Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

“W” DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANGAN INTERNA F RSUD
DR. MM DUNDA LIMBOTO

DISUSUN OLEH :
NAMA : KURNIAWAN LATJOMPOH
NIM : C03122010
MENGETAHUI :

PERSEPTOR KLINIK Ns. Ramang Hasan, S.Kep TTD :

1. Ns. Fadli Syamsuddin,


M.Kep, Sp.Kep., MB TTD :
PERSEPTOR
AKADEMIK 2. Dr. Rosmin Ilham, S.Kep, Ns,
MM TTD :

1. TGL …………..
TANGGAL 2. TEPAT WAKTU
PENGUMPULAN 3. TERLAMBAT
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan
jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka
(2013)(Budyasih, 2014)
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).(Eki, 2017)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran
gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013). Kebutuhan Oksigenasi
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai
aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012).
2. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai
penangkal benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat
virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil.
Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien
menerik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2
atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi
recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat
pernapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan
CO2 , di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel
alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagai mana O2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam
darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh CO2 ,jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan
hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2
akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm
plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan
kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan
mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya jantung
menkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan
penggunaan o2 oleh sel.(Pradana, 2019)

3. Etiologi
Gagal napas dapat disebabkan oleh banyak hal, di antaranya:
 Penyakit paru-paru, seperti serangan asma berat, COVID-19, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, emboli paru, edema paru, dan sindrom
gagal napas akut (acute respiratory distress syndrome)
 Gangguan pada otak atau saraf yang mengatur fungsi pernapasan, seperti
cedera kepala berat, stroke, tumor otak, herniasi otak, gangguan saraf tulang
belakang, sindrom Guillain-Barré, dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
 Penyakit atau kondisi tertentu, seperti syok, perdarahan berat, sepsis,
gangguan elektrolit, dan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis dan
alkalosis)
 Cedera pada otot dan tulang dada atau tulang belakang
 Cedera paru akut, misalnya akibat menghirup asap atau zat kimia berbahaya
yang dapat melukai paru-paru
 Efek samping obat-obatan, seperti obat antinyeri golongan opioid dan obat
penenang
Tak hanya itu, beberapa kondisi lain, seperti keracunan, overdosis obat, sleep apnea,
dan ketoasidosis diabetik, juga dapat menyebabkan gagal napas.
4. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan
dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir,
ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior, frekuensi nafas
kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman
nafas (NANDA, 2011).
5. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas(Sasmi, 2016).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahuiadanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksitransmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond
jantungterhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi
tentangrespond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen
danmenentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi
; pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi keperawatan.
a. Keletihan Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan
bahwa ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak
napas. Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit dan
tidak nyaman.
c. Batuk Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba dan
dapat didengar. d. Mengi Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan
tinggi melalui jalan nafas yng sempit.
d. Nyeri Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan. Nyeri ini paling
sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar. Nyeri pericardium, merupakan
akibat inflamasi kantong perikardium, biasanya tidak menyebar dan dapat
terjadi saat inspirasi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang
meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar.
a. Inspeksi - Warna membran mukosa - Penampilan umum
a. Tingkat kesadaran - Keadekuatan sirkulasi sistemik - Pola pernapasan -
Gerakan dinding dada
b. Palpasi - Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? -
Pengembangan dinding horak, bandingkan kiri dan kanan - Taktil fremitus
Getaran meningkat pneumonia, penumpukan secret, atelektasis yang
belum
total, infark atau fibrosis paru. Sedangkan getaran menurun pleural effusion,
pneumothorak, penebalan pleura, emphysema atau sumbatan bronchus.
c. Perkusi macam suara ketukan: sonor. Suara yang normal terdengar diseluruh
lapangan paru-paru. Redup Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru
(pemadatan) : tumor, atalektasis, cairan. Hipersonor Suara yang ditimbulkan
lebih keras dibandingkan dengan suara sonor. Akibat adanya udara
berlebihan di paru-paru, pneumothorak, emphysema paruAkibat adanya
udara dalam suatu kantong atau ruang tertutup. suara yang terdengar nyaring
seperti kalau kita memukul gendang. Kalau terdengar di dinding thorak
artinya tidak normal. Normalnya terdengar dibawah diafragma kiri dimana
terletak lambung dan usus besar.
2. Penyimpangan KDM

