S DI RUANG
MULTAZAM//54.1 DENGAN STROKE
Oleh :
FIESDA PERMATA OKTAVYRA
NIM. 211030230228
2. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasin merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh. Keberadaan
oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-
sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara emnghirup
oksigen setiap kali bernafas dari atmosfer. Oksigen untuk kemudian
diedarkan ke seluruh jaringan (Andarmoyo, 2012).
3. Proses Fisiologis Oksigenasi
Proses fisiologis oksigen terdiri dari :
a. Ventilasi
Ialah masuknya oksigen atmosfer ke dalam alveoli dan keluarnya
karbondioksida dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi
(inspirasi dan ekspirasi).
b. Difusi Gas
Difusi adalah bergeraknya gas oksigen dan karbondioksida atau partikel
lain dari area yang bertekanan rendah. Dalam difusi gas ini, organ
pernafasan yang berperan penting adalah alveoli dan darah.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah (Mutaqin, 2012).
Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihan jalan napas tidak efektif
merupakan ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
Stroke dapat memicu terjadinya gagal nafas. Gagal nafas dapat terjadi sebagai
akibat langsung dari lesi stroke pada batang otak yang mengatur sistem
respirasi, yang menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah sputum berlebih
yang dapat menyebabkan munculnya masalah keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif . bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap
paten (PPNI, 2017).
A. Asuhan Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis
berkesinambungan, yang meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan individu atau kelompok, baik yang aktual maupun potensial
kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan, mengurangi, atau
mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau
menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan (Rohman dan Wahid,
2016). Adapun langkah-langkah dalam asuhan keperawatan menurut Setiadi
(2012) antara lain :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual
maupun potensial.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi adalah pengelolaan atau
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
5. Evaluasi
Tahap penelitian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Pengertian Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut
Lyer et al (1996, dalam, 2012). Pengkajian adalah pendekatan sistematis
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012).
2. Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya.
3. Tipe Data
Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut :
a. Data subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah
kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan
termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatannya.
Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga
kesehatan lainnya.
b. Data objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status
kesehatan pasien.
4. Hal - hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian menurut Dermawan
(2012) adalah sebagai berikut :
a. Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-
sosial dan spiritual.
b. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah
pasien dan menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
c. Dilakukan secara sistematis dan terus menerus
d. Dicatat dalam catatan keperawatan secara sitematis dan terus menerus
e. Dikelompokan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual
f. Dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relevan
5. Pengkajian pada Stroke
Menurut Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke
meliputi :
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan
kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal yang
tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering
kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada serangan
stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
pasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus.
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga
7) Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran
samnolen, apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS
< 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan
biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos metis
dengan GCS 13-15
b) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole
> 80 b)
(2) Nadi
Biasanya nadi normal
(3) Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada
bersihan jalan napas
(4) Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
hemoragik
c) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah
d) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V
(Trigeminal) : biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan
pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas halus,
klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus VII
(facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis,
mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung, menggembungkan
pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan
kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah pasien
kesulitan untuk mengunyah.
e) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, kelopak mata tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II
(optikus) : biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus
III (okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil
kadang isokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai
jika pasien bisa membuka mata . Nervus IV (troklearis) : biasanya
pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah.
Nervus VI (abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat mengikuti
arah tangan perawat ke kiri dan kanan
f) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada
pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) :
kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang diberikan perawat
namun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman penciuman
antara kiri dan kanan berbeda dan pada nervus VIII (akustikus) :
biasanya pada pasien yang tidak lemah anggota gerak atas, dapat
melakukan keseimbangan gerak tangan-hidung.
g) Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma
akan mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir
kering. Pada pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah
dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat
menyebutkan rasa manis dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal)
: biasanya ovule yang terangkat tidak simetris, mencong kearah
bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa asam
dan pahit. Pada nervus XII (hipoglasus) : biasanya pasien dapat
menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan
namun artikulasi kurang jelas saat bicara
h) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan
nervus VIII (akustikus) : biasanya pasien kurang bisa
mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana lokasi
kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara keras dan
dengan artikulasi yang jelas
i) Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke
hemragik mengalami gangguan menelan. Pada peemeriksaan kaku
kuduku biasanya (+) dan bludzensky 1 (+)
j) Thorak
(1) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)
(2) Jantung
Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler
k) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak terdengar.
Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat perut pasien
digores biasanya pasien tidak merasakan apa-apa
l) Ekstremitas
(1) Atas .Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT
biasanya normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI
(aksesorius) : biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat
melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada
pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada
respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek
bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi
dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan
reflek hoffman tromer biasanya jari tidak mengembang ketika
diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
(2) Bawah .Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan
bluedzensky I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada
saat telapak kaki digores biasanya jari tidak mengembang
(reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya
jari kaki juga tidak beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat
tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya tidak ada
respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat
betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan
apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella
biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek patella
(+)).
C. Diagnosa Keperawatan
1. Definisi Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Perawat diharapkan memiliki rentan perhatian yang luas, baik pada klien
sakit maupun sehat. Respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap
masalah kesehatan dan proses kehidupan yang dialami klien. Masalah
kesehatan mengacu pada respons klien terhadap kondisi yang terjadi selama
rentang kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal
dan meninggal yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi
atau diubah dengan intervensi keperawatan (Christenses & Kenney, dalam
SDKI, 2017)
2. Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Diagnosis negatif
dan diagnosis positif.diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien dalam
kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit sehingga penegakkan diagnosis
ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat
penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas
diagnosis aktual dan diagnosis resiko. Sedangkan diagnosis positif
menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi
yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan dengan
diagnosis promosi kesehatan (ICNP, 2015 ; Standar Praktik Keperawatan
Indonesia – PPNI, 2005).
3. Diagnosa Keperawatan yang Muncul berdasarkan SDKI
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien stroke antara lain :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Nyeri akut
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Resiko defisit nutrisi
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa, Teori dan Contoh Aske. Yogyakarta : Yuha Medika.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DI
RUANG MULTAZAM//54.1 DENGAN STROKE
Oleh :
FIESDA PERMATA OKTAVYRA
NIM. 211030230228
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Pria
Riwayat Sakit dan Kesehatan Identitas
Umur : 56 Thn
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Keluhan utama : Pasien datang ke RS dengan keluhan utama tidak bisa berbicara, Saat dilakukan pengkajian keluarga
pasien mengeluh pasien lemas, kepalanya pusing, mendadak tidak bisa berbicara, dan mengatakan anggota gerak
sebelah kiri terasa lemah pada pasien, tidak dapat digerakkan, memiliki hipertensi.
Penyakit yang pernah diderita : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah dirawat di RS dengan penyakit
hipertensi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran: Delirium
Tanda vital TD: 170/120mmHg Nadi: 100x/mnt Suhu : 37ºC RR: 28 x/mnt
Pola nafas irama: Teratur Tidak teratur
Pernafasan
Masalah:
Tidak ada masalah
1. Laboratorium :
Hari/ Tanggal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
(Jam)
Sabtu, HEMATOLOGI
20 Oktober 2017
HEMOGLOBIN (HGB) 14,6 11,7 – 15,5 g/dL
LEUKOSIT (WBC) 6,5 3,6 – 11,0 10^3/uL
TROMBOSIT (PLT) 300 150 – 400 10^3/uL
HEMATOKRIT (HCT) 45 35 – 47 %
Pemeriksaan penunjang
GULA DARAH
KARBOHIDRAT 86 74 – 180 mg/dL
GLUKOSA SEWAKTU (GDS)
FUNGSI GINJAL
Ureum 47 13 – 43 mg/dL
Kreatinin 0,87 0,8 – 1,3 mg/dL
Asam urat 5,6 3,5 - 7,0 mg/dL
KIMIA DARAH
LEMAK
Cholesterol total 267 < 200 mg/dL
HDL choleserol 38 40 - 60 mg/dL
LDL cholesterol 185 < 100 mg/dL
Trigliseride 219 < 150 mg/dL
2. EKG
Foto Rontgen Brain Scanning : Lakunar Infark basal ganglia kiri
Radiologi/ USG, dll
Hari/Tanggal
NAMA OBAT
(Jam)
Sabtu, 1. Terpasang RL 12tpm/12 jam
2. Ranitidine 1 ampul via I.V
14 Oktober 3. Citicoline 2x1 gram via I.V
2017 4. Manitol 4x100 cc via I.V
5. Amlodipin 1x10 gram via P.O
Terapi:
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Disfungsi neuromuskular (Stroke) d.d
ronchi basah (Kode D.0001)
2. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (Lakunar Infark basal ganglia kiri)
d.d gelisah, sulit tidur, Nadi : 100x/mnt (D.0077)
3. Gangguan mobilitas fisik b.d Gangguan neuromuskular (Stroke) d.d
kekuatan otot menurun, gerakan terbatas, mengeluh sulit mrnggersksn
ektrimitas kiri (Kode D.0054)
4. Resiko defisit nutrisi d.d Ketidakmampuan menelan makanan (Stroke)
(Kode D.0032)
P : Intervensi dilanjutkan
Memonitor bunyi napas tambahan
Memposisikan semi fowler atau fowler
Memonitor hipersalivasi akibat perubahan simetris
mulut
Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Memberikan minum hangat
Melakukan penghisapan atau suqtion saliva karena
hipersalivasi
Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari
Memberikan oksigen, bila perlu
24/10/17 (2) Nyeri akut b.d S : Klien mengatakan kepalanya masih terasa pusing,
07.30 Agen pencedera meski sudah mulai berkurang
fisiologis (Lakunar
08.00
Infark basal ganglia
08.15 kiri) d.d gelisah, sulit O : klien terlihat lebih nyaman dan bisa tidur ketika
tidur, Nadi : malam, TD : 150/100 mmHg
100x/mnt (D.0077)
P : Intervensi dilanjutkan
Mengidentifikasi skala nyeri
Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal
Mengidentifikasi faktor yang meperberat dan
memperingan nyeri
Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
Memonitor efek samping penggunaan analgesik
Memberikan teknik farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (aromaterapi, kompres hangat)
Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Memfasilitasi istirahat dan tidur
Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
24/10/17 (3) Gangguan S : Klien mengatakan tidak bisa menggerakan tangan dan
07.45 mobilitas fisik b.d kaki bagian kirinya dan harus dibantu oleh keluarga
Gangguan
08.15
neuromuskular
08.40 (Stroke) d.d O : Klien tampak dibantu oleh keluarga dalam
kekuatan otot menggerakan ekstrimitas bagian kirinya
menurun, gerakan
terbatas, mengeluh
sulit mrnggersksn A : Masalah tidak teratasi
ektrimitas kiri (Kode
D.0054)
P : Intervensi dilanjutkan
Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(pagar tempat tidur, kursi roda)
Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
24/10/17 (4) Resiko defisit S : Keluarga klien mengatakan klien sudah makan 2 porsi
nutrisi d.d
07.45 dalam sehari meski harus menggunakan bubur dan
Ketidakmampuan
08.15 menelan makanan minum 5 gelas air putih sehari
(Stroke) (Kode
08.40
D.0032)
O : klien makan 2x/hari dan minum 5 gelas air putih
sehari
P : intervensi dilanjutkan
Memonitor asupan makanan
Memonitor berat badan
Melakukan oral hygiene sebelum makan
Memfasilitasi menentukan pedoman diet
Menganjurkan posisi duduk
Mengajarkan diet yang diprogramkan