Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit adalah organisasi
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan perorangan secara paripurna,
meliputi promotif, preventif, dan rehabilitatif (Permenkes No.147, 2010). Rumah
Sakit menyediakan jasa pelayanan kesehatan dengan proporsi tenaga perawat
terbesar yakni 42.40 % dibanding tenaga kesehatan lainnya (Depkes RI, 2012).
Sehingga perawat memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
pelayanan Rumah Sakit karena perawat satu-satunya pemberi pelayanan
kesehatan kepada pasien selama dua puluh empat jam. Pelayanan keperawatan
menjadi salah satu faktor penentu kualitas pelayanan dan citra rumah sakit dimata
masyarakat. Melihat pentingnya tugas dan fungsi perawat maka rumah sakit
membutuhkan tenaga perawat yang profesional dalam memberikan asuhan
keperawatan (Hidayat, 2008).
Kemajuan sebuah organisasi tidak akan lepas dari keberadaan serta
pengaruh sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya. SDM menjadi
motor utama organisasi dalam menjalankan segala kegiatannya dalam upaya
mencapai tujuan. Ike Kusdyah Rachmawati (2008) menyatakan bahwa sumber
daya manusia adalah faktor sentral dalam satu organisasi. Apapun bentuk serta
tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia
dan dalam pelaksanaannya misi tersebut dikelola oleh manusia. Jadi manusia
merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan organisasi. Perhatian terhadap
sumber daya manusia sangatlah penting guna memperoleh kinerja karyawan
seperti yang diharapkan dalam rangka mencapai visi dan misi serta tujuan
organisasi. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2012). Apabila
kinerja karyawan tidak sesuai yang diharapkan, tingkat absensi serta
ketidakhadiran karyawan tinggi, dapat dipastikan terdapat suatu masalah yang

1
bersangkutan dengan karyawan dan akan berdampak pada penurunan kinerja
rumah sakit.
Rumah sakit dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan
keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya. Untuk
menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang sehat dan
selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Tempat
kerja yang aman dan nyaman dan karyawan yang sehat dapat mendorong
karyawan untuk menunjukan kinerja yang baik. Instansi (rumah sakit) yang baik
adalah yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya
dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “setiap
warna negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Yang dimaksud dengan pekerjaan dan penghidupan yang layak
adalah pekerjaan yang manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada lama
kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab
semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
upaya mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Mangkunegara, 2012)
Dalam kenyataannya berdasarkan data ILO (International Labour
Organization) pada tahun 2011, setiap tahun diperkirakan 1,2 juta pekerja
meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Prestasi K3
Indonesia sendiri sampai saat ini belum membanggakan, hasil survei ILO
menyatakan bahwa berdasarkan tingkat daya saing karena faktor K3, prestasi K3

2
Indonesia berada pada urutan ke 98 dari 100 negara yang disurvei (ILO, 2011).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Peningkatan angka kasus
kecelakaan kerja bisa dilihat dari data yang diberikan oleh PT Jamsostek, yaitu
pada 2007 ada 83.714 kasus kecelakaan kerja, di 2008 terdapat 94.736 kasus,
tahun 2009 ada 96.314 kasus dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus. Untuk tahun
2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari.
Sementara itu, mengutip data Jamsostek, pada tahun 2012, tercatat 106.711 kasus.
Dari angka tersebut, 2.191 tenaga kerja meninggal dunia, dan menimbulkan cacat
permanen sejumlah 6.667 orang. Jumlah klaim yang harus dibayarkan untuk
kasus-kasus tersebut mencapai lebih dari Rp 401 miliar. Mengingat kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja, maka banyak usaha yang dilakukan
perusahaan/instansi untuk mengurangi dan meminimasi kecelakaan tersebut.
Salah satunya adalah kebijakan dalam penggunaan alat pelindung diri yang dibuat
oleh pemerintah ataupun perusahaan itu sendiri sesuai dengan standardisasi
pemerintah, selain itu diharapkan juga adanya pengenalan resiko kecelakaan kerja
oleh perusahaan dan pekerja dari pekerjaan yang dilakukan perusahaan. Salah satu
upaya Rumah Sakit dalam mencegah terjadinya penyakit akibat kerja maupun
kecelakaan kerja adalah dengan menyediakan alat pelindung diri (APD) sesuai PP
RI No. 102 tahun 2000 tentang Standar Nasional Indonesia(SNI). Alat pelindung
diri menurut Suma’mur (2009) adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi
pemakai terhadap kecelakaan–kecelakaan tertentu, sangat membantu dalam
mencegah penyakit.
Rumah Sakit (RS) termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi
juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan
kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi.
Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi

3
para pekerja di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan
RS. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerja rumah sakit selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak,bahan beracun, korosif dan kaustik, bahaya radiasi, luka bakar, syok
akibat aliran listrik, luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam,
bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Perawat adalah salah satu pekerja rumah sakit yang sangat berisiko tinggi
dalam menjalankan tugasnya. Tugas yang behubungan dengan pasien baik rawat
inap dan rawat jalan mengharuskan perawat melakukan kontak fisik dengan
pasien sehingga besar kemungkinan terinfeksi penyakit, masalah ergonomi seperti
kesalahan cara mengangkat pasien, dan kesalahan dalam penggunaan alat-alat
medis yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Melihat kondisi tersebut
sudah sewajarnya pekerja rumah sakit khususnya perawat menjadi sasaran
prioritas program kesehatan dan keselamatan kerja dan sudah seharusnya pihak
pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Program keselamatan dan
kesehatan kerja sangat bermanfaat bagi rumah sakit maupun pekerja rumah sakit
khususnya perawat baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. K3
diharapkan dapat memberi pengaruh dalam hal kemampuan untuk
mempertahankan kepuasan tenaga kerja sehingga akan mendorong mereka untuk
bekerja dengan baik dan berhasil dalam arti kualitas maupun kuantitas yang
berhubungan dengan kinerja. Tujuan dari dibuatnya program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mengurangi biaya apabila timbul kecelakaan
dan penyakit akibat kerja (Mangkunegara, 2012). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas utama dalam suatu rumah sakit, namun
sayangnya tidak semua rumah sakit memahami akan arti pentingnya K3 dan
mengetahui bagaimana cara mengimplementasikannya dengan baik dalam
lingkungan rumah sakit. Potensi kerugian rumah sakit akibat lemahnya
implementasi K3 sangat besar diantaranya yaitu terganggunya proses dan

4
perbaikan alat yang rusak karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan
kesempatan mendapatkan keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja
karyawan.
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto yang semula bernama RSU Limboto
adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang berlokasi
diwilayah administrasi Kabupaten Gorontalo, didirikan pada tanggal 25
November 1963 dengan kapasitas awal tempat tidur adalah 29 buah. Melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 171/Menkes/SK/III/1994 RSU Dr. M.M.
Dunda ditetapkan menjadi RSU Kelas C yang peresmiannya pada tanggal 19
September 1994 bersamaan dengan penggunaan nama Dr. Mansyoer Mohamad
Dunda yang diambil dari nama seorang putra daerah perintis kemerdekaan yang
telah mengabdikan dirinya dibidang kesehatan sehingga diabadikan menjadi nama
Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo
dengan berkedudukan sebagai unit pelaksana pemerintah Kabupaten Gorontalo
dibidang pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam perkembangannya RSUD Dr.
M.M. Dunda Limboto menjadi Badan Pengelola berdasarkan SK. Bupati
Gorontalo Nomor 171 Tahun 2002 tentang Pembentukan organisasi dan tata kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.M. Dunda Kab. Gorontalo. Sehingga Sejak
Tahun Anggaran 2001 RSUD Dr. M.M. Dunda Kabupaten Gorontalo mulai
dikembangkan secara bertahap dengan biaya dari dana Rutin, APBD, APBN,
dan hingga kini mempunyai kapasitas perawatan sebanyak 218 buah tempat tidur
dengan rata-rata penderita dirawat ±150 penderita perhari. Seiring dengan
tuntutan masyarakat yang semakin membutuhkan pelayanan kesehatan bermutu,
lebih mudah, lebih cepat maka berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor: HK.03.05/I/1077/2011, RSUD Dr. M.M Dunda Limboto berubah tipe
menjadi Kelas B. RSUD Dr. M.M Dunda Limboto, merupakan rumah sakit yang
memiliki VISI ” Menjadi RS yang terbaik di Provinsi Gorontalo”, dan salah satu
MISInya adalah meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Dari hasi studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14
Mei 2016, RSUD MM. Dunda Limboto belum menerapkan program Kesehatan
dan keselamatan kerja, akan tetapi program tersebut direncanakan akan diterapkan

5
tahun ini (2016). Meskipun program kesehatan dan keselamatan kerja belum
diterapkan, akan tetapi pihak rumah sakit selalu melindungi keselamatan dan
kesehatan para karyawannya, yakni menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi
petugas kesehatan, semua bagian dari peralatan yang berbahaya telah diberi suatu
tanda-tanda, setiap pekerja di RSUD MM. Dunda Limboto mendapat jaminan
kesehatan dari pihak rumah sakit. Akan tetapi pihak rumah sakit juga masih
menganggap, hal tersebut sebagai tambahan biaya, karena selain harus membayar
(seperti Jamsostek,dll) yang menjadi kewajiban rumah sakit juga harus
menyediakan berbagai jenis APD yang dibutuhkan oleh tenaga kerja.
Dan untuk kejadian kecelakaan kerja, pihak Rumah Sakit mengatakan
terdapat beberapa insiden kejadian seperti, tertusuk jarum, terkilir, tergores, dan
penyakit infeksi dan lain-lain. Akan tetapi belum ada data mengenai sebarapa
besar insiden tersebut sering terjadi. Mengingat program K3 di RSUD MM.
Dunda belum diterapkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti
dengan judul “ Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Kinerja
Perawat di RSUD MM. Dunda Limboto”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Adanya insiden kecelakaan di RSUD MM.Dunda Limboto
2. Masih adanya sebagian perawat yang melakukan tindakan keperawatan
tidak sesuai dengan SOP
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yakni : apakah
ada hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan kinerja perawat di
RSUD MM.Dunda Limboto?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dengan kinerja perawat di RSUD MM.Dunda Limboto.

6
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi keselamatan kerja perawat di RSUD MM.Dunda Limboto.
2. Mengidentifikasi kesehatan kerja perawat di RSUD MM.Dunda Limboto.
3. Menganalisis Hubungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja
perawat di RSUD MM.Dunda Limboto.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk memberikan informasi
yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam meningkatkan kinerja perawat
agar lebih produktif dan efisien.
b. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai dampak
dan pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja perawat.
c. Bagi Penelitian selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

7
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Landasan Teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.1.1 Pengertian
Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi
naluri dari setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim di muka bumi, secara
tidak sadar mereka telah mengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi
berbagai bahaya di sekitar lingkungan hidupnya (Ramli, 2010). Perlindungan
tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan
keselamatan. Perlindungan tersebut sebagai upaya agar tenaga kerja merasa aman
melakukan kerjaannya sehari-hari untuk dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas karyawan (Mondy, 2008). Keselamatan telah menjadi salah satu hak
asasi manusia yang harus dilindungi oleh pemerintah dan dihargai oleh anggota
masyarakat lainnya. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai
soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya
serta pelaksanaan pekerjaannya (Mondy, 2008)
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar
tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial (Asmui, Hussin & Paino, 2012). Selain itu kesehatan kerja
menunjuk pada kondisi fisik, mental, dan stabilitas emosi secara umum dengan
tujuan memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh (Katsuro, Gadzirayi
& Mupararano, 2010).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) termasuk pengertian
dan ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit. Sedangkan
K3 adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan
derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi (Depkes RI, 2009). Konsep dasar kesehatan dan keselamatan kerja
di rumah sakit adalah upaya pengendalian berbagai faktor lingkungan, fisik,
kimia, biologi yang menimbulkan dampak atau gangguan kesehatan terhadap

8
petugas, pasien, pengunjung masuk sekitar rumah sakit. Tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit adalah agar tercapai suatu kondisi dan lingkungan
kerja rumah sakit memenuhi persyaratan K3 antara lain: adanya peningkatan
efisiensi kerja serta peningkatan produktifitas kerja yang ditandai dengan
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit (Depkes RI, 2009).
2.1.2 Tujuan dan Manfaat K3
Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat
mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap
karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya.
Husni (2005) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya baik fisik, mental, maupun sosial;
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja;
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga
kerja;
4. Meningkatkan kinerja.
Dengan demikian maksud dan tujuan tersebut adalah bagaimana melakukan
suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Hasibuan (2007),
Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan pada diri masing-masing
individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka
menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.
Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi
meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Ini semua
akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan bersangkutan,
karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan perusahaan
kehilangan karyawannya.

