Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS

DOSEN PENGAMPU:

Ns. MITA AGUSTINA, S.Kep.M. Tr. Kep

DISUSUN OLEH :

ALYIE 201101003
DEA ADESTI 201101011
MUHAMMAD NAUFAL NUGROHO 201101036
NESSA ADELEA 201101039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PRODI D-III TINGKAT 3 REGULER A

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
KONSEP KELUARGA......................................................................................................1
Tipe Keluarga......................................................................................................................1
Struktur Keluarga................................................................................................................3
Tugas Keluarga....................................................................................................................5
Tahapan Keluarga Sejahtera................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................9
KONSEP PENYAKIT........................................................................................................9
PATHWAY.......................................................................................................................14
BAB III.................................................................................................................................16
TINJAUAN KASUS.............................................................................................................16
PENGKAJIAN..................................................................................................................16
BAB IV.................................................................................................................................31

i
A.KESIMPULAN.............................................................................................................31
B.SARAN..........................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................32

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Keperawatan Jiwa tentang “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Kronis”

Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para mahasiswa yang membutuhkan ilmu
tambahan tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Kronis”. Kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Ns. Mita Agustina, S.Kep.M. Tr. Kep . yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari Dosen pembimbing dan para mahasiswa-mahasiswi serta para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.Karena kesalahan adalah milik semua orang kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha esa. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Singkawang, 10 September 2022

iii
Kelompok 7

iv
BAB I

PENDAHULUAN

KONSEP KELUARGA
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan
mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria,
2017)mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap
anggota keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh
jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri
mereka sebagai suatu keluarga.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan
budaya, meingkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga.

1
Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak baik dari sebab
biologis maupun adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah dari orang tua kandung ke
keluarga yang menginginkan anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah
atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi
hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat
akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu tumah atau berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan
lain-lain.

2
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua
aslinya jika orang tua dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan
dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang
terdiri dari dua rumah tangga inti.

2. Keluarga Non-Tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama
dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana
‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan perkawinan melainkan dengan
alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang
saling merasa menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

3
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara,
pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang menggambarkan subsitem-
subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018)
sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan
pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan keluarga untuk merespon
stressor yang ada dalam keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga :
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih, misalnya hubungan seksual).

4
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity), struktur keluarga ini mendorong
kejujuran dan kebenaran
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stress emosional.
3. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat sementara dalam suatu sistem
sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota
keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan
pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. Peran Informal kelauarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke permukaan, dan dimainkan
untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai

5
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai keluarga akan membentuk pola
dan tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.

Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Nadirawati (2018) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu
anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping,
memberikan feedback dan saran dalam penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.

Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
1. Mengenal masalah kesehatan Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami
anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal
sifat dan luasnya masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap masalah
yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah

6
keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan, dan
apakah keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit, keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga
untuk memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga yang
dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene
sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota
keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas
dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga

Tahapan Keluarga Sejahtera


Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017) adalah :
1. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang,
pangan, papan dan kesehatan. Dengan kata lain tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga
sejahtera tahap I.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I

7
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, seperti pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan sosial dan transportasi.Indikator keluarga
tahap I yaitu melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-masing, makan dua kali sehari, pakaian yang
berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah, kesehatan (anak sakit, KB dibawa keperawatan
pelayanan kesehatan).
3. Keluarga Sejahtera Tahap II
Pada tahap II ini keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal, dapat memenuhi seluruh kebutuhan
psikososial, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan memperoleh
informasi. Indikator keluarga tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan melaksanakan kegiatan
agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal satu tahun terakhir, luas lantai rumah
perorang 8 m2 , kondisi anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas memiliki
penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu membaca dan menulis, anak usia 7-15 tahun
bersekolah semua dan dua anak atau lebih PUS menggunakan Alkon.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah memenuhi keseluruhan kebutuhan
psikososial, dan memenuhi kebutuhan perkembangan, tetapi belum bisa memberikan sumbangan secara maksimal
pada masyarakat dalam bentuk material dan keuangan dan belum berperan serta dalam lembaga kemasyarakatan.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya keluarga menambahkan pengetahuan
tentang agama, makan bersama minimal satu kali sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat, rekreasi
sekurangnya dalam enam bulan, dapat memperoleh berita dari media cetak maupun media elektronik, anggota
keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

Teori Perkembangan Keluarga


Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari waktu-kewaktu dengan pola secara
umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017). Paradigma siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat

8
sekolah dan anak paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan Miller, 1987 dalam
Zakaria, 2017)

Tabel Tahap Siklus Kehidupan Keluarga


Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah - hamil)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi - umur 30 bulan)
Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia 2 - 6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6 – 13 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13 – 20 tahun)
Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai dengan anak terakhir meninggalkan rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
Tahap Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga pasangan meninggal
VIII dunia)
Sumber: Duval dan Miller, dalam Zakaria, 2017

9
10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis
yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah) atau ketika
tubuh tidak dapat secara aktif menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization, 2020).
Menurut American Diabetes Association (ADA). (2020) etiologi diabetes melitus adalah :
1. Diabetes Tipe 1
a. Faktor genetik Pasien diabetes sendiri tidak mewarisi diabetes tipe 1 dengan sendirinya, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kerentanan genetik dari diabetes tipe 1, dan kerentanan genetik ini
ada pada individu dengan antigen tipe HLA.
d. Faktor-fakror imunologi Terdapat reaksi autoimun yang merupakan reaksi abnormal di mana antibodi
secara langsung terarah pada jaringan manusia normal dengan bereaksi terhadap jaringan yang
dianggap sebagai benda asing yaitu autoantibodi terhadap sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
e. Faktor lingkungan Toksin atau virus tertentu yang dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe 2
Mekanisme pasti yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes
tipe 2 masih belum jelas. Faktor genetik berperan dalam
perkembangan resistensi insulin menurut Utomo et al (2020), adalah sebagai berikut:
c. Usia
d. Obesitas
e. Riwayat keluarga.

11
B. ETIOLOGI
Menurut Tjandrawinata (2016), DM tipe 2 adalah gangguan hormon endokrin yang ditandai dengan
penurunan sensitivitas insulin dan sekresi insulin. DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resisten Insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
di jaringan perifer dan mengakibatkan produksi glukosa yang berlebihan oleh hati.. Hal ini menyebabkan
terjadinya hiperglikemia kronik dan dalam jangka panjang dapat terjadi komplikasi yang serius. Secara
keseluruhan gangguan ini bersifat merusak dan memburuk secara progresif dengan berjalannya waktu. Pada
penderita diabetes, fungsi sel ẞ yang abnormal menyebabkan pelepasan insulin yang tidak mencukupi untuk
mengimbangi glukosa yang berlebihan setelah makan. Selain kerusakan sel beta yang progresif, faktor yang
berpengaruh pada sekresi insulin pada penderita DM tipe 2 yaitu tidak terjadinya sekresi insulin. Keadaan inilah
yang menyebabkan adanya keterlambatan sekresi insulin yang cukup untuk menurunkan kadar glukosa
postprandial pada jaringan perifer seperti jaringan lemak dan jaringan otot (Tjandrawinata, 2016)

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Febrinasari et al (2020), manifestasi klinis diabetes melitus adalah:
1. Poliuria (sering kencing)
2. Polidipsia (sering merasa haus)
3. Polifagia (sering merasa lapar)
4. Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
Selain hal-hal tersebut, gejala lain adalah:
1. Mengeluh lemah dan kurang energi
2. Kesemutan di tangan atau kaki
3. Mudah terkena infeksi bakteri atau jamur
4. Gatal

12
5. Mata kabur
6. Penyembuhan luka yang lama.
Manifestasi klinis diabetes melitus menurut (IDF, 2019) adalah:
1. Tipe IDDM seperti :
o Poliuria, polipagia, polidipsia, BB menurun, lemah, dan somnolen berlangsung beberapa hari atau
minggu.
 Ketoasidosis dan dapat meninggal jika tidak segera ditangani.
 Biasanya memerlukan terapi insulin untuk mengontrol karbohidrat
2. Tipe NIIDM seperti :
 Jarang menunjukkan gejala klinis
 Diagnosis didasarkan pada tes darah laboratorium dan tes toleransi glukosa, Jarang menderita ketoasidosis.
 Hiperglikemia berat, poliuria, poliuria, kelemahan dan kelesuan

D. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa menyerang seluruh organ tubuh. Apabila kadar
gula darah tidak dikendalikan maka akan terjadi komplikasi baik jangka pendek (akut) maupun jangka panjang
(kronis). Menurut Febrinasari et al (2020) komplikasi diabetes melitus ada 2 (dua) yaitu
1. Komplikasi diabetes melitus akut
Komplikasi diabetes akut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu naik turunnya kadar gula darah secara
drastis. Keadaan ini membutuhkan perhatian medis segera, karena jika terlambat dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran, kejang dan kematian. Terdapat 3 macam komplikasi diabetes melitus akut:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kondisi dimana turunnya kadar gula darah secara drastis akibat terlalu
banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gula darah, atau terlambat
makan. Gejala berupa penglihatan kabur, detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar, berkeringat dingin
dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan pingsan, kejang, bahkan koma
(Widiastuti, 2020).
b. Ketosiadosis diabetik (KAD)

13
Ketosiadosis diabetik merupakan keadaan darurat medis yang disebabkan oleh kadar gula darah
yang tinggi. Ini merupakan komplikasi penyakit diabetes yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan
menghasilkan keton sebagai sumber energi. Jika tidak segera mencari pertolongan medis, kondisi ini
dapat menyebabkan penumpukan asam yang berbahaya di dalam darah, sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi, koma, sesak napas, bahkan kematian (Istianah, 2019).
c. Keadaan hiperglikemik hiperosmolar (HHS)
Situasi ini juga merupakan salah satu situasi darurat, dan tingkat situasi ini juga merupakan salah
satu situasi darurat dimana angka kematian mencapai 20%. Terjadinya HHS disebabkan oleh
peningkatan mortalitas sebesar 20%. HHS terjadi karena lonjakan kadar glukosa darah yang sangat
tinggi selama periode waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan rasa haus, kejang, kelemahan dan
gangguan kesadaran yang menyebabkan koma. Selain itu, penyakit diabetes yang tidak terkontrol juga
dapat menyebabkan komplikasi serius lainnya yaitu hiperglikemia non ketosis dan sindrom
hiperglikemia. Komplikasi akut diabetes adalah kondisi medis serius yang memerlukan perawatan dan
pemantauan oleh dokter di rumah sakit (Mutia et al, 2021).

2. Komplikasi diabetes melitus kronis


Seringkali komplikasi jangka panjang secara bertahap terjadi saat diabetes tidak terkontrol dengan
baik. Tinggi kadar gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu akan menyebabkan kerusakan
serius pada semua organ tubuh Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus
menurut Febrinasari et al., 2020 yaitu:
a. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Tingginya kadar gula darah bisa membahayakan pembuluh darah di retina yang berpotensial
menyebabkan kebutaan. Kerusakan pembuluh darah di mata juga meningkatkan risiko gangguan
penglihatan, seperti katarak dan glaukoma. Deteksi dini dan pengobatan retinopati dapat dicegah atau
ditunda secepat mungkin kebutaan. Dorong penderita diabetes menjalani pemeriksaan mata secara
teratur (Hariyani, 2020).
b. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)

14
Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh DM disebut dengan nefropati diabetik. Situasi ini bisa
menyebabkan gagal ginjal dan bahkan bisa mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan baik.
Saat terjadi gagal ginjal, pasien harus melakukan dialisis rutin atau transplantasi ginjal. Dikatakan
bahwa diabetes adalah silent killer, karena biasanya tidak menimbulkan gejala khas pada tahap awal.
Namun, pada stadium lanjut, gejala seperti anemia, kelelahan, pembengkakan pada kaki, dan gangguan
elektrolit dapat terjadi. Diagnosis dini, kontrol gula darah dan tekanan darah, manajemen pengobatan
pada tahap awal kerusakan ginjal, dan membatasi asupan protein adalah cara yang bisa dilakukan dalam
menghambat perkembangan diabetes yang menyebabkan gagal ginjal (Muhammad, 2018).
c. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
dapat merusak pembuluh darah dan saraf, terutama saraf di kaki. Kondisi ini disebut neuropati
diabetes, ini karena saraf mengalami kerusakan baik secara langsung akibat tingginya gula darah,
maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya saraf dapat menyebabkan gangguan
sensorik dengan gelaja berupa mati rasa, kesemutan, dan nyeri. Kerusakan saraf juga bisa
mempengaruhi saluran pencernaan (gastroparesis). Gejalanya berupa mual, muntah dan cepat merasa
kenyang saat makan. Pada pria, komplikasi diabetes bisa menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi.
Komplikasi ini dapat dicegah dan penundaan hanya bila diabetes terdeteksi sejak dini agar kadar gula
darah bisa terkontrol melalui pola makan dan gaya hidup sehat dan minum obat yang sesuai
rekomendasi dokter (Isnaini, 2018).
d. Masalah kaki dan kulit
Komplikasi yang juga sangat umum adalah masalah kulit dan luka pada kaki yang sulit sembuh. Ini
karena kerusakan pembuluh darah dan saraf serta aliran darah kaki yang sangat terbatas. Gula darah
yang tinggi bisa mempermudah bakteri dan jamur berkembang biak. Selain itu, akibat diabetes,
kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri juga berkurang. Jika tidak dirawat dengan
baik, kaki penderita diabetes berisiko mengalami cedera dan infeksi, yang dapat menyebabkan gangren
dan ulkus diabetes. Perawatan luka di kaki. penderita diabetes adalah dengan memberi antibiotik,
perawatan luka yang baik, hingga dapat diamputasi jika jaringan rusak ini sudah parah. Penyakit
kardiovaskular e. Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan rusaknya pembuluh darah sehingga
seluruh sirkulasi darah tersumbat termasuk jantung. Komplikasi yang menyerang jantung dan pembuluh

15
darah yaitu penyakit jantung, stroke, serangan jantung dan penyempitan arteri (aterosklerosis). (Isnaini,
2019).

E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Pada diabetes tipe 2 tedapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu: resistensi dan
gangguan sekresi insulin. Kedua masalah inilah yang menyebabkan GLUT dalam darah aktif (Brunner &
Suddarth, 2018). Glukose Transporter (GLUT) yang merupakan senyawa asam amino yang terdapat di
dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. Insulin mempunyai tugas yang sangat
penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama pada metabolisme karbohidrat. Hormon ini
sangat berperan dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot,
lemak dan hepar (Rini P. S et al, 2018). Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin
berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate) yang terdapat pada membrane sel tersebut.
Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses
metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum
begitu jelas. Setelah berikatan, transduksinya berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (Setyawati,
2020).
Proses sintesis dan transaksi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke
intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolisme. Untuk menghasilkan suatu proses metabolisme glukosa
normal, selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang
berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin
merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus
tipe 2 terjadi karena sebetulnya insulin tersedia, tetapi tidak bekerja dengan baik dimana insulin yang ada
tidak mampu memasukkan glukosa dari peredaran darah untuk ke dalam sel sel tubuh yang memerlukannya
sehingga glukosa dalam darah tetap tinggi yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia
terjadi bukan hanya disebabkan oleh gangguan sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan
juga terjadi rendahnya respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin) (Usman, J, 2021).
Defisiensi dan resistensi insulin ini akan memicu sekresi hormon glukagon dan epinefrin. Glukagon
hanya bekerja di hati. Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis yaitu pemecahan glikogen menjadi

16
glukosa dan kemudian meningkatkan glukoneogenesis yaitu pembentukan karbohidrat oleh protein dan
beberapa zat lainnya oleh hati. Epinefrin selain meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati
juga menyebabkan lipolisis di jaringan lemak serta glikogenolisis dan proteolisis di otot. Gliserol, hasil
lipolisis, serta asam amino (alanin dan aspartat) merupakan bahan baku glukoneogenesis hati. Faktor atau
pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau obesitas akan mempercepat progresivitas perjalanan penyakit.
Gangguan metabolisme glukosa akan berlanjut pada gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses
kerusakan berbagai jaringan tubuh (Nasution, 2021)
PATHWAY

17
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Putra, I. W. A., & Berawi (2018) penatalaksanaan diabetes melitus dikenal dengan 4 pilar penting
dalam mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah:
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pahami perjalanan penyakitnya, pentingnya pengendalian penyakit,
komplikasi dan resikonya, pentingnya intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, bagaimana menangani
hipoglikemia, kebutuhan latihan fisik teratur, dan metode menggunakan fasilitas kesehatan. Mendidik
pasien bertujuan agar pasien bisa mengontrol gula darah dan kurangi komplikasi serta meningkatkan
keterampilan perawatan diri sendirian. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada saat gaya hidup dan perilaku
terbentuk kuat. Petugas kesehatan mendampingi pasien dan memberikan pendidikan dalam upaya
meningkatkan motivasi dan perubahan perilaku. Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan
memberikan edukasi antara lain: Penderita diabetes bisa hidup lebih lama dalam kebahagiaan karena
kualitas hidup sudah menjadi kebutuhan seseorang, membantu penderita diabetes bisa merawat diri sendiri
sehingga kemungkinan komplikasi dapat dikurangi, kselain itu jumlah hari sakit bisa ditekan, meningkatkan
perkembangan penderita diabetes, sehingga bisa berfungsi normal dan manfaatkan sebaik-baiknya (Imelda,
2019).
2. Terapi nutrisi
Perencanaan makan yang bagus merupakan bagian penting dari manajemen diabetes yang
komprehensif. Diet keseimbangan akan mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan
insulin dalam mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini melibatkan dokter, perawat, ahli
gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya. Intervensi nutrisi bertujuan untuk menurunkan berat badan dan
memperbaiki gula darah dan lipid darah pada pasien diabetes yang kegemukan dan menderita morbiditas
Penderita diabetes dan kegemukan akan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada mereka yang hanya
kegemukan (Nurdin, 2021).
3. Aktifitas fisik
Kegiatan fisik setiap hari latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu sekitar 30 menit), adalah salah satu
pilar pengelolaan DMT2. Aktivitas sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, naik turun tangga, dan
berkebun tetap harus dilakukan untuk menjaga kesehatan, menurunkan berat badan, dan memperbaiki
sensitivitas insulin. Latihan fisik dianjurkan yaitu berupa senam aerobik seperti jalan kaki, bersepeda,

18
jogging, dan berenang, sebaiknya latihan fisik disesuaikan dengan umur dan status kesegaran. Bagi mereka
yang relatif sehat, dapat meningkatkan intensitas latihan fisik, dan mereka yang mengalami komplikasi
diabetes dapat dikurangi (Kistianita, 2018).
4. Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan diet dan latihan fisik (gaya hidup sehat).
Pengobatan termasuk dari obat-obatan oral dan suntikan. Obat hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya,
OHO dibagi menjadi 5 golongan: Memicu sekresi insulin sulfonylurea dan glinid, peningkatan metformin
insulin dan thiazolidinone, penghambat glukoneogenesis, penghambat penyerapan glukosa: penghambat
glukosidase, penghambat alfa.DPP-IV inhibitor pertumbuhan dan status gizi, usia, stres akut dan latihan
fisik untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal. Total kalori yang dibutuhkan dihitung
berdasarkan berat tubuh ideal dikalikan dengan kebutuhan kalori dasar (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan
25 Kkal/kg BB untuk wanita). Lalu tambahkan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas (10-30% atlet dan
pekerja berat bisa lebih banyak lagi, sesuai dengan kalori yang dikeluarkan). Makanan berkalori berisi tiga
makanan utama pagi (20%), sore (30%) dan malam (25%) dan 2-3 porsi (makanan ringan 10-15%)
(Priyanto, 2018)

19
BAB III

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
a. Nama KK : Bp. Suparno
b. Usia : 64 Tahun
c. Pendidikan : SLTA
d. Pekerjaan : Pensiunan
e. Alamat : Tegal Melati HU II 348 RT 27 RW 07 Muja-muja
Umbulharjo Yogyakarta
f. Komposisi Keluarga
No Nama JK Hub. Dg Umur Pendi
. keluarga dikan
1. Ny. Tatik Uchuwan P P Istri 59 Th D3
2. Tri Imam Purnaciadi L Anak 33 Th S1
3. Muh. Imam Harifin L Keponakan 42 Th SLTA
4. Surati P Menantu 42 Th SMP
keponakan
5. Novita Indah Safitri P Cucu 17 Th SULTA
6. Dimas Aditya P L Cucu 8 Th SD

20
Genogram

Keterangan :

= Laki- laki

= Perempuan

= Pasien diabetes melitus

= Sudah Meninggal

= Dalam Satu Keluarga

g. Tipe Keluarga

Keluarga klien, merupakan tipe keluarga extended family yang terdiri dari Ayah, Ibu, Anak,

21
keponakan, menantu keponakan, dan cucu keponakan

h.Suku dan Bangsa:

Suku keluarga Ny “T” adalah suku jawa. Komunikasi sehari-hari antar keluarga menggunakan

bahasa jawa

i.Agama

Agama yang dianut keluarga Ny “ T ” yaitu agama islam, dalam keluarga Ny “ T ” agama dijadikan

sebagai dasar keyakinan dalam kehidupan.

j.Status Ekonomi Keluarga

Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari pensiunan, dan keponakan membudi dayakan burung.

k. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Setiap hari sebagai rekreasi keluarga Ny “ T “ melihat TV bersama keluarga dan kadang-kadang

rekreasi dipantai.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan saat ini

22
Keluarga masa pesiun dan lansia

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:

Menurut keluarga Ny “ T “ perkembangan keluarga dapat terpenuhi

dengan baik .

c. Riwayat Keluarga Inti:

Riwayat kesehatan keluarga inti:

Bp S. sebagai KK jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan

istirahat, makan maupun kebutuhan dasar yang lain, tidak mempunyai

penyakit keturunan Ny”T” sebagai klien. Mempunya riwayat

pengobatan TB dan pada bulan ke 5 pengobatan dilakukan screening

dan mendapatkan hasil GDS: 164, Ny”T” tidak merasa ada gangguan

pada tubuhnya dengan adanya peringkat GD. ya. Karena sudah

terdeteksi DM dalam pengobatan TB maka Ny”T” di rujuk ke Rs

Pratama dan mendapatkan pengobatan DM dengan insulin 18 ui. 2x 1

sehari. Ny”T” telah mempunyai riwayat keluarga DM, sdr. TIP. Jarang

23
sakit, tidak mempunyai masalah dengan kesehatan dan kebutuhan

dasar.

Bp. M.I.H

Jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan kesehatan dan

kebutuhan dasar.

Ny. S

Jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan kesehatan dan

kebutuhan dasar.

Nn. M.I.S

Jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan kesehatan dan

kebutuhan dasar.

An. D.A.P

Jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan kesehatan dan

kebutuhan dasar.

d. Riwayat Keluarga Sebelumnya

24
Keluarga Ny “ T “ sebelumnya tidak ada yang menderita penyakit

seperti yang dialami Ny “ T “.

3. Lingkungan

a. Karakteristik Rumah Status kepemilikan rumah adalah milik suami, tipe rumah permanen berlantai keramik

dinding, tembok, luar 120 m2 , jumlah ruangan terdiri : 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang dapur dan kamar mandi,

1 jamban dan ventilasi yang cukup. Sehingga untuk pertukaran udara dan pencahayaan sangat kurang, perabot rumah

tangga tidak tertata rapi, sumber air minum berasal dari sumur gali. Halaman disekitar rumah tampak kotor karena

banyak hewan piaraan seperti burung dara, dan unggas yang tidak di kandangkan.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitor RW

Keluargan Ny “T” tinggal didaerah perkotaan, hubungan anggota keluarga dengan tetangga sekitar baik, dan Ny “T”

sediri aktif di masyarakat karena sebagai kader kesehatan.

c. Mobilitas Geografis Keluarga Sejak tahun 1982 Ny “T” berdomisili di tegal melati dan tidak pernah pindah-pindah

tempat tingga karenan disini rumah suami.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Aktif dimasyarakat mengikuti pengajian, kegiatan senam lansia dan Ny “T” sebagai kader kesehatan, keluarga sangat

25
akrab dengan lingkungan sekitar.

e. Sistem Pendukung Keluarga

Jumlah anggota keluarga 6 orang, yaiut Bp S, Ny T, anak, kepnakan, menantu keponakan dan cucu.

4. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Pada komunikasi yang digunakan oleh keluarga Ny “T” yaitu pola terbuka dalam berkomunikasi tidak ada masalah

b. Struktur kekuatan keluarga

Dalam mengambil keputusan biasanya dilakukan dengan jalam musyawarah untuk mencapai kesepakatan.

c. Struktur peran (formal dan informal)

Keluarga tidak pernah mengeluh tentang peran masing-masing dan menjalankan perannya dengan baik.

d. Nilai dan norma keluarga

Di dalam keluarga tidak ada kesepakatan yang mempengaruhi kesehatan, jika ada keluarga yang sakit, keluarga

selalu membawa ke pelayanan kesehatan terdekat

5. Fungsi Keluarga

a. Keluarga afektif

26
Hubungan dengan keluarga harmonis, keluarga merasa nyaman dengan keadaan saat ini, antara keluarga saling

menghargai, menghormati, dan saling menyayangi

b. Fungsi sosial

Hubungan keluarga Ny “T” dengan tetangga sekitar berjalan baik, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti oleh

anggota kelaurga Ny “T” adalah pengajian, senam lansia, dan Ny “T” sendiri sebagai kade kesehatan.

c. Fungsi perawatan keluarga

1) Keluarga Ny “T” tahu tentang msalah penyakitnya, gejalanya, dietnya, pengobatannya, tetapi belum tahu tentang

perawatan dan senam kaki DM.

2) Mengambil keputusan Kalau ada anggota keluarga yang sakit cepat di bawa ke dokter terdekat atau puskesmas

3) Ny “T” dan keluarga kurang mengetahui bagaimana cara merawat penderita penyakit DM. Ny “T” hanya

mengetahui penyakit yang di deritanya adalah kecing manis di mana Ny “T’ tidak boleh mengkonsumsi banyak gula,

Ny “T” dan keluarga belum tahu bagaimana cara merawat dan senam kaki DM.

4) Modifikasi keluarga Keluarga kurang mengerti tentang manfaat dan pemeliharaan kebersihan lingkungan bagi

kesehatan, lingkungan luar rumah yang kurang terawat karena banyak hewan piaraan yang tidak di kadangkan dan

kotoran hewan dimana-mana, lingkungan di dalah rumah tidak tertata rapi dan kurangnya ventilasi dan pecahayaan

27
yang mengakibatkan rumah menjadi penyab, gelap sehingga harus menyalakan lampu sepanjang hari.

5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan Keluarga Ny “T” sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan menggunakan

kartu BPJS jika berobat dan juga mengetahui manfaatn yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.

d. Fungsi Reproduksi

Ny “T” mempunyai 2 anak laki-laki dan saat ini sudah monopause

e. Fungsi Ekonomi

Sumber penghasilan kelaurga Ny “T” dari pensiunan, dengan penghasilan tersebut menurut Ny “T’ cukup untuk

kebutuhan seharihari.

6. Stres dan Koping Keluarga

a. Stres jangka pendek dan panjang

Harapan keluarga Ny “T’ bisa menjadi keluarga yang sehat dan sejahtera

b. Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stessor. Bila terjadi suatu masalah dalam kelurga selalu

berembung atau bermusyawarah, keputusan diambil dari kesepatan musyawarah

c. Strategi koping yang digunakan

Kalau ada masalah keluarga Ny “T’ selalu berembung/ bermusyawarah dengan keluarga.

28
d. Strategi adaptasi disfungsional

Kalau ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keluaraga, keputusan diambil dari hasil musyawarah.

7. Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : 130/80 mmhg

Nadi :84 x/ menit

Suhu : 36,6

RR : 33 x/ menit

BB : 55 kg

Kepala : Bentuk bulat

Rambut : ikal warna hitam dan tidak berketombe

Kulit : warna sawa matang, tidak ada luka/lesi

Mata : kanjutiva tidak anemis

Hidung : simetris, indra penciuman masih berfungsi baik

Mulut : tidak ada sariawan, indra pengecap masih berfungsi baik

Tenggorokan : tidak tampak adanya pembesaran dan radang

29
Telinga : bersih tidak ada serumen

Leher : tidak ada struma dan iymphedenitis

Dada : inspaksi, simetris, Auskultasi, tidak ada kelainan pada

bunyi jantung

Perut : inspaksi, tidak pembesaran perut berlebihan palpasi, tidak

ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan

Esktrimitas : tidak adak kelianan

Eliminasi : tidak adak keluhan/kelainan.

Pemeriksaan Labm: GDS : 247 mg / dl. Pata tgl 3 / 0/ 2018

8. Harapan Keluarga

Harapan yang diinginakan keluarga bisa menjadi keluarga yang sejahtera,

sehat jasmnai dan rohaninya.

9. Pemeriksaan Penunjang

Berdasarkan data pemeriksaan tanggal 9/2/17 GDS : 133 2 JPP :162 TD :

140/80 mmhg. Sementara data pemeriksaan tanggal 9/3/17 GDS 114 2

30
JPP : 169 TD : 120/80 mmhg. Sedangkan data pemeriksaan tanggal

8/4/17 GDS : 109 2 JPP : 162 TD : 130/80 mmhg. Pemeriksaan tanggal

9/5/17 GDS : 131 2 JPP : 177 TD 140/80 mmhg. Kemudian data

pemeriksaan tanggal 9/6/17 GDS : 221 TD : 140/80 mmhg. Dan

pemeriksaan tanggal 8/7/17 GDS : 132 2 JPP : 208 TD : 130/80 mmhg.

B.Analisis Data
No. Data Fokus Masalah penyebab

31
1. DS : Manejemen Ketidakmampuan
Ny “T’ menyatakan : pada kesehatan keluarga dalam
tanggal 8/10/2016 GDS : keluarga tidak merawat anggota
164 2 hari, kemudian cek efektif pada keluarga yang
lagi dengan puasa, keluarga Ny “T” menderita DM
kemudian di rajuk ke RS
pratama mendapat
pengobatan dengan isnulin,
duit 1 x /hari sebelum
makan. Setelah sebulan
selesai pengobatan TB tgl 9
/ 6/ 2017 Ny “T” tidak
pernah konsultasi dan tidak
ada anggota keluarga yang
menyarankan untuk krmhop
DM nya
DO : riwayat DM + sejak 8 / 10/
2016

32
GDS : 164
10/10/2018 GDS : 161
2 JPP : 242
TD : 160/90 mmhg BB : 47 kg
Setelah selesai pengobatan TB
Ny “T”. Tidak menggunakan
pengobatan DM dengan insulit
maupun obat orac DM dan Ny
“T”. Selamat setahun tidak
kontrol dikarenakan
badanya sudah merasa enak dan
tidak ada keluhan, Ny “T”
mengatakan belum mengetahui Kurang Kurang infomasi
cara peraeatan dan senam kaki
Dm. pengetahuan tentang
DO : keluarga tentang perjalanan
5 / 11/ 16
GDS : 165 penyakit DM, penyakit DM
BB : 47kg perawatan
2 JPP : 177
RD : 130/80 mmhg dan
senam kaki DM
9/2/17
GDS : 133
2 JPP : 162
TD : 140/80 mmhg 9/3/17
GDS : 114
2 JPP : 169
TD : 120/80 mmhg 8/4/17

33
GDS : 109
2 JPP: 162
TD : 130/80 mmhg 9/5/17 GDS :
131
2 JPP : 177
TD : 140/80 mmhg 9/6/17 GDS :
221
TD : 140/80 mmhg 8/7/17 GDS :
132
2 JPP : 208
TD : 130/80 mmhg

34
2. DS : - Pemeliharaan Ketidak
DO : lingkugan sekitar rumah
kesehatan tidak mampuan
tampak kotor
- rumah tampak gelap, lampu efektif mengatasi
tidakpernah dimatikan
sepanjang hari. masalah
- rumah penyab karena individu/
kurangnya ventilasi keluarga
- banyaknya unggas
berkeliaran
- tidak mampu menjalankan
perilaku sehat

A. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

35
1. Menajemen kesehatan keluarga tidak efektid pada keluarga Ny “T” b.d. ketida mampuan kelaurga

dalam merawat ditandai dengan :

DS : setelah pengobatan TB Ny “T” selama ± 1 tahun tidak pernah kontrol DM nya lagi

DO : tanggal 3 juli 2018 GDS : 247 mg/dl

2. Kurangnya pengetahuan Ny “T” b.d. kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit DM ditandai

dengan:

DS : selesai pengobatan TB Ny “T” tidak menggunakan pengobatan DM dengan insulin maupaun

obat oral DM

DO : 3-7-2018 GDS : 204 TD : 130/80 x/m RR : 20 x/m, Nadi : 84x/m,

suhu : 36,5 derajat celcius. Hasilnya gula darah sejak tahun 2016-2018 cenderung meningkat GDS

terakhir.

3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. ketidak mampuan mengatasi masalah individu/ keluarga

ditandai dengan :

DS: -

DO: -lingkugan sekitar rumah tampak kotor

36
-rumah tampak gelap, lampu tidakpernah dimatikan sepanjang hari.

-rumah penyab karena kurangnya ventilasi

-banyaknya unggas berkeliaran

-tidak mampu menjalankan perilaku sehat

B. Perencanaan Keperawatan.

Perencanaan Keperawatan di mulai dengan memprioritaskan masalah dengan cara scoring.

1. Prioritas Masalah

a. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Ny “T” b.d ketidak mampuan keluarga

mengenai masalah dalam merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus.

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah. Skala : 3 1 3/3 x 1 = 1
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1

37
2. Kemungkinan 1 2 ½x2=1
masalah dapat diubah.
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk 2 1 3/3 x 1 = 1
dicegah. Skala:
Tinggi : 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1
masalah. Skala :
Masalah berat harus
segera di tangani 2
Ada masalah tapi
tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak
dirasakan 0
Jumlah skor = 4

b. Kurangnya pengetahuan Ny “T” b.d kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit DM.

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah. Skala : 3 1 3/3 x 1 =
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1

38
2. Kemungkinan 1 2 2/2 x 2 =
masalah dapat diubah. 2
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk 2 1 2/3 x 1 =


dicegah. Skala: 0,6
Tinggi : 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 =
masalah. Skala : 1
Masalah berat harus
segera di tangani 2
Ada masalah tapi
tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak
dirasakan 0
Jumlah skor = 4,6
c. Pemeliharaan kesehatan tidak aktif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah individu/ keluarga

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah. Skala : 3 1 1/3 x 1 =
Aktual 3
Resiko 2 0,3

39
Potensial 1
2. Kemungkinan 1 2 2/2 x 2 =
masalah dapat diubah.
Skala: 2
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk 2 1 3/3 x 1 =
dicegah. Skala:
Tinggi : 3 0
Cukup 2
Rendah 1

4. Menonjolnya 2 1 0/2 x 1 =
masalah. Skala :
Masalah berat harus 0
segera di tangani 2
Ada masalah tapi
tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak
dirasakan 0
Jumlah skor = 3,3

Diagnosiskeperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang dilakukan sesuai scoring :

- Kurangnya pengetahuan Ny “T” b.d kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit diabetes

mellitus.

40
- Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif pada keluarga Ny “T” b.d ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah dalam merawat anggota keluarga dengan diabetes mellitus.

- Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah

individu/keluarga

41
C. RencanaKeperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kurangnya Setelah dilakukan tindakan Diskusikan dengan klien tentang : Keluarga Ny T menjadi tahu
pengetahuan Ny T pertemuan 2 x diharapkan - penyakitnya DM tentang penyakit DM dan bias
b.d kurangnya keluarga Ny T - Diet yang tepat. menjelaskan kembali tentang
informasi tentang - paham tentang penyakitnya. - Bantu klien untuk masalah latihan fisik apa saja yang telah petugas
perjalanan penyakit - paham tentang gejala dan yang tepat. jelaskan tentang penyakit DM,
DM penyebab penyakit DM dan - anjurkan klien untuk melakukan OR diet, aktivitas fisik/OR yang
komplikasinya secara rutin. tepat.

2. Manajemen Setelah dilakukan tindakan - menjelaskan tentang : pengertian, - Keluarga Ny T menjadi tahu
kesehatan keluarga pendidikan, kesehatan, keluarga tujuan perawatan keluarga DM, tentang masalah penyakit DM
tida kefektif pada mampu merawat Ny T dengan perawatan kaki dan senam kaki DM, dan perawatan kaki dan senam
keluargaNy T b.d masalah DM Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada kaki DM
ketidakmampuan kaki penderita DM. - Ny “T” mampu dan mau
keluarga mengenali - mendemontrasikan senam kaki DM mendemontrasikan senam kaki
masalah dalam - memberikan motivasi kepada keluarga DM.
merawat anggota untuk melakukan senam kaki secara
keluarga dengan DM rutin
3. Pemeliharaan Setelah dilakukan pendidikan Anjurkan keluarga menciptakan Supaya lingkungan kelihatan
kesehatan tidak kesehatan keluarga Ny T lingkungan yang bersih dan sehat bagi bersih dan nyaman.
efektif b.d mampu merawat /memodifikasi individu dan keluarga
ketidakmampuan masalah lingkungan - Membuka jendela

42
Mengatasi masalah individu/keluarga - Menambah pencahayaan dengan
individu/keluarga Dengan kriteria : genteng kaca
-rumah bersih - Membersihkan rumah dan
- barang merapihkan barang-barang yang
– barang tertata rapih masih di pergunakan

D. ImplementasiKeperawatan

Dilakukan dirumah Ny “T” pada tanggal 2, 3-4 Juli 2018


No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Kurangnya pengetahuan Hari Senin 02 Juli 2018,
Ny T b.d kurangnya jam 09:00 WIB
informasi tentang 1. Mengucap salam dan
S:-
perjalanan penyakit memperkenalkan diri.
O: Ny “T”
DM. 2. menjelaskan tentang
memperhatikan dan
penyakit DM dengan
mendengarkan
gejala dan penyebab
penjelasan dari petugas.
penyakit DM.

43
2. - Hari Selasa 03 Juli 2018,
jam 10:30 WIB
1. Melakukan S:-
pengukuran vital Sign O:TD :130/80 mmHg
pada Ny T. - R.R : 20x/w
- Nadi : 84x/w
-Suhu :36,5 c
- GDS: 204 mgdl
S:Ny“T”mengatakan
2. Menjelaskan tentang : paham/tahu tentang
pengertian, tujuan perawatan kaki DM.
perawatan kaki DM. O:Ny“T”mendemontra
sikan senam kaki
DM.
3. Mendemontrasikan S:-
senam kaki DM. O:Mendemontrasikan
senam kaki DM.

4. Memberikan motivasi S:Ny”T”mengatakan:

44
pada keluarga Ny T -Tidak boleh
untuk mengulang berjalan tanpan
informasi yang alas kaki.
diberikan. - Memakai kaos kaki
tapi tidak ketat
karetnya.
- Tid
bolehmenggunakan
sepatu yang sem
dan mengecek sepa
sebelum di pakai.
5. Memberikan motivasi
- Memotong kuku d
kepada keluarga Ny T
dikikir.
untuk melakukan
S: Keluarga Ny T
senam kaki DM
mengatakan akan rutin
secararutin.
melakukan senam kaki
DM.
3. - Rabu 04 Juli 2018, jam S : Ny T mengatakan
09:00 WIB Akan membersihkan
Menyarankan pada lingkungan yang ada

45
keluarga Ny T. untuk didalam rumah maupun
menciptakan lingkungan diluar rumah.
yang bersih dan sehat.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari ke 3 dirumah klien


No Hari/tanggal, jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi

46
1. Senin. (1) Kurangnya pengetahuan S : Klien mengatakan :
02/07/2018. 09.00 Ny “T” b.d kurangnya - Tahu kalau kena DM
WB informasi tentang karena dicek waktu
perjalanan penyakit dalam pengobatan DM.
DM. - belum faham tentang
penyakit DM dan
komplikasinya
O : keadaan umum baik
A : masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

S : klien mengatakan
(2) Manajemen kesehatan
belum tahu cara
keluarga tida kefektif
perawatan kaki dan senam
pada keluarga Ny “T”
kaki DM
b.d ketidak mampuan
O:
keluarga mengenal
A : masalah belum
masalah dalam
teratasi
merawatan anggota
P : lanjutkan intervensi
keluarga dengan DM.
S :rumahnya masih
47
berkeliaran
A : masalah
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

48
2. Selasa (1) Kurangnya pengetahuan S :Klien mengatakan
paham tentang
03/07/18. Ny “T” b.d kurangnya penyakit DM dan
10.00 informasi tentang komplikasinya.
O : Keadaan umum baik
WIB perjalanan penyakit DM. :TD : 130/80 mmhg Nadi :
84 x/menit Suhu : 36,5 C
RR : 20 x/menit GDS : 247
mgdl
A :
Masalah
teratasi sebagian
P:Penyuluhan Kesehatan S
: Klien
mengatakan
akan rutin melakukan
senam kaki DM
O : Keluarga Ny T dapat
menyebutkan cara
perawatan kaki DM. Ny T
mendemontrasi ulang
senan kaki DM
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Memotivasi Keluarga
Ny T untuk
memperhatikan
kesehatan pada Ny T
(2) Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif

49
pada keluarga Ny “T”
b.d. ketidakmampuan
keluarga

mengenal masalah
dalam merawat anggota

keluarga dengan DM.

50
S : Klien mengatakan
belum bisa maksimal
dalam membersihkan
rumah karena badan masih
capek habis hajatan
O :Rumah masih kotor,
gelap, jendela sudah
dibuka, pekarangan masih
kotor.
A:Masalah teratasi
sebagian
P:Memberikan penyuluhan
kesehatan pada
keluarga Ny T untuk
(3) Pemeliharaan membersihkan
lingkungan

kesehatan tidak efektif


b.d.
ketidakmampuan
mengatasi

masalah
individu/keluarga

51
3. Rabu (1) Kurangnya pengetahuan S:Klien bisa
menginformasikan kembali
04/07/18. Rabu Ny “T” b.d kurangnya tentang penyebab
informasi tentang penyakit DM
O : keadaan umum : baik
perjalanan penyakit DM. Tensi : 130/80
mmHg
Nadi : 84x/m RR :
20x/m
Suhu : 36,4 derajat celsius
A :
Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

52
S : Klien mengatakan
sudah melakukan senam
kaki DM tadi pagi jam
(2) Manajemen kesehatan 08.00 WIB
O : Keadaan umum baik
keluarga tidak efektif A : Masalah teratasi
pada keluarga Ny “T” P : Lanjutkan untuk
melakukan senam kaki
b.d. ketidakmampuan secara rutin.
keluarga S : Klien mengatakan
belum bisa maksimal
dalam mebersihkan rumah
mengenal masalah dan
pekarangannya
dalam merawat anggota O : - Ruang tamu sudah
kelihatan rapi
- Jendela sudah dibuka
keluarga dengan DM. -Unggas belum
dikandangkan
A :
Masalah
teratasi sebagian
P : Memberikan motivasi
pada Ny T
untuk membersihkan
(3) Pemeliharaan lingkungan
dan menata
rumah
kesehatan tidak efektif dengan baik
b.d.
ketidakmampuan
53
BAB IV
A.KESIMPULAN
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak
diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya, meingkatkan
pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah) atau ketika tubuh tidak dapat secara aktif
menggunakan insulin yang dihasilkan (World Health Organization, 2020).
Komplikasi diabetes melitus sangat mungkin terjadi dan bisa menyerang seluruh organ tubuh. Apabila kadar gula
darah tidak dikendalikan maka akan terjadi komplikasi baik jangka pendek (akut) maupun jangka panjang (kronis).

B.SARAN
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya

54
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Diabetes Amerika. (2016). Pengertian Diabetes Mellitus. www.diabetes.org. diakses tanggal 10 November 2020.
Febrinasari, R. P., Maret, U. S., Sholikah, T. A., Maret, U. S., Pakha, D. N., Maret, U. S., Putra, S. E., & Maret, U. S.
(2020). Buku saku diabetes melitus untuk awam. November. diakses tanggal 20 November 2020.
IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas, 9th edn. Brussels, Belgium. In Atlas de la Diabetes de la FID.
Putra, I. W. A., & Berawi, K. (2018). Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus. Tipe 2. Mayoritas.
WHO. (2020). Definisi Diabetes Mellitus dan Prevalensi Diabetes Mellitus. 4(9). 8-12.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1401. diakses tanggal 20 November 2020. diakses
pada tanggal 20 Januari 2021 di http://www.who.int/healthtopics/ diabetes.
Hariani et al. (2020). Hubungan Lama Menderita Dan Komplikasi DM Terhadap Kualitas Hidup pasien DM Tipe 2
Diwilayah Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 1 Tahun 2020.
Utomo Alya Azzahra et al. (2020). Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2: Systematic Review. Jurnal Kajian dan
Pengembangan Kesehatan Masyarakat Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/AN-NUR Vol. 01 Nomor 01
Agustus 2020 Hal. 44-52.
Muhammad, I.A. (2018). Ulkus Kaki Diabetik: Sinopsis Epidemiologi dan Patofisiologi. Jurnal Internasional Diabetes dan
Endokrinologi, 3 (2), 23. https://doi.org/10.11648/j.ijde.20180302.11
Priyanto, (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Nomor 3, Kekambuhan Luka Diabetik,
Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Desember 2018, hlm. 233-240.
Istianah (2019). Mengidentifikasi Faktor Gizi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Depok Tahun 2019. Jumal
Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), Vol. X, No. 2, Maret 2020.
Widiastuti Linda. (2019). Acupressure Dan Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial Disease Pada Klien Dm Tipe
2. Jumal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 2, Juni 2020.

55
Nurdin Fitriyanti. (2021). Persepsi Penyakit Dan Perawatan Diri Dengan Kualitas Hidup Diabetes Mellitus Type 2. Jurnal
Keperawatan Silampari Volume 4, Nomor 2. Juni 2021.
Isnaini, N., & Ratnasari, R. (2018). Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Tipe Dua. Jurnal Keperawatan Dan
Kebidanan Aisyah, 14(1), 59-68.
Fitriani Nasution. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No.2, Mei 2021
Imelda, S. I. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Diabetes Melitus di Puskesmas Harapan Raya Tahun
2018. Scientia Journal, 8(1), 28-39. JOUR
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI PPNI DPP SIKI
Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI PPNI DPP SLKI Pokja
Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

56

Anda mungkin juga menyukai