Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KEGIATAN POKOK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 11

WINDA (SA22041)

KRISTIAN KEVIN MADADI (SA22043)

WINDA SEVIOLA PRAWIRO (SA22042)

WIDIANTO (SA22040)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALA KESELAMATAN PALU

PRODI S1 ADMINISTRASI KESEHATAN

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya.Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu.Makalah ini guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.Adapun judul
makalah ini adalah Kegiatan Pokok Keselamatan Dan kesehatan Kerja Rumah Sakit”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Palu, 28 September 2022

Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

BAB I PEDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................8
2.1 Definisi Rumah Sakit (RS)................................................................................8
2.2 Pengertian K3 RS...............................................................................................9
2.3 Tujuan K3RS....................................................................................................10
2.4 Kegiatan K3RS.................................................................................................11
2.4 Syarat Penerapan K3 di RS............................................................................11
2.5 Prinsip K3 di RS...............................................................................................13
2.6 Standar, Langkah, Dan sarana keselamatan Pasien....................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

3
BAB I

PEDAHULUAN

BAB I PEDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan dan Keselamatan Kerja rumah sakit yang selanjutnya disingkat
K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan sistem manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di Rumah sakit dan Fasilitas medis
lainnya adalah bagian dari manajemen rumah sakit secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja dirumah
sakit, Sehingga dapat menciptakan keadaan Rumah sakit yang aman, sehat, dan
bebas dari kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja bagi sumber daya
rumah sakit, Pasien Pendamping pasien pengunjung maupun lingkungan Rumah
Sakit. Kecelakaan Kerja juga menimbulkan kerugian materi bagi pekerja dan
intansi pemerintah, serta dapat mengganggu produktifitas kerja karyawan Rumah
sakit tersebut (Peraturan Menteri Kesehatan No PER 66/MEN/2016).
Berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 fasilitas pelayanan masyarakat
khususnya Rumah Sakit (RS) telah diidentifikasi sebagai sebuah lingkungan
dimana terdapat aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan keselamatan kerja,
dijelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja (K3) wajib diselenggarakan
disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang.
Pekerja Rumah Sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding pekerja
industri lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), sehingga perlu dibuat
standard perlindungan bagi pekerja yang ada di Rumah Sakit untuk mencegah dan

4
mengurangi resiko bahaya tersebut maka perlu ditetapkan standard K3 di Rumah
Sakit. Perlunya pelakasanaan K3RS mengenai kebijakan pemerintah tentang
Rumah Sakit di indonesia adalah untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan
kualitas pelayanan kesehatan yang aman di Rumah Sakit, perencanaan,
pelakasanaan, monitoring, dan evaluasi K3 dirumah sakit serta tindak lanjut yang
merujuk pada peraturan menteri tentang pedoman Manajemen K3 di RS dan PP
No 50 Thn 2012 tentang standar sistem manajemen K3. Sistem manajemen K3RS
adalah bagian dari sistem manajemen rumah sakit (Ivana, 2014).
Bahaya-bahaya potensial dirumah sakit disebabkan oleh bearapa faktor
seperti bahaya akibat faktor biologi (virus, bakteri, jamur); faktor kimia
(antiseptik, gas anastesi); faktor ergonomi (cara kerja yang salah, gegabah dalam
perkerjaan); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi); faktor
fisiko sosial (kerja bergilir, hubungan sesama pekerja/atasan, stress kerja,
motivasi kerja). Beberapa faktor diatas dapat mengakibatkan timbulnya
kecelakaan akibat kerja yang umunya terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja
dan kualitas serta ketrampilan pekerja yang kurang memadai (Salmawati, 2015).
Potensi bahaya dirumah sakit tidak hanya bersumber pada faktor infeksi
tetapi dapat juga bersumber dari faktor bencana seperti kebakaran. Pada tanggal
31 desember 2015 telah terjadi sebuah kebakaran di rumah sakit Dr.Soeharsono
Banjarmasin selatan, kebakaran ini di sebakan oleh percikan kembang api malam
tahun baru yang dinyalakan oleh warga sekitar rumah sakit. Kejadian ini tidak
memakan korban jiwa sama sekali pasien yang ada di dalam Rumah sakit telah
dievakuasi dan dipindahkan kegedung terdekat (Ramadhani,2016).
Keselamatan pasien serta jaminan pengobatan harus perhatikan dan
dilakukan maksimal disuatu rumah agar tercapainya suatu titik dimana pasien
merasa dilayani secara maksimal. Beberapa faktor penunjang keselamatan pasien
selama berapa dilingkungan rumah sakit adalah keakuratan identifikasi pasien,
peningkatan komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan obat yang akan

5
diberikan pada pasien, pengurangan resiko infeksi pada setiap penanganan pasien
(Jayabrata, 2011).
Setiap Rumah Sakit tentu memiliki sistem penanganan dan pecegahan
kecelakaan kerja baik itu kecelakaan kerja karena kesalahan dari karyawan 3
maupun kecelakaan kerja yang disebabkan oleh bencana, adanya Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dirumah sakit sangat
penting untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. Selain harus adanya sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit juga diperlukan fasilitas
pendukung terselenggaranya kesehatan dan keselamatan kerja dirumah sakit
secara maksimal seperti tangga darurat penghubung antar ruangan, rambu
penunjuk jalan, titik berkumpul, sistem pemadam kebakaran serta Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) yang disediakan di beberapa titik yang memiliki resiko
tinggi terjadinya kecelakaan kerja.
Adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(SMK3RS) tidak lepas dari masih tingginya angka Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dirumah sakit. Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (SMK3RS) berpedoman pada
Peraturan Menteri No 66 Tahun 2016 dimana ada beberapa aspek pendukung
seperti: Penetapan kebijakan, penetapan organisasi K3RS, dan pelaksanaan
K3RS. SMK3RS yang diterapkan disebuah rumah sakit harus dievaluasi rutin
setidaknya 1 kali dalam 1 tahun, ini bertujuan untuk memperbarui sistem yang
telah ada sebelumnya agar sumber resiko baru yang timbul dapat ditangani
dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Dan ApaPengertian, tujuan dan fungsi RS
b. Bagaimana Pengertian K3 RS
c. Tujuan K3RS
d. Kegiatan K3RS

6
e. Syarat penerapan K3 di RS
f. Prinsip K3 di RS
g. Standar, langkah dan sasaran keselamatan pasien

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui Pengertian, tujuan dan fungsi RS
b. Mengetahui Pengertian K3 RS
c. Mengetahui Tujuan K3RS
d. Mengetahui Kegiatan K3RS
e. Mengetahui Syarat penerapan K3 di RS
f. Mengetahui Prinsip K3 di RS
g. MEngetahui Standar, langkah dan sasaran keselamatan pasien

7
BAB II

PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rumah Sakit (RS)
Rumah Sakit menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2018 adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.

(Supartiningsih, 2017) juga mendefinisikan rumah sakit adalah suatu organisasi


yang dilakukan oleh tenaga medis professional yang terorganisir baik dari sarana
prasarana kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

(Bramantoro, 2017) juga menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan suatu


fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya kesehatan secara
berdayaguna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan pemulihan yang
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.

a. Tujuan Rumah Sakit


1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2. Memberikan perlindungan terhadap lingkungan rumah sakit dan keselamatan sumber
daya manusia di rumah sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit dan rumah sakit (UU RI No. 44, 2009).
b. Fungsi Rumah Sakit
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sesuai
dengan standart pelayanan rumah sakit.

8
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan peneltian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UU RI No. 44, 2009).

2.2 Pengertian K3 RS
K3RS yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan seluruh sumber daya manusia di rumah sakit maupun
lingkungan rumah sakit melalui suatu upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
munculnya penyakit akibat kerja di rumah sakit (Kemenkes RI, 2015).
a. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
1. Pengembangan kebijakan K3RS;
2. Pembudayaan perilaku K3RS;
3. Pengembangan SDM K3RS;
4. Pengembangan pedoman, petunjuk teknis dan Standart Operational Procedure
(SOP) K3RS;
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja;
6. Pelayanan kesehatan kerja;
7. Pelayanan keselamatan kerja;
8. Pengembangan program pmeliharaan dan pengelolaan limbah padat, cair dan
gas;
9. Pengelolaan jasa, barang dan bahan B3
10. Pengembangan manajemen tanggap darurat;
11. Pengumpulan, pengelolaan, dokumentasi dan pelaporan kegiatan K3;
12. Review program tahunan

9
2.3 Tujuan K3RS
1. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
2. risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan di
Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan
kesehatan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung.
3. Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan.
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit dari pajanan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran bertujuan untuk memastikan SDM Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan aset Rumah Sakit aman dari
bahaya api, asap, dan bahaya lain.
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan
kehandalan sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
7. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit bertujuan untuk melindungi SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari potensi bahaya peralatan medis
baik saat digunakan maupun saat tidak digunakan.
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana bertujuan untuk
meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang
dapat menimbulkan kerugian fisik, material, dan jiwa, mengganggu operasional,
serta menyebabkan kerusakan lingkungan, atau mengancam finansial dan citra
Rumah Sakit.

10
9. Unit Pelayanan Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk menurunkan kejadian
dan prevalensi penyakit pada SDM Rumah Sakit dari penyakit menular, penyakit
tidak menular, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan akibat kerja

2.4 Kegiatan K3RS


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.

a. Program K3-RS
1. Pelaksanaan kesehatan kerja bagi karyawanb ( prakerja, berkala, khusus).
2. Upaya pengamanan pasien, pengunjung dan petugas.
3. Peningkatan kesehatan lingkungan.
4. Sanitasi lingkungan RS.
5. Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair, gas.
6. Pencegahan dan penanggulangan bencana (Disaster program).
7. Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya.
8. Pendidikan dan pelatihan K3.
9. Sertifikasi dan kalibrasi sarana, prasarana, dan peralatan RS.
10. Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan K3.

2.4 Syarat Penerapan K3 di RS


Pelatihan K3 untuk para karyawan dalam setiap rumah sakit merupakan hal yang
wajib.Melalui keikutsertaannya dalam pelatihan tersebut, para pekerja rumah sakit
bisa mengetahui 8 standar K3 rumah sakit sesuai peraturan pemerintah. Delapan
standar K3 rumah sakit yang dimaksud adalah:

1. Manajemen Risiko K3 Rumah Sakit


Manajemen risiko dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko semua
aspek yang berkaitan dengan keberadaan rumah sakit.Di dalamnya,

11
pengelolaan risiko tidak hanya mencakup pasien, tenaga medis, dan tenaga
nonmedis.Tetapi juga berkaitan risiko keuangan rumah sakit, penggunaan
sarana dan prasarana, ataupun lingkungan.

2. Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit


Selanjutnya, ada pula standar terkait keselamatan dan keamanan rumah
sakit.Penerapan ini dilakukan untuk meminimalkan adanya cedera serta
kecelakaan yang dapat menimpa pasien, pengunjung, pendamping pasien,
ataupun masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit.

3. Pelayanan Kesehatan Kerja


Standar pelayanan kesehatan kerja mencakup upaya pengelolaan kesehatan
bagi SDM yang bekerja di lingkup rumah sakit.

4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Rumah sakit juga perlu menyediakan metode pengelolaan secara khusus untuk
limbah B3.Apalagi, pengelolaan B3 yang tidak tepat bisa menimbulkan
gangguan kesehatan dan lingkungan.

5. Pencegahan serta Pengendalian Kebakaran


Keikutsertaan dalam pelatihan K3 rumah sakit juga memberi pengetahuan
terkait pencegahan dan pengendalian kebakaran.Apalagi, bahaya kebakaran
bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk di lingkup rumah sakit.

6. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit


Standar K3 rumah sakit yang selanjutnya adalah berkaitan dengan upaya
pengelolaan sarana dan prasarana.Tanpa adanya pengelolaan yang baik,
sarana dan prasarana milik rumah sakit bisa menimbulkan potensi kekeliruan
pemakaian, potensi kecelakaan tak diharapkan, ataupun kemungkinan lainnya
yang berkaitan dengan pemakaian oleh pasien, pengunjung, karyawan serta
masyarakat di lingkungan rumah sakit.

7. Pengelolaan Peralatan Medis


Memperhatikan pengelolaan medis dari aspek K3 juga memiliki peran yang
tidak kalah pentingnya dalam standar K3 rumah sakit.Pengelolaan ini menjadi
bagian untuk memastikan bahwa peralatan medis rumah sakit aman untuk
digunakan dan tidak menimbulkan dampak berbahaya bagi pasien,
pendamping pasien, pengunjung, dan masyarakat di lingkungan rumah sakit.
8. Kesiapan menghadapi situasi darurat dan bencana
Terakhir, standar K3 rumah sakit juga mempertimbangkan kesiapan para
karyawan dalam menghadapi kondisi darurat atau bencana.Dengan begitu,
para karyawan punya standar tindakan yang jelas ketika menghadapi situasi
darurat atau bencana.

12
2.5 Prinsip K3 di RS

Agar K3RS dapat dipahami secara utuh perlu diketahui pengertian 3 (tiga)
komponen yang saling berinteraksi, yaitu:
1. Kapasitas Kerja,kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.

2. Beban Kerja suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun
non fisik dalam menyelesaikan pe kerjaannya, kondisi tersebut da pat
diperberat oleh kondisi ling kungan yang tidak mendukung secara fisik atau non
fisik
3. Lingkungan Kerjakondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik,
kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.

