mulut dan bibir : Biasanya membran mukosa sianosis, bibir kering,
bernapas dengan mengerutkan mulut.
7) Hidung : Biasanya hidung sianosis, bernapas dengan menggunakan cuping
hidung.
8) Telinga : telinga sianosis, sejajar dengan kantus mata.

9) Leher : ada distensi atau bendungan pada vena jugularis, bisa terjadi
pembesaran kelenjar getah bening.
10) Kulit : Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer), sianosis secara umum (hipoksemia), penurunan turgor (dehidrasi),
edema, edema periorbital.
11) Thoraks

a) Paru-paru

 Inspeksi : Retraksi dinding dada (karena peningkatan aktivitas


pernapasan, dispnes, atau obstruksi jalan napas), pergerakan tidak
simetris antara dada kiri dan dada kanan.
 Palpasi : Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena
udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan).
 Perkusi : Bunyi perkusi bisa resona, hiperresonan, dullness .

 Auskultasi : Suara napas bisa normal (vesikuler, bronkovesikuler,


bronchial) atau tidak normal (crackles, ronkhi, wheezing, friction
rub).
b) Jantung

 Inspeksi : Adanya ketidaksimetrisan pada dada, adanya jaringan


parut pada dada, iktus kordis terlihat.
 Palpasi : Takikardia, iktus kordis teraba kuat dan tidak teratur serta
cepat.
 Perkusi : Bunyi jantung pekak, batas jantung mengalami
pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi jantung.
 Auskultasi : Bunyi jantung irregular dan cepat, adanya bunyi
jantung S3 atau S4.
12) Abdomen

 Inspeksi : Perut klien tampak edema, ada perubahan warna kulit,


kulit tampak kering.
 Auskultasi : Bising usus dalam batas normal.

 Palpasi : Adanya distensi abdomen, terdapat hepatomegali dan


splenomegali.
 Perkusi : Bunyi pekak karena adanya asites

13) Genitalia dan anus : Klien dengan CHF biasanya akan mengalami masalah
dalam proses eliminasi (BAB dan BAK) sehingga pasien harus dipasang
kateter.
14) Ekstremitas : Jari dan kuku sianosis, CRT > 2 detik, akral teraba dingin,
edema pada tungkai, ada clubbing finger.

b. Pengkajian Psikososial

Menurut Somantri (2009), pengkajian psikososial yang perlu dilakukan meliputi :

1) Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh
terhadap fungsi respirasi. Beberapa penyakit respiratori timbul akibat adanya
stress.
2) Penyakit pernapasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran
keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan,
pekerjaan atau ketidakmampuan.
3) Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi
klien terhadap masalah stress psikososial dan mencari jalan keluarnya.
c. Pemeriksaan Diagnostik

a) Elektrokardiografi (EKG)

b) Ekokardiografi

Gambaran yang aling sering ditemukan pada CHF akibat penyakit jantung
iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup jantung adalah
dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventrikel.
c) Rontgen Toraks

Foto rontgen toraks posterior-anterior dapat menunjukkan adanya


hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti yang menunjukkan
adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke
daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
d) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan gas


darah arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap (Saputra, 2013).
Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada pasien CHF:
1) Abnormalitas analisa gas darah
(a) PH (7,35-7,45)
(b) PO2 (80-100 mmHg)

(c) PCO2 (35-45 mmHg)

(d) HCO3 (22-26 mEq/L)


2) Peningkatan kreatinin serum ( > 150 μ mol/L)

3) Anemia ( Hb < 13 gr/dl pada laki-laki, < 12 gr/dl pada perempuan)

4) Hiponatremia ( < 135 mmol/L)

5) Hipernatremia ( > 150 mmol/L)

6) Hipokalemia ( < 3,5 mmol/L)

7) Hiperkalemia ( > 5,5 mmol/L)

8) Hiperglikemia( >200 mg/dl)

9) Hiperurisemia ( > 500 μ mmol/L)

10) BNP ( < 100 pg/ml, NT proBNP < 400 pg/ml)

11) Kadar albumin tinggi ( > 45 g/L)

12) Kadar albumin rendah ( 2,5


13) CRP > 10 mg/L
14) Leukositosis nuetrofilik (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia, 2015).
E. Diagnosa keperawatan

a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan O2 yang tidak adekuat.

b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:

1) Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi

2) Perubahan membran alveolar dan kapiler

c) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan.

d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas.

