Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan terlepas dari
sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya
sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan kesehatan kerja menentukan produktivitas
suatu pekerjaan. keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang harus di
perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh sistem
pekerjaannya. Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban
melainkan suatu kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bagian penting pada suatu pekerjaan di laboratorium,
perusahaan, maupun bengkel. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan
Kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai
faktor yang menyebabkan kecelakan di tempat kerja diantaranya kurangnya perawatan terhadap
perlengkapan kerja, peralatan kerja dan perlengkapan kerja yang tidak tersedia ataupun tak layak
pakai Resiko kegagalan (risk of failures) akan selalu ada pada suatu aktifitas pekerjaan yang
disebabkan perencanaan yang kurang sempurna, pelaksanaan yang kurang cermat, maupun akibat
yang tidak disengaja. Salah satu resiko pekerjaan yang dapat terjadi adalah adanya kecelakaan
kerja. Kecelakaan kerja (work accident) akan mengakibatkan adanya efek kerugian (loss)
seberapapun jumlahnya. Oleh karena itu sedapat mungkin kecelakaan kerja harus dicegah, apabila
memungkinan dapat dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.
Angka kecelakaan kerja di indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini menjadi
salah satu fokus utama tentang keselamatan dan Kesehatan kerja di Indonesia. Data BPJS
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa sepanjang tahun pada 2020 tercatat 221.740 angka
kecelakaan kerja. Jumlahnya naik pada 2021 menjadi 234.370 kasus. Adapun pada akhir Agustus
2022, naik menjadi 239 ribu. Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengungkapkan
penerapan budaya K3 merupakan bagian integral pembangunan nasional untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing Indonesia. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bukan hanya
menimbulkan kerugian material maupun korban jiwa serta gangguan kesehatan bagi pekerja tetapi
dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh bahkan merusak lingkungan yang akhirnya
berdampak kepada masyarakat luas. Salah satu penyebab kecelakaan kerja tersebut adalah belum
optimalnya pengawasan dan pelaksanaan K3 serta perilaku K3 di tempat kerja. Karena itu, perlu
dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja secara maksimal. Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan menciptakan
terwujudnya pemeliharaan tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini akan
ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan
yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk
perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, maka tenaga kerja banyak yang menderita, angka
absensi di perusahaan meningkat, hasil produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin
membesar. Ini semua akan menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja maupun perusahaan yang
bersangkutan, karena mungkin tenaga kerja terpaksa berhenti bekerja sebab sakit sementara atau
cacat tetap yang diakibatkan oleh proses kerja yang tidak aman atau peralatan kerja yang salah
dalam pengoperasiannya.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Menurut Khamidinal (2009), keselamatan kerja adalah
upaya atau antisipasi untuk meminimalkan semua kemungkinan hal yang dapat menimbulkan
keadaan bahaya. Berdasarkan undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Pasal 3 menyatakan bahwa, keselamatan kerja memiliki tujuan untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan; mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; memberi pertolongan pada
kecelakaan; mencegah, mengurangi kebakaran; memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan
diri pada waktu kebakaran; mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; dan memberi alat-alat
pelindung diri pada para pekerja. Karena pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga
kerja, maka untuk mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja juga untuk melindungi tenaga kerja, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
tentang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 yang menyatakan “Setiap
pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : keselamatan dan kesehatan
kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama”. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”. Menurut Undang-
Undang RI No. 13 tahun 2003, menyatakan bahwa mempekerjakan tenaga kerja berarti wajib
memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental
maupun fisik tenaga kerja. Berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk melindungi pekerjanya
dari bahaya kecelaakan kerja. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu upaya untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009) Dalam UU tentang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003
pasal 87 ayat 1 menyatakan bahwa”Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan system manajemen
perusahaan”. Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) diatur dalam Permenaker RI. No. Per. 26/MEN/2014 pasal 2 ayat 1 dan
2 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang menyatakan
bahwa”Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem di
perusahaan, kewajiban berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit
100 orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi”.

Anda mungkin juga menyukai