Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATA DASAR

DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI

Disusun Oleh :
LENNI SARI BR PEANGIN ANGIN
PO71202230078

Dosen Pembimbing
LORIZA SATIVA YAN, Ners, MNS
NIP. 19860819 201902 2 001

PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENASI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Oksigenasi

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama de
ngan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur ya
ng diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti p
ernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banya
k oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolis
me tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013). Oksigenasi merupakan proses penambahan oks
igen (O2) ke dalam system tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditamba
hkan kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas.

Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan li
ngkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen
dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioks
ida ke lingkungan (Saputra, 2013). Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebu
tuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidup
an sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisiolo
gis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).

2. Etiologi

Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya peradangan,
obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain. Gangguan tersebut akan meny
ebabkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak terpenuhi secara adekuat. Menurut
Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada respirasi dikelompokkan menjadi
tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan hipoksia, yaitu ;

a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan

1) Gangguan irama pernapasan

a) Pernapasan Cheyne stokes

Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-


mula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai
lagi dengan siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal
jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 –
15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur

b) Pernapasan Biot

Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne stokes, teta
pi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada penyaki
t radang selaput otak.

c) Pernapasan Kussmaul

Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat


dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien d
engan asidosis metabolic dan gagal ginjal.

2) Gangguan frekuensi pernapasan

a) Takipnea

Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan melebihi jumlah f


rekuensi pernapasan normal

b) Bradipnea

Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan jumlah frekue


nsi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.

b. Insufisiensi pernapasan

Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:

1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :

a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi servikal.

b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC, dan
lain-lain.

2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru

a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya kerusakan


jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.

b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan, misalnya pada ede


ma paru, pneumonia, dan lainnya.

c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam b
eberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.

3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru k


e jaringan

a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin yang tersedia


untuk transfor oksigen.
b).Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar hemoglobin men
jadi tidak dapat mengangkut oksigen.

c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah jantung yang rend
ah.

c. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan. Hipok


sia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu: hipoksemia, hipoksia hipokinetik, o
verventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik.

1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik)
dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan
oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen
yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan
keracunan karbondioksida

a) Hipoksia hipokinetik

Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau
sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik
iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.

b) Overventilasi hipoksia

Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan
sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.

c) Hipoksia histotoksik

Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal
tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih
banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

3. Tanda dan gejala

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.


Penurunan ventilasi permenit,penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan nafas flaring ( nafas cuping hidung ), dispnea, ortopnea, penyimpangan
dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukkan 3 poin, nafas dengan bibir ,ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak
efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,2018 )
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu : takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, samnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis,
warna kulit abnormal ( pucat,kehitam-hitaman ), hipoksemia,hiperkardia, sakit
kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas
(NANDA,2018)

4. PATOFISIOLOGI

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas(Sasmi, 2016).

5. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan


oksigenasi yaitu :

a) Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan


pertukaran gas secara efisien.
b) Pemeriksaan gas darah arteri, untuk memberikan informasi tentang difusi gas
melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi
c) oksimetri, untuk mengukur saturasi oksegen kapiler
d) Pemeriksaan sinar X dada, untuk pemeriksaan adanya cairan, masa, fraktur dan p
roses-proses abnormal
e) Bronkoskopi, untuk memperoleh sample biopsy dan cairan atau sample sputum /
benda asing yang menghambat jalan nafas
f) Endoskopi, untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi
g) Fluoroskopi, untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal kerja jantung d
an kontraksi paru
h) T-SCAN, untuk mengintifikasi adanya massa abnormal

6. PENATALAKSANAAN

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan
terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot
jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi
pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas
dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).
a. IInhalasi oksigen, pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan c
ara memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan meng
gunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui
tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuha
n oksigen dan mencega terjadinya hipoksia.
Menurut Tarwoto dan Wartonah 2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sist
em aliran rendah dan sistem aliran tinggi:
1). Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih
mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan
untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan
kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana
dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen
sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-
seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong
rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit,
dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sun
gkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspir
asi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara m
asuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen d
engan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%
e) Sistem aliran tinggi
2) Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan ti
dak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury
mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. P
rinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diat
ur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna al
at, misalnya : warna biru 24%, putih i
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien yang men
yerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan m
elepaskan s28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas (Eki, 2017)
Perkusekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
1) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran
yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien
secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
2) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari berbagai
segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran
sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
3) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus
atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk,
dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk
melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan
napas (Eki, 2017)
4) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan ini
memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Eki, 2017)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b) anamnese
1) Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.

2) Keluhan Utama

Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga hari
yang lalu.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya sesak nafas, serta
upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat- obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain yang berpotensi
menurun atau menular pada anggota keluarga lain

6) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat retraksi
dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah
atau berkurang, takikardi/bradikardi,

hipertensi/hipotensi,

aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa
panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, apakah cepat
lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.
2. Diagnosa
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d pola
napas abnormal
b. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelannmakanan d.d nafsumakan
menurun
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk yang
tidak efektif
d. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea

3. Intervensi
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d pola
napas abnormal
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi,Kussmaul, cheyne - Stokes, Biot, ataksik0
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan napas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai AGD
10) Monitor hasil x-ray toraks
b. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelannmakanan d.d nafsumakan
menurun
1). Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
2) . Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3). Monitor Berat Badan
4). Lakukan oral hygiene sebelum makan
5). Sajikan makanan dengan suhu sesuai
6). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
7). Identifikasi perubahan berat badan,kelainan eliminasi,hitung perubahan berat
badan
8). Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk yang
tidak efektif
Observasi :
1) Identifikasi kemampuan batuk
2) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
3) Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
karateristik
Terapeutik :
1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Anjurkan tarik napas melaluihidung selama 4 detik, diTahan
selama 2 detik kemudian dari mulut dengan bibir mecucu
selama 8 detik
2. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3kali
d. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d
dispnea
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne- Stokes, Biot, ataksik0
1. Monitor kemampuan batuk efektif
2. Monitor adanya produksi sputum
3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen

Anda mungkin juga menyukai