Pernapasan Oksigenasi

Udara Masuk
Ventilasi Paru-paru
Sumbatan
Jalan Napas

Kerusakan Alveoli

Gangguan Batuk Obstruksi Jalan


Napas
Gangguan
Difusi
Pola Napas
Bersihan Jalan
Tidak Efektif
Napas Tidak
Efektis Gangguan
Pertukaran
Gas
3. Diagnosia Keperawatan
a. Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan batuk
b. Pola napa tidak efektif
c. Gangguan pertukaran Gas
4. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan (kriteria Hasil) Intervensi Keperawatan


1. Bersihan Jalan Napas Setelah dilakukan Tindakan selama …… Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas Observasi
Definisi : Ketidak meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan batuk
mampuan memberihkan 1. Batuk efektif meningkat (5) - Monitor adanya retensi sputum
secret atau obstruksi 2. Produksi sputum menurun (5) - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
jalan napas untuk 3. Mengi menurun (5) - Monitor input dan output cairan (mis; jumlah dan
mempertahankan jalan 4. Meconium menurun (5) karakteristik)
napas teteap paten Terapeutik
(PPNI, 2019)
DS : - Atur posisi nyaman semi-Fowler atau Fowler
- - Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
DO : - Buang secret pada tempat sputum
1. Batuk tidak efektif Edukasi
atau tidak mampu - Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
batuk - Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama 4
2. sputum detik , ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
berlebih/obstruksi dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama
dijalan 8 detik
napas/meconium di - Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam hingga 3
jalan napas (pada kali
neonates) - Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik
3. Mengi, Wheezing napas dalam yang ke-3
dan atau ronkhi Kolaborasi
kering - Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran,
(PPNI, 2017) jika perlu
(PPNI, 2018)
2. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan selama.......x Manajemen Jalan Napas
Definisi : Inspirasi dan 24 jam diharapkan pola napas membaik Observasi
ekspirasi yang tidak dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
memberikan ventilasi 1. Dispnea menurun (5) usaha napas
yang adekuat 2. Penggunaan otot bantu napas - Monitor bunyi napas tambahan (mis; gurgling, mengi,
DS : menurun (5) wheezing, ronkhi kering)
Dispnea 3. Pemanjangan fase ekspirasi - Monitor sputum (jumlah , warna, aroma)
DO : menurun (5) Terapeutik
Penggunaan otot bantu 4. Frekuensi napas membaik (5) - Pertahanlam kepatenan jalan napas dengan head-tilt
pernapasan 5. Kedalaman napas membaik (5) dan chin-lift (jaw trust jika curiga trauma servikal)
Fase ekspirasi (PPNI, 2019) - Posisikan semi fowler atau forwler
memanjang - Berikan minum hangat
Pola napas abnormal - Lakukan fisioterapi jika perlu
(mis; takipnea, - Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
bradypnea, - Lakukam hiperoksigensi sebelum
hiperventilasi, kussmaul, penghisapan endotrakeal
chyene-stokes) - Keluarkan sumbatan benda padat dengan
(PPNI, 2017) forsep McGill
- berikan Oksigen, Jika perlu
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian brokodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
(PPNI, 2018)
3. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan tindakan selama......x Pemantauan Respirasi
Gas 24 jam diharapkan pertukaran gas Observasi
Definisi : kelebihan atau Meningkat dengan kriteria hasil : - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
kekurangan oksigenasi 1. Dispnea menurun (5) napas
dari/atau eliminasi 2. Bunyi napas tambahan menurun - Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea,
karbondioksida pada (5) hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-strokes, biot,
membrane alveolus 3. Takikardia menurun (5) ataksik)
kapiler (PPNI, 2019) - Monitor kemampuan batuk efektif
DS : - Monitor adanya produksi sputum
Dispnea - Monitor adanya sumbatan jalan napas
DO : - Palpasi kesimetrisan ekspirasi paru
1. PCO2 - Auskultasi bunyi napas
Meningkat/menur - Monitor saturasi oksigen
un - Monitor nilai AGD
2. PCO2 menurun - Monitor hasil x-ray toraks
3. Takikardia Terapeutik
4. pH arteri - Atur interval pemantauan respirasi sesuai
meningkat/menur kondisi pasien
un - Dokumentasikan hasil pemantauan
5. bunyi napas Edukasi
tambahan - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
(PPNI, 2017) - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada


Pasien Dengan Congestive Heart Failure (Chf) Di Irna Penyakit Dalam Rsup Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (cetakan III).

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (cetakan II).

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (cetakan II).

Pradana, F. A. A. (2019). PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI.


(201902040042).

Anda mungkin juga menyukai