Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL

GAMBARAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN TUBERCULOSIS DI

PUSKESMAS BILATO KAB. GORONTALO

TITON S. DUDA

2115007

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2021
GAMBARAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN TUBERCULOSIS DI

PUSKESMAS BILATO KAB.GORONTALO

Proposal

Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

TITON S.DUDA

2115007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN TINGKAT STRESS PADA PASIEN TUBERCULOSIS DI

PUSKESMAS BILATO KAB.GORONTALO

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Rasdin, S.Kep.Ns.,M.Kep. Halbina Famung Halmar, S.Kep., Ns.,M.Kep

Makassar, ……………. 2021

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang

Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat dan Karunianya, sehingga penyusunan

proposal dengan judul “Gambaran Tingkat Stress Pada Pasien Tuberculosis

Di Puskesmas Bilato Kab.Gorontalo” dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak mendapatkan hambatan

namun berkat bimbingan dari para dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan kesempatanya terhadap penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis bersyukur dan berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang teristimewa Ayahanda Alm.Syahmanur M.Duda dan ibunda Isnawati

Puluhulawa ,dengan segala kesabaran, pengorbanan, doa dan kasih sayangnya

untuk membesarkan dan mendidik penulis tanpa mengeluh dan bosan sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan baik. Untuk itu

dengan kerendahan hati, penulis pula mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE selaku Ketua Yayasan

Gema Insan Akademik Makassar.

2. Bapak Rasdin, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

iii
3. Ibu Eka Suprapti S.Kep.,Ns,.M,Kes. selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik

Makassar.

4. Bapak Rasdin S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku pembimbing I yang telah

banyak membimbing dan memberikan masukan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Halbina Famung Halmar S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku pembimbing

II yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Rasdin S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku penguji I yang telah

banyak membimbing dan memberikan masukan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak A. Anas Swadaya A., ST. selaku penguji II yang telah

banyak membimbing dan memberikan masukan kepada penulis

dalam menyelesaikan proposal ini.

8. Pengelola dan Seluruh Staf Dosen STIK GIA Makassar.

9. Kepada Bapak Kepala Sekolah dan Segenap Guru SMA Negeri 8

Makassar yang telah membantu dan memberikan kesempatan

kepada penulis untuk memperoleh data awal penelitian.

10. Teruntuk adik-adik saya di STIK GIA Makassar terkhusus Hardianto

Mukhsin dan Lisna K.Yonu atas dukungan moril dan materil yang

tiada henti-hentinya selama penyusunan proposal ini.

iv
11. Seluruh kader HPMIB Makassar khususnya kakanda Arpan Doe

S.kep dan Rivaldo Pratama Ismail Str.Kes yang selalu memberikan

motivasi demi kelancaran penyusunan proposal ini.

Semoga kebaikan yang diberikan kepada penulis dapat

bernilai pahala di sisi Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini,

penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya

membangun guna kesempurnaan penulisan dimasa mendatang.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi

bahan bacaan bagi perkembangan keperawatan. Amin.

Makassar, …………..2021

Penulis

Titon S.Duda

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..............................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................

D. Manfaat Penelitian ............................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................

A. Tinjauan Umum Tentang Tuberculosis..............................

B. Tinjauan Umum Tentang Tingkat Stres .............................

C. Kerangka Teori .................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................

A. Kerangka Konsep .............................................................

B. Definisi Operasional ..........................................................

C. Desain Penelitian ..............................................................

D. Populasi Dan Sampel ........................................................

E. Tempat Dan Waktu Penelititan ..........................................

F. Instrumen Penelitian .........................................................

G. Pengumpulan Data Penelitian ...........................................

vi
H. Pengolahan Data ..............................................................

I. Teknik Analisa Data .........................................................

J. Etika Penelitian .................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

LAMPIRAN............................................................................................

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...................................................................

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden ...............................

Lampiran 2 : Lembar Pernyataan Kesediaan ................................................

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner.....................................................................

Lampiran 4 : Time Schedule.........................................................................

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara global, sebagian besar kasus TB Paru pada tahun 2018

berada pada Wilayah Asia Tenggara (44%), Afrika (24%) dan Pasifik

Barat (18%), sedangkan persentase pada derah Mediterania Timur

(8%), Amerika (3%) dan Eropa (3%) Berdasarkan data WHO Global

Tuberculosis Report (2019). (robertina, 2020).

Prevalensi tuberkulosis di Indonesia juga sangat tinggi, dimana

kasus tuberkulosis di Indonesia termasuk dalam negara penyumbang

kasus tuberkulosis terbanyak ketiga sebesar 8% dari total keseluruhan

kasus di dunia (WHO, 2019). Langkah awal upaya penanganan

tuberkulosis dilakukan dengan menemukan kasus baru tuberkulosis

dan dilanjutkan dengan pengobatan secara rutin. Angka case

notification rate tuberkulosis di Indonesia terbanyak berada di Provinsi

DKI Jakarta (393/100.000 penduduk), Papua (355/100.000 penduduk)

dan Gorontalo (338/100.000 penduduk) (Kementrian Kesehatan RI,

2019). (Evi Supriatun & Uswatun, 2021).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Gorontalo, tercatat ada 970 penderita TB paru di Provinsi Gorontalo,

dan 3.279 dinyatakan sebagai suspect TB paru (Badan Pusat Statistik

Gorontalo, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Gorontalo dalam kurun waktu 3 tahun terakhir

1
yakni yang mengalami kejadian TB Paru di tahun 2016 dengan

Prevalensi sebesar 626 kasus, sedangkan pada tahun 2017

mengalami penurunan dengan jumlah 619 kasus. Sedangkan pada

tahun 2018 mengalami kenaikan dengan jumlah kasus sebesar 384

kasus oleh karena itu, untuk dapat melakukan intervensi untuk

pengobatan TB agar tidak dapat menular pada masyarakat lainnya.

(Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, 2018). (Pakaya et al., 2020)

Umumnya pasien tuberkulosis (TB) paru mengalami stres yang

termanifestasi baik secara fisik, psikologis, dan perilaku karena

kondisi yang dialaminya, seperti gejala-gejala penyakit akibat TB,

proses pengobatan yang lama dengan jumlah obat yang banyak,

gangguan aktivitas sehari-hari, stigma di masyarakat, dan ancaman

kematian. Stres yang tidak diatasi dengan baik dapat mengakibatkan

mudah marah, cemas, berpikir negatif, putus asa, dan rasa tidak

berdaya yang merupakan termasuk dari batasan karakteristik masalah

keperawatan dari ketidakberdayaan dan bahkan ada yang sampai

menyalahkan Tuhan, hal tersebut merupakan salah satu dari masalah

keperawatan berduka dalam fase denial. (Nihayati., 2019)

Penelitian Hartono (2015) menunjukkan prevalensi stress pada

pasien TB paru sebesar 90%, bervariasi dari tingkat sedang sampai

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan pasien TB paru tidak teratur

minum obat bahkan putus obat, sehingga nantinya akan memengaruhi

kualitas hidup. (robertina, 2020)

2
Mayoritas penderita tuberkulososi memiliki pengetahuan lemah,

status ekonomi lemah, dan bekerja sebagai petani dan nelayan. Hal

ini menyebabkan pengetahuan terkait penyakit rendah sehingga

resiko penularan tinggi. Selain itu, terjadinya kekambuhan dan putus

berobat di wilayah kerja Puskesmas Bilato disebabkan oleh

ketidaktahuan pasien mengenai penyakit tuberkulosis. Hal tersebut

mengakibatkan pasien tidak menjaga kondisi kesehatan sehingga

dapat mengalami kekambuhan. Selain itu penderita mengalami putus

berobat serta tidak rutin minum obat setiap hari dikarenakan terjadinya

efek samping dari konsumsi obat serta rasa jenuh harus meminum

obat setiap hari hal ini memicu penderita mengalami stress. oleh

karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

“Gambaran Tingkat Stress Pada Pasien Tuberkulosis di

Puskesmas Bilato Kab. Gorontalo’’.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat di

rumuskan adalah Bagaimanakah Gambaran tingkat Stress pada

pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Bilato Kab.Gorontalo?.

3
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran terkait tingkat Stress pada pasien

Tuberkulosis.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat stress berdasarkan

pekerjaan

b. Untuk mengetahui gambaran tingkat stress berdasarkan

status ekonomi

c. Untuk mengetahui gambaran tingkat stress berdasarkan

pendidikan

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan dapat

memberikan referensi mengenai gambaran tingkat stress pada

pasien Tuberkulosis.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

berikut:

a. Bagi intitusi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan

informasi bagi institusi terutama tentang pentingnya

4
pengetahuan dalam gambaran terkait tingkat stress pada pasien

Tuberkulosis.

b. Bagi institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai sebagai

sumber data untuk penelitian selanjutnya serta dapat di jadikan

bahan diskusi dalam proses belajar mengajar.

c. Bagi peneliti

Proses penelitian sebagai pengalaman belajar serta

menambah wawasan peneliti dan di harapkan hasil penelitian ini

dapat memberikan pengetahuan dan di jadikan sebagai acuan

bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian.

d. Bagi keluarga

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran bagi keluarga

terutama orang tua dalam menghadapi keluarga menderita

penyakit tersebut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tuberculosis

1. Pengertian Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat

beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M.

africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai

Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium

selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan

gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT

(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa

mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC

(KEMENKES, 2020)

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru-

paru. Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui percikan

dahak (tetesan kecil/droplet) penderita penyakit pernafasan aktif.

(WHO, 2017)

Penyebab Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium

Tuberculosis, yang merupakan bakteri tahan asam. Bakteri ini

biasanya masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara bernapas

ke paru-paru. Kemudian bakteri menyebar melalui sistem

6
peredaran darah, sistem limfatik, saluran pernafasan atau

langsung ke bagian tubuh lain, dari paru-paru ke bagian lain.

(Davies, 2020)

2. Patogenitas Tuberkolosis (TB)

Mycobacterium Tuberkulosis merupakan basil batang tipis

berukuran 0,4 × 3 µm. Pada medium artifisial, bentuk kokoid dan

filamen terlihat dengan bentuk yang beragam. Bakteri ini bersifat

aerob dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen

karbon sederhana (Mursalim, 2018).

Mycobacterium Tuberkulosis merupakan patogen intraseluler

yang memiliki kemampuan menginfeksi dalam jangka panjang.

Mycobacterium Tuberkulosis masuk melalui saluran pernafasan,

masuk ke dalam alveoli dan difagosit oleh makrofag dengan

membentuk fagosom. Mycobacterium Tuberkulosis selanjutnya

menahan fusi fagosom dengan lisosom. Fasogom selanjutnya

berfusi dengan membran vesikula intraseluler lain sehingga

mendapatkan akses nutrisi untuk replikasi sel (Mursalim, 2018).

Karakteristik histologis yang dapat diamati pada fase ini

adalah pembentukan sel raksasa multinukleat (multinucleated

gient cell) yang merupakan penggabungan makrofag, atau disebut

juga sel langhans. Sel makrofag yang terinfeksi dapat terbawa

aliran darah menuju nodus limfa, aliran darah dan jaringan lainnya

(Mursalim, 2018).

7
Replikasi intraseluler sell Mycobacterium Tuberkulosis

mengaktifkan sel Thelper dan sel Tsitotoksik. Produksi antibodi yang di

inisiasi oleh sel Thelper tidak efektif karena sel bakteri berada

dalam sel makrofag. Sel T selanjutnya memproduksi senyawa

interferon dan sitokin lain untuk mengaktivasi makrofag. Sel

makrofag yang teraktivasi dapat menelan membunuh sel bakteri.

Respon tersebut menyebabkan Mycobacterium Tuberkulosis dapat

dimusnahkan dengan tanpa menimbulkan kerusakan jaringan yang

berarti, jika jumlah sel bakteri yang menginfeksi sedikit. Jika jumlah

bakteri yang banyak, dan kondisi sistem imun rendah, dapat

menyebabkan nekrosis jaringan (Mursalim, 2018).

Eliminasi sel bakteri juga dipengaruhi oleh tempat infeksi. Jika

infeksi terjadi pada suatu daerah yang kecil, maka sel makrofag

dapat sangat mudah memusnahkan sel-sel bakteri. Namun, jika

infeksi terjadi pada daerah yang cukup luas dan menghasilkan

necrotic granuloma menyebabkan terjadinya enkapulasi oleh fibrin

yang dapat melindungi sel bakteri, kondisi ini dapat bertahan,

disebut bentuk dorman. Bentuk ini akan kembali aktif pada saat

terjadi penurunan sistem imun. Meskipun

Mycobacterium Tuberkulosis dapat menginfeksi organ-organ

lain, namun lebih banyak menginfeksi paru-paru. Pada 3-6 minggu

setelah infeksi, sistem imun baru diaktifkan, dan replikasi sel

bakteri berhenti. Sekitar 5% dari pasien yang terinfeksi akan

8
mengalami penyakit tuberkulosis dalam jangka waktu 2 tahun, dan

5-10% diantaranya baru mengalami sakit setelah 2 tahun

(Mursalim, 2018)

3. Klasifikasi Tuberkulosis (TB)

Berdasarkan pedoman penanggulangan Tuberkulosis yang

dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan (Kesehatan, 2018),

tuberkulosis diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Klasifikasi tuberkulosis berdasarkan organ tubuh yang

terserang:

1) Tuberkulosis adalah penyakit TB yang menyerang jaringan

paru-paru (parenkim). Tidak termasuk kelenjar hilus dan

pleura (lapisan paru-paru).

2) TB ekstra paru. TB yang menyerang organ tubuh lain tidak

hanya paru, dapat juga menyerang pleura, selaput otak,

selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,

persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, alat

reproduksi, dan lain-lain.

b. Klasifikasi berdasarka hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,

ialah pada TB Paru:

1) TB paru BTA positif

Minimal 2 dari 3 spesimen dahak SPS memberikan

hasil BTA positif, rontgen dada mengacu pada tuberkulosis,

dan 1 spesimen dahak SPS menunjukkan hasil BTA positif,

9
biakan bakteri TB positif dan Satu spesimen dahak SPS

menunjukkan hasil BTA positif, hasil positif spesimen dahak

setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan

sebelumnya menunjukkan hasil BTA negatif dan tidak

terdapat perubahan setelah pemberian antibiotika non OAT.

2) TB paru BTA negative

Hasil BTA negative setelah pemeriksaan 3 spesimen dahak

SPS, foto toraks yang tidak normal menunjukkan gambaran

TB, tidak ada perubahan pada pasien setelah meminum

antibiotik non-OAT, diagnosis oleh dokter untuk diberi

pengobatan.

c. Klasifikasi berdasar pada riwayat pengobatan sebelumnya

dipisahkan menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:

1) Baru

Merupakan penderita yang sudah pernah menelan OAT

kurang dari satu bulan (4 minggu), atau bahkan belum

sempat diobati dengan OAT

2) Kambuh (Relaps)

Merupkan penderita TB yang dinyatakan kembali positif

pada pemeriksaan mikroskopik BTA ataupun kultur setelah

menjalani pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh.

3) Pengobatan setelah putus berobat (Default)

10
Merupakan penderita yang sudah berobat dan putus

berobat 2 bulan ataupun lebih dengan BTA positif.

4) Gagal (Failure)

Merupakan pendrita yang hasil pemeriksaan dahaknya

tetap positif ataupun kembali positif pada bulan kelima

ataupun lebih selama pengobatan.

5) Pindahan (Transfer In)

Merupakan penderita yang dipindahkan dari fasilitas

pelayanan kesehatan yang mempunyai register TB lain

untuk melanjutkan pengobatannya.

4. Mekanisme Penularan Tuberkulosis (TB)

a. Sumber penularan

Sumber penularan dari penyakit Tuberkulosis yaitu pasien

TB yang mengandung Mycobacterium tuberkulosis dalam

dahaknya. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak, yang mengandung 0-3500 bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Pada saat yang sama, jika

pendrita bersin, ia dapat melepaskan sebanyak 4.500-

1.000.000 Mycobacterium tuberculosis. Saat batuk atau bersin,

penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk

droplet nuklei. Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup udara

yang mengandung percikan dahak yang menular.

b. Perjalanan Alamiah Tuberkulosis Pada Manusia

11
Perjalanan alami penyakit ini terdiri dari empat tahap.

Tahapan tersebut meliputi tahapan terpapar, infeksi, sakit dan

kematian. (Kemenkes RI, 2016)

5. Gejala Klinis Pasien Tuberkulosis (TB)

Keluhan penderita tuberkulosis beragam, bahkan tidak ada

keluhan sama sekali. Ketidaknyamanan dan indikasi utama yang

ditemukan pada pasien TB yaitu : Gejala utama pasien penderita

TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

Batuk bisa diiringi dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari

tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala

tersebut dapat ditemukan pada penyakit paru-paru selain

tuberkulosis, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker

paruparu, dll. Mengingat prevalensi tuberkulosis di Indonesia saat

ini masih tinggi, maka siapa pun yang mengunjungi institusi

kesehatan dengan tanda-tanda tersebut dianggap sebagai suspek

(suspek) pasien tuberkulosis, dan perlu dilakukan pemeriksaan

dahak mikroskopis secara langsung. (Kemenkes RI, 2009)

12
6. Diagnosis

Diagnosis Tuberkulosis ditetapkan berdasarkan pada indikasi,

hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan labotarorium

dan pemeriksaan penunjang lainnya.

a. Indikasi serta hasil anamnesis meliputi:

Indikasi yang diinformasikan oleh penderita, serta

wawancara rinci berdasarkan pada indikasi yang muncul pada

penderita. Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala dan indikasi

penyakit Tuberkulosis

b. Pemeriksaan Laboratorium:

1) Pemeriksaan Bakteriologi

2) Pemeriksaan uji kepekaan obat

3) Pemeriksaan Sserologis (Nusahi BS, 2018)

7. Pengobatan Tubekulosis (TB)

Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan

pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutus

mata rantai penularan, dan mencegah resistensi bakteri terhadap

OAT. Obat anti tuberkulosis (OAT) adalah bagian terpenting dari

pengobatan tuberkulosis. Pengobatan tuberkulosis merupakan

salah satu tindakan paling efektif untuk mencegah penyebaran

bakteri tuberkulosis lebih lanjut.

13
a. Tahap awal (Intensif)

Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap

hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian

besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan.

b. Tahap lanjutan

Pengobatan lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa

bakteri yang masih ada di dalam tubuh, terutama bakteri yang

persisten, sehingga penderita dapat pulih dan mencegah

kekambuhannya (KEMENKES, 2020).

B. Tinjaun Umum Tentang Stress

1. Pengertian Stres

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang

disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent

Cornelli, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Charles D.

Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal

yang mengenai seseorang misalnya objek dalam lingkungan atau

sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres

juga bias diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang

14
tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Doli

Tine Donsu, 2017).

Cofer dan Appley menyatakan bahwa stres adalah kondisi

organik seseorang pada saat ia menyadari bahwa keberadaan

atau integritas diri dalam keadaan bahaya, dan ia harus

meningkatkan seluruh energy untuk melindungi diri (Doli Tine

Donsu, 2017). Cranwell-Ward menyebutkan stres sebagai reaksi-

reaksi fisiologik dan psikologik yang terjadi jika orang mempersepsi

suatu ketidakseimbangan antara tingkat tuntutan yang dibebankan

kepadanya dan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan itu (Doli

Tine Donsu, 2017)

Anggota IKAPI menyatakan stres adalah reaksi non-spesifik

manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stressor).

Stres merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sanga individual,

sehingga suatu stres bagi seseorang belum tentu sama

tanggapannya bagi orang (Doli Tine Donsu, 2017). Stres adalah

segala sesuatu di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan

seorang individu untuk merespons atau melakukan tindakan

Menurut Hawari bahwa Hans Selve menyatakan stres adalah

respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan

beban atasnya (Doli Tine Donsu, 2017).

15
Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi

ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual

manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi keadaan fisik

manusia tersebut. Stres dapat dipandang dalam dua acara,

sebagaiu stres baik dan stres buruk (distres). Stres yang baik

disebut stres positif sedangkan stres yang buruk disebut stres

negatif. Stres buruk dibagi menjadi dua yaitu stres akut dan stres

kronis (Widyastuti Palupi, 2018). Menurut WHO stres adalah

reaksi/respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan

mental/beban kehhidupan (Priyoto, 2018)

2. Jenis-jenis Stres

Menurut Jenita Donsu (Doli Tine Donsu, 2017) secara umum

stres dibagi menjadi dua yaitu:

a. Stres akut

Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response.

Stres akut adalah respon tubuh terhadap ancaman tertentu,

tantangan atau ketakutan. Respons stres akut yang segera dan

intensif di beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.

b. Stres kronis

Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau

diatasi, dan efeknya lebih panjang dan lebih.

16
3. Dampak Stres

Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi

individu. Hal ini dapat memotivasi dan memberikan semangat

untuk menghadapi tantangan. Sedangkan stres pada level yang

tinggi dapat menyebabkan depresi, penyakit kardiovaskuler,

penurunan respon imun, dan kanker (Doli Tine Donsu, 2017)

4. Faktor–faktor yang Menyebabkan Stres

Wahjono, (Wahjono, 2021) menyatakan bahwa terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan stres antara lain :

a. Faktor Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan

struktur organisasi, ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat

stres di kalangan para karyawan dalam sebuah organisasi.

Bentuk_bentuk ketidakpastian lingkungan ini antara lain

ketidakpastian ekonomi berpengaruh terhadap seberapa besar

pendapatan yang diterima oleh karyawan maupun reward yang

diterima karyawan, ketidakpastian politik berpengaruh terhadap

keadaan dan kelancaran organisasi yang dijalankan,

ketidakpastian teknologi berpengaruh terhadap kemajuan suatu

organisasi dalam penggunaan teknologinya, dan ketidakpastian

keamanan berpengaruh terhadap posisi dan peran

organisasinya.

17
b. Faktor Individu

Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam

kehidupan pribadi individu. Faktor tersebut antara lain

persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik

kepribadian bawaan. Menurut Robbins (2006) Setiap individu

memiliki tingkat stres yang berbeda meskipun diasumsikan

berada dalam faktor-faktor pendorong stres yang sama.

Perbedaan individu dapat menentukan tingkat stress yang ada.

Secara teoritis faktor perbedaan individu ini dapat dimasukkan

sebagai variable intervening. Ada lima yang dapat menjadi

variabel atau indikator yang dapat digunakan dalam mengukur

kemampuan individu dalam menghadapi stres yaitu

pengalaman kerja merupakan pengalaman seorang individu

dalam suatu pekerjaan dan pendidikan yang ditekuninya,

dukungan sosial merupakan dukungan atau dorongan dari

dalam diri sendiri maupun orang lain untuk menghadapi

masalah-masalah yang dialaminya termasuk bagaimana

motivasi dari dalam diri individu maupun dari luar individu,

ruang (locus) kendali merupakan cara bagi seorang individu

mengendalikan diri untuk menghadapi masalah yang ada,

keefektifan dan tingkat kepribadian orang dalam menyingkapi

permusuhan dan kemarahan. (Yamazaki, 2020)

18
5. Tingkatan stres

Menurut (Susane, 2017) membagi tingkat stres dengan kejadian

sakit yang meliputi :

1) Stres ringan

Stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, biasanya

tidak merusak aspek fisiologis misalnya terlalu banyak tidur,

kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti ini

biasanya berakhir dalam bebarapa menit atau jam. Stressor ini

bukan risiko yang signifikan untuk timbulan gejala. Namun

demikian stressor ringan yang banyak dalam waktu singkat

dihadapi terus menerus dapat meningkatkan risiko penyakit. 

Gejala dari stres ringan adalah bibir kering, bernafas terengah-

engah, kesulitan menelan merasa lemas, goyah, berkeringat

belebihan saat temperature normal, takut tanpa alasan yang

jelas dan merasa sangat lega saat situasi berakhir, dengan

demikian adanya stressor ringan dalam jumlah banyak dalam

waktu singkat akan menyebabkan peningkatan risiko penyakit.

2) Stres sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa

hari, contoh perselisihan yang belum terselesaikan dengan

rekan kerja, beban kerja yang berlebihan, anak yang sakit,

mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga yang pergi

19
dalam waktu yang lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi

individu yang mempunyai faktor predisposisi. Stres sedang

dapat terjadi saat terdapat masalah perselisihan yang tak bisa

terselesaikan. Gejala yang timbul diantaranya mudah marah,

bereaksi berlebihan, sulit beristirahat, merasa cemas hingga

mengalami kelelahan.

3) Stres berat

Situasi kronik yang dapat terjadi dalam beberapa minggu

sampai beberapa tahun misalnya kesulitan finansial yang

berkepanjangan, perselisihan pernikahan terus menerus,

penyakit fisik yang jangka panjang. Makin sering dan makin

lama situasi stres makin tinggi risiko kesehatan yang

ditimbulkan.Stres ini dapat menimbulkan gejala tidak dapat

merasakan perasaan positif, tidak kuat melakukan kegiatan,

merasa pesimis secara berlebihan, sedih, tertekan dan sangat

mudah untuk putus asa. Pada prinsipnya adalah semakin lama

dan sering stressor menyebabkan stres maka semakin tinggi

risiko stres yang ditimbulkan dan ketika terdapat risiko stres

yang tinggi maka akan menyebabkan penurunan energi dan

respon adaptif.

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Tahap penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (baik variable yang diteliti maupun yang

tidak diteliti (Nursalam, 2017)

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan

pustaka, maka dapat dirangkumkan kerangka konsep meneliti dalam

bentuk sebuah konsep seperti yang terlihat dibawah ini :

Tingkat stress :
1. Stress Ringan
2. Stress Sedang Tuberculosis
3. Stress Berat

Bagan 3.1: Gambaran tingkat stress pada pasien tuberculosis

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

21
B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengertian sebuah variable dalam

istilah yang bisa diamati, bisa diuji, atau bisa dijadikan angka

(Djiwandono 2016)

NO VARIABEL DEFINISI KRITERIA Alat SKALA

OPERASIONAL OBYEKTIF Ukur


Normal : 0
1. Tingkat stress Stres adalah masalah Stres ringan : 1-14 Lembar Ordinal
Stres sedang : 15-26
pada pasien psikologis yang kuesioner
Stres berat : > 26
merupakan salah satu
tuberculosis
dampak yang dapat

dialami oleh pasien

TBC dimana hal

tersebut diakibatkan

respon stimulus

terhadap tekanan

penyakit yang diderita.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (cross sectional)

dengan pendekatan survei analitik, dimana penelitian ini yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat stress pada

pasien tuberculosis di puskesmas bilato kab. Gorontalo.

22
D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas :

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Wijaya , 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah tingkat stress pada pasien tuberculosis.

Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 100 orang.

2. Sampel

Tehnik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non probability sampling dengan cara pengambilan sampel yaitu

accidental sampling yakni sampel atau responden diambil yang

kebetulan ada atau tersedia dan batas ketelitian yang diinginkan

dalam penelitiani ini yaitu (0,05).

Untuk menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan

rumus slovin sebagai berikut :

N
n=
1+N(e)2
Keterangan : n = Jumlah Sampel

N = Populasi

1 = Ketentuan

23
e2 = Tingkat Signifikan ( 0,05)

Jadi besar sampel untuk n adalah:

n= 100

1+100(0,05)²

n= 100

1+100 (0,0025)

n= 100

1.25

n = 80 sampel

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di puskesmas bilato

kab.gorontalo

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus

2021.

F. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan

tertulis kepada responden untuk dijawab sesuai dengan kondisi yang

dirasakan.

24
Kuesioner yang digunakan untuk menilai tingkat stres pada

sampel penelitian adalah perceived stress scale (PSS-10). Perceived

stress scaletelah dinyatakan valid dan reliabel dengan nilai koefisien

cronbach alpha sebesar 0,85, (Cohen et al., 1983). Pada penelitian

(Afdila, 2016) reliabilitas koefisiencronbach alpha untuk masing-masing

sampel adalah 0,84, 0,85, dan 0,86 dengan tingkat signifikansi 0,05.

Kuesioner ini terdapat 10 item pertanyaan dengan menggunakan skala

likert terdiri dari 5 jawaban. Didalam kuesioner ini terdapat 6 pertanyaan

yang bersifat negatif (1,2,3,6,9,&10) dan 4 pertanyaan positif (4,5,7,&

8). Pada pertanyaan positif, jika jawabannya tidak pernah maka diberi

skor 4, jawaban hampir tidak pernah diberi skor 3, jawaban kadang-

kadang diberi skor 2, jawaban cukup sering diberi skor 1,dan untuk

jawaban sangat sering diberi skor 0. Sebaliknya pada pertanyaan

negative jika jawabannya tidak pernah maka skornya 0, jawaban hampir

tidak pernah diberi skor 1, jawaban kadang-kadang diberi skor 2,

jawaban cukup sering diberi skor 3, dan untuk jawaban sangat sering

diberi skor 4. Interpretasi pengukuran PSS-10 dengan skor minimal

adalah 0 dan skor maksimal adalah 40, dari skor tersebut dikategorikan

menjadi: skor 1-14: stres ringan, skor 15-26: stres sedang, skor >26:

stres berat.

25
G. Pengumpulan Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengisian

kuesioner terhadap responden dengan menggunakan kuesioner

yang telah tersedia dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Sebelum kuesioner diserahkan kepada responden, peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian.

2) Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka

responden diminta kesediaanya untuk mengisi kuesioner.

3) Jika responden dinyatakan telah bersedia, maka kuesioner

diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih

dahulu atau tentang cara pengisisan kuesioner atau peneliti

yang mewawancarai responden berdasarkan pertanyaan

pada kuesioner.

4) Setelah semua data diperoleh,selanjutnya dikumpulkan dan

dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini

puskesmas bilato kab.gorontalo dan penunjang lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

26
H. Pengolahan Data

1. Editing

Data diperiksa dengan memastikan dengan jumlah kuesioner

yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang

ditentukan dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam

kuesioner sudah terjawab dengan lengkap dan jelas. Relevasi dan

konsistensi jawaban diperiksa dengan cara melihat apakah ada

data yang bertantangan dengan data yang lain.

2. Koding

Kegiatan memberikan kode kepada setiap data yang

terkumpul disetiap instrument penelitian. Kegiatan ini bertujuan

untuk memudahkan dalam menganalisis dan menafsirkan data.

3. Tabulating

Tabulating dilakukan dengan cara dimana data yang telah

terkumpul disusun dalam bentuk tabel kemudian dianalisa serta

disatukan berupa laporan hasil penelitian.

I. Teknik Analisa data

Analisa yang dipakai adalah analisis univariat yang dilakukan untuk

manganalisis variabel yang ada secara deskriptif. frekuensi responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku

dan lain-lain dengan menggunakan Windows 10 dan IBM SPSS

statistics 22.

27
J. Etika Penelitian

1. Informend consent / lembar persetuan

Informend consent merupakan bentuk persetuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

responden mengerti maksud dan tujuan peneliti (Prayogi, 2017).

Ketika telah mendapatkan klien atau sampel yang memenuhi

sarat terlebih dahulu peneliti menjelaskan kepada responden apa

tujuan penelitian sampai pada manfaat dilakukan penelitian ini

bagi pasien tuberculosis.

2. Anonymity / kerahasiaan identitas

Masalah etik keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lemar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lemar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Prayogi, 2017).

Pada bagian ini peneliti menjelaskan atau memberitahu

kepada responden bahwa ketika mengisi nama tidak usah

memakai nama responden melaikan memakai inisial responden

agar kerahasiaan ini terjaga.

28
3. Confidentiality / kerahasian informasi

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian

(Prayogi, 2017). Peneliti menjelaskan kepada presponden bahwa

dalam penelitian ini kerahasiaan responden akan selalu dijaga

oleh peneliti baik yang bersifat umum maupun yang bersifat

pribadi.

29
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yang Terhormat


Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Di,-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Titon S.Duda
NIM : 2115007
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar,
yang mengadakan penelitian tentang : “Gambaran Tingkat Stress
Pada Pasien Tuberculosis Di Puskesmas Bilato
Kab.Gorontalo”
Kegiatan yang diharapkan dari bapak/ibu/saudara/saudari
adalah mengisi lembar observasi yang diberikan oleh peneliti dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sesuai petunjuk yang ada.
Jawaban yang bapak/ibu/saudara/saudari akan saya jaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
saja.
Apabila bapak/ibu/saudara/saudari bersedia, mohon tanda
tangani lembar persetujuan ini. Demikian atas perhatian dan
kesediaan bapak/ibu/saudara/saudari diucapkan terima kasih.

Makassar, 2021

Peneliti

30
(TitonS.Duda)
Lampiran 2

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI

RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur/tanggal Lahir :

Alamat :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden dalam

penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Stress Pada Pasien

Tuberculosis Di Puskesmas Bilato Kab.Gorontalo” yang akan

dilakukan oleh Titon S.Duda (2115007) Mahasiswi Program Studi

Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan

Akademik Makassar.

Saya telah dijelaskan bahwa jawaban kuesioner ini hanya

digunakan sebagai keperluan penelitian dan saya secara suka rela

bersedia menjadi responden penelitian ini. Demikian surat

pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat digunakan

seperlunya.

Makassar,..................2021

Responden

31
Lampiran 3

Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS)

By : Sheldon Cohen

Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Tingkat Pekerjaan :

Status Ekonomi :

Pendidikan :

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pertanyaan yang mungkin sesuai

dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi

hidup sehari-hari. Terdapat lima pilihan jawaban yang disediakan untuk

setiap pertanyaan yaitu :

0 : tidak pernah

1 : hampir tidak pernah

2 : kadang-kadang

3 : cukup sering

4 : sangat sering

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab

dengan cara memberi tanda () pada salah satu kolom yang paling

32
sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara. Tidak ada

jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan

keadaan diri Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu

berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pemikiran

Bapak/Ibu/Saudara.

hampir
tidak kadang- cukup sangat
No. Pertanyaan tidak
pernah kadang sering sering
pernah
Serapa sering Anda merasa
1. terganggu mengenai sesuatu yang
terjadi tanpa terduga?
Seberapa sering Anda merasa bahwa
2. tidak dapat mengendalikan hal-hal
penting dalam kehidupan Anda?
Seberapa sering Anda merasa gelisah
3.
dan tegang?
Seberapa sering Anda merasa yakin
mengenai kemampuan Anda dalam
4.
menangani masalah-masalah pribadi
Anda?
Seberapa sering Anda merasa bahwa
5. segalanya berjalan mengikut
kehendak Anda?
Seberapa sering Anda menemukan
6. bahwa Anda tidak dapat mengatasi
segala hal yang harus Anda lakukan?
Seberapa sering Anda mampu
7. mengontrol gangguan dalam
kehidupan Anda?
Seberapa sering Anda merasa
8. senang dalam segala hal yang Anda
lakukan?
9. Serapa sering Anda merasa marah
Karena hal-hal yang berada diluar

33
pengawasan Anda?
Seberapa sering Anda merasa
10. kesulitan yang menumpuk sehingga
Anda tidak dapat mengatasinya?

Sumber : (Afdila, 2016)

34
DAFTAR PUSTA

Afdila, J. N. (2016). Pengaruh terapi Guided Imagery Terhadap Tingkat


Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyelesai Skripsi.

Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, R. (1983). A global measure of


perceived stress. Journal of Health and Social Behavior, 24(4), 385–
396. https://doi.org/10.2307/2136404

Davies. (2020). Implementasi Advokasi, Komunikasi Dan Mobilisasi Sosial


(Akms) Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Tb Paru. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health Sciences), 9(2),
71–78.

Doli Tine Donsu, J. (2017). Psikologi Keperawatan. Pustaka Baru, 53(9),


1689–1699.

Evi Supriatun & Uswatun. (2021). Intervensi health Coaching Dalam


Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Penularan
Tuberkulosis. 4, 6.

KEMENKES. (2020). Implementasi kebijakan penangulangan tuberkulosis


(tb) di dinas kesehatan kabupaten ogan komering ilir.

Kesehatan, K. (2018). Kajian Standar Pelayanan Minimal Penyakit


Tuberkulosis Terkait Indikator Millenium Development Goals (Review
The Tuberculosis Minimum Health Service Standard Associated To
Indicators Of Millinium Development Goals). Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 15(April 2017), 259–270.

Mursalim. (2018). Bakteriologi Klinik. Jurusan Analis Kesehatan Politknik


Kesehatan Kemenkes Makassar.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba


Medika.

Pakaya, R., Ramadhani, F., Badu, F. D., & Fatimah, N. (2020). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di
Puskesmas Limboto dalam menghadapi penyakit TB paru. 6(1), 1–13.

Prayogi, N. K. (2017). Etika Profesi dan Hukum Keperawatan.

Priyoto. (2018). STRES DALAM SENI LUKIS EKSPRESIONIS. Biomass


Chem Eng, 3(2).
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/1268/

35
1127%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v310
3/pdf/3103009.pdf%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.php?
script=sci_arttext&pid=S0121-75772018000200067&lng=en&tlng=en

Robertina. (2020). Hubungan Dukungan Keluaraga Dengan kualitas Hidup


Penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) Di Wilayah Kerja Puskesmas
OESAPA Kota Kupang. 21(1), 1–9.

Susane, I. M. A. (2017). “Hubungan Tingkat Stres Terhadap Motivasi


Mahasiswa Dalam Menyelesai Skripsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”.Jurnal Kedokteran.
Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung,.

Wahjono, S. I. (2021). GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


STRESS AKADEMIK DI SMA NEGERI 1 TUHEMBERUA
KECAMATAN TUHEMBERUA KABUPATEN NIAS UTARA. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 6.
http://dspace.ucuenca.edu.ec/bitstream/123456789/35612/1/Trabajo
de Titulacion.pdf%0Ahttps://educacion.gob.ec/wp-
content/uploads/downloads/2019/01/GUIA-METODOLOGICA-EF.pdf

WHO. (2017). Proceeding Book The 4 th International Confrence On


Health Science 2017 “ The Optimalization of Adolescent Health in The
Era of SDGs ” "THE EFFECTIVENESS OF NIPPLE STIMULATION
BY PROVIDING SUPPLEMENTARY FOOD TO SUCCESFULL
BREASTFEEDING BACK (RELACTATION). Proceeding Book, 3, 35–
42.

Widyastuti Palupi. (2018). Strees Management. EGC.

Yamazaki, M. (2020). Administration of antituberculous drugs to subjects


with basic diseases. 2. Clinical studies of INH and RFP therapy on
tuberculous patients with liver diseases. In Kekkaku (Vol. 62, Issue
12).

36

Anda mungkin juga menyukai