e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.
f) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
F. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan pola napas a) Respiratory status: Oxygen Therapy
Definisi : inspirasi dan atau Ventilation a) Periksa mulut, hidung, dan
ekspirasi yang tidak memberi Mendemonstrasikan batuk sekret trakea
ventilas i adekuat. efektif dan suara napas b) Pertahankan jalan napas yang
Batasan Karakteristik : yang bersih, tidak ada paten
a) Penurunan tekanan ekspirasi sianosis dan dyspneu c) Mengajarkan batuk efektif
b) Penurunan tekanan inspirasi (mampu mengeluarkan d) Atur peralatan oksigenasi
c) Pernapasan cuping hidung sputum, mampu bernapas e) Monitor aliran oksigen sesuai
d) Pola napas abnormal dengan mudah, tidak ada indikas i dan konsentrasi yang
d) Takipnea pursed lips) diberikan
b) Respiratory status: f) Pertahankan posisi pasien
Faktor yang Berhubungan : Airway patency g) Observasi tanda-tanda
a) Ansietas Menunjukkan jalan napas hipoventilasi
b) Posisi tubuh yang yang paten (klien tidak h) Monitor adanya kecemasan
menghambat ekspansi paru merasa tercekik, irama pasien terhadap oksigenasi
c) Hiperventilasi napas, frekuensi Vital Sign Monitoring
pernapasan dalam rentang a) Monitor TD, nadi, suhu, dan
normal, tidak ada suara RR
napas abnormal) b) Monitor vital sign saat pasien
c) Vital Sign Status : Tanda- berbaring, duduk, dan berdiri
tanda vital dalam rentang c) Auskultasi TD pada kedua
normal (tekanan darah, lengan dan bandingkan
nadi, pernapasan) d) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum Oxygen Therapy
e) Periksa mulut, hidung, dan
sekret trakea
f) Pertahankan jalan napas yang
paten
g) Mengajarkan batuk efektif
h) Atur peralatan oksigenasi
i) Monitor aliran oksigen sesuai
indikas i dan konsentrasi yang
diberikan
j) Pertahankan posisi pasien
k) Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
l) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
b) Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk, dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum
2. Gangguan pertukaran gas a) Respiratory status: Respiratory Monitoring
Definisi: kelebihan atau defisit ventilation a) Monitor pola napas, irama,
oksigenasi dan/atau eliminasi Mendemonstrasikan batuk kedalaman dan usaha napas
karbondioksida pada membran efektif dan suara napas b) Perhatikan gerakan dan
alveolar-kapiler. Batasan yang bersih, tidak ada kesimetrisan, menggunakan
Karakteristik: sianosis dan dypsneu otot bantu, dan adanya
a) Pola pernapasan abnormal (mampu mengeluarkan retraksi otot intercostals dan
(mis; kecepatan, irama, sputum, mampu bernapas supraclavicular
kedalaman) dengan mudah, tidak ada c) Monitor bunyi napas,
b) Tekanan parsial oksigen pursed lips) misalnya mendengkur
dalam darah arteri (PaO2) b) Vital sign status d) Monitor pola napas
abnormal Tanda-tanda vital dalam e) Catat lokasi trakea
c) Tekanan parsial karbon rentang normal f) Auskultasi bunyi napas, catat
dioksida dalam darah arteri peningkatan ventilasi
(PaCO2) abnormal d) pH g) Monitor saturasi oksigen h)
arteri abnormal Monitor kemampuan pasien
d) Saturasi oksigen abnormal dalam batuk efektif
e) Dispnea pada saat istirahat Oxygen Therapy
f) Sianosis a) Periksa mulut, hidung, dan
Faktor yang Berhubungan: sekret trakea
Perubahan membran alveolar- b) Pertahankan jalan napas yang
kapiler paten
c) Atur peralatan oksigenasi
d) Monitor aliran oksigen
e) Pertahankan posisi pasien
f) Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
g) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital Sign Monitoring


a) Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
b) Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk, dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
d) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
g) Monitor pola pernapasan
abnormal
h) Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
i) Monitor sianosis perifer
j) Monitor adanya cushling
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
k) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3. Ketidakefektifan bersihan jalan Respiratory status: Respiratory Monitoring
napas ventilation : a) Monitor pola napas, irama,
Batasan Karakteristik: Mendemonstrasikan batuk kedalaman dan usaha napas
a) Batuk yang tidak efektif efektif dan suara napas yang b) Perhatikan gerakan dan
b) Dispnea bersih, tidak ada sianosis dan kesimetrisan, menggunakan
c) Gelisah dyspneu (mampu mengeluarkan otot bantu, dan adanya
d) Perubahan frekuensi napas sputum, mampu bernapas retraksi otot intercostals dan
e) Perubahan pola napas dengan mudah, tidak ada supraclavicular
e) Sianosis pursed lips) c) Monitor bunyi napas,
f) Sputum dalam jumlah yang misalnya mendengkur
berlebihan Respiratory status: airway d) Monitor pola napas
g) Suara napas tambahan patency : e) Catat lokasi trakea
a) Menunjukkan jalan napas f) Auskultasi bunyi napas, catat
Faktor yang Berhubungan: yang paten (klien tidak peningkatan ventilasi
a) Obstruksi jalan napas merasa tercekik, irama g) Monitor saturasi oksigen
b) Eksudat dalam alveoli napas, frekuensi h) Monitor kemampuan pasien
c) Sekresi yang tertahan. pernapasan dalam rentang dalam batuk efektif
normal, tidak ada suara i) Memberikan bronkodilator
napas abnormal) bila perlu
b) Mampu mengidentifikasi j) Keluarkan sekret dengan
dan mencegah faktor yang batuk atau suction.
menghambat jalan napas)
4. Gangguan pola tidur Definisi: a) Sleep Enviromental Management :
Interupsi jumlah waktu dan 1) Waktu tidur tidak terganggu Comfort
kualitas tidur akibat 2) Pola tidur tidak terganggu a) Aktivitas :
faktoreksternal. 3) Kualitas tidur tidak 1) Tentukan tujuan pasien dan
Batasan karakteristik : terganggu 4) Kesulitan untuk keluarga untuk pengelolaan
a) Ketidakpuasan tidur tidur tidak terjadi lingkungan dan kenyamanan
b) Penurunan kemampuan b) Fatigue : Disruptive yang optimum
berfungsi Effects 2) Ciptakan lingkungan yang
c) Perubahan pola tidur normal 1) Tidak terjadi malaise, letargi tenang dan mendukung
d) Sering terjaga 2) Penurunan energi tidak 3) Berikan lingkungan yang
terjadi c) Comfort Status : aman dan bersih
Environment 4) Menyesuaikan suhu ruangan
1) Suhu ruangan tidak untuk yang paling nyaman
bermasalah bagi pasien
2) Lingkungan kondusif untuk 5) Fasilitasi kenyamanan pasien
tidur Sleep Enchancement
3) Lingkungan bersih, tertib a) Aktivitas :
1) Tentukan pola aktifitas/ tidur
pasien
2) Tentukan efek pengobatan
pasien terhadap pola tidur
pasien
3) Monitor/catat pola tidur,
jumlah waktu tidur pasien
4) Monitoring pola tidur, dan
catat tanda fisik yang dapat
mengganggu tidur
5) Bantu untuk mengurangi
situasi yang bisa membuat
pasien stress sebelum tidur
6) Diskusikan dengan pasien
dan keluarga terkait teknik
meningkatkan kualitas tidur
7) Sediakan pamflet dengan
informasi tentang teknik
peningkatan tidur.
5. Intoleransi aktivitas a) Energy Conservation Peningkatan Latihan
berhubungan dengan b) Activity Tolerance a) Gali hambatan individu
ketidakseimbangan antara suplai c) Self Care : ADLs terkait latihan fisik (seperti,
dan kebutuhan oksigen Batasan Kriteria Hasil : sesak napas, dll)
Karakteristik 1) Berpartisipasi dalam b) Dukung ungkapan perasaan
a) Ketidaknyamanan setelah aktivitas fis ik tanpa disertai mengenai latihan atau
beraktivitas peningkatan TTV. kebutuhan untuk melakukan
b) Keletihan 2) Mampu melakukan latihan
c) Respon tanda-tanda vital aktivitas sehari-hari secara c) Dukung individu untuk
abnormal terhadap aktivitas mandiri memulai atau melanjutkan
3) Tanda-tanda vital latihan
4) Energy psikomotor d) Lakukan latihan bersama
5) Level kelemahan individu, jika diperlukan
6) Mampu berpindah e) Libatkan keluarga/orang
7) Status sirkulasi baik yang memberikan perawatan
8) Status respirasi : pertukaran dalam merencanakan dan
gas dan ventilasi adekuat. meningkatkan program
latihan
f) Instruksikan individu terkait
frekuensi, durasi, dan
intensitas program latihan
yang diinginkan
g) Monitor respon individu
terhadap program latihan
h) Sediakan umpan balik positif
atau usaha yang dilakukan
individu
6. Ansietas berhubungan dengan a) Tingkat Kecemasan : Terapi Relaksasi :
perubahan status kesehatan 1) Klien dapat beristirahat a) Tentukan apakah ada
Batasan Karakteristik 2) Perasaan gelisah intervensi relaksasi dimasa
a) Perilaku berkurang lalu yang sudah memberikan
1) Penurunan produktivitas 3) Klien mengatakan manfaat
2) Mengekspresikan cemasnya berkurang b) Berikan deskripsi detail
kekhawatiran akibat 4) Tanda-tanda vital terkait intervensi relaksasi
perubahan dalam dalam rentang normal yang dipilih
peristiwa hidup c) Ciptakan lingkungan yang
3) Gelisah tenang dan tanpa distraksi
4) Insomnia dengan lampu yang redup
5) Kontak mata buruk dan suhu lingkungan yang
6) Resah nyaman, jika memungkinkan
b) Afektif d) Dapatkan perilaku yang
1) Gelisah menungjukan terjadinya
2) Distress relaksasi, misalnya bernapas
3) Ketakutan dalam, menguap, pernapasan
4) Perasaan tidak adekuat perut, atau banyangan yang
5) Marah menyenangkan
6) Menyesal e) Minta klien untuk rileks dan
7) Perasaan takut merasakan sensasi yang
8) Ketidakpastian’ terjadi
9) Khawatir f) Tunjukan dan praktekan
c) Fisiologis teknik relaksasi pada pasien
1) Wajah tegang g) Evaluasi dan
2) Peningkatan keringat dokumentasikan respon
3) Gemetar/tremor terhadap terapi relaksasi
4) Suara bergetar
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Graha Ilmu.


Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Mulyorejo, Surabaya:
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indones ia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai