OLEH :
AMITELLA SINAGA
20.15.001
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat (UU RI No. 36 tahun 2009).
Di era globalisasi ini keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit merupakan salah satu
syarat yang telah ditetapkan dalam menjalankan fungsi dari rumah sakit. Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan dalam lingkungan kerja terutama
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia
kerja saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit
lebih tinggi dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku
yang tidak aman. Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah genting di lingkungan rumah
sakit. Hal ini diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang
Pasal 4 menyatakan bahwa SMK3 Rumah Sakit meliputi penetapan kebijakan K3RS,
perencanaan K3RS, pelaksanaan rencana K3RS, pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS,
hingga peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS. Dalam penetapan kebijakan K3RS, rumah
sakit harus melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang salah satu diantaranya meliputi
maka perlu diterapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. Pada
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
Oleh sebab itu rumah sakit dituntut untuk dapat menyediakan serta menerapkan
sebuah upaya agar semua sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit dapat
terlindungi, baik dari penyakit maupun kecelakaan akibat kerja. Pemerintah melakukan
berbagai upaya untuk mengatasi kecelakaan kerja di rumah sakit, salah satunya adalah
36 Tahun 2009 tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit.
Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja tersebut merupakan bagian dari
system manajemen Rumah Sakit (Kepmenkes RI No. 1087 tahun 2010). Karena selain
dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit harus
menjadi patien dan provider safety (hospital safety), sehingga salah satu tujuan
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan Rumah Sakit dan sumber daya manusia di
Di rumah sakit, pegawai dan karyawan sangat berisiko terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan yang dilakukannya. Pegawai adalah tenaga kesehatan yang paling
besar jumlahnya dan paling lama melakukan kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko
dengan pekerjaannya, namun banyak pegawai dan karyawa tidak menyadari terhadap risiko
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kepada
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari akibat
kecelakaan kerja.
yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan
peran standar K3RS terdahulu yang di kenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan
Kewaspadaan Bancana
A. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini adalah: “Analisis Implementasi Standar Kesehatan Dan
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Pakam.
2. Tujuan Khusus
Pakam
b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja di RS
C. Manfaat Penelitian
secara optimal.
Sebagai sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian
3. Bagi Peneliti
4. Bagi Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja
di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan atau jabatannya (Kepmenkes RI No. 432 Tahun 2007). Pengelola tempat
kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja (UU RI Nomor 36 Tahun 2009).
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan,
dan rehabilitasi (Kepmenkes RI No. 432 Tahun 2007). Setiap pekerja mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas K3; guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal (UU
merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan kecelakaan
kerja yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya, misalnya
bagi keluarga korban jika korban meninggal atau cacat. Oleh karena itu, perusahaan
3. Nama baik rumah sakit dapat memengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan
rumah sakit lain. Menurut Barrie dan Paulson (1984) menyatakan bahwa perusahaan
yang mempunyai reputasi atau nama baik, akan dapat memberikan keuntungan baik
4. Unang-undang dan peraturan yang ada serta akan dikenai sanksi apabila tidak
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Contoh: bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebabkan
anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi fisik lemah dan
lemas
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja dalam
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh: Seorang
yang bekerja di bagian instalasi radiologi (Kamar x-ray, kamar gelap, kedokteran,
pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit. Kinerja setiap
petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu
kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Program K3RS yang harus
a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit, baik bagi pekerjap,
c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit dir umah Sakit.
j. Penyusunan SOP kerja dan pelatihan di masing-masing unit kerja rumah sakit.
khusus, dan secara berkala bagi pekerja sesuai pajananya di rumah sakit;
menderita sakit;
pekerja;
Gas
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair dan
gas;
bila terjadi kontaminasi dengan acuan Material Safety Data sheet (MSDS) atau
Lembar Data Pengaman (LDP); lembar informasi dari pabrik tentang sifat
khusus (fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan cara
lainlain);
terjadi bencana;
h. Memberikan alat pelindung diri (APD) pada petugas di tempat-tempat yang
sakit;
kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP pelaporan, penanganan dan tindak
c. Pendokumentasian data :
10) Kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja rumah sakit);
11) Kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja luar rumah sakit);
12) Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja rumah sakit);
13) Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja luar rumah sakit);
18) Data petugas kesehatan rumah sakit yang berpendidikan formal kesehatan
kerja, sudah dilatih kesehatan dan keselamatan kerja dan sudah dilatih tentang
diagnosis PAK;
c. Analisis biaya terhadap pekerja atas kejadian penyakit dan kecelakaan akibat
kerja;
Agar penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) dapat
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka perlu disusun hal berikut
keberadaan rumah sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, bila rumah sakit tersebut tidak melaksanakan prosedur K3. Oleh
lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit sehingga proses pelayanan
rumah sakit berjalan baik dan lancar (Kepmenkes RI No. 1087 Tahun 2010).
Kesehatan;
(K3RS).
sakit (K3RS) dengan menggunakan instrumen self assessment akreditasi rumah sakit
yang berlaku.
tahun 2010) :
1) Pemeriksaan fisik.
memberikan bantuan kepada pekerja di rumah sakit dalam penyesuaian diri baik fisik
1) Informasi umum rumah sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan
3) SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri dan
kewajibannya.
setahun sekali.
iv. Pemeriksaan HIV untuk pekerja yang berhubungan dengan darah dan
pekerja incinerator.
d. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik pekerja
antara lain :
lingkungan dll.
khusus.
f. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada peker ja rumah sakit yang akan
paru)
1) Pertemuan koordinasi.
2) Pembahasan kasus.
disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah
sakit;)
11) Kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja luar rumah
sakit;)
sakit;)
13) Kasus kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan (pekerja luar
rumah sakit);
tahun 2010) : Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang
dilakukan :
peralatan kesehatan.
peralatan kesehatan
antara lain :
risiko ergonomi
lingkungan kerja.
kerja.
penanggulangan kebakaran.
3) Membuat SOP.
kebakaran.
penanggulangan kebakaran.
Kerja yang Disampaikan Kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit Teknis Terkait
2) Data perizinan;
mata maupun teraba panca indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan
umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan gedung (pintu, lantai, dinding, tiang,
kolong gedung, jendela) ataupun bangunan itu sendiri. Sedangkan prasarana adalah seluruh
jaringan/instansi yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, antara lain: instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik, gas medis,
1. Setiap sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit harus dilengkapi dengan:
9) Pengguna radiasi.
e. Sertifikasi
f. Program Pemeliharaan
g. Alat Pelindung Diri (APD) yang Memadai, Siap dan Layak Pakai
Pemadam Api/Kebakaran
2. Setiap sarana dan prasarana serta peralatan rumah sakit yang menggunakan bahan
beracun berbahaya maka pengirimannya harus dilengkapi dengan lembar MSDS
(Material Safety Data Sheet) dan disediakan ruang atau tempat penyimpanan khusus
4. Setiap lingkungan kerja di dalam sarana, prasarana dan peralatan harus dilakukan
5. Sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit harus dikelola oleh tenaga yang
radiologi, farmasi, sterilisasi sentral, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit
10. Kalibrasi (internal dan legal) secara berkala terhadap sarana dan prasarana dan
Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
a. Memancarkan radiasi,
b. Mudah meledak,
d. Oksidator,
e. Racun,
f. Korosif,
g. Karsinogenik,
h. Iritasi,
i. Teratogenik,
j. Mutagenik,
k. Arus listrik.
2. Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3 adalah (Kepmenkes RI No. 1087 tahun
2010) :
a. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya.
sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi
1) Pengendalian operasional,
3) Inspeksi dan pemeliharaan sarana prosedur dan proses kerja yang aman,
dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih
sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga risiko dalam
penyimpanan kecil.
terjadi kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur
bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar kontaminan
5) Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan
mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja yang
aman.
6) Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat melalui
teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai dan jelas.
berbahaya.
10)Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara
instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau
daur ulang.
Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang diperlukan.
Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut company profile.
Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau produk,
kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain
menginformasikan kepada instalasi logistik sebagai unit pengadaan barang setiap kali
mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta termasuk jenis B3. Untuk memudahkan
melakukan proses seleksi, dibuat form seleksi yang memuat kriteria wajib yang harus
dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing-masing kriteria yang ditentukan.
Hal-hal yang menjadi kriteria penilaian (Kepmenkes RI No. 1087 Tahun 2010):
a. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam
sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi
yang diberikan.
d. Sistem Mutu
1) Metodologi bagus
e. Pelayanan
4) Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai
menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara
1) Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan.
2) Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
10) Laporkan setiap kejadia atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya/
kecelakaan (accident atau near miss) melaui form yang telah disediakan dan alur yang
telah ditetapkan
penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 yang ada di rumah sakit harus ditetapkan
sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area bersangkutan, serta
dibuat dalam denah rumah sakit dan disebarluaskan/disosialisasikan kepada seluruh penghuni
rumah sakit.
c. Penanganan administratif
sesuai potensi bahaya yang ada dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk menangani
B3 antara lain :
antara lain dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis dan temu konsultasi.
dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal, yang dilakukan oleh pimpinan
langsung rumah sakit yang bersangkutan, dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh
Menteri kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
masing-masing unit kerja rumah sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan
K3RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah rumah sakit.
kegiatan K3; mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3, dan menyusun dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang tercakup di dalam : Program K3,
termasuk penanggulangan
sesuai dengan jadual pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi
kejadian/ kasus (tidak terjadual). Pelaporan terdiri dari; pelaporan berkala (bulanan, semester
dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pelaporan
sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian atau
terjadi kasus yang berkaitan dengan K3. Setiap kegiatan dan atau kejadian/ kasus sekecil
apapun, yang berkaitan dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada
wadah organisasi K3 di rumah sakit. Rumah sakit perlu menetapkan dengan jelas alur
pelaporan baik untuk laporan rutin/berkala, laporan kasus/ kejadian tidak terduga
2.3.1 Pengertian
Manajemen K3RS adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
Tujuan manajemen K3RS adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan
1. Bagi RS :
2. Bagi karyawan RS :
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan RS. Manajemen RS mengidentifikasi dan
menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk
K3RS dalam struktur organisasi RS. Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3RS,
lingkungan RS.
pencegahan.