9
Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat mejalankan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yaitu:
1. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja
yang hilang.
2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan, dan
7. Meningkatkan keuntungannya secara substansial Rivai (2009).
Selain itu manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja
di perusahaan/institusi menurut Mondy (2008) antara lain:
1. Pengurangan Absentisme
Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan
kerja secara serius, akan dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit
kerja di tempat kerja. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya karyawan
yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit akibat kerja.
2. Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan yang benar-benar
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya kemungkinkan
untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga semakin
kecil pula kemungkinan klaim pengobatan/kesehatan dari mereka.
3. Pengurangan Turnover Pekerja
Perusahaan yang menerapkan program K3 mengirim pesan yang jelas
pada pekerja bahwa manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan

10
mereka, sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia dan
tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
4. Peningkatan Produktivitas
Perusahaan yang menerapkan program K3 dengan baik dapat mendorong
karyawannya untuk bekerja lebih maksimal dalam menyelesaikan
pekerjaannya, sehingga dengan kondisi kerja dan program K3 yang baik dapat
menjadikan karyawan senang dalam bekerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
Hakikat dan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu bahwa faktor
K3 berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja pada tenaga kerja dan juga
berpengaruh terhadap efesiensi produksi dari suatu perusahaan industri, sehingga
dengan demikian mempengaruhi tingkat pencapaian produktivitasnya. Karena
pada dasarnya tujuan K3 adalah untuk melindungi para tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif sehingga upaya pencapaian produktivitas yang
semaksimalnya dari suatu perusahaan dapat lebih terjamin (Ridley, 2008).
Berdasarkan pada teori di atas tentang tujuan dan manfaat dari program
keselamatan kesehatan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa adanya program
keselamatan kesehatan kerja akan memberikan jaminan rasa aman dan nyaman
kepada setiap pekerja, sehingga dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas
kerja bagi karyawan maupun perusahaan/instansi rumah sakit.
Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat
terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja
saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.
2.1.3 Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk meningkatkan keselamatan kesehatan kerja terdapat banyak upaya
yang dapat digunakan oleh pihak perusahaan/instansi. Beberapa diantaranya
adalah mengukur dan mengawasi, pencegahan kecelakaan, pencegahan penyakit,
manajemen tekanan, dan program kesehatan (Jackson, Schuler, & Werner, 2011).
Selain itu bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan
karena tiga alasan pokok, yaitu:

11
1. Moral.
Para pengusaha atau instansi menyelenggarakan upaya pencegahan
kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar
kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan
karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
2. Hukum
Terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman yang telah ditetapkan terhadap
pihak-pihak yang melanggar cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-
undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat
ditahan apabila ternyata bertanggung jawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi
Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi
cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja.
Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk memberi ganti rugi kepada
pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.1.4 Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Indikator Keselamatan Kerja
Menurut Mondy (2008) adapun indikator - indikator keselamatan kerja
meliputi :
a. Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan lokasi dimana para petugas kesehatan
melaksanakan aktifitas kerjanya.
b. Mesin dan Peralatan
Mesin dan Peralatan adalah bagian dari kegiatan operasional dalam
proses produksi yang biasanya berupa alat alat berat dan ringan.
2. Indikator Kesehatan Kerja
Menurut Mondy (2008), indikator kesehatan kerja terdiri dari :

12
a. Keadaan dan Kondisi Karyawan
Keadaan dan kondisi karyawan adalah keadaan yang dialami oleh
karyawan pada saat bekerja yang mendukung aktivitas dalam bekerja.
b. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat
kerja yang mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja.
c. Perlindungan Karyawan
Perlindungan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan untuk
menunjang kesejahteraan karyawan.
2.1.5 Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Sunyoto (2012) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja:
1. Berdasarkan Perikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas
dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian
untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita
luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan.
2. Berdasarkan undang-undang
Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal,
undang-undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan
denda.
3. Ekonomis
Yaitu agar perusahaan/institusi menjadi sadar akan keselamatan kerja
karena biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi
perusahaan/institusi.
2.1.6 Pendekatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia mengharapkan bahwa upaya
pencegahan kecelakaan adalah merupakan program terpadu koordinasi dari
berbagai aktivitas, pengawasan yang terarah yang didasarkan atas sikap,
pengetahuan, dan kemampuan. Beberapa ahli telah mengembangkan teori

13
pencegahan kecelakaan dikenal 5 tahapan atau pendekatan pokok menurut
Komang dikutip oleh Sunyoto (2012):
1. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada era industrialisasi dengan kompleksitas permasalahan dan
penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha pencegahan kecelakaan
tidak mungkin dilakukan oleh orang per orang atau secara pribadi, namun
memerlukan banyak orang, berbagai jenjang dalam organisasi yang memadai.
2. Menemukan fakta dan masalah
Dalam kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui survei, inspeksi,
observasi, investigasi, dan review of record.
3. Analisis
Tahap ini terjadi proses bagaimana fakta atau masalah ditemukan dapat
dicari solusinya. Fase ini, analisis harus dapat dikenali berbagai hal antara lain:
sebab utama masalah tersebut, tingkat kekerapannya, loksi, kaitannya dengan
manusia maupun kondisi. Analisis ini bisa saja menghasilkan satu atau lebih
alternatif pemecahan.
4. Pemilihan atau penetapan alternatif (pemecahan)
Dari berbagai alternatif pemecahan perlu diadakan seleksi untuk
ditetapkan satu yang benar-benar efektif dan efisiensi serta
dipertanggungjawabkan.
5. Pelaksana
Jika sudah dipilih alternatif pemecahan maka harus diikuti dengan
tindakan dari keputusan penetapan tersebut. Dalam proses pelaksanaan
dibuthkan adanya kegiatan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan.
2.1.7 Prinsip, Kebijakan Pelaksanaan dan Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
1. Prinsip K3RS
Agar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 komponen
yang saling berinteraksi, yaitu :

14
a. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik.
b. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung
oleh pekerja dalam melaksankan tugasnya.
c. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja.
2. Program K3RS
Program K3 di rumah sakit bertujuan untuk melindungi keselamatan dan
kesehatan serta meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan
pasien, pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Kinerja setiap petugas petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja.
Program K3RS yang harus diterapkan adalah :
a. Pengembangan kebijakan K3RS
b. Pembudayaan perilaku K3RS
c. Pengembangan Sumber Daya Manusia K3RS
d. Pengembangan Pedoman dan Standard Operational Procedure (SOP) K3RS
e. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
f. Pelayanan kesehatan kerja
g. Pelayanan keselamatan kerja
h. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair, gas
i. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
j. Pengembangan manajemen tanggap darurat
k. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3
l. Review program tahunan
3. Kebijakan Pelaksanaan K3
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal,
dan teknologi, namun keberadaan rumah sakit juga memiliki dampak negatif
terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila rumah sakit

15
tersebut tidak melaksanakan prosedur K3. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan
kebijakan sebagai berikut :
a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan rumah sakit.
b. Menyediakan Organisasi K3 di Rumah Sakit sesuai dengan Kepmenkes
Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di
Rumah Sakit.
c. Melakukan sosialisasi K3 di rumah sakit pada seluruh jajaran rumah sakit
d. Membudayakan perilaku K3 di rumah sakit.
e. Meningkatkan SDM yang professional dalam bidang K3 di masing-masing
unit kerja di rumah sakit
f. Meningkatkan Sistem Informasi K3 di rumah sakit.
2.2 Landasan Teori Kinerja
2.2.1 Pengertian
Kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/material
maupun non-fisik/non-material (Hadari Nawawi, 2005). Sedangkan menurut
Wirawan (2009) kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau
indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
Menurut Mangkunegara (2012) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi atau efektifitas operasional suatu
oganisasi dan karyawan yang didasarkan pada sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja mengacu kepada kadar pencapaian tugas-
tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. kinerja merefleksikan
seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Kinerja sering
disalahtafsirkan sebagai upaya (effort) yang mencerminkan energi yang
dikeluarkan (Henry Simamora, 2006).
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja karyawan dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh banyak
faktor. Pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sangatlah
penting agar dapat diketahui mana faktor-faktor yang dibutuhkan sesuai dengan

16
keadaan tertentu. T. Hani Handoko (2008) menyebutkan bahwa kinerja karyawan
baik atau tidak tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi
fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan, aspek-aspek ekonomis dan
teknis serta keperilakuan lainnya.
Menurut Wirawan (2009) kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari
sejumlah faktor, yaitu:
a. Faktor Internal Pegawai
Yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor
bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika pegawai tersebut
berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya:
1. Bakat
2. Sifat pribadi
3. Keadaan fisik dan kejiwaan
Sedangkan faktor-faktor yang diperoleh, misalnya:
1. Pengetahuan
2. Keterampilan.
3. Etos kerja.
4. Pengalaman kerja
5. Motivasi kerja.
b. Faktor-Faktor Lingkungan Internal Pegawai
Dalam melaksanakan tugas, pegawai memerlukan dukungan organisasi.
Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai.
Sistem kompensasi, iklim kerja organisasi, strategi organisasi, serta dukungan
sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan merupakan faktor
lingkungan internal organisasi yang mendukung pelaksanaan tugas. Oleh
karena itu, manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan internal
organisasi yang kondusif sehingga dapat mendukung dan meningkatkan
produktivitas karyawan.

17
c. Faktor Lingkungan Eksternal Pegawai
Faktor lingkungan eksternal pegawai adalah keadaan, kejadian, atau
situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi
kinerja karyawan. Misalnya, krisis ekonomi serta budaya masyarakat.
Mangkunegara (2012) mengatakan bahwa karakterikstik orang yang
mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut:
a. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
b. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.
c. Memiliki tujuan yang realistis.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi
tujuannya.
e. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh
kegiatan kerja yang dilakukannya.
f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh dua faktor menurut Keith
Davis dalam Mangkunegara (2012), yaitu :
a. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya pimpinan dan karyawan
yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka
akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal kerja respek dan dinamis,
peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
b. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap
situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif
terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan
sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan
menunjukkan motivasi kerja yang rendah.

18
2.2.3 Manfaat Penilaian Kinerja
Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat
bagi perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi. Kebijakan-kebijakan organisasi
dapat menyangkut aspek individual dan aspek organisasional. Menurut
Mankunegara (2012), manfaat penilaian kinerja bagi organisasi adalah :
a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
b. Perbaikan kinerja
c. Kebutuhan latihan dan pengembangan
d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja
e. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian
f. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain karyawan.
2.2.4 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Rivai (2009), tujuan penilaian kinerja karyawan pada dasarnya
meliputi:
a. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini.
b. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji
berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa, insentif uang.
c. Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.
d. Meningkatkan motivasi kerja.
e. Meningkatkan etos kerja.
f. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi
tentang kemajuan kerja mereka.
g. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk memperbaiki
desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier selanjutnya.
h. Riset seleksi sebagai kriteria keberhasilan/efektivitas.
i. Sebagai salah satu sumber informasi untuk perencanaan SDM, karier dan
keputusan perencanaan sukses.
j. Membantu menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai untuk
mencapai hasil yang baik secara menyeluruh.

19
2.2.5 Indikator Kinerja
Adapun indiktor untuk mengukur kinerja karyawan menurut Hani
Handoko (2008) menyatakan ada beberapa indikator mengenai kinerja karyawan,
yakni :
1. Kualitas
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan
yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan
kemampuan karyawan.
2. Kuantitas
Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu
Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud kenaikan hasil dari
setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian
Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan, bimbingan dari orang
lain atau pengawas.
6. Komitmen kerja
Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja
dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
2.3 Landasan Teori Perawat
2.3.1 Pengertian
Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah
dipersiapkanmelalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan

20
orang yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakannya
sendiri atau di bawah pengawasan dan supervise dokter atau suster kepala.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia menurut hasil
Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan
kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di Indonesia
sebagai professional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, pendidikan keperawatan juga
mengalami peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Pendidikan
keperawatan yang dahulu adalah pendidikan dasar atau menengah kini telah
meningkat pada jenjang pendidikan tinggi. Saat ini masih banyak variasi
pendidikan keperawatan yang utama adalah sekolah perawat kesehatan (SPK),
akademi atau pendidikan ahli madya keperawatan atau politeknik dengan 3 tahun
program diploma keperawatan (D3), program studi ilmu keperawatan yang
menawarkan program strata 1 keperawatan (S1 Keperawatan) dan S2 terkait
dengan keperawatan (Hidayat, 2008).
2.3.2 Peran Perawat
Peran perawat menurut konsorsium ilmu ilmu kesehatan tahun 1989 dalam
Hidayat (2008) terdiri dari:
1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar dapat
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran Sebagai Advokat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberian pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

21
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya. Hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.
3. Peran Edukator
Peran ini dilakuka n dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan.
4. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhanklien.
5. Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan kerana perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperluka n termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informais tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
7. Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.
2.4 Kajian Relevan
Untuk memperjelas posisi penulis dalam penelitian maka penulis
menyertakan hasil dan pembahasan dari penelitian sebelumnya yakni:

22
1. Penelitian oleh Grisma Ilfani “Analisis pengaruh keselamatan dan kesehatan
Kerja terhadap kinerja karyawan (Studi pada PT. Apac Inti Corpora Bawen
Jawa Tengah Unit Spinning 2) tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan
metode random sampling terhadap karyawan tetap serta karyawan yang
sudah bekerja lebih dari 1 tahun pada PT. APACINTI dan dianalisis dengan
regresi. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode kuesioner,
sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap karyawan, sedangkan kesehatan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
2. Penelitian oleh Zahara Meutia “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Malahayati Medan
tahun 2013. Jenis penelitian adalah eksplanatori dan penelitian ini juga
merupakan penelitian asosiatif. Data pada penelitian ini mengunakan data
primer berupa kuesioner dan wawancara. Populasi pada penelitian ini
berjumlah 101 orang yang merupakan seluruh perawat RS Malahayati.
Sampel berjumlah 51 orang dan teknik pengambilan sampel menggunakan
random sampling. Uji hipotesis menggunakan uji F, uji (R2), dan uji t
dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menyatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan kerja memiliki kaitan yang erat dengan Kinerja karyawan pada
RS Islam Malahayati sebesar 0,742. Berdasarkan koefisien determinasi (R2)
53,3% kedua variabel ini mampu mempengaruhi kinerja karyawan dan
memiliki pengaruh positif dan signifikan. Uji F menunjukan kesehatan dan
keselamatan kerja secara bersama-sama mempengaruhi kinerja karyawan
secara positif dan signifikan. Uji t bahwa hanya Kesehatan kerja yang
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

23
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka, maka
kerangka konsep penelitian yaitu :
Variabel Independen Variabel Dependen
Keselamatan dan
Kinerja Perawat
Kesehatan Kerja

Gambar 1 : Kerangka Konsep (Data Primer 2015)


Keterangan :
: Variabel Independent/variabel yang mempengaruhi
: Variabel Dependent/ variabel yang dipengaruhi
: Hubungan

2.6 Hipotesis Penelitian


Ada hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan
kinerja perawat di RSUD MM. Dunda Limboto.

24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD MM. Dunda Limboto. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016.
3.2 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode survei
analitik dengan pendekatan kuantitatif. Untuk pengolahan data menggunakan
desain cross-sectional untuk mempelajari pengaruh antara variabel bebas
(independen) dengan variabel terikat (dependen) dengan melakukan pengukuran
sesaat pada saat bersamaan (Sugiyono, 2013). Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala dan
mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan
dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan. Pendekatan tersebut digunakan untuk
mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja perawat
di RSUD MM. Dunda Limboto.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel independen (X) dalam penelitian ini yaitu, kesehatan dan
keselamatan kerja terhadap kinerja perawat di RSUD MM. Dunda Limboto
sebagai variabel dependen (Y) dalam penelitian ini.

25
3.4 Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
Definisi
Variabel Indikator/ Kategori Skala
Operasional Parameter
Variabel Upaya - Perlindungan 1. Kurang =
independen pengendalian kerja ≤40 %
(X) yaitu berbagai faktor - Peralatan 2.Cukup= 45-
Keselamata lingkungan, fisik, yang layak 70 %
n dan kimia, biologi yang - Memperbaiki 3.Baik= ≥ 80
Kesehatan menimbulkan kualitas kerja %
Kerja dampak atau
gangguan - Lingkungan
kesehatan terhadap kerja bersih
petugas, pasien, Ordinal
pengunjung masuk - Pengawasan
sekitar rumah sakit intensif.
(Depkes RI, 2009). - Petunjuk
dalam
bekerja
- Pengobatan
P3K.
- Jaminan
kesehatan
Variabel Kinerja dapat - Penguasaan 1. Kurang =
dependent diartikan sebagai pengetahuan ≤40 %
(Y) yaitu prestasi atau - Semangat 2.Cukup= 50-
Kinerja efektifitas kerja 70 %
Karyawan operasional suatu - Hasil dan 3. Baik= ≥ 80
oganisasi dan kecepatan %
karyawan yang
didasarkan pada - Mutu hasil Ordinal
sasaran, standar efisien dan
dan kriteria yang efektif .
telah ditetapkan - Ketepatan
sebelumnya. dan ketelitian
(Henry Simamora, - Tertib dalam
2006). bekerja

Sumber : Data Primer (2016)

26
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perawat di RSUD MM.
Dunda Limboto tahun 2016 yaitu berjumlah 212 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel didefinisikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki populasi (Sugiyono, 2013). Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum
yang harus dipenuhi agar subjek dapat diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria
eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi, namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.
Kriteria Inklusif :
1. Minimal lulusan DIII Keperawatan
2. Masa kerja ≥ 1 tahun
Kriteria Eksklusif :
1. Tidak bersedia menjadi responden
2. Sedang dalam keadaan cuti kerja
Untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
dengan menggunakan rumus slovin
N
n=
1+ N (d2)
n= 212
1+ 212 (0,1)2
n= 212
1+ 212 (0.01)
n= 212
1 + 2,12
n= 212
3,12
n = 67,9 atau di bulatkan menjadi 68.

27
Keterangan:
N = Besar Populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan yakni 10 % (0,1).
Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
perhitungan besar sampel yaitu 68 responden.
3.5.3 Cara Pengambilan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan tehnik Non Random (Purposive
Sampling) dengan kriteria sampel yang memiliki data lengkap sesuai dengan
variabel penelitian .
3.6 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008).
Hubungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja perawat
di RSUD MM. Dunda Limboto. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 3
bagian yaitu, identitas responden, kuesioner keselamatan dan kesehatan kerja,
kuesioner kinerja karyawan.
1. Identitas Responden
Data demografi meliputi nama (inisial), jenis kelamin, status pernikahan,
tingkat pendidikan, tingkat usia, masa kerja.
2. Kuesioner Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada kuesioner ini berisi tentang program K3 di RSUD MM. Dunda
Limboto, dapat diukur dengan pemberian bobot pada setiap pertanyaan.
Dengan jumlah pertanyaan ada sebanyak 10 pertanyaan, dengan kriteria Skor
yakni: Ya= skor 2, Tidak = skor 1. Tingkat Keselamatan dan Ksehatan Kerja
dibagi dalam 3 kategori yaitu:
a. Baik apabila responden memperoleh skor 15-20
b. Cukup jika responden memperoleh skor 9-14
c. Kurang jika responden memperoleh skor 1-8 (Nursalam, 2008).

28
3. Kinerja Perawat
Pada kuesioner ini berisi tentang kinerja perawat di RSUD MM. Dunda
Limboto, dapat diukur dengan pemberian bobot pada setiap pertanyaan. Dengan
jumlah pertanyaan ada sebanyak 10 pertanyaan, dengan kriteria Skor yakni: Ya=
skor 2, Tidak = skor 1. Kinerja Perawat dibagi dalam 3 kategori yaitu:
a. Baik apabila responden memperoleh skor 15-20
b. Cukup jika responden memperoleh skor 9-14
c. Kurang jika responden memperoleh skor 1-8.
3.7 Tehnik Pengambilan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008).
3.7.1 Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan termasuk
laboratorium. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan
secara langsung dari objek penelitian, yaitu data yang diperoleh dari responden
melalui hasil kuesioner yang diajukan oleh peneliti. Persiapan pengumpulan data
dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku, dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Mengajukan surat rekomendasi pengambilan data awal dari pihak Program
Studi Ilmu Keperawatan ke Direktur RSUD MM. Dunda Limboto.
2. Melakukan pengambilan data awal mengenai program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di RSUD MM. Dunda Limboto.
3. Merencanakan waktu penelitian.
4. Mengajukan surat Rekomendasi Penelitian dari pihak Program Studi Ilmu
Keperawatan ke kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Gorontalo.
5. Mengajukan surat rekomendasi penelitian dari kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Kabupaten Gorontalo ke Direktur RSUD MM. Dunda Limboto.
6. Melakukan penelitian, dan meminta informed consent kepada responden, jika
responden setuju, dilanjutkan dengan pengisian kuesioner. Setelah semua data
terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data, penyajian data dan analisa
data. Kemudian membuat laporan hasil penelitian.

29
3.7.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data atau sumber yang didapat dari bahan bacaan.
Penelitian ini data sekunder diperoleh dari RSUD MM. Dunda Limboto yang dapat
dilihat dokumentasi rumah sakit, buku-buku referensi, dan informasi lain yang
berhubungan dengan penelitian.
3.8 Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah–langkah yang harus
ditempuh, diantaranya (Setiadi, 2013 ).
1. Editing / memeriksa
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah terkumpul.
2. Coding / memberi tanda kode
Coding yaitu mengklasifikasi jawaban–jawaban dari para responden
dalam bentuk angka / bilangan. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara
memberi tanda / kode berbentuk angka pada masing–masing jawaban.
3. Processing / entri data
Processing adalah memproses data agar yang sudah di-entry dapat
dianalisa. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data
kuesioner kepaket program komputer.
4. Cleaning / pembersihan data
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
3.9 Teknik Analisis Data
3.9.1 Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dan hasil penelitian dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan
persentasi dari tiap variabel yang diteliti.
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis dengan uji
perbedaan proporsi menggunakan uji statistik chi-square, dibantu dengan program

30
SPSS versi 16, untuk menentukan besarnya hubungan atau pengaruh kedua
variabel independen dan dependen. Analisis tabel silang ini menggunakan derajat
kemaknaan α sebesar 5% (p < 0.05). Jika nilai p < 0,05, maka hipotesis nol ditolak
sehingga dua variabel yang dianalisis memiliki hubungan atau pengaruh yang
bermakna, sebaliknya jika nilai p>0,05 maka hipotesis nol diterima sehingga dua
variabel yang dianalisis tidak memiliki hubungan atau pengaruh yang bermakna
3.10 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada
Direktur RSUD. MM. Dunda Limboto untuk mendapatkan persetujuan untuk
meneliti, kemudian kuesioner diberikan kepada subjek yang diteliti dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Lembar persetujuan
Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden, yang
bertujuan agar subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak
yang diteliti selama pengumpulan data berlangsung. Subjek yang bersedia
dilakukan penelitian menandatangani lembar perstujuan dan tidak ada tendensi
atau penekanan dari peneliti serta tetap menghormati haknya.
2. Tanpa nama
Menjaga kerahasiaan identitas subjek, dalam hal ini peneliti tidak
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang
diisi oleh subjek. Lembar pengumpulan data tersebut hanya diberi nomor atau
kode tertentu.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian dijamin oleh penelitian dan hanya informasi tertentu saja yang
ditampilkan

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
RSUD.Dr.M.M.Dunda Limboto terletak diwilayah administrasi Kabupaten
Gorontalo memiliki dua lokasi. Lokasi pertama tepatnya di Jalan Jenderal Ahmad
Yani Nomor 53 Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dan memiliki luas
bangunan 6.990,237 M2 serta luas lahan 19.875 M2. Adapun batas–batas lahan
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk/DAS Bionga
2. Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk/Jln. Ahmad Yani
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk
4. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk/Jalan Mbui Bungale
Lokasi rumah sakit yang kedua terletak di desa Hutuo kecamatan Limboto.
Kabupaten Gorontalo dengan batas–batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Jln Limboto Raya
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Jln Perumahan Asparaga
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jln Mbui Bungale .
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Rumah Penduduk
a. Sejarah Singkat
RSUD.Dr.M.M.Dunda Limboto yang semula bernama RSU Limboto
adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang berlokasi
diwilayah administrasi kabupaten Gorontalo, didirikan pada tanggal 25 November
1963 dengan kapasitas awal tempat tidur adalah 29 buah. Melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 171/Menkes/SK/III/1994
RSU.Dr.M.M.Dunda ditetapkan menjadi RSU Kelas C yang peresmiannya pada
tanggal 19 September 1994 bersamaan dengan penggunaan nama Dr.Mansyoer
Mohamad Dunda yang diambil dari nama seorang putra daerah perintis
kemerdekaan yang telah mengabdikan dirinya dibidang kesehatan sehingga
diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Daerah

32
Kabupaten Gorontalo dengan berkedudukan sebagai unit pelaksana pemerintah
Kabupaten Gorontalo dibidang pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam
perkembangannya RSUD.Dr.M.M.Dunda Limboto menjadi Badan Pengelola
berdasarkan SK.Bupati Gorontalo Nomor 171 Tahun 2002 tentang Pembentukan
organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.M.Dunda
Kab.Gorontalo. Sehingga Sejak Tahun Anggaran 2001 RSUD.Dr.M.M.Dunda
Kab.Gorontalo mulai dikembangkan secara bertahap dengan biaya dari dana
Rutin, APBD, APBN, dan hingga kini mempunyai kapasitas perawatan sebanyak
218 buah tempat tidur dengan rata-rata penderita dirawat +150 penderita perhari.
Seiring dengan tuntutan masyarakat yang semakin membutuhkan pelayanan
kesehatan bermutu, lebih mudah, lebih cepat, maka berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1077/2011, RSUD.Dr.M.M.Dunda
Limboto berubah tipe menjadi Kelas B.
b. Ketenagaan
Saat ini RSUD.Dr.M.M.Dunda Limboto memiliki 559 pegawai yang terdiri
dari Pegawai Negeri Sipil 347 orang, Tenaga Kontrak 129 orang, dan Tenaga
Abdi 83 orang.
c. Visi, Misi, dan Filosofi RSUD.Dr.M.M.Dunda Limboto Kabupaten
Gorontalo
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih baik
dan bermutu, maka pihak RSUD.Dr.M.M.Dunda Limboto memiliki komitmen
untuk mewujudkan pelayanan optimal (Pelayanan Prima) dengan
memformulasikan dalam visi, misi dan Filosofi dengan program unggulannya
sebagai berikut:
Visi : “ Menjadi RS yang terbaik di Provinsi Gorontalo”
Misi :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, bermutu, tepat waktu dan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan
dan pelatihan.
3. Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit dan mandiri dalam pendanaan.

33
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
5. Mengembangkan penelitian dan pengembangan dalam teknologi kesehatan.
Filosofi :
“Keselamatan, Kesembuhan dan Kepuasan Pasien adalah Kebanggaan Kami”.
4.1.2 Karakteristik Responden
Dari hasil analisis univariat dihasilkan distribusi responden berdasarkan
karakteristik dari variabel yang diteliti, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di RSUD MM.Dunda Limboto

Umur N %
20-30 tahun 34 50 %
31-40 tahun 25 36,8%
41-50 tahun 7 10,3%
> 50 tahun 2 9%
Total 68 100
Sumber, Data Primer, (2016)

Berdasarkan pada tabel 2 dari 68 responden sebagian besar berusia 20-30


tahun yaitu sebanyak 34 responden (50 %).

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD MM.Dunda


Limboto

Jenis Kelamin N %
Laki-Laki 28 41,2 %
Perempuan 40 58,8%
Total 68 100
Sumber, Data Primer, (2016)

Berdasarkan pada tabel 3 dari 68 responden sebagian besar berjenis kelamin


perempuan yaitu sebesar 40 responden (58,8%).

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUD MM.Dunda


Limboto

Pendidikan N %
DIII/DIV 40 58,8%
S1 Keperawatan 13 19,1%
Ners 15 22,1%
Total 68 100
Sumber, Data Primer, (2016)

34
Berdasarkan pada tabel 4 frekuensi pendidikan terakhir responden, sebagian
besar yaitu lulusan DIII/DIV Keperawatan sebanyak 40 responden (58,8 %).

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di RSUD MM.Dunda


Limboto

Masa Kerja N %
0-5 tahun 32 47,1%
> 5 tahun 36 52,9%
Total 68 100
Sumber, Data Primer, (2016)

Berdasarkan pada tabel 5 frekuensi masa kerja responden, sebagian besar >
5 tahun sebanyak 36 responden 52,9%).
4.1.3 Analisis Univariat
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Keselamatan dan Kesehatan di RSUD
MM.Dunda Limbo
Keselamatan dan N %
Kesehatan Kerja
Cukup 31 45,6%
Baik 37 54,4%
Total 68 100
Sumber, Data Primer, (2016)

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat sebagian besar responden


keselamatan dan kesehatan kerja dalam kategori baik yaitu sebanyak 37
responden (54,4%).

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Perawat di RSUD MM.Dunda


Limboto

Kinerja Perawat N %
Cukup 25 36,8%
Baik 43 63,2%
Total 68 100
Sumber, Data Primer, (2016)

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat sebagian besar kinerja perawat


dalam kategori baik yaitu sebanyak 43 responden (63,2%).

35
4.1.4 Analisis Bivariat
Tabel 8 Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Perawat di
RSUD MM. Dunda Limboto

Kinerja Perawat
Total
Cukup Baik P value
Variabel N % n % N %
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Cukup 21 30,9 10 14,7 31 45,6 0,000
Baik 4 5,9 33 48,5 37 54,4
Total 25 36,8 43 63,2 57 100
Sumber, Data Primer, (2016)

Tabel 8 menunjukkan bahwa, keselamatan dan kesehatan kerja dalam


kategori cukup, sebagian besar kinerja perawat pun dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 21 responden (30,9%), dibandingkan dengan yang kategori baik yaitu
sebanyak 10 responden (14,7%). Sedangkan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam kategori baik sebagian besar kinerja perawat pun dalam kategori baik yaitu
sebanyak 33 responden (48,5%), dibandingkan dengan yang kategori cukup yaitu
sebanyak 4 responden (5,9%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 dengan α < 0,05, maka dapat
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara keselamatan dan kesehatankerja
terhadap kinerja perawat di RSUD MM. Dunda Limboto.
4.2 Pembahasan
4.1.1 Analisis Univariat
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Hasil penelitian ini didapatkan, sebagian besar keselamatan dan
kesehatan kerja responden dalam kategori baik yaitu sebanyak 37 responden
(54,4%).
Keselamatan kerja adalah usaha menciptakan kondisi aman bagi pekerja
dengan memberikan perlindungan di lingkungan kerja supaya pekerja merasa
nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Rasa aman dalam bekerja
merupakan hal yang sangat vital bagi pekerja untuk memperbaharui kinerja
dalam melaksanakan pekerjaan (Grisma Ilfani, 2013). Hasil penelitian

36
memperlihatkan bahwa secara umum perawat sangat paham terhadap
pemakaian alat keselamatan. Selain itu perawat juga merasa bahwa jaminan
keselamatan yang diberikan Rumah Sakit sudah sangat baik karena adanya
tindak lanjut apabila perawat mengalami kecelakaan kerja. Alat perlindungan
diri yang disediakan Rumah Sakit sudah cukup lengkap karena pihak rumah
sakit sudah melengkapi dan menguji kebutuhan jumlah minimumnya. Maka
dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja perawat di RSUD MM. Dunda
Limboto sangat baik sehingga berdampak pada kinerja perawat yang dapat
dilihat dari hasil adanya hubungan positif dan signifikan antara keselamatan
kerja terhadap kinerja perawat.
Selain keselamatan kerja, kesehatan kerja juga berperan dalam
meningkatkan kinerja perawat karena apabila kesehatan kerja tidak terpenuhi
maka perawat tidak merasa sejahtera dan apabila kesejahteraan buruk maka
tidak memiliki kinerja yang baik dalam bekerja (Grisma Ilfani, 2013).
K3 adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Depkes RI, 2009). Konsep dasar
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit adalah upaya pengendalian
berbagai faktor lingkungan, fisik, kimia, biologi yang menimbulkan dampak
atau gangguan kesehatan terhadap petugas, pasien, pengunjung masuk sekitar
rumah sakit. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit adalah
agar tercapai suatu kondisi dan lingkungan kerja rumah sakit memenuhi
persyaratan K3 antara lain: adanya peningkatan efisiensi kerja serta
peningkatan produktifitas kerja yang ditandai dengan peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit (Depkes RI, 2009).
Hasi penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zahara Meutia (2013) “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Malahayati Medan”, didapatkan bahwa
K3 di Rumah Sakit Malahayati Medan dalam kategori Baik yaitu 72,5%.

37
b. Kinerja Perawat
Kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat
fisik/material maupun non-fisik/non-material (Hadari Nawawi, 2005).
Sedangkan menurut Wirawan (2009) kinerja adalah keluaran yang dihasilkan
oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi
dalam waktu tertentu. Kinerja perawat di RSUD MM. Dunda Limboto
dianalisis meliputi:, tanggung jawab, kerjasama, ketelitian, dan kedisiplinan.
Tanggung jawab menunjukkan bahwa perawat mempunyai kewajiban
terhadap pekerjaan yang harus diselesaikan, apabila dikerjakan dengan
sepenuh hati maka pekerjaan itu dapat selesai tepat waktu. Kerjasama
dibutuhkan dalam pekerjaan, agar tugas yang diberikan kepada perawat cepat
selesai dan memperingankan beban. Ketelitian dalam bekerja menunjukkan
cara kerja perawat dalam menjalankan tugas sehari-hari, apabila mempunyai
ketelitian tinggi maka perawa tersebut akan bekerja secara hati-hati yang
sesuai dengan prosedur kerja. Kedisiplinan sangat dibutuhkan perawat,
karena bekerja secara disiplin berdampak pada hasil yang diperoleh nantinya
memperlihatkan pencapaian yang maksimal.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian
besar kinerja perawat dalam kategori baik yaitu sebanyak 43 responden
(63,2%).
Artinya perawat di RSUD M.M Dunda Limboto memiliki kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Hasi penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zahara Meutia (2013) “Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Malahayati Medan”, didapatkan bahwa
kinerja karyawan di Rumah Sakit Malahayati Medan dalam kategori baik
yaitu 60,8%.

