Anda di halaman 1dari 11

UPAYA MENCEGAH HAZARD AKIBAT KERJA DI RUMAH SAKIT

Dialusi Manalu
Dialusi.Manalu@gmail.com

LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal penting yang harus diterapkan di semua
tempat kerja, baik pada sektor formal maupun sektor informal. Terlebih bagi tempat kerja yang
memiliki risiko atau bahaya yang tinggi, serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja. keselamatan dan kesehatan kerja seharusnya diterapkan pada semua pihak
yang terlibat dalam proses kerja, mulai dari tingkat manager sampai dengan karyawan
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja
memiliki hak untuk mendapat perlindungan bagi keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. Keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan hal penting yang harus diterapkan di semua tempat kerja, baik
pada sektor formal maupun sektor informal. Terlebih bagi tempat kerja yang memiliki risiko atau
bahaya yang tinggi, serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
keselamatan dan kesehatan kerja seharusnya diterapkan pada semua pihak yang terlibat dalam
proses kerja, mulai dari tingkat manager sampai dengan karyawan Berdasarkan Undang-Undang
No. 1 Tahun 1970 yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja memiliki hak untuk mendapat
perlindungan bagi keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut
berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan maupun
disiplin medis. Kegiatan di Rumah Sakit mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia,
biologi, ergonomi dan psikososial, variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan Rumah Sakit
menentukan tingkat risiko K3. Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan
dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Limbah medis memiliki bahaya utama yaitu
risiko infeksi dari mikroorganisme yang terdapat dilimbah tersebut, infeksi terjadi dikarenakan
terkena tusukan benda tajam. Hepatitis B, hepatitis C bahkan sampai HIV/AIDS merupakan
ancaman yang paling serius jika terkena tusukan limbah medis benda tajam (Blenkharn, 2006).

METODE
Metode yang digunakan adalah literature review dan pendekatan artikel non penelitian
dalam bentuk studi kepustakaan dengan cara menganalisis kajian lalu mengembangkan dengan
bahasa sendiri dan eksplorasi jurnal atau artikel, maupun ebook yang relevan, yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran secara mendalam dan membahas tentang sasaran keselamatan
pasien. Adapun jurnal atau artikel maupun ebook yang digunakan pada literature review ini
yaitujurnal yang diterbitkan dari kurun waktu 8 tahun terakhir atau tahun paling tua yaitu tahun
2012, Literatur yang digunakan sejumlah 9 jurnal yang berasal dari jurnal nasional dan ada 1 text
book. Hasil penelitian upaya mencegah hazard akibat kerja di rumah sakit.

HASIL
Dalam aspek K3, kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dari
aktivitas perusahaan. Tanpa menerapkan manajemen risiko perusahaan dihadapkan Manajemen
tidak mengetahui apa saja baha ya yang dapat terjadi dalam organisasi atau perusahaannya
sehingga perusahaan dengan ketidakpastian. tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Manajemen risiko adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan K3 secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu
kesisteman yang baik, salah satu sumber daya yang terpenting dalam perusahan adalah sumber
daya manusia. Sumber daya manusia merupakan elemen terpenting dalam mengoperasikan
seluruh sumber daya lain yang terdapat di dalam perusahaan. Betapa berkembangnya modal dan
memadainya bahan material, namun jika tanpa sumber daya manusia maka akan sulit bagi
perusahaan untuk mencapai tujuannya. ( Pruijt,2003 ). Berdasarkan data International Labour
Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena
kecelakaan kerja dan 160 pekerja didunia mengalami penyakit akibat kerja (PAK). Diperkirakan
2,3 juta pekerja meninggal setiap tahun akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313 juta pekerja mengalami
kecelakaan tidak fatal per tahunnya.
Rumah Sakit sensitif terhadap lateks.Di Indonesia data Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak
105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian
tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Data dari Massachussetts
Departement of Public Health (MDPH) USA pada Maret 2012, dari 98 rumah sakit yang
dilakukan surveilans periode Januari sampai Desember 2010, terdapat 2.947 orang pekerja
rumah sakit mengalami cedera terkena benda tajam termasuk jarum suntik. Sebanyak 1.060
orang tenaga perawat, 1.078 orang tenaga dokter, 511 orang tenaga teknisi phlebotomi dan
sisanya 1119 orang tenaga pelayanan pendukung lainnya. Dari penelitian Novie E. Mauliku
tahun 2011, risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja, antara lain
berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar rontgent,
instalasi gizi, laundry, ruang medical record, bagian rumah tangga (housekeeping), farmasi,
sterilisasi alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan, instalasi peralatan
listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis, dan sebagainya. Penelitian lain
menunjukkan bahwa pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi
(bloodborne pathogen) yang dapat menimbulkan infeksi HBV, HCV dan HIV melalui berbagai
cara, salah satunya melalui luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui manajemen risiko K3 menggunakan Hazard Identification Risk Assessment
And Risk Control (HIRARC)

PEMBAHASAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal penting yang harus diterapkan di semua
tempat kerja, baik pada sektor formal maupun sektor informal. Terlebih bagi tempat kerja yang
memiliki risiko atau bahaya yang tinggi, serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja. keselamatan dan kesehatan kerja seharusnya diterapkan pada semua pihak
yang terlibat dalam proses kerja, mulai dari tingkat manager sampai dengan karyawan
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja
memiliki hak untuk mendapat perlindungan bagi keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. Berdasarkan
undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, menyatakan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan menyelenggarakan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Karena merupakan suatu institusi yang
bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan, maka rumah sakit juga termasuk dalam kategori
tempat kerja. Isi dalam pasal 23 undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
menyatakan bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka rumah sakit sebagai salah satu tempat kerja juga wajib untuk
menyelenggarakan kesehatan kerja bagi para pekerjanya agar terhindar dari potensi bahaya yang
ada di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan
padat modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan,
penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis. Rumah Sakit adalah
tempat kerja yang memiliki potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar,
gas medik, radiasi pengion, dan bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliki risiko
kecelakaan kerja. Oleh karena itu, Rumah Sakit membutuhkan perhatian khusus terhadap
keselamatan dan kesehatan pasien, staf dan umum (Sadaghiani, 2001 dalam Omrani dk., 2015).
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi keselamatannya agar dapat
meningkatkan produktifitas nasional. Menjamin semua pekerja yang berada di tempat kerja
menggunakan serta produksi (MENKES, 2009). pekerja atas merawat sumber secara aman dan
efisien Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi di
antaranya tertusuk jarum atau needle stick injury (NSI), tergores/terpotong, luka bakar, penyakit
infeksi dan lain-lain (Kemenkes, 2007). Risk Management Standard AS/NZS 4360:2004
menyatakan bahwa analisis risiko terkilir, sakit pinggang, bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian maupun accident. Mengelola risiko harus dilakukan secara berurutan
langkah-langkahnya yang membantu nantinya bertujuan untuk dalam pengambilan keputusan
yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang kemungkinan ditimbulkan.
Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian
dan juga mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis. Kegiatan di Rumah Sakit
mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial, variasi,
ukuran, tipe dan kelengkapan Rumah Sakit menentukan tingkat risiko K3. Sumber bahaya yang
ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang
merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja.
Limbah medis memiliki bahaya utama yaitu risiko infeksi dari mikroorganisme yang terdapat
dilimbah tersebut, infeksi terjadi dikarenakan terkena tusukan benda tajam. Hepatitis B, hepatitis
C bahkan sampai HIV/AIDS merupakan ancaman yang paling serius jika terkena tusukan limbah
medis benda tajam (Blenkharn, 2006). Limbah medis benda tajam beresiko besar menimbulkan
kecelakaan dan penyakit jika tidak diolah dengan baik dan benar. Limbah medis adalah limbah
yang berasal dari perawatan gigi, farmasi, pelayanan medis sejenis, pendidikan perawatan, yang
atau yang pengobatan, menggunakan bahan-bahan yang infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan (Adisasmito, 2007). Pekerja rumah sakit, seperti tim pengelolaan limbah, dokter,
atau terdapat pengamanan tertentu. Gambaran tersebut dapat dan Keselamatan Kerja radiologi,
perawat, laboratorium dan petugas kesehatan lainnya beresiko tinggi mengalami penyakit akibat
kerja atau kecelakaan kerja yang belum mendapatkan perhatian cukup. Salah satu contoh kurang
perhatiannya pihak rumah sakit terhadap diperhatikannya pengolahan limbah medis benda tajam
yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan yaitu masih ditemukan limbah medis pada bak
sampah non medis, kurangnya pelindung diri pada petugas pengelolaan limbah serta masih
kurang tersedianya sarana dan prasarana tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Pratiwi dan Chatila (2013) adalah petugas pekerjanya kurang kesadaran dalam pemakaian alat
yang ada di rumah sakit dilakukan,terdapat sebuah tempat pelayanan kesehatan yang belum
menyediakan alat pelindung diri pada pekerja pengelolaan limbah. Oleh karena itu perlu
dilakukan Risk Assessment beserta upaya pengendalian risiko di Rumah Sakit. Hal ini
dimaksudkan agar risiko atau bahaya dapat dicegah atau dikendalikan. Sehingga dampak
kerugian akibat penyakit dan kecelakaan kerja pada pekerja limbah medis benda tajam dapat
diminimalisir. Limbah medis benda tajam juga memiliki potensi risiko paling besar dalam
penularan penyakit infeksi dan penyakit menular baik terhadap perawat atau pekerja rumah sakit
maupun pengunjung RS. Pada RS. X terdapat pengelolahan limbah medis, dimana sistem
pengelolahan limbah medis benda tajam masih kurang memerhatikan keselamatan pekerja, yang
nantinya akan berdampak pada keselamatan dan kesehatan pada pekerja, masyrakat dan
lingkungan sekitar. Tahap pengelolaan limbah medis benda tajam yang dimulai dari tahap
pemisahan, pada tahap pemisahan sering kali terjadi kesalahan antara pemisahan limbah medis
dan non medis. Berdasarkan hasil penelitian Sudiharti dan Solikhah (2013) jika tingkat
pengetahuan yang dimiliki pekerja tentang perbedaan limbah medis dan limbah non medis serta
cara pemilahannya kurang, maka akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
POTENSI BAHAYA DITEMPAT KERJA
1. Bahaya getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti frekuensi,
amplitude, lama pajanan. Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberikan
efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan
cengkeram dan sakit tulang belakang.
2. Bahaya Kimia
Bahaya ini adalah bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama produksi.
Bahan ini terhambur ke lingkungan dikarenakan cara kerja yang salah, kerusakan, atau
kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahaya kimia
yang terhambur ke lingkungan kerja dapat mengganggu baik itu lokal maupun sistemik.
Gangguan lokal adalah kelainan yang ditimbulkan di tempat bahan kimia yang kontak
dengan tubuh yaitu kulit dan selaput lendir yang menimbulkan gejala iritasi mulkus dan
kanker. Apabila terserap dan masuk ke dalam peredaran darah akan timbul gejala
sistemik. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh adalah melalui kulit, pernafasan, dan
pencernaan.
3. Bahaya Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk pana,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari sumber radiasi. Ada beberapa
sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita seperti televisi, lampu
penerangan, alat pemanas makanan, komputer, dan lain-lain.
4. Bahaya Pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja
karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh
karena itu, penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup dan memungkinkan kesan
bersih/higene. Disamping itu pencahayaan yang cukup akan memungkinkan pekerja
dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindari kesalahan kerja
5. Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan. Kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan.
Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja yaitu
a. Gangguan fisiologis
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala karena bising
dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dan akan menimbulkan
efek vertigo/pusing. Perasaan mual, susah tidur, dan sesak nafas disebabkan oleh
rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ kelenjar endokrin,
tekanan darah, sistem pencernaan, dan keseimbangan elektrolit.
b. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan, dan
lain-lain.
c. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan ‘masking effect’ (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
d. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum.

Menurut Ridley (2008), contoh penyebab kecelakaan untuk masing-masing faktor


tersebut adalah:
1. Situasi kerja
a. Pengendalian manajemen yang kurang.
b. Standar kerja yang minim.
c. Tidak memenuhi standar.
d. Perlengkapan yang tidak aman.
e. Tempat kerja yang tidak mendukung keamanan seperti getaran, tekanan udara, ventilasi,
penerangan dan kebisingan yang tidak aman.
f. Peralatan/bahan baku yang tidak aman.
2. Kesalahan orang
a. Keterampilan dan pengetahuan minim.
b. Masalah fisik atau mental.
c. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
d. Perhatian yang kurang.
3. Tindakan tidak aman
a. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.
b. Mengambil jalan pintas.
c. Tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja selama bekerja.
d. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
4. Kecelakaan
a. Kejadian yang tidak terduga.
b. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
c. Terjatuh.
d. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya.
5. Cedera atau kerusakan
a. Sakit dan penderitaan (pada pekerja).
b. Kehilangan pendapatan (pada pekerja).
c. Kehilangan kualitas hidup (pada pekerja).
d. Pabrik (pada perusahaan).
e. Pembayaran kompensasi (pada perusahaan).
f. Kerugian produksi (pada perusahaan).
g. Kemungkinan proses pengadilan (pada perusahaan

Teknik-teknik praktis pencegahan kecelakaan


a. Nyaris
 Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.
 Menyelidikinya untuk mencegah kecelakaan serius.
 Menumbuhkan budaya ‘tidak saling menyalahkan.
b. Identifikasi Bahaya
 Melakukan inspeksi keselamatan kerja dan patroli.
 laporan dari operator.
 laporan dari jurnal-jurnal teknis.
c. Pengeliminasian bahaya
 Adanya sarana-sarana teknis.
 Mengubah material.
 Mengubah proses.
 Mengubah pabrik baik dari segi tata letak mesin maupun kondisi kerja di pabrik.
d. Pengurangan bahaya
 Memodifikasi perlengkapan sarana teknis.
 Alat Pelindung Diri (PPE).
e. Melakukan penilaian risiko
f. Pengendalian risiko residual
 Dengan sarana teknis-alarm, pemutusan aliran (trips).
 Sistem kerja yang aman.
 Pelatihan para pekerja.

PENUTUP
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal penting yang harus diterapkan di semua
tempat kerja, baik pada sektor formal maupun sektor informal. Terlebih bagi tempat kerja
yang memiliki risiko atau bahaya yang tinggi, serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja. Untuk itu maka dilakukan berbagai upaya untuk mencegah
hazard akibat bekerja di rumah sakit diantaranya sebagai berikut:
a. Nyaris
 Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.
 Menyelidikinya untuk mencegah kecelakaan serius.
 Menumbuhkan budaya ‘tidak saling menyalahkan.
a. Identifikasi Bahaya
 Melakukan inspeksi keselamatan kerja dan patroli.
 laporan dari operator.
 laporan dari jurnal-jurnal teknis.
b. Pengeliminasian bahaya
 Adanya sarana-sarana teknis.
 Mengubah material.
 Mengubah proses.
 Mengubah pabrik baik dari segi tata letak mesin maupun kondisi kerja di pabrik.
d. Pengurangan bahaya
 Memodifikasi perlengkapan sarana teknis.
 Alat Pelindung Diri (PPE).
e. Melakukan penilaian risiko
f. Pengendalian risiko residual
 Dengan sarana teknis-alarm, pemutusan aliran (trips).
 Sistem kerja yang aman.
 Pelatihan para pekerja.

REFERENSI

Darmawan.R.,Ummi.N.,Umyati.A.(2017). IDENTIFIKASI RISIKO KECELAKAAN KERJA


DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT ( HIRA ) DI
AREA BATCHING PLANT PT XYZ. Jurnal Teknik Industri (Vol. 5 No. 3)
Dra. Sri Redjeki.(2016).KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA.Halaman 17-
19,38,83,126,160
Harrianto, R. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Indragiri.S.(2018). MANAJEMEN RISIKO K3 MENGGUNAKAN HAZARD
IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC). JURNAL
KESEHATAN (Vol. 9 No. 1)
Irzal. 2016. Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kencana : Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Ningrum.S.S.,Tualeka.A.R.(2018). UPAYA PENGENDALIAN RISIKO PADA UNIT
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS BENDA TAJAM DI RUMAH SAKIT. (VOLUME 1
(2)).HALAMAN 98-108
Pertiwi.,Nurhantari.Y.,Budihardjo.S.(2019). Hazard identification, risk assesment and risk
control serta penerapan risk mapping pada Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi Universitas
Gadjah Mada. (BKM Journal of Community Medicine and Public Health.( Volume 35 Nomor 2).
Halaman 55-64
Putri.o.z.,Hussin.T.M.A.B.R. ,Kasjono.H.S.(2017). ANALISIS RISIKO KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA PADA PETUGAS KESEHATAN INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM. JURNAL KESEHATAN,ISSN 1979-7621.
(Vol. 10, No. 1)
Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through
Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.
Simamora, R. H. (2019). Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan Menggunakan Media
Audiovisual terhadap Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1),
342-351
Yuantari.G.C.,Nadia.H.(2018) .Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Petugas
Kebersihan di Rumah Sakit. Health Journal.(VOLUME 5 (3)).Halaman 107-116

Anda mungkin juga menyukai