2. Perencanaan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
sumber bahaya yang ada di RS berguna untuk menentukan tingkat risiko yang
kerja). Sedangkan penilaian faktor risiko merupakan proses untuk menentukan ada
dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah bahkan tidak
ada risiko sama sekali, administrasi, dan alat pelindung pribadi (APP).
b. Membuat peraturan.
Peraturan yang dibuat tersebut merupakan Standar Operasional Prosedur yang harus
d. Indikator kinerja yang harus diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 dan sekaligus
3. Pengorganisasian
petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan
K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian
tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan
disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data
untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang
kegiatannya.
dan proses.
432 tahun 2007 bahwa Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur, bukan kerja
rangkap dan merupakan unit organisasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur
RS. Hal ini dikarenakan organisasi K3 RS berkaitan langsung dengan regulasi, kebijakan,
4. Langkah-Langkah Penyelenggaraan
penerapannya yaitu :
a. Tahap persiapan
1) Menyatakan komitmen.
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur RS (manajemen puncak).
Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam kata-kata, tetapi
juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari,dihayati dan
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan jasa konsultan jika RS
orang
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja,
biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota kelompok
kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok
Sumber daya disini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan
dana.
b. Tahap Pelaksanaan
berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir
dari pelatihan.
vi. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui monitoring
manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan
menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3RS itu berjalan, dan mempertanyakan
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS dalam mencapai tujuan
pencatatan dan pelaporan semua kegiatan K3, (kecelakaan akibat kerja) KAK dan
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berkala oleh petugas
K3RS untuk menilai keadaan K3 secara umum dan tidak terlalu mendalam
sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain
3) Melaksanakan audit K3
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi,
-Pengolahan Bahan
Berbahaya dan Beracun
(B3)
-Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran
dan Bencana
Potensi Resiko Bahaya
-Pengolahan Prasarana RS
Rumah Sakit terhadap K3
-Pelaksanaan Pendidikan
bagi SDM RS
-Melaksanakan Sosialisasi
-Melaksanakan evalusai
pengetahuan SDM RS
mengenai K3
BAB III
METODE PENELITIAN
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan
April 2021.
3.3 Informan Penelitian
1. Ketua K3RS
2. Sekertaris K3RS
3. Perawat instalasi
5. Pegawai SDM,
Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam kepada perwakilan yang
kompeten dari masing-masing unit kerja dan unit pelaksana K3RS. Data primer yang
akan digali adalah analisis implementasi standar kesehatan dan keselamatan kerja di RS
Grand Medistra Lubuk Pakam yang diambil dari Kepmenkes RI No. 1087 tahun 2010 tentang
standar kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dalam penelitian kualitatif
ini, instrument utama adalah peneliti sendiri, dengan menggunakan alat bantu atau media
kualitatif ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai data menjadi
jenuh (homogen).
permasalahan secara mendalam, dimana subjek diminta pendapat dan ide-idenya. Untuk
memperoleh hasil wawancara yang utuh dan murni maka teknik wawancara menggunakan
alat perekam suara sehingga data asli lapangan dapat sesuai dengan apa yang dirasakan oleh
subjek penelitian. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara yang sudah disiapkan
terlebih dahulu.
3. Observasi (pengamatan). Metode pengumpulan data primer, yaitu melihat, mengamati, dan
mencatat kegiatan atau peristiwa. Dalam hal ini, peneliti mengamati kejadian-kejadian yang
4. Dokumentasi. Dokumen yang dimaksud adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan
atau peristiwa pada waktu yang lalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya.
Dokumen yang berhubungan dengan penelitian adalah profil rumah sakit, dokumen-dokumen
Data sekunder diperoleh dari data dokumentasi yang ada di RS Grand Medistra Lubuk Pakam
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah literature review. Dengan melakukan
analisis dan kajian bebas pada jurnal, e-book, maupun buku teks yang berkaitan dengan
materi pembelajaran yaitu kajian mengenai analisa implementasi standar k3 RS. Artikel
ataupun jurnal yang digunakan pada literature review ini adalah artikel atau jurnal yang
dan kajian bebas pada jurnal, e-book, maupun buku teks yang berkaitan dengan analisa
implementasi standar k3 RS bahwa didapatkan metode metode yang digunakan dari beberapa
literature/ jurnal diantaranya adalah: Jenis Penelitian yang dilakukan pada beberapa literature
mendalam dan observasi, kemudian Pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara
mendalam dan telaah dokumen. Selanjutnya data-data yang sudah terkumpul akan diolah dan
disajikan dalam bentuk narasi menurut variabel yang diteliti (Moelong, 2013).