38
4.1.2 Analisis Bivariat
a. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Perawat
di RSUD MM. Dunda Limboto
Hasil uji statistik menjelaskan ada hubungan yang signifikan antara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Perawat di RSUD MM.
Dunda Limboto ( P value = 0,000 ; α = 0,05 ). Uji kekuatan hubungan dengan
menggunakan rumus Cramer’s V dengan nilai 0,58 artinya hubungan antara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Perawat di RSUD MM.
Dunda Limboto dalam kategori hubungan sedang.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari
bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja
merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada
seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan
dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Jadi yang dimaksud dengan keselamatan
kerja dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan kecelakaan
kerja,yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja sangat bermanfaat bagi
rumah sakit maupun pekerja rumah sakit khususnya perawat baik masa
sekarang maupun masa yang akan datang. K3 diharapkan dapat memberi
pengaruh dalam hal kemampuan untuk mempertahankan kepuasan tenaga
kerja sehingga akan mendorong mereka untuk bekerja dengan baik dan
berhasil dalam arti kualitas maupun kuantitas yang berhubungan dengan
kinerja. Tujuan dari dibuatnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah untuk mengurangi biaya apabila timbul kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (Mangkunegara, 2012).
Pengujian hipótesis yang diajukan yaitu adanya hubungan keselamatan
dan kesehatan kerja terhadap kinerja perawat dapat diterima. Ini berarti
semakin baik program keselamatan dan kesehatan kerja berakibat pada
semakin baiknya kinerja perawat. Dalam penelitian ini meskipun program
kesehatan dan keselamatan kerja belum diterapkan, akan tetapi pihak rumah

39
sakit selalu melindungi keselamatan dan kesehatan para karyawannya, yakni
menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi petugas kesehatan, semua bagian
dari peralatan yang berbahaya telah diberi suatu tanda-tanda, setiap pekerja
di RSUD MM. Dunda Limboto mendapat jaminan kesehatan dari pihak
rumah sakit. Hal tersebut yang menyebabkan kinerja perawat di RSUD
MM.Dunda Limboto dalam kategori baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zahara
Meutia (2013) tentang “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Malahayati Medan”. Hasil
penelitian menyatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan kerja memiliki
kaitan yang erat dengan Kinerja karyawan pada RS Islam Malahayati sebesar
0,742, dan memiliki pengaruh positif dan signifikan. Penelitian yang
dilakukan oleh Grisma Ilfani (2013) juga tentang “Analisis pengaruh
keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap kinerja karyawan (Studi pada PT.
Apac Inti Corpora Bawen Jawa Tengah Unit Spinning 2”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keselamatan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap karyawan, sedangkan kesehatan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
4.1.3 Keterbatasan Penelitian
Meskipun telah mendapatkan hasil dari penelitian ini yaitu ada hubungan,
yang signifikan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja
Perawat di RSUD MM.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya :
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang memiliki
beberapa kelemahan antara lain pengukuran variabel independen dan
dependen dilakukan secara bersamaan (pada periode yang sama) sehingga
rawan terhadap bias dan tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat
antara variabel independen dan dependen.
2. Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden menjawab
pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak dimengerti sehingga hasilnya kurang

40
mewakili. Namun peneliti sudah meminimalkan hal tersebut dengan terlebih
dahulu sebelum mengisi kuesioner menghimbau agar responden mengisinya
dengan sejujur-jujurnya yang disampaikan melalui informed consent dan
menjelaksan maksud dari beberapa pertanyaan yang tidak dimengerti oleh
responden.

41
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terhadap Kinerja Perawat di RSUD MM, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Keselamatan dan kesehatan kerja dalam kategori baik 54.4%. Dan kinerja
perawat dalam kategori baik yaitu 63,2%.
2. Ada hubungan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja
Perawat di RSUD MM dengan P value = 0,000.
5.2 Saran
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Rumah Sakit sebaiknya lebih memperhatikan lingkungan kerja dan
jaminan kesehatan pegawainya guna meningkatkan produktifitas, loyalitas dan
kinerja pegawai. Perawatan alat-alat produksi sebaiknya lebih diperhatikan dan
dilakukan perawatan secara berkala, sehingga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada saat pegawai bekerja, serta menjaga dan merawat
fasilitas pendukung (alat-alat yang digunakan) guna meningkatkan
kenyamanan dan keselamatan pegawai.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Bagi instansi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan informasi khususnya bagi pembaca di perpustakaan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan
penelitian hubungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja perawat,
dengan menganalisis lebih banyak hubungan lain seperti pengetahuan,
keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja, motivasi kerja terhadap kinerja
perawat dengan sampel yang lebih dari penelitian ini.

42
DAFTAR PUSTAKA

Data ILO. 2011. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Ketja Belum Memadai.
http://m.metrotvnewseom. [Diakses pada tanggal 23 Juni 2016].
Grisma Ilfani. 2013. Analisis pengaruh keselamatan dan kesehatan Kerja
terhadap kinerja karyawan (Studi pada PT. Apac Inti C orpora Bawen Jawa
Tengah Unit Spinning 2). Jumal
httts://www.google.com/search?q=Grisma+llfani.+2013.+Analisis+pengara
h+keselamatan+dan+kesehatan+Kerja++terhadap+kinera+karyawan+%28tu
di+pada+PT.+Apac+1nti+Corora+Bawen+Jawa++Tengah+Unit+Spinning+
2&ie=utf-8&oe=utf-8. [Diakses pada tanggal, 04 mei 2016]
Handi, Handoko. 2009. Manajemen: Cetakan Ducpuluh. Yogyakarta : BPFE.
Hadari, Nawami. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia: Cetakan 9. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Hendry, Simamora. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Hidayat, A. A (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Husni, Lalu. 2005. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Ike Rachmawati Kusdayah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: ANDI
Jackson, Schuler, Werner. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Manusia 2, Edisi
Kesepuluh, terjemahan. Jakanaz Salemba Medika.
Katsuro, et all. 2010. Impact Of Occupational Health and Safety on Worker
Productivity : a case of Zimbabwe food industry . African Journal of
Business Management Vol.4 (13).
Mankunegara, Anwar, Prabu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehalan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Rivai, Veithzal, & Ella, Jauvani. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan, Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Gratindo Persada.

43
Ridley, J. 2008. Ikhisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Alih Bahasa. Jakarta:
Erlangga.
Sctiadi, 2013. Konsep dan praktikpenulisw) riset keperawatan. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitanf, kualitatzfdan R & B. Bandung:
Alfabeta
Suma’mur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehaian Kerja. Jakarta: Gunung
Agung
Sunyoto, D. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS.
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia : T eori ApIikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Zahara Meutia. 2013. Pengamh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja T erhadap
Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Malahayati Medan. Jumal
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39539/7/Cover.pdf.
[Diakses pada tanggal, 04 mei 2016]

44

Anda mungkin juga menyukai