Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RS

Kelompok 4

Disusun Oleh

Shelsabila Febriani ( 2210070160027 )

Dian Putri Marita ( 2210070160015)

Wilhamdika ( 2210070160011 )

Isma ( 20100701600004)

Nadia Nur Hazhari ( 2210070160001 )

Natasa Permata Bunda ( 2210070160033 )

DOSEN PENGAMPU :

Novia Zulfa Hanum, SKM, M.KM

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari nya
kami dapat menyelesaikan proposal makanan waffle yang tinggi protein. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas perilaku organisasi dengan judul perilaku induvidu manusia dan kelompok dalam
organisasi rumah sakit dan instansi pelayanan kesehatan ". Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………..….3

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………………………….4
2. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………………………….5
3. TUJUAN…………………………………………………………………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian K3RS……………………………………………………………………………………………………………………6
1.1 Tugas Pokok Komite K3RS………………………………………………………………………………………..6
2.1 Fungsi Komite K3RS………………………………………………………………………………………………….7
2. Pengertian Manajemen Risiko K3RS………………………………………………………………………………………7
3. Tujuan Manajemen Risiko K3RS…………………………………………………………………………………………….8
4. Langkah-Langkah Manajemen Risiko K3RS……………………………………………………………………………9

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………..13
2. Saran…………………………………………………………………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA………………….………………………………………………………………………………………………………13
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pembangunan
merupakan indicator penting yang mempengaruhi kemajuan pelaksanaan suatu pekerjaan
konstruksi. Pemerintah mengharapkan kontraktor mampu menerapkan K3 secara mutlak
dilapangan. Namun kenyataannya pelaksanaan K3 di lapangan masih belum optimal,
dengan himbauan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) oleh
pemerintah masih saja terjadi kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian-
kerugian bahkan kegagalan proyek konstruksi.
Pada data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan terdapat
123.041 kasus kecelakaan terjadi di tahun 2017 dan 173.105 kasus di tahun 2018. Kasus
kecelakaan kerja tersebut menimbulkan klaim jaminan kesehatan hingga 1,2 Triliun
Rupiah. Kategori kecelakaan kerja yang terjadi dari yang ringan hingga berat/fatal, dan
untuk kecelakaan kerja kategori fatalitas tinggi didominasi salah satunya oleh pekerjaan
dari bidang konstruksi (Widianto, 2019).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 menyebutkan bahwa
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistem
Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efesien dan produktif. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang
kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang
berada di sektor formal maupun yang berada di sektor informal.
Kegiatan manajemen risiko merupakan isu penting bagi sebuah pelayanan yang
berbasis mutu pelayanan. Manajemen risiko merupakan upaya preventif bagi sebuah
perusahaan terutama yang bergerak pada bidang jasa dimana rentan sekali dengan
kesalahan dan komplain. Untuk itu perlu adanya pemetaan terlebih dahulu risiko yang
terjadi sesuai dengan unit kerja yang ada didalamnya. Dengan itu melakukan manajemen
risiko diharapkan dapat meminimalisir angka kejadian kecelakaan atau kesalahan baik
pada pasien, pengunjung maupun pegawai yang ada di rumah sakit. Dalam mencapai
keberhasilan untuk mewujudkan pengendalian dan mitigasi terhadap risiko di suatu
pelayanan kesehatan maka perlu untuk dibuatkan aturan serta tata cara dan target kerja
sehingga jelas sesuai dengan agenda yang telah ditetapkan. Untuk itu manajemen risiko
membuat kebijakan dan strategi yang akan digunakan dalam proses tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dalam identifikasi sampai dengan monitoring
program kerja sehingga bisa fokus untuk melakukan dan merencanakan kegiatan di unit
pelayanan.

2. Rumusan Masalah
a) Mengetahui Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS
b) Mengetahui Pengertian Manajemen Risiko K3 RS
c) Mengetahui Tujuan Manajemen Risiko K3 RS
d) Mengetahui Langkah-Langkah Manajemen Risiko K3 RS
3. Tujuan
a) Untuk Mengetahui Pengertian Keselamatan dan Kesehatan K3
b) Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Risiko K3 RS
c) Untuk Mengetahui Tujuan Manajemen Risiko K3 RS
d) Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Manajemen Risiko K3
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan kondisi-kondisi dan faktor–faktor
yang berdampak atau dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau
pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain) di suatu
lingkungan tempat kerja. (OHSAS 18001:2007) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budaya untuk masyarakat adil dan makmur. (Mangkunegara, 2007)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan kondisi atau faktor yang
mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja atau pekerja
lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung, atau orang lain di tempat
kerja (Ramli, 2010).
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit,
pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Rumah Sakit
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh
karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga resiko
terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah
Sakit dapat dihindari.
1.1 Tugas Pokok Komite K3RS Tugas
Tugas pokok komite K3RS yaitu:
a) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedure yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit
b) Membuat program keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit
c) Memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada Direktur mengenai
masalah- masalah yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit.
2.1 Fungsi Komite K3RS
Fungsi Komite K3RS sebagai berikut:
a) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan bidang keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit.
b) Membantu Direktur dalam melaksanakan dan meningkatkan upaya
promosi, sosialisasi dan pelatihan bidang keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit.
c) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan koreksi
d) Investigasi dan melaporkan kecelakaan kerja.
2. Pengertian Manajemen Risiko K3RS
Manajemen Risiko K3 merupakan usaha yang dilakukan secara sistematis,
terencana, terstruktur dan komperhensif dimaksudkan untuk meminimalisir adanya faktor
penyebab kecelakaan kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
tidak diinginkan. Adapun proses manajemen risiko yang dimaksud adalah identifikasi
risiko, penilian risiko menurut AS/NZS 4360:2004, dan penanganan risiko.
a) Identifikasi Risiko K3
Proses manajemen risiko dimulai dengan identifikasi risiko, yaitu
ditemukannya semua risiko kerugian dan potensi kerugian secara berhati-
hati dan sistematis, tahapan ini dilakukan dengan melakukan survey
(Darmawi, 2016).
b) Penilaian Risiko
Menurut Norken, dkk (2015) penilaian risiko merupakan suatu penilaian
pada akibat dari risiko yang teridentifikasi, dimana besar kecilnya akibat
risiko merupakan hasil dari perkalian dari frekuensi (likelihood) dengan
konsekuensi (consequence) dari risiko yang telah teridentifikasi. Frekuensi
(likelihood) yaitu peluang terjadinya kecelakaan dan konsekuensi
(consequences) yaitu besaran kerugian pada kegiatan tertentu yang
dinyatakan dalam nilai uang atau ukuran tertentu.
c) Penerimaan Risiko
Secara umum penentuan penerimaan risiko berdasarkan pengelompokkan
kategori hasil penilaian risiko yang diperoleh dari perkalian antara nilai
modus frekuensi (likelihood) dan konsekuensi (consequences) risiko.
d) Penanganan Risiko
Menurut Hery (2015) penanganan risiko (risk treatment) adalah sebuah
proses untuk menemukan metode penanganan yang paling tepat untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko dengan alokasi biaya dan sumber
daya yang paling efisien.
e) Kepemilikan Risiko
Flanagan dan Norman (1993) menyatakan untuk menentukan tanggung
jawab risiko, maka digunakan prinsip-prinsip sebagai berikut pihak mana
yang memiliki kontrol terbaik terhadap kejadian yang menimbulkan risiko
Pihak mana yang menangani apabila risiko itu muncul Pihak mana yang
mengambil tanggungjawab apabila risiko tidak terkontrol dan Jika risiko
diluar kontrol semua pihak, maka dianggap sebagai risiko bersama.
3. Tujuan Manajemen Risiko K3 RS
Manajemen risiko K3RS bertujuan meminimalkan risikokeselamatan dan
kesehatan di Rumah Sakit pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak menimbulkan
efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
Rumah Sakit perlu menyusun sebuah program manajemen risiko
fasilitas/lingkungan/proses kerja yang membahas pengelolaan risiko keselamatan dan
kesehatan melalui penyusunan manual K3RS, kemudian berdasarkan manual K3RS yang
ditetapkan dipergunakan untuk membuat rencana manajemen fasilitas dan penyediaan
tempat, teknologi, dan sumber daya.
Organisasi K3RS bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan manajemen risiko
keselamatan dan Kesehatan Kerja dimana dalam sebuah Rumah Sakit yang kecil,
ditunjuk seorang personil yang ditugaskan untuk bekerja purna waktu, sedangkan di
Rumah Sakit yang lebih besar, semua personil dan unit kerja harus dilibatkan dan
dikelola secara efektif, konsisten dan berkesinambungan
4. Langkah-langkah Manajemen Risiko K3RS

Langkah–Langkah Manajemen Risiko K3RS

1) Persiapan/Penentuan Konteks
Persiapan dilakukan dengan penetapan konteks parameter (baik parameter internal
maupun eksternal) yang akan diambil dalam kegiatan manajemen risiko. Penetapan
konteks proses menajemen risiko K3RS meliputi:

a. Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatanmanajemen risiko yang


terdiri dari karyawan, kontraktordan pihak ketiga.
b. Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatandan Kesehatan
Kerja.
c. Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupunemergensi),
proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan danaset di tempat kerja.
d. Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasimanajemen risiko
keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2) Identifikasi Bahaya Potensial


Identifikasi bahaya potensial merupakan langkah pertama manajemen risiko
kesehatan di tempat kerja. Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi bahaya
kesehatan yang terpajan pada pekerja, pasien, pengantar dan pengunjung yang dapat
meliputi:

a. Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran, lantai licin.


b. Kimia, contohnya formaldehid, alkohol, ethiline okside,bahan pembersih
lantai, desinfectan, clorine.
c. Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus,kecoa, kucing
dan sebagainya.
d. Ergonomi, contohnya posisi statis, manual handling,mengangkat beban.
e. Psikososial, contohnya beban kerja, hubungan atasan danbawahan,
hubungan antar pekerja yang tidak harmonis.
f. Mekanikal, contohnya terjepit mesin, tergulung, terpotong,tersayat,
tertusuk.
g. Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis,hubungan arus pendek
kebakaran akibat listrik.
h. Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan
limbah cair

Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses
dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang
dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses
produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka perlu dipelajari Material Safety
Data Sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan
kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang
digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika ditemukan
dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin berinteraksi dan menjadi
lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang berbahaya. Sumber bahaya yang ada
di RS harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan
tolok ukur kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja.

3) Analisis Risiko
Risiko adalah probabilitas/kemungkinan bahaya potensial menjadi nyata,
yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya
yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan.
Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene
perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko
gangguan kesehatan. Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran
(magnitude) risiko kesehatan pada pekerja.
Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang
mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik, dengan
kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai
konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko mengintegrasikan
semua informasi tentang bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan/toksisitas
spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya
dan status kesehatan pekerja, termasuk pengalaman kejadian kecelakaan atau
penyakit akibat kerja yang pernah terjadi.
Analisis awal ditujukan untuk memberikan gambaran seluruh risiko yang
ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Prioritas diberikan kepada risiko-
risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.
4) Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung
pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Pada tahapan
ini, tingkat risiko yang telah diukur pada tahapan sebelumnya dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, metode pengendalian yang telah
diterapkan dalam menghilangkan/meminimalkan risiko dinilai kembali, apakah
telah bekerja secara efektif seperti yang diharapkan.
Dalam tahapan ini juga diperlukan untuk membuat keputusan apakah
perlu untuk menerapkan metode pengendalian tambahan untuk mencapai standard
atau tingkat risiko yang dapat diterima. Sebuah program evaluasi risiko sebaiknya
mencakup beberapa elemen sebagai berikut:

a. Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene


industri
b. Wawancara nonformal dengan pekerja
c. Pemeriksaan kesehatan
d. Pengukuran pada area lingkungan kerja
e. Pengukuran sampel personalHasil evaluasi risiko diantaranya
adalah:
f. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
g. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
h. Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam
parameter biaya ataupun parameter lainnya.
i. Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.

5) Pengendalian Risiko
Prinsip pengendalian risiko meliputi 5 hierarki, yaitu:

a. Menghilangkan bahaya (eliminasi)


b. Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lainyang tingkat
risikonya lebih rendah/tidak ada (substitusi)
c. Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik
d. Pengendalian secara administrasi
e. Alat Pelindung Diri (APD).
BAB IV

PENUTUP
1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko di Rumah sakit sebagai suatu kegiatan
pengendalian yang menyeluruh berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko
cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit dan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
2. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.

DAFTAR PUSTAKA
1
Firmansyah, Muhammad Huda. “Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di
Rumah Sakit Islam Surabaya a. Yani.” Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) 10, no. 1 (2022): 12–
19. https://doi.org/10.14710/jkm.v10i1.31550.

Irgi Biantara, dan Dyah Kusumastuti. “Studi Kasus: Analisis Pengendalian dan Manajemen Risiko
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS).” Jurnal Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia 3, no. 2 (2023): 114–24. https://doi.org/10.55606/jikki.v3i2.1665.

Jaya, Nyoman Martha, G.A.P. Candra Dharmayanti, dan Dewa Ayu Retnoyasa Ulupie Mesi. “Manajemen
Risiko K3 ( Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Bali
Mandara.” Jurnal Spektran 9, no. 1 (2021): 29.
https://doi.org/10.24843/spektran.2021.v09.i01.p04.

Anda mungkin juga menyukai