2.6 Standar, Langkah, Dan sarana keselamatan Pasien


a. Standar Keselamatan pasien
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
b. Langkah Keselamatan Pasien
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

13
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien

c. Sasaran Keselamatan Pasien


1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-allert)
4. tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi tekait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

14
BAB III

PENUTUP

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat diperlukan karena
menyangkut perusahaan dan karyawannya. Penerapan K3 ini juga harus memiliki
prosedur yang benar yang harus diikuti sesuai dengan aturan perundangundangan, karena
apabila K3 tidak terlaksana, tentu akan memberikan dampak buruk terhadap perusahaan
dan karyawannya sendiri. Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Waskita Beton Precast
adalah sebagai berikut:
1. Adanya kendala dalam proses penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja yang dilakukan oleh pihak perusahaan khususnya pada tahapan pengunaan
alat pelindung diri dan tahapan dalam pemantauan atau pengawasan yang
berdampak buruk bagi para pekerja sehingga menyebabkan masih banyaknya
terjadi kecelakaan kerja di lingkungan kerja.
2. Lingkungan kerja yang kurang aman merupakan salah satu ancaman bagi para
karyawan pada saat bekerja oleh karena itu, kurangnya pengetahuan dan
pelatihan yang diberikan perusahan terhadap Karyawan menyebabkan karyawan
lalai dan tidak patuh terhadap peraturan dalam menggunakan alat pelindung diri
(APD) dikarenakan karyawan merasa tidak nyaman dalam penggunaan alat
pelindung diri dari segi bentuk dan ukuran sehingga masih rentannya terjadi
kecelakaan kerja
3. Serta kurang dilakukannya pengontrolan atau pengawasan yang dilakukan pihak
manajemen terhadap para pekerja dan kondisi lingkungan kerja sehingga masih
adanya para karyawan yang acuh dan tidak menaati peraturan dengan baik. Oleh
sebab itu diperlukannya usaha-usaha yang lebih maksimal lagi yang harus
dilakukan perusahaan dalam menanggulangi bahaya dalam bekerja dan
kecelakaan kerja

15
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perusahaan ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan lebih memperhatikan prosedur penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dan memberikan pengertian secara kontinyu
kepada karyawan agar mereka mentaati penggunaan alat pelindung
diri (APD) guna keselamatan kerja.
2. Diharapkan dapat meningkatkan kuantitas pelatihan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja untuk memberikan pengetahuan
kepada karyawan mengenai bahaya-bahaya yang dapat terjadi dari
pekerjaan yang mereka lakukan dan pentingnya melindungi diri, serta
memelihara mesin-mesin pabrik agar tetap dalam kondisi baik dan
tidak membahayakan karyawan pada saat bekerja.
3. Pihak manajemen lebih intensif lagi mengawasi dan memperingatkan
karyawannya secara terus menerus setiap memulai pekerjaannya dan
meningkatkan lagi kinerja supervisor agar dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik serta partisipasi dari karyawan lainnya dalam
menaati peraturan sehingga masalah keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan dapat terawasi dengan baik dan berjalan sesuai dengan
harapan perusahaan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Seminar Nasional
K3 dan ISO 14000 bagi Kegiatan Industri, FTL. Semarang: Universitas
Diponegoro. 2001.
Hasyim H. Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan
Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi Sarana Kesehatan).
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2005.8(02).
Kepmenkes nomor: 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit.
Wichaksana A. Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit dan Pencegahannya. Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran No. 134. Jakarta: PT. Kalbe Farma. 2002.
The National Safety Council (NSC) - Injury Facts 2015 Edition. U.S.A: 2015.
(LION) LIfON. Infografik: Data dan Fakta Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Indonesia. Jakarta. LIfON.2017.
ILO. Safety and Health at Work. Available from: www.ilo.org diakses tanggal 7 Mei
2017. 8. Parubak M, Djajakusli R, Russeng SS. Studi Kecelakaan Kerja Pada
RS Elim Rantepao dan RSUD Lakipadada Makale Kabupaten Tana Toraja.
Jurnal MKMI. 2009.5(4):7.
Trisilawati R. Faktor-Faktor yang Menghambat Pelaksanaan Program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di RSU Dr. Haryoto Lumajang: Universitas Jember.
2006.
Ristiono B, Azkha N. Regulasi dan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di Rumah Sakit di Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2009.4(1). 11. Hatta, Zukri. Penggunaan alat pelindung diri dan
frekuensi kecelakaan kerja pada petugas penanganan sampah medis di
beberapa rumah sakit Sumatera Barat.yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
2002.

17

Anda mungkin juga menyukai