Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Gerontik


Dosen Pengampu : Ns. Rany Agustin Wulandari., M.Kep

Kelompok 2

1. Badzrotus Sakinah (NIM. 17-03714-1049)


2. Deby Aprilia Wulandari (NIM. 17-03714-0995)
3. Desita Yolanda Putri (NIM. 17-03714-1027)
4. Dewi Novitasari (NIM. 17-03714-0979)
5. Devi Nurul Aisyah (NIM. 17-03714-0985)
6. Fitri Hanifiah Megarani (NIM. 17-03714-1014)
7. Ilham Noerrachman Khobir (NIM. 17-03714-1000)
8. Putri Intan Kumalasari (NIM. 17-03714-1029)
9. Sindy Dwi Annisa (NIM. 17-03714-1010)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ni disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program
Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin megucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Ibu Ns Rany Agustin W, M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Gerontik;
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 07 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Malasah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Umum .............................................................................................. 2
1.4 Tujuan Khusus ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Definisi ......................................................................................................... 3
2.2 Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Asuhan Keperawatan Lansia ............... 3
2.3 Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia ........................................................... 4
2.4 Landasan Hokum Asuhan Keperawatan Lanjut Usia ................................. 5
2.5 Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia .................................................... 5
2.6 Pengkajian ................................................................................................... 6
2.7 Pengkajian Dasar ......................................................................................... 8
2.8 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 13
2.9 Rencana Tindakan ....................................................................................... 34
2.10 Tindakan Keperawatan ............................................................................... 38
2.11 Perawatan Lanjut Usia ................................................................................ 42
2.12 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia ............................................................. 47
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 49
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 49
3.2 Saran ............................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara
dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula
angka harapan hidup penduduknya. Masalah lansia mulai mendapat perhatian
pemerintah dan masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut
dan makin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam
pembangunan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan
kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan/atau mentalnya
tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah dann masyarakat.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional
kesehatan, serta bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk
mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.
Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah dikerjakan
pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia, kelompok lansia,
keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda (STW),
Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat
Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan
kesehatan dan kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya,
keluarga maupun masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah Definisi Lanjut Usia ?
2. Hal-Hal apa Yang Harus Diperhatikan Dalam Asuhan Keperawatan
Lansia ?
3. Apakah Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia ?

1
4. Bagaimana Landasan Hukum Asuhan Keperawatan Lanjut Usia ?
5. Apakah Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia ?
6. Bagaimana Pengkajian Asuhan Keperawatan Lanjut Usia ?
7. Bagiaman Pengkajian Dasar Asuhan Keperawatan Lanjut Usia ?
8. Bagaimana Diagnosa Keperawatan Lanjut Usia ?
9. Bagaiamana Rencana Tindakan Lanjut Usia ?
10. Bagaimana Tindakan Keperawatan Lanjut Usia ?
11. Bagaiamana Perawatan Lanjut Usia ?
12. Bagaimana Pendekatan Perawatan Lanjut Usia ?

1.3. Tujuan Umum


Untuk menegtahui asuhan keperawatan pada lanjut usia

1.4. Tujuan Khusus


1. Untuk Mengetahui Definisi Lanjut Usia
2. Untuk Mengetahui Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Asuhan
Keperawatan Lansia
3. Untuk Mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia
4. Untuk Mengetahui Landasan Hukum Asuhan Keperawatan Lanjut
Usia ?
5. Untuk Mengetahui Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia ?
6. Untuk Mengetahui engkajian Asuhan Keperawatan Lanjut Usia ?
7. Untuk Mengetahui Pengkajian Dasar Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
?
8. Untuk Mengetahui Diagnosa Keperawatan Lanjut Usia ?
9. Untuk Mengetahui Rencana Tindakan Lanjut Usia ?
10. Untuk Mengetahui Tindakan Keperawatan Lanjut Usia ?
11. Untuk Mengetahui Perawatan Lanjut Usia ?
12. Untuk Mengetahui Pendekatan Perawatan Lanjut Usia ?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Geriatric berasal dari kata geros yang artinya lanjut usia dan eatriea
yang artinya kesehatan/medical.
Gerontologi adalah pengetahuan yang mencakup segala bidang
persoalan mengenai orang berusia lanjut, yang didasarkan pada hasil
penyelidikan ilmu : antopologi, antropometri, sosiologi, pekerjaan sosial,
kedokteran geriatric, psikiatrik geriatric, psikologi, dan ekonomi (menurut
Pergeri).

