Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Puskesmas sangat berperan penting dalam mencapai keberhasilan Program
Indonesia Sehat. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) merupakan fasilitas
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya, untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan puskesmas menyangkut berbagai fungsi pelayanan mencakup
berbagai tindakan maupun disiplin medis. Puskesmas menjadi tempat kerja yang
memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar, gas
medik, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliki
risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Puskesmas membutuhkan perhatian
khusus terhadap keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum (Omrani dkk.,
2015).
Bedasarkan data dari internasional Labour Organization (ILO) 2019,
memaparkan bahwa angka kecelakaan kerja di dunia sebesar 2,78 juta pekerja
meninggal setiap tahun di dunia karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan adanya penyakit akibat
kerja, sedangkan 380.000 (13,7 persen) dikarenakan adanya kecelakaan kerja yang
terjadi. Angka kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 77.295 kasus. Walaupun
terdapat penurunan kasus dari tahun 2019 sebanyak 33.05% tetapi tidak dipungkiri
bahwa keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia masih menjadi perhatian
pemerintah untuk dibenahi dan diawasi agar angka kecelakaan kerja di Indonesia
dapat menurun (BPS, 2020).
Keselamatan dan kesehatan kerja atau sering disingkat K3 menjadi variabel
yang dapat memberikan ketenangan dalam melaksanakan pekerjaannya. Apalagi
jika pekerjaannya yang dilakukan seseorang itu berisiko. Dibutuhkan ketentuan
yang mengatur kesehatan dan keselamatan kerja sehingga pegawai dapat
melaksanakan tugasnya dengan tenang. Untuk itu, suatu organisasi perlu

1
memerlukan kedua aspek tersebut. Kecelakaan kerja pada perawat dianggap
sebagai suatu masalah serius karena mengancam kesehatan dan kesejahteraan
pasien dan petugas kesehatan secara global.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan paling
lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun
banyak perawat tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya,
melupakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Program keselamatan kerja tidak
terlepas dari program kesehatan kerja, karena dua program tersebut tercakup dalam
pemeliharaan terhadap pegawai, keselamatan kerja merupakan keselamatan yang
berkaitan dengan alat suntik, stetoskop, termometer, ranjang periksa, lemari pasien,
dll. Dengan cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan sarana
untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakakan
kerja (Suma’ur, 2014).
Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki sumber daya
manusia yang relative besar jumlahnya. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh profesi
ini dipuskesmas , adalah bentuk pelayanan keperawatan yang dilakukan secara
terus menerus selama 24 jam kepada pasien. Hampir boleh dikatakan bahwa
pelayanan inti dari kegiatan di puskesmas , merupakan pelayanan yang dilakukan
oleh perawat. Karena merupakan bentuk pelayanan kegiatan yang inti di
puskesmas maka pelayanan keperawatan perlu tetap di perhatikan serta tingkat
kepuasan kerja perawat terutama para perawat yang melaksanakan tugas
pelayanan kepada pasien (Asyiah, 2020).
Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen dalam upaya
penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Ketimpangan tersebut menjadi
penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Dengan semakin meningkatnya kasus
kecelakaan kerja dan kerugian akibat kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi
bahaya dalam proses produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif
menyeluruh, dan terintegrasi dalam manajemen perusahaan. Manajemen K3 dalam
organisasi yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan semangat pekerja dan
memungkinkan mereka memiliki keyakinan dalam pengelolaan organisasi.

2
Kemungkinan terjadinya risiko pada kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
sangat berpengaruh terhadap biaya, waktu dan mutu yang akan berdampak pada
kelancaran pekerjaan. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melekat pada tenaga
kerja di puskesmas, mulai dari manajer sampai pegawai yang lain. Kedudukan
tenaga kerja merupakan aset yang perlu dilindungi agar dapat bekerja dengan baik
dan produktif sampai dengan tujuan puskesmas tercapai dengan baik. Dengan
adanya manajemen risiko ini diharapkan kecelakaan kerja yang terjadi dapat
dikurangi, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja maka dampak dari kecelakaan
tersebut tidak akan berpengaruh banyak dan menghambat pekerjaan yang lainnya.
Hal ini sesuai dengan dalil dalam AlQur’an surah Al-An’am ayat 17 yang
berbunyi:

‫ك ِب َخ ۡي ٖر َفه َُو‬ َ ِ‫ك ٱهَّلل ُ ِبض ُٖرّ َفاَل َكاش‬


َ ‫ف َل ُه ٓۥ ِإاَّل ه ۖ َُو َوِإن َي ۡم َس ۡس‬ َ ‫َوِإن َي ۡم َس ۡس‬
ٞ ‫َع َل ٰى ُك ِّل َش ۡي ٖء َقد‬
‫ِير‬
Artinya : “Dan jika Allah mengenakan (menimpa) engkau dengan bahaya
bencana, maka tidak ada sesiapapun yang dapat menghapusnya melainkan Dia
sendiri dan jika ia mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka ia
adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
Dalam ayat yang telah dikemukakan bahwa Islam adalah agama yang sangat
menjunjung tinggi keselamatan bagi pemeluknya. Islam dalam Al-Qur’an dan hadist
melarang umat untuk membuat kerusakan jangankan kerusakan itu terjadi pada
lingkungan, terhadap diri sendiri saja Allah melarangnya. Contohnya dengan tidak
memakai alat pelindung diri jelas menganiaya diri sendiri, berperilaku tidak aman
dan tidak sehat serta tidak menjaga lingkungan tetap aman dan sehat, adalah
terjemahan dari segala larangan Allah SWT baik yang termaktup dalam Al-Qur’an
maupun hadist.
Puskesmas harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap
pasien, penyediaan layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai
potensi bahaya di Puskesmas. Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk
melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan
secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Puskesmas dapat dihindari. Penyakit

3
akibat kerja di puskesmas dapat menyerang semua tenaga kerja baik medis maupun
non medis.
Hasil survei ILO menyatakan bahwa berdasarkan tingkat daya saing karena
faktor K3, prestasi K3 Indonesia berada pada urutan ke 98 dari 100 negara yang
disurvei. Data KAK dan PAK di rumah sakit belum tercatat dengan baik. Data dari
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2018
telah terjadi kecelakaan kerja secara umum sebanyak 105.182 kasus. Sementara
itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak
2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja dan PAK di
Indonesia masih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa capaian K3 di Indonesia
masih perlu ditingkatkan.
Dalam rentang waktu empat tahun terakhir (2016 – 2019), sebanyak 331
kecelakaan kerja yang terjadi di Provinsi Gorontalo. Dari jumlah tersebut,
menyebabkan 25 orang diantaranya meninggal dunia dan sebagiannya lagi
menderita cacat total dan cacat fungsi. Berdasarkan data yang di dapat dari
Puskesmas Telaga pada tanggal 29 Juni 2022 jumlah perawat 24 orang dengan
pendidikan bervariasi, lulusan pendidikan D3, pendidikan S1 dan pendidikan Ners
Penelitian seblumnya dilakukan oleh Yuliandi dan Ahman (2019). Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dilakukan dengan baik. Melihat dari
beberapa indikator penting yang telah dilaksanakan sudah sesuai standar. Karena
untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman diperlukan sinergi tidak
hanya dari pekerja yang harus berusaha untuk melakukan prosedur kerja dengan
sesuai dan menjaga kesehatan diri, tetapi dari penyelenggara kerja pun agar
menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan cara menyediakan kebutuhan
Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai standar, pelatihan maupun sosialisasi
mengenai prosedur kerja, prosedur tanggap darurat, pertolongan pertama pada
kecelakaan, wawasan mengenai bahaya dan resiko kerja yang dihadapi, dsb. Serta
sarana ataupun fasilitias yang mampu mendukung kesehatan fisik dan mental
pekerja

4
Puskesmas Telaga merupakan Puskesmas yang terletak di kecamatan
Telaga kabupaten Gorontalo dan berada di dekat dengan Ibukota Propinsi
Gorontalo. Puskesmas Telaga mempunyai wilayah kerja  terdiri dari 4 ( empat)
Desa, Desa Biasa  Yaitu, desa Bulila, Hulawa, Luhu, dan Mongolato. Dengan jumlah
perawat 24 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa perawat yang ada di Puskesmas Telaga yang menyatakan bahwa
terdapat perawat yang tidak konsisten dalam lakukan pemeriksaan kepada pasien
untuk menggunakan atribut medis, kemudian perawat belum maksimal dalam
menjaga keselamatan kerja saat melakukan pekerjaanya Perawat yg tidak
menggunakan alat pelindung diri saat bersentuhan lansung dengan pasien.
Berdasrkan latar belakang dan penelitian terdahulu yang menjadikan peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian ini, khsusnya lokasi penelitian karena lokasi
mudah di jangkau oleh peneliti dan berdasarkan hasil observasi peneliti di beberapa
puskesmas untuk puskesmas telaga yang cocok dengan penelitian ini karena
terdapat masalah yang sesuai dengan judul peneliti yang ingin diteliti.
Oleh karena itu, peneliti perlu untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam
Mencegah Kecelakaan yang Tidak Diinginkan (KTD) di Wilayah Puskesmas Telaga”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Perawat belum maksimal dalam menjaga keselamatan kerja saat melakukan
pekerjaanya.
2. Perawat yg tidak menggunakan alat pelindung diri saat bersentuhan lansung
dengan pasien.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
mencegah kecelakaan yang tidak diinginkan (KTD) di Wilayah Puskesmas Telaga.

5
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam mencegah
kecelakaan yang tidak diinginkan (KTD) di Wilayah Puskesmas Telaga
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengidentifikasi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
mencegah kecelakaan yang tidak diinginkan (KTD) di Wilayah Puskesmas
Telaga.
b) Untuk mengidentifikasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam mencegah
kecelakaan yang tidak diinginkan (KTD) di Wilayah Puskesmas Telaga.
c) Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam mencegah kecelakaan yang tidak
diinginkan (KTD) di Wilayah Puskesmas Telaga.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini adalah dapat menjadi kontribusi dalam
kemajuan ilmu keperawatan, khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam mencegah kecelakaan yang
tidak diinginkan (KTD) di Wilayah Puskesmas Telaga.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi instansi puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi puskesmas untuk
memperhatikan perawat maupun tim medis bila melakukan pelayanan
perawatan kepada pasien untuk selalu menggunakan pelindung diri.
2. Bagi perawat
Kiranya menjadi bahan masukan bagi perawat dalam melaksanakan tugas
dapat menggunakan pelindung diri sebagai salah satu syarat untuk melakukan
pelayanan kepada pasien secara langsung.
3. Bagi instansi pendidikan

6
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan
khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam mencegah kecelakaan yang tidak diinginkan (KTD) di
Wilayah Puskesmas Telaga.
4. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat untuk
mengetahui bahwa dalam proses pelayanan yang dilakukan oleh perawat
ataupun tim medis lainnya selalu menggunakan pelindung diri bila
bersentuhan dan berhubungan langsung dengan pasien.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam proses studi lebih
lanjut serta sebagai referensi dan bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai