Anda di halaman 1dari 18

KONSEP TEORI

OKSIGENASI

A. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh ( syaifuddin, 2007 ) . proses
penghisapan udara itu disebut respirasi dan proses menghembuskan udara disebut
ekspirasi ( suciati, 2014 ). Seseorang pasien dikatakan mengalami gangguan oksigenasi
jika klien mengalami gangguan yang terjadi dalam proses ekpirasi dalam kaitannya
dengan ventilasi pulmoner, difusi gas dan transportasi gas.

B. Tujuan Oksigenasi
Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil
O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah
guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali
diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi
bagi tubuh ( mubarak, 2008 )

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi oksigenasi


1. Faktor fisiologis
a) Menurunya kapasitas oksigen seperti pada anemia
b) Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada obstruksi
sluran napas bagian atas
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurunmengaibatkan transport oksigen
terganggu
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka
dan lain – lain

1
e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, moskuloskeletal yang abnormal seperti penyakit kronis
seperti TB ( wartonah, 2011 )
2. Faktor perkembangan
a) Bayi prematur : yang disebakan kurangnya pembentukan sulfaktan
b) Bayi dan todller : adanya infeksi saluran pernapasan akut
c) Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas dan
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru
e) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun dan ekpansi paru menurun ( wartonah,
2011 )
3. Faktor perilaku
a. Nutrisi, misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekpansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi
lemak menimbulkan arteroslerosis
b. Latihan, dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
c. Merokok, nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
d. Penyalahgunanan substansi ( alkohol dan obat – obatan ) menyebabkan intake
nutrisi Fe menurun mengakibtkan penurunan hemoglobin depresi pusat
pernapasan
e. Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat
4. Faktor Lingkungan Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi udara
dapat memengaruhi proses oksigenasi.
a. Suhu.
Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau
kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di

2
dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen.
c. Polusi.
Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit kepala, pusing,
batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik abses atau bedak tabur beresiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

D. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh


Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipaka sebagai
manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia dan gagal napas.
Status oksgenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan Analisa Gas Darah ( AGD )
dan oksimetri.
1) Hipoksemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri atau saturasi oksigen arteri dibawah normal ( normal
85 – 100 mmHg ). Keadaan disbebakan oleh gangguan ventilasi perfusi, difusi,
pirau ( shunt ) atau berada pada tempat yang kurang oksigen. Tanda dan gejala
hipoksemia yaitu sesak napas, frekunsi napas 35x / menit, nadi cepat dan dangkat
serta sianosis
2) Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemeenuhan kebutuhan oksigen seluler atau difesisensi oksigen yang diibspirasi
atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
terjafi setelah 4 – 6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia
adalah :
a) Menurunnya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi oksigen
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
d) Menurunya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada
pneumonia]

3
e) Menurunya perfusi jaringan sepertii pada syok
f) Kerusakan atau gangguan ventilasi
Tanda – tanda hipoksia diantarnya kelelahan, kecemasan, menurunya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, serrta clubbing finger.
3) Gagal napas
Merupakan keadaan dimana tejadi kegegalan tubuh dalam memenuhi kebutuhan
oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga
terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen dan ditandai adanya
peningkatan karbondioksida dan penurunan oksigen dalam darah secara signifkan.
Gagal napa dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol
sistem pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan
metabolisme, kelemahan otot pernapsan dan obstruksi jalan napas.
4) Perubahan pola napas
Keadaan normal frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 18 – 22x / mnt
dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan
normal disebut eupnea. Perubahan pola napsas dapat berupa
a) Dispneu, yaitu kesulitan bernapas
b) Apneu, yaitu tidak bernapas atau berhenti bernapas
c) Takipneu, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal
d) Bradipneu, yaitu pernapasan lebih lambat
e) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekpirasi dan inspirasi sama
f) Cheyne – stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian
berangsur – angsur dangkal dan diikuti periode apneu yang berulang
secara teratur
g) Biot adalah pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnea
dengan perode yang tidak teraur

E. Macam – Macam pemenuhan kebutuhan oksigenasi


1. Inhalasi oksigen
a. Lewat kanul , masker wajah

4
1) Pengertian
Memberikan oksigen pada klien yang membutuhkan
2) Tujuan
a) Kanul
Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat
kebutuhan oksigen minimal dan untuk memberikan oksigen yang tidak
terputus saat klien makan atau minum
b) Masker wajah
Untuk memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang konsentrasi
dan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul
3) Persiapan alat
a) Kanul
1. tabung oksigen dan flow meter
2. humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang sesuai
dengan autran RS
3. Nasal kanul dan selang
4. Kassa jika diperlukan
b) Masker wajah
1. Tabung oksigen dengan flow meter
2. Humidifier dengan cairan
3. Masker wajah dengan ukuran yang sesuai
4. Karet pengikat

4) Prosedur pelaksanaan
Kaji kebutuhan oksigen dengan verifikasi ( periksa kembali ) perintah
pengobatan, atur peralatan oksign dengan humidifier, putar oksigen sesuai terapi
dan pastikan aat dapat berfungsi dan pasang alat pemberian oksigen yang sesuai
a) Kanul
1. Letakan kanul pada wajah klien dengan lubang kanul masuk ke
hidungdan elastik band melingkar ke kepala, beberapa model lain
elatik band ditarik kebwah dagu

5
2. Jika kanul ingin tetap berada di tempatnya , plester pada bagian wajah
3. Alasi selang dengan kasa pada elastik band pada telinga dan tulang
pipi jika dibutuhkan
b) Masker wajah
1. Tempatkan masker ke arah wajah pasien dan letakkan dari hidung ke
bawah
2. Atur masker sesuai dengan bentuk wajah. Masker harus menutup
wajah, sehingga sangat sedikit oksigen yang keluar leat mata atau
sekitar pipi dan dagu
3. Ikatkan elastik band melingkar pada kepala sehingga masker terasa
nyaman
4. Alasi band dibelakang telinga dan diatas tulang yang menonjol.
2. Inhalasi uap
a) Pengertian
Inhalasi uap dengan obat atau tanpa obat adalah menghirup uap dengan
atau tanpa obat melalui saluran pernapasan bagian atas.
b) Tujuan
Sekret mmenjadi lebih encer, pernapasan menjadi lebih lega, selaput
lendir pada saluran napas menjadi lembab dan mengobati peradangan pada
saluran pernapsan bagian atas.

c) Persiapan alat
1) Baskom berisi air mndidih
2) Obat bila diperlukan, misalnya mentol, vick, dll
3) Handuk 2 buah
4) Bengkok
5) Peniti
6) Paselin dengan sudip lidah
7) Kain kassa beberapa potong
8) Kain pengalas untuk baskom air panas
d) Prosedur

6
1) Memberitahu mengenai tujuan dan menjelaskan prosedur kepada klien
2) Memasang sampiran
3) Membawa alat – alat ke dekat klien
4) Mencuci tangan
5) Mengatur posisi klien duduk dengan kaki menjuntai di sisi tempat
tidur / meminta klien duduk di atas kursi
6) Menempatkan meja di depan klien
7) Mengolesi vaselin disekitar mulut dan hidung klien
8) Memasang handuk pada dada klien, kemudian penitikan ke punggung
9) Meletakan baskom berisi air panas diatas meja klien yang sudah diberi
pengalas
10) Memasukan obat kedalam baskom
11) Menutup baskom dengan handuk sedemikian rupa sehingga
menyerupai corong, kemudian mulut dan hidung klien dihadapkan ke
baskom dan diminta untu menghirup uap air dari baskom tersebut
selama kurang lebih 10 – 15 menit
12) Setelah selesai bersihkan mulut dan hidung dengan kertas tisu
13) Merapikan pasien
14) Membereskan alat – alat
15) Mencuci tangan

3. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada yaitu suatu rangkaia tindakan keperawatan yang terdiri dari perkusi,
vibrasi dan postural drainage
a) Perkusi
1) Pengertian
Perkusi atau kadang disebut clapping adalah pukulan kuat pada kulit
dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
2) Tujuan

7
Secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding
bronkus
3) Peralatan
Handuk dan peniti
4) Prosedur
a. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau
pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan
b. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi
c. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
d. Secara bergantian dilakukan fleksi dan ektensi pergelangan tangan
secara cepat untuk menepuk dada
e. Perkusi pada tiap bagian segmen paru selama 1 – 2 menit
f. Perkusi ridak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang
mudah terjadi injury seperti mamae, sternum , columa, spinalis dari
ginjal.
b) Vibrasi
1) Pengertian
Vibrasi adalah getaran kuat scara serial yang dihasilkan yang
ddihasilkan oleh tangan yang diletakkan datar pada dada klien
2) Tujuan
Vibrasi digunakan setlah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara
ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan secara
bergantian dengan perkusi.
3) Prosedur
a. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah, di area
dada yang akan didrainage, satu tangan di atas tangan yang lain
dengan jari – jari menepel bersama dan ektensi. Cara yang lain,
tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
b. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat lewat
hidung atau pursed lips

8
c. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan
dan gunakan hampir semua tumit tangan, getarkan ( kejutkan )
tangan, gerakan ke arah bawah. Hentikn getaran jika klien
inspirasi.
d. Vibrasi selama 5 kali ekpirasi pada segmen paru yang terserang
e. Setelah tiap kali vibrasi , anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret
ke dalam tempat sputum.
c) Postural drainage
Postural drainage bertujuan membantu mengalirkan sekret dengan efektif dari
paru – paru ke saluran pernapasan utama sehingga dapat dikeluarkan dengan
batuk efektif atau suction ( saputra, 2013 )
1) Alat dan bahan
a. Bantal – bantal untuk mengatur posisi
b. Tempat sputum, tisu dan obat kumur
2) Prosedur
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan kepada pasien
c. Atur posisi pasien sesuai dengan segmen paru atau bronkus
yang terisi sekret
1. Mengeluarkan sekret dari segmen apeks paru : atur
posisi psien sehingga membentuk posisi semi – fowler
dengan kemiringan 30 0. Lakukan perkusi dan vibrasi
pada area klavikula diatas skapula ( bahu ).
2. Mengeluarkan sekret dari segmen posterior : atur posisi
pasien sehingga pasien dalam keadaan duduk dengan
kepala agak menunduk kemudian lakukan perkusi pada
derah bahu.
3. Mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus atas :
atur posisi pasien sehingga pasien terlentang. Letakkan
bantal dibawah bokong pasien dan posisikan kaki
pasien fleksi

9
4. Mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial
paru : atur posisi pasien sehingga pasien terlentang
dengan kaki tempat tidur dimiringkan 150. Pada pria,
lakukan perkusi dan vibrasi pada daerah dada kanan
( sebatas puting ) antara iga IV dan VI. Pada wanita,
tempatkan pangkal tangan di aksila tangan di aksila dan
jari – jari dibawah mamae.
5. Mengeluarkan sekret pada segmen basal lateral : atur
agar posisi pasien miring dengan kaki tempat tidur
ditinggikan dengan sudut 30 – 40 derajat. Lakukan
perkusi dan vbrasi pada area paling atas dari rusuk
terbawah
6. Mengeluarkan cairan atau sekret dari segmeen basal
posterior : atur agar posisi pasien tengkurap dan
tinggikan kaki tempat tidur sebesar 45 cm. Ganjal
bagian pinggul dengan menggunakan bantal. Lakukan
perkusi dan vibrasi pada segmen atas rusuk terbawah di
kedua sisinya.
7. Mengeluarkan cairan dari segmen basal anterior :
0.
tinggikan posisikan tempat tidur pada sudut 30 – 40
Mirigkan tubuh pasien pada posisi yang sehat, lengan
bagian atas dapat dinaikkan dan diletakkan di atas
kepala, dan diantara kaki dapat diletakkan bantal.
8. Mengeluarkan cairan pada segmen superior paru : atur
agar posisi pasien tengkurap tempatkan dua uah bantal
dibawah panggul. Lakukan perkusi dan vibrasi di
daerah tengah punggung, dibwah skapula di sisi
vetebra.
d. Observasi tanda vital selama prosedur
e. Catat respon yang terjadi
f. Cuci tangan

10
4. Nafas dalam dan batuk efektif
a) Nafas dalam
1) Pengertian
Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri dari pernapasan
abdominal ( diafragma ) dan purse lip breathing
2) Tujuan
Pernapsan abdominal atau diafragma memungkinkan nafas dalam
secara penuh dengan sedikit usaha. Purse lip breathing membantu
klien mengontrol pernapsan yang berlebihan.
3) Indikasi
Pestriksi ekspansi dada, misalnya pada pasien dengan COPD ( asma
atau bronkitis ) atau klien pada pembedahan toraks.
4) Prosedur
a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi setengah
duduk di tempat tidur atau di kursi atau dengan lying position
( posisi berbaring ) di tempat tidur dengan satu bantal.
b. Fleksikan lutut pasien untuk merelaksasikan otot abdomen
c. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat diabwah
tulang iga
d. Tarik nafas dalam melalui hidung, juga mulut tetap tertutup.
Htung sampai 3 selama inspirasi
e. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh
mungkin, teetap dlam kondisi relaks dan cegah lengkung pada
punggung. Jika ada kesulitan menaikan abdomen ambil nafas
secara cepat, nafas kuat leawat hidung
f. Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup daan
ekspirasi secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara
hemusan tanpa mengembungkan dari pipi

11
g. Konsentrasi dan rasakan turunya abdomen dan kontraksi dari
otot abdomen ketika ekpirasi. Hitung sampai 7 selama
ekspirasi.
h. Gunakan latihan ini setiap kali meraskan nafas pndek dan
tingkatkan secara bertahap selama 5 – 10 menit., 4 kali dalam
sehar. Latihan teratur akan membantu pernafasan tanpa usaha..
latihan ini dapat dilakukan ada posis dukuk tegap, berdiri dan
berjalan.

5. Batuk efektif
a) Pengertian
Batuk efektif adalah latihan batuk untuk mngeluarkan sekret
b) Peralatan
1) Sputum pot
2) Lisol 2 – 3 %
3) Handuk pengalas
4) Peniti
5) Bantal jika diperlukan
6) Tissue
7) Bengkok
c) Prosedur
1) Setelah menggunakan pengobatan bronkodilator ( jika diresepkan ),
tarik nafaas dalam lewat hidung dan tahan nafas untuk beberapa detik
2) Batukan 2 kali, batuk pertama untuk melepaskan mukus dan batuk
kedua untuk mengeluarkan sekret. Bila pasien merassa nyeri dada,
pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada
sputum pot yang berisi lisol
3) Untuk batuk menghembus, sedikit maju ke depan dan ekspirasi kuat
dengan suara “ hembusan “. Teknik ini menajga jalan nafas terbuka
ketika sekresi bergerak ke atas dan keluar dari paru

12
4) Inspirasi dengan nafas pedek cepat secara bergantian (menghirup )
untuk mencegah mukus bergerak kembali ke jalan nafas yang sempit
5) Istirahat
6) Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan fatique ( kelelahan ) dan hyposia ( suciati, 2014 )

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data mengenai: biodata klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat pekerjaan dan kebiasaan, riwayat psikososial, dan pemeriksaan fisik.
a) Biodata pasien (umur,, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien.
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondisi klien saat ini. Keluhan utama yang biasanya
muncul pada klien gangguan kebutuhan ksigen dan karbondioksida antara lain:
batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, mengi dan chest pain.
c) Riwayat kesehatan saat ini
Pengkajian system pernafasan dimulai dengan perawat menanyakan tentang
perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan dan
dilakukanya pengkajian saat itu. Misalnya: sejak kapan keluhan dirasakan, berapa
lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya

13
keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan
ini terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan
timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan tersebut terjadi, keadaan apa yang
memperberat atau memperingan keluhan, adakan usaha mengatasi keluhan ini
sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut, dan
sebagainya.
Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada klien sedetail-detailnya, dan
semuanya diterangkan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umumnya, beberapa
hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah timbulnya (durasi), lokasi
penjalarannya terutama untuk nyeri: sifat keluhan, berat ringannya, mulai
timbulnya, faktor-faktor yang meringankan atau memperberat dan gejala yang
menyertainya.
d) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan
klien dan anggota keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi
pernapasan, karena kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah
baru.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian dalam gangguan pernapasan sangat penting untuk mendukung keluhan
dari penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang memberikan predisposisi
keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk lama, batuk darah dari generasi
terdahulu. Adanya penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis dapat
memperberat keluhan penderita.
f) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. Kebiasan sosial:
menanyakan pasien kebiasaan dalam pola hidup, misalnya: minum alkohol atau
obat tertentu. Kebiasaan merokok: menanyakan kebiasaan merokok terkait sudah
berapa lam, berapa batang perhari, jenis rokok yang dikonsumsi (filter, kretek).
Situasi kerja: menanyakan apakah pekerjaan penuh dengan stress, bagaimana
menangani stress, apa dampak stress bagi kesehatannya, apakah lingkungannya

14
juga penuh dengan polusi udara, allergen yang berdampak dalam masalah
kesehatannya, penting juga untuk didentifikasikan.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini dilakukan dimulai dari ujung kepala sampai ujung kaki (Head to
Toe) dengan cara/teknik inspeksi, palpasi, perkusi maupun auskultasi.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah adanya gangguan pada daerah-
daerah tertentu yang bisa kita pantau.
a. Inspeksi
Lakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan umum klien dan nilai
tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan,
sesak nafas, batuk, penilaian produksi sputum, dan lainnya. Penilaian
bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh kelainan yang
terjadi pada klien. Bentuk dada normal pada orang dewasa adalah
diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral
adalah 1:2. Jenis-jenis kelainan pada bentuk dada meliputi barrel chest,
funnel chest, pigeon chest, kifoskoliosis. Observasi kesimetrisan
pergerakan dada, gangguan pergerakan dada atau tidak adekuatnya
ekspansi dada mengindikasikan penyakit paru atau pleura (Muttaqin,
2010).

b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada dan mengetahui abnormalitas pada dinding thoraks
seperti adanya nyeri tekan, massa, bengkak,
mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/ tactil
premitus (vibrasi) pada dinding dada (Somantri, 2008).

c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya
terisi oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga

15
menggunakan perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur
tertentu di dalam thoraks (contoh diafragma, jantung, hepar dan lain-
lain). Suara perkusi paru normal adalah resonan atau sonor (Muttaqin,
2010).

d. Auskultasi
Pengkajian auskultasi berguna untuk mendengarkan suara nafas
normal dan suara tambahan (abnormal). Suara nafas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli dan
bersifat bersih. Jenis suara nafas normal yaitu bronkhial,
bronkovesikular, dan vesikular sedangkan jenis suara tambahan yaitu
wheezing, mengi, ronchi, pleural friction rub, dan krekels (Somantri,
2008).

h) Pemeriksaan diagnostic
1)Pemeriksaan Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium, HB, Leukosit, dll. Dilakukan secara
rutin juga pemeriksaan sputum guna melihat kuman dengan cara
mikroskopis.
2)Ronsen dada

2) Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
b. Ketidakefektifan pola pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas

3) Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah
perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama

16
perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya,
perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur
yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang
kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Potter & Perry, 2005).

17
DAFTAR PUSTAKA

Mubaraq, wahit iqbal. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Gresik: EGC

Suciati, kartika. 2014. Ilmu Keperawatan Dasar. Pustaka Pelalajar: Yogyakarta

Wortonh, dkk. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Saputra, lyndon. Ketrampilan Dasar untuk Perawat dan Bidan. Bin Rupa Aksara : Tanggerang

18

Anda mungkin juga menyukai