2.2. Hal-Hal yang diperhatikan dalam memberi Asuhan Keperawatan Lanjut


Usia
1. Populasi lanjut usia sangat heterogen
Artinya, tidak semua individu lanjut usia memerlukan asuhan keperawatan
dalam bentuk dan jenis pelayanan yang sama. Secara keseluruhan, lanjut
usia termasuk golongan populasi yang rapuh terhadap kesehatan, tetapi
dalam derajat yang berbeda-beda. Dari aspek kesehatan, perbedaan ini
dapat terlihat dari kondisi lanjut usia yang :
a. Sehat
b. Setengah sakit dan setengah sehat
c. Sakit akut (akut ringan, sedang dan berat)
d. Sakit kronis
e. Sakit gangguan mental (termasuk demensia)
f. Sakit terminal
g. Sakit tidak ada harapan untuk sembuh/hidup

2. Jenis asuhan keperawatan yang dibutuhkan sangat bervariasi


Harus diingat bahwa heterogenitas populasi lanjut usia yang ada
disertao kenyataan bahwa aspek fungsional seorang lanjut usia bergantung
pada tiga factor, yakni factor fisik, psikis, dan sosial-ekonomi. Oleh karena

3
itu, jelas bahwa akan terdapat banyak jenis asuhan keperawatan yang
dibutuhkan. Perawat professional harus mempunyai pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap dalam memberi asuhan keperawatan gerontik di
berbagai tingkat tatanan pelayanan. Pada dasarnya, secara garis besar
asuhan keperawatan gerontik dibagi dalam dua area, yaitu asuhan
keperawatan gerontik ditatanan klinis dan suhan keperawatan gerontik di
tatanan komunitas.
Dalam meberikan asuhan keperawatan pada kedua area tersebut,
perawat harus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi mengkaji, merumuskan diagnose, merencanakan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan (implementasi), dan
mengevaluasi.
3. Asuhan keperawatan lanjut usia membutuhkan keterkaitan dengan semua
bidang antara lain kesehatan, sosial, agama, olahraga, atau kesenian.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lanjut usia, perawat
memerlukan pendekatan tertentu. Hal ini mengingat lanjut usia memiliki
berbagai masalah kesehatan dan kekhususan serta mengalami penurunan
faal diberbagai organ tubuh dan biasanya banyak mengonsumsi berbagai
obat (multifarmasi)

2.3. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
dengan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan
kesehatan, sehingga memiliki ketenangan hiudp dan produktif sampai
akhir hayatnya.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya telah
lanjut degan perawatan dan pencegahan
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien usia lanjut
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (baik kronis maupun akut)

4
5. Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar klien lanjut usia yang menderita
suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal)

2.4. Landasan Hukum Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Undang-undang Dasar 1945, Pasal 27 Ayat 2 dan Pasal 34.
2. Undang-undnag No. 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan, Bab 1
Pasal 1 Ayat 1.
3. Undang-undang No. 4 Tahun 1965 tentang pemberian bantuan
penghidupan orang tua.
4. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah di
daerah
5. Undang-undnag No. 6 Tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan
sosial.
6. Program PBB tentang lanjut usia, Kongres International WINA tahun
1983
7. Undang-undang No. 10 Tahun 1992 tentan perkembangan dan
pembangunan keluarga sejahtera
8. Undang-undang No. 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun.
9. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
10. Perencanaan Hari Lanjut Usia Nasional oleh Presiden, 29 Mei 1996 di
Semarang
11. Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
12. Perencanaan Hari Lanjut Usia Internasional oleh PBB pada tanggal 1
Oktober Tahun 1999
13. Sasaran WHO tahun 2000
14. Etika umum dan etika keperawatan
15. Aksi Nasional untuk Kesejahteraan Lanjut Usia Tahun 2003

5
16. Undang-undang No 40 Tahun 2004 Tentang sistem jaminan sosial
nasional
17. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya
peningkatan kesejahteraan lanjut usia
18. Keppres No. 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia
(Komnas Lansia)

2.5. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

2.6. Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat professional harus
menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini adalah proses
pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pengkajian adalah langkah pertama pada proses keperawatan,
meliputi pengumpulan data, analisis data, dan menghasilkan diagnosis
keperawatan. Tujuan pengkajian :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
2. Melengkapi dasar rencana perawatan individu
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab
Pengkajian meliputi aspek :
1. Fisik
a. Wawancara :
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
 Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usi
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
 Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan
pendengaran

6
 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
 Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia
 Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
 Kebiasan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan
kebiasaan dalam minum obat
 Masalah seksual yang dirasakan
b. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi sistem
tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah
head to toe (dari ujung kepala sampai ke ujung kaki) dan
sistem tubuh
2. Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir,
alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah
3. Sosial ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi

7
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada
4. Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

2.7. Pengkajian Dasar


Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat
mendasar pada proses menua yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam
melakukan pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian
harus dilakukan terhadap fungsi semua sistem, status gizi, dan aspek
psikososialnya.
1. Temperature/suhu tubuh
a. Mungkin (hipotermia) + 35oC
b. Lebih teliti diperksa di sublingual
2. Denyut nadi
a. Kecepatan, irama, volume
b. Apical, radial, pedal
3. Respirasi (pernafasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman
b. Pernapasan tidak teratur
4. Tekanan darah
a. Saat baring, duduk, berdiri
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir
6. Tingkat orientasi

8
7. Memori (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial

Ssitem Persarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak
a. Tidak semua orang menjadi senil
b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
a. Jangan diuji di depan jendela
b. Gunakan tangan atau gambar
c. Cek kondisi kacamata
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar
b. Tinnitus
c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
8. Adanya rasa sakit atau nyeri

Sistem Kardiovaskular
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema

9
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Asupan diet
3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah
4. Mengunyah, menelan
5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, inkontinensia alvi

Sistem Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang
air kecil)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Dysuria
6. Seksualitas
a. Kurang minat melakukan hubungan seks
b. Adanya disfungsi seksual
c. Gangguan ereksi
d. Dorongan/daya seks menurun
e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas
f. Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit
1. Kulit
a. Temperature, tingkat kelembapan
b. Keutuhan kulit : luka, luka terbuka, robekan
c. Turgor (kekenyalan kulit)
d. Perubahan pigmen

10
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan umum

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatan gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
a. Ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
d. Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis

Psikososial
1. Menunjukkan tanda meningkatnya ketergantungan
2. Fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan

11
2.7. Diagnosa Keperawatan

Fisik/Biologis
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Nanda, 2018 – 2020
Domain 2. Kelas 1. Kode diagnosis 00002
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.

Batasan Karakteristik
- Kram abdomen - Kurang minat pada makanan
- Nyeri abdomen - Tonus otot menurun
- Gangguna sensasi rasa - Kesalahan persepsi
- Kurang minat pada makanan - Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun Ketidakmampuan memakan
- Kesalahan informasi makanan
- Berat badan 20% atau lebih di - Cepat kenyang setelah makan
bawah rentang berat badan ideal - Sariawan rongga mulut
- Kerapuhan kapiler - Kelemahan otot pengunyah
- Diare - Kelemahan otot untuk menelan
- Kehilangan rambut berlebihan - Penurunan berat badan dengan
- Enggan makan asupan adekuat
- Asupan makanan kurang dari
recommended daily allowance
(RDA)
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi

Faktor berhubungan
- Asupan diet kurang

12
Populasi beresiko
- Factor Biologis - Kesulitan ekonomi

Kondisi Terkait
- Ketidakmampuan mengabsorpsi - Ketidakmampuan makan
nutrient - Gangguan psikososial
- Ketidakmampuan mencerna
makanan

13
2. Defisit Perawatan Diri: Mandi
Nanda, 2018-2020
Domain 4. Kelas 5. Kode Diagnosis 00108.
Definisi : ketidakmampuan melakukan pembersihan diri saksama secara
mandiri

Batasan Karakteristik
- Ketidakmampuan mengakses - Ketidakmampuan mengambil
kamar mandi perlengkapan mandi
- Ketidakmampuan menjangkau - Ketidakmampuan mengatur air
sumber air mandi
- Ketidakmampuan mengeringkan - Ketidakmampuan membasuh tubuh
tubuh

Faktor Yang Berhubungan


- Ansietas - Nyeri
- Penurunan motivasi - Kelemahan
- Kendala lingkungan

Kondisi Terkait
- Gangguan fungsi kognitif - Gangguan musculoskeletal
- Ketidakmampuan merasakan - Gangguan neuromuscular
bagian tubuh - Gangguan persepsi
- Ketidakmampuan merasakan
hubungan special

14
3. Risiko Cedera
Nanda, 2018-2020
Domain 11. Kelas 2. Kode Diagnosis 00035
Definisi : Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan defensive individu, yang dapat
mengganggu kesehatan

Faktor Risiko
- Kurang sumber nutrisi - Pamajanan zat kimia toksik
- Pajanan pada pathogen - Tingkat imunisasi di komunitas
- Pamajanan zat kimia toksik - Kurang pengetahuan tentang faktor
- Tingkat imunisasi di komunitas yang dapat diubah
- Kurang pengetahuan tentang faktor - Malnutrisi
yang dapat diubah - Agens nosocomial
- Kurang sumber nutrisi - Hambatan fisik
- Pajanan pada pathogen - Moda transportasi tidak aman

Populasi Berisiko
- Usia ekstrem - Gangguan mekanisme pertahanan
primer

Kondisi terkait
- Profil darah abnormal - Disfungsi biokimia
- Gangguan fungsi kognitif - Disfungsi efektor
- Gangguan psikomotor - Disfungsi imun
- Gangguan sensasi - Disfungsi integrase sensori
- Disfungsi autoimun - Hipoksia jaringan

15
4. Gangguan Pola Tidur
Nanda, 2018-2020
Domain 4. Kelas 1. Kode Diagnosis 00198
Definisi : Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal

Batasan Karakteristik
- Kesulitan berfungsi sehari-hari - Ketidakpuasan tidur
- Kesulitan memulai tertidur - Tidak merasa cukup istirahat
- Kesulitan mempertahankan tetap - Terjaga tanpa jelas penyebabnya
tidur

Faktor Yang Berhubungan


- Gangguan karena cara tidur - Kurang privasi
pasangan tidur - Pola tidur tidak menyehatkan
- Kendala lingkungan

Kondisi terkait
- Imobilisasi

16
5. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Nanda, 2018 – 2020
Domain II. Kelas 2. Kode diagnosis 00031
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bershian jalan napas

Batasan Karaktersitik
- Tidak ada bau - Dispnea
- Suara napas tambahan - Sputum dalam jumlah yang
- Perubahan pola napas berlebihan
- Perubahan frekuensi napas - Batuk yang tidak efektif
- Sianosis - Ortopnea
- Kesulitan verbalisasi - Gelisah
- Penurunan bunyi napas - Mata terbuka lebar

Faktor yang berhubungan


- Mukus berlebihan - Sekresi yang tertahan
- Terpajan asap - Perokok pasif
- Benda asing dalam jalan napas - Perokok

Kondisi Terkait
- Spasme jalan napas - Hiperplasia pada dinding bronkus
- Jalan napas alergik - Infeksi
- Asma - Disfungsi neuromuskular
- Penyakit paru obstruksi kronis - Adanya jalan napas buatan
- Eksudat dalam alveoli

17
6. Hambatan Mobilitas Fisik
Nanda, 2018-2020
Domain 4. Kelas 2. Kode Diagnosis 00085
Definisi : keterbatasan dalam Gerakan fisi satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah

Batasan Karakteristik
- Gangguan sikap berjalan - Melakukan aktivitas lain sebgai
- Penurunan keterampilan motorik pengganti pergerakan
halus - Dyspnea setelah beraktivitas
- Penurunan keterampilan motoric - Tremor akibat bergerak
kasar - Instabilitas postur
- Penurunan rentang gerak - Gerakan lambat
- Waktu reaksi memanjang - Gerakan spastik
- Kesulitan membolak-balik posisi - Gerakan tidak terkoordinasi
- Ketidaknyamanan

Faktor Yang Berhubungan


- Intoleran aktivitas - Disuse
- Ansietas - Kurang dukungan lingkungan
- Indeks massa tubuh di atas - Kurang pengetahuan tentang nilai
persentil ke-75 sesuai usia aktivitas fisik
- Kepercayaan budaya tentang - Kaku sendi
aktivitas yang tepat - Malnutrisi
- Penurunan kekuatan otot - Nyeri
- Penurunan massa otot - Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan tubuh - Keengganan memulai pergerakan
- Depresi - Gaya hidup kurang gerak

18
Kondisi terkait
- Kerusakan integritas struktur - Gangguan musculoskeletal
tulang - Gangguan neuromuscular
- Gangguan fungsi kognitif - Agens farmaseutika
- Gangguan metabolism - Program pembatasan gerak
- Kontraktur - Gangguan sensoriperseptual
- Keterlambatan perkembangan

19
Psikososial
1. Isolasi Sosial
Nanda, 2018-2020
Domain 12. Kelas 3. Kode Diagnosis 00053
Definisi : kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul
karena orang lain dan sebagai suatu keadaan negative atau mengancam

Batasan Karakteristik
- Tidak ada sistem pendukung - Merasa tidak aman di tempat umum
- Kesendirian yang disebabkan oleh - Tindakan tidak berarti
orang lain - Anggota subkultur tertentu
- Ketidaksesuaian budaya - Tidak ada kontak mata
- Ingin sendirian - Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Kondisi difabel - Tidak mempunyai tujuan
- Perasaan beda dari orang lain - Tindakan berulang
- Afek datar - Afek sedih
- Riwayat ditolak - Nilai tidak sesuai dengan norma
- Bermusuhan budaya
- Penyakit - Menarik diri
- Menunjukkan permusuhan
- Ketidakmampuan memenuhi
harapan orang lain

Faktor Yang Berhubungan


- Minat tidak sesuai dengan - Sumber personal yang tidak adekuat
perkembangan - Perilaku sosial yang tidak sesuai
- Kesulitan membina hubungan norma
- Ketidakmampuan menjalin - Nilai-nilai tidak sesuai dengan
hubungan yang memuaskan norma budaya

Populasi Berisiko
- Keterlambatan perkembangan

20
Kondisi terkait
- Gangguan kesehatan - Perubahan kesejahteraan
- Perubahan penampilan fisik

21
2. Stress Berlebih
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00177
Definisi : Jumlah dan jenis permintaan/ tuntutan yang berlebihan yang
menunjukkan aksi atau tanggapan

Batasan Karakteristik
- Stress berlebih - Peningkatan perilaku marah
- Perasaan tertekan - Peningkatan ketidaksabaran
- Gangguan pengambilan keputusan - Dampak negative dari stress
- Gangguan berfungsi - Tegang
- Peningkatan marah

Faktor Yang Berhubungan


- Sumber daya tidak cukup - Stressor
- Stressor berulang

22
3. Harga Diri Rendah Kronik
Nanda, 2018-2020
Domain 6. Kelas 2. Kode Diagnosis 00119
Definisi : evaluasi