Anda di halaman 1dari 27

INTERVENSI KEPERAWATAN

KELUARGA DAN LANJUT USIA

Disusun oleh :

1. Ahmad Saufi Asmi (NIM. 23102272)


2. Deby Aprilia Wulandari (NIM. 23102283)
3. Fathur Rozi (NIM. 23102288)
4. Muhammad Andri (NIM. 23102306)
5. Priyo Miliarto (NIM. 23102310)
6. Tri Adi Yusuf (NIM. 23102321)
7. Uswatun Muthi’ah (NIM. 23102323)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN SOEBANDI JEMBER
2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................................................................


Halaman Judul ....................................................................................................................
Halaman Kata Pengantar ....................................................................................................
Halaman Daftar Isi ..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1. Latar Belakang .................................................................................................
1.2. Batasan Masalah ..............................................................................................
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................................
1.4. Tujuan Penulisan .............................................................................................
1.4.1. Tujuan Umum ......................................................................................
1.4.2. Tujuan Khusus .....................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................
2.1. Konsep Keluarga .............................................................................................
2.1.1. Definisi Keluarga .................................................................................
2.1.2. Ciri-Ciri Keluarga ................................................................................
2.1.3. Tipe Keluarga ......................................................................................
2.1.4. Struktur Keluarga .................................................................................
2.1.5. Fungsi Pokok Keluarga ........................................................................
2.1.6. Karakteristik Keluarga Sehat ...............................................................
2.1.7. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ..........................................
2.1.8. Tahap Perkembangan Keluarga ...........................................................
2.2. Asuhan Keperawatan Keluarga .......................................................................
2.2.1. Pengkajian ............................................................................................
2.2.2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................
2.2.3. Intervensi .............................................................................................
2.2.4. Implementasi ........................................................................................
2.2.5. Evaluasi ................................................................................................
2.3. Konsep Lansia .................................................................................................
2.3.1. Definisi Menua ....................................................................................
2.3.2. Teori Proses Menua .............................................................................
2.3.3. Penyakit Umum pada Lanjut Usia .......................................................
2.3.4. Perencanaan Makan untuk Lanjut Usia ..............................................
2.3.5. Cara Pemberian Makan Lnjut Usia ......................................................
2.4. Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia ............................................................
2.4.1. Pengkajian ............................................................................................
2.4.2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................
2.4.3. Intervensi .............................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga


2.1.1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena pertalian darah, ikatan perkawinan atau adopsi (Faisalado, 2014).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis hidup Bersama atau seseorang perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga (Padila, 2012).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga
(Friedman M. Marilyn. 2010).
2.1.2. Ciri-Ciri Keluarga
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya berkaitan
dengan kemampuan untuk memepunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tinggal Bersama, rumah atau rumah tangga.
(Padila, 2012)
2.1.3. Tipe Keluarga
Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang dibedakan menjadi keluarga
tradisional dan non tradisional, yaitu :
1. Keluarga Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak.
b. The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang hidup
dalam satu rumah tetapi tanpa anak.
c. Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah
karena mengejar karir atau Pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai paman, bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan, dan lain
sebagainya.
f. The single parent family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang
terdiri dari satu orang tua bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat terjadi
karena proses perceraian, kematian atau bahkan ditinggalkan.
g. Commuter family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota
yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga dapat
berkumpul Bersama di salah satu kota yang menjadi tempat tinggal.
h. Multigenerational family, yaitu keluarga yang generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family, yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang serta pelayanan bersama. Seperti menggunakan
dapur, kamar mandi, televisi, atau telepon bersama.
j. Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single adult family, yaitu keluarga yang terdiri
dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(seperasi) seperti perceraian atau ditinggal mati.
2. Keluarga Non Tradisional
a. The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan keluarga dengan
anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas sama, pengalaman sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heteroseksual cohabiting family, yaitu keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families, yaitu keluarga dengan seseorang yang mempunyai
persamaan jenis kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital partners).
f. Cohabiting couple, yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang
hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena bebrapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling
menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk seksual dan
membesarkan anaknya.
h. Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau
nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang
barangrumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara untuk waktu sementara.
j. Homeless family, yaitu keluarga terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dana atau problem kesehatan mental
k. Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
(Faisalado, 2014).
2.1.4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga di Indonesia, diantaranya adalah :
1. Patrilineal
Adakah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sadarah ibu.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga seadarah ayah
5. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak suadara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
pasangan suami istri (Padila, 2012).
2.1.5. Fungsi Pokok Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Padila tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang Bahagia.
Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki,
rasa berarti serta merupakan kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
Kompnen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif
adalah :
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung.
Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka
kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan
yang hangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga
tersebut akan menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar
keluarga.
b. Saling melengkapi, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap
anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai
keberadaannya dan haknya.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hidup baru.
Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan dan
keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak.
Hubungan selanjutnta akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua- anak
dan antar anak melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti
kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif
dimana anak meniru perilaku orang tua melalui hubungan interaksi mereka.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu
yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam dukungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berkhir setelah meninggal.
Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan sosialisasi. Tahap
perkembangan individu dan keluarga akan dicapai melalui interaksi atau hubungan yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai atau
norma, budaya dan perilaku melalui interakis dalam keluarga sehingga individu mampu
berperan di masyarakat.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumber daya manusia. Adanya program keluarga berencana, maka fungsi
ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan
atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua
(single parent).
4) Fungi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan
rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh
keluarga dibawah garis kemiskinan (gakin atau pra keluarga sejahtera).
5) Fungsi perawatan kesehatan
Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga
berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan
kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau
pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status
kesehatan indivisu dan keluarga.
2.1.6. Karakteristik Keluarga Sehat
Menurut Friedman tahun 2010, keluarga sehat merupakan keluarga yang
kompeten atau berfungsi secara optimal. Keluarga yang berfungi secara optimal
ditandai dengan :
1. Menunjukkan tingkat kemampuan keterampilan negosiasi yang tinggi dalam
menghadapi masalahnya secara terus-menerus
2. Mengungkapkan berbagai perasaan, kepercayaan, dan perbedaan mereka dengan
jelas, terbuka, dan spontan
3. Menghargai perasaan anggotanya
4. Memotivasi otonomi anggotanya
5. Mengharapkan anggota keluarga untuk memikul tanggung jawab pribadi
terhadap tindakan yang mereka lakukan
6. Menunjukkan perilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu sama lain.
Dalam keluarga ini orang tua merupakan pemimpin nyata dan saling
memperhatikan. Kepemimpinan keluarga bersifat setara dan berasal dari
pernikahan/kedua orang tua. Orang tua membentuk persatuan yang kuat sebagai
orang tua dan menunjukkan cara menghargai dan afeksi/kedekatan bagi anak-
anaknya. Keluarga memperlihatkan sikap optimis dan merasa nyaman satu sama
lain.
2.1.7. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya (Padila, 2012)
Menurut Widagdo tahun 2016 tugas keluarga dalam kesehatan yaitu :
1) Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarga
Data yang dikaji adalah apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang
sedang diderita anggota keluarga, apakah keluarga mengerti tentang arti dari tanda dan
gejala penyakit yang diderita anggota keluarga. Bagaimana persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan anggota keluarga. Bagimana persepsi keluarga terhadap upaya yang
dilakukan untuk menjaga kesehatan.
2) Mengambil keputusan yang tepat
Data yang dikaji adalah bagaimana kemampuan keluarga mengambil keputusan
apabila ada anggota keluarga yang sakit, apakah diberikan tindakan sendiri di rumah
atau dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Siapa yang mengambil keputusan untuk
melakukan suatu tindakan apabila anggota keluarga sakit. Bagaimana proses
pengambilan keputusan dalam keluarga apabila ada anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mampu melakukan perawatan
untuk anggota keluargamya yang mengalami masalah kesehatan. Apakah keluarga
mengetahui sumber-sumber makanan bergizi, apakah diet keluarga yang mengalami
masalah kesehatan sudah memadai, siapa yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan belnja dan pengolahan makanan untuk enggota keluarga yang sakit, berapa
jumlah dan komposisi makanan yang dikonsumsi oleh keluarga yang sakit sehari,
bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jadual makan. Apakah jumlah jam
tidur anggota keluarga sesuai dengan perkembangan, apakah jadual tidur tertentu yang
harus diikuti oleh anggota keluarga, fasilitas tidur anggota keluarga. Bagaimana
kebiasaan olah raga anggota keluarga, persepsi keluarga terhadap kebiasaan olah raga,
bagaimana latihan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Apakah ada
kebiasaan keluarga mengkonsumsi kopi dan alcohol, bagaimana kebiasaan minum obat
pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apakah keluarga secara
teratur menggunakan obat-obatan tanpa resep, apakah obat-obatan ditempatkan pada
tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak. Apakah yang idlakukan keluarga
untuk memperbaiki status kesehatannya, apa yang dilakukan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit, apakah ada keyakinan, sikap dan nilai-nilai dari keluarga
dalam hubungannya dengan perawatan di rumah.
Contoh : ketika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya hipertensi. Apakah
keluarga sudah memberikan diet rendah garam, mengingatkan minum obat secara
teratur, mengingatkan kontrol ke pelayanan kesehatan, dan mengingatkan untuk
olahraga.
4) Memodifikasi lingkungan yang sehat
Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mengatur dan memelihara lingkungan fisik
dan psikologis bagi anggota keluarganya. Lingkungan fisik, bagaimana keluarga
mengatur perabot rumah tangga, menjaga kebersihannya, mengatur ventilasi dan
pencahayaan rumah. Lingkungan psikologis, bagaimana keluarga menjaga
keharmonisan hubungan antaranggota keluarga, bagaimana keluarga memenuhi privasi
masing-masing anggota keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang mudah dijangkau dari tempat tinggalnya, misalnya Posyandu,
Puskesmas Pembantu, Pusekesmas, dan Rumah Sakit terdekat dengan rumahnya.
Sumber pembiayaan yang digunakan oleh keluarga, bagaimana keluarga membayar
pelayanan yang diterima, apakah keluarga masuk asuransi kesehatan, apakah keluarga
mendapat pelayanan kesehatan gratis. Alat transportasi apa yang digunakan untuk
mencapai pelayanan kesehatan, masalah apa saja yang ditemukan jika keluarga
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan umum.
2.1.8. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Padila tahun 2012, terdapat 5 tahap perkembangan keluarga,
diantaranya sebagai berikut :
1. Keluarga antara (masa bebas/pacarana) dengan usia dewasa muda
2. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
3. Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai anak usia
sekolah)
4. Keluarga yang memiliki anak dewasa
5. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah
6. Keluarga lansia
Berikut diuraikan kedalapan tahap siklus kehidupan keluarga. Berikut tugas
perkembangannya menurut Padila tahun 2012 :
1. Tahap keluarga pemula (beginning family)
Keluarga baru atau pasangan yang belum memiliki anak.
Tugas perkembangnnya adalah :
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
d. Menetapkan tujuan bersama
e. Persiapan menjadi orang tua
f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua).
2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (Child bearing)
Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (integrase bayi
dalam keluarga)
b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga
c. Mempertahankan hubungn perkawinan yang memuaskan
d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran orang
tua, kakek dan nenek
e. Bimbingan orang tua tentang partumbuhan dan perkembangan anak
f. Konseling KB post partum 6 minggu
g. Menata ruang untuk anak
h. Menyiapkan biaya Child bearing
i. Memfasilitasi role learning anggota keluarga
j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan – 6 tahun
Tugas perkembangan keluarga :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi dan keamanan
b. Mensosialisasikan anak
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak yang lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan
hubungan orang tua-anak) serta hubungan diluar keluarga (keluarga besar
dan komunitas)
e. Pembagian waktu, individu pasangan dan anak
f. Pembagian tanggung jawab
g. Merenacanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
Tugas perkembangan keluarga :
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
b. Mempertahankan hubungn perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
e. Menyediakan aktivitas untuk anak.
5. Tahap keluarga dengan anak remaja
Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun
Tugas perkembangan keluarga :
a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembalu hubungan intim perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan
kembang anggota keluarga
6. Tahap keluarga dengan anak dewasa
Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah
Tugas perkembangan keluarga :
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru dari
perkawinan anak-anaknya
b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
c. Membantu orang tua lanjut usia dan skit-sakitan dari suami atau istri
d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat
e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh abgi anak-
anaknya.
7. Tahap keluarga usia pertengahan (midle age family)
Tugas perkembangan keluarga :
a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orang tua (lansia) dan anak-anak
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
d. Persiapan masa tua atau pension
8. Tahap keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan keluarga :
a. Penyesuaian tahap pension dengan cara merubah cara hidup
b. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
d. Mempertahankan hubungan perkawinan
e. Meneyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
f. Memepratahanan ikatan keluarga antar generasi
g. Melakukan life review masa lalu.

2.2. Asuhan Keperawatan Keluarga

2.3. Konsep Lansia


2.3.1. Definisi Menua
Menurut Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H Hadi Martono tahun 1994
mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan
lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.
2.3.2. Teori Menua
1. Teori biologis
a. Teori genetic
1) Teori genetic clock
Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan
proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menu aitu telah terprogram
secara genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya
memiliki suatu jam genetic/ jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang diputar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.
2) Teori mutasi somatik
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutase somatic
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya
akan terajdi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker
atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutase sel
kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b. Teori nongenetic
1) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory).
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus pada usia dewasa
berinvolusi dan sejak saat itu terjadi kelainan autoimun.
2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam
tubuh karena adanya proses metabolism atau proses pernapasan di dalam
mitokondria. Radikal bebas dianggal sebagai penyebab penting
terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti : asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet
makanan, radiasi, sinar ultraviolet.
3) Teori menua akibat metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagau percobaan hewan, bahwa
pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang
menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur.
4) Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleta (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan
terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi pada
proses menua.
5) Teori fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik. Terdiri atas
teori oksidasi stress, dan toeri dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini
terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh Lelah terpakai
(regenerasi jaringan tidak dapat memepertahankan kestabilan lingkungan
internal).
2. Teori Sosiologis
a. Teori interaksi social
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi social
menurut kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan
kemampuan bersosialisasi.
Pokok-pokok social exchange theory antara lain :
1. Masyarakat terdiri atas actor social yang berupaya mecapai tujuan
masing-masing
2. Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi social yang memerlukan biaya
dan waktu
3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seseorang actor
memerlukan biaya
b. Teori aktivitas atau kegiatan
1. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsng
2. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas
tersebut selama mungkin
3. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia
4. Mempertahankan hubungan antara sistem social dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia
c. Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjut usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
2.3.3. Penyakit Umum Pada Lanjut Usia
Menurut Stiegllitz, tahun 1954, ada empat penyakit yang sangat erat
hubungannya dengan proses menua yakni :
1. Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pembuluh darah diotak (coroner), ginjal dan lain-lain.
2. Gangguan metabolism hormonal, misalnya diabetes melitus, klimaterium, dan
ketidakseimbangan tiroid.
3. Gangguan pada persendian, misalnya osteoarthritis, gout artritis, ataupun
penyakit kolagen lainnya
4. Berbagai macam neoplasma
Menurut The National Old People’s Welfare Council di Inggris, penyakit atau
gagngguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, yakni :
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronchitis kronis
4. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa/sendi pinggul
6. Anemia
7. Demensia
8. Gangguan penglihatan
9. Ansietas/kecemasan
10. Dekompensasi kordis
11. Diabetes melitus, osteomalasia, dan hipotiroidisme
12. Gangguan defekasi
Penyakit lanjut di Indonesia meliputi :
1. Penyakit sistem pernafasan
2. Penyakit kardiovaskular dan pembuluh darah
3. Penyakit pencernaan makanan
4. Penyakit sistem urogenital
5. Penyakit gangguan metabolic/endokrin
6. Penyakit pada persendian dan tulang
7. Penyakit yang disebabkan oleh proses keganasan
(Nugroho, 2008)
2.3.4. Perencanaan Makan untuk Lansia
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan untuk klien
lanjut usia :
1. Porsi makan perlu diperhatikan, jangan terlalu kenyaang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering
dengan porsi yang kecil.
2. Banyak minum dan kurangi garam. Banyak minum dapat mempelancar
pengeluaran sisa makanan. Menghindari makanan terlalu asin akan mengurangi
kerja ginjal dan mencegah kemungkinan terjadinya tekanan darah tinggi
3. Membatasi penggunaan kalori hingga berat badan dalam batas normal, terutama
makanan yang manis atau gula dan makanan yang berlemak. Kebutuhan usia di
atas 60 tahun adalah 1700 kalori dan diatas 70 tahun adalah 1500 kalori.
4. Bagi lanjut usia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut, hal berikut perlu
diperhatikan :
a. Mengonsumsi makanan yang mudah dicerna
b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan gorengan
c. Bila kesulitas mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik,
makanan harus lunak/lembek atau dicincang
d. Makan dalam porsi kecil, tetapi sering
e. Makanan kudapan, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
f. Batasi minum kopi dan the. Minuman tersebut boleh diberikan, tetapi harus
diencerkan karena berguna untuk merangsang gerakan usus dan menambah
nafsu makan (Nugroho, 2008).
2.3.5. Cara Pemberian Makan Lanjut Usia
1. Posisikan klien setengah duduk
2. Periksa apakah mulutnya dalam keadaan bersih
3. Letakkan lap makan atau serbet di atas dadanya, guna mencegah bajunya tidak
kotor
4. Suapi dengan sendok yang tidak terlalu penuh, lalu masukkan ke dalam
mulutnya
5. Penolong atau perawat dapat duduk atau berdiri si sisi tempat tidur
6. Sediakan waktu yang cukup untuk memebantu memberi makan
7. Jangan tergesa-gesa agar jalan makanan tidak terganggu dan juga tidak
mengganggu atau mengurangi nafsu makan (Nugroho, 2008).

2.4. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


2.4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama pada proses keperawatan, meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan menghasilkan diagnosis keperawatan. Tujuan
pengkajian :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
2. Melengkapi dasar rencana perawatan individu
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab
Pengkajian meliputi aspek :
1. Fisik
a. Wawancara :
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
 Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
 Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
 Kebiasaan makan, minum, istrihat/tidur, buang air besar/kecil
 Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia
 Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
 Kebiasaan lnajut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
 Masalah seksual yang dirasakan
b. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi sistem tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head to
toe(dari ujung kepala sampai ke ujung kaki) dan sistem tubuh.
2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses piker, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
3. Sosial-ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada
4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
Pengkajian Dasar Lnjut Usia
1. Temperature / suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermia) + 35oC
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Denyut nadi
a. Kecepatan, irama dan volume
b. Apical, radikal, pedal
3. Respirasi (pernapasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman
b. Pernafasan tidak teratur
4. Tekanan darah
a. Saat baring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat psoisi tubuh
5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
6. Tingkat orientasi
7. Memori (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
Sistem persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun dan melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan mellihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena mennua
a. Jangan diuji di depan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem kardiovaskular
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema
Sistem gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual dan muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, inkontinensia alvi
Sistem genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air
kecil)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria
6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairan seksualitas
f. Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem kulit
1. Kulit
a. Temperature, tinngkat kelembapan
b. Keutuhan kulit : luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Adanya gangguan umum
Sistem musculoskeletal
1. Kontarktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekutan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
1. Menunjukkan tanda meningkatnya ketergantungan
2. Focus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan
2.4.2 Diagnosis Keperawatan
1. Fisik/biologis
a. Gangguan nutrisi : kurang/lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan asupan tidak adekuat
b. Gangguan persepsi sensori : pendengaran, penglihatan yang berhubungan
dengan adanya hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan
c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri
d. Potensial cedera fisik yang beruhungan dengan penurunan fungsi tubuh
e. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
f. Perubahan pola eliminasi yang berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
atau adanya secret pada jalan nafas
g. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekkuatan sendi dan
lain-lain
2. Psikososial
a. Isolasi social yang berhubungan dengan perasaan curiga
b. Menarik diri dari lingkungan yang berhubungan dengan perasaan tidak
mampu
c. Depresi yang berhubungan dengan isolasi social
d. Harga diri rendah yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan perasaan secara tepat
e. Cemas yang berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas
3. Spiritual
a. Reaksi berkabung/berduka yang berhubungan dengan ditinggal pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan yang berhubungan dengan ketidaksiapan
mengahadapi kematian
c. Marah terhadap Tuhan yang berhubungan dengan kegagalan yang dialami
d. Perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadan secara tepat
2.4.3 Renacana Keperawatan
Rencana keperawatan dapat :
1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya
3. Menentukan prioritas
a. Klien mungkin puas dengan situasi demikian
b. Bangkitkan perubahan, tetapi jangan memaksakan
c. Keamanan atau rasa aman adalah kebutuhan yang utama
d. Cegah timbulnya masalah
4. Sediakan cukup waktu bagi klien untuk mendapatkan masukan
5. Tulis semua rencana dan jadwal
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
dasar, anatara lain memenuhi kebutuhan nutrisi, meningkatkan keamanan, dan
keselamatan, memelihara kebersihan diri, memelihara keseimbangan istirahat tidur,dan
meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia :
a. Penuruanan alat penciuman dan pengecap
b. Pengunyahan kurang sempurna
c. Gigi yang tidak lengkap
d. Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar
e. Melemahnya otot lambung dan usus
Penanganan kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
a. Kalori pada lanjut usia pria adalah 2100 kalori dan perempuan 1700 kalori.
Dapat dimodifikasi bergantung pada keadaan lanjut usia (mis. Gemuk/kurus
atau disertai demam)
b. Karbohidrat 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan
c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan
terjadi penyakit 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan
d. Protein, untuk mengganti sel yang rusak 20-25% dari total kalori yang
dibutuhkan
e. Kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia muda
f. Air, 6-8 gelas per hari
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lanjut usia
Penyebab kecelakaan pada lnjut usia :
a. Fleksibilitas kaki yang berkurang
b. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun
c. Pencahayaan yang berkurang
d. Lantai licin dan tidak rata
e. Tangga tidak ada pengaman
f. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
g. Kehilangan kesadaran tiba-tiba (sinkope)
Tindakan mencegah kecelakaan
a. Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan
b. Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
c. Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
d. Bila mengalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan
e. Bantu klien ke kamar mandi, terutama untuk lanjut usia yang menggunakan
obat penenang/diuretic
f. Gunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu
g. Usahakan ada yang menemanni jika bepergian
3. Memelihara kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan pada lanjut usia :
a. Penurunan daya ingat
b. Kurangnya motivasi
c. Kelemahan dan ketidakmampuan fisik
Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain :
a. Mengingatkan/membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan diri
b. Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan losion kulit
c. Mengingatkan lanjut usia untuk memberishkan lubang telinga, mata, dan
menggunting kuku
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
Upaya yang dilakukan antara lain :
a. Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman
b. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan
c. Melatih lanjut usia melakukan latihan fisik ringan untuk mempelancar
sirkulasi dan melenturkan otot (dapat di sesuaikan dengan hobi)
d. Memberi minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
a. Masalah umum yang dikemukakan lanjut usia adalah daya ingat menurun,
depresi, cepat marah, mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan oleh
hubungan interpersonal yang tidak adekuat
b. Upaya yang dilakukan antara lain :
 Berkomunikasi dengan lanjt usia dengan kontak mata
 Memberikan stimulus/meningatkan lanjut usia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan
 Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang denga lanjut usia
 Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan
perasaan dan tanggap terhadap respon non verbal
 Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentua sesuai dengan
kemampuan lanjut usia
 Menghargai pendapat lanjut usia
6. Menjaga mobilitas aman
a. Cegah gerak mendadak, berdiri, dan hiperekstensi leher lama
b. Berdiri perlahan
c. Alat bantu mudah dijangkau

Anda mungkin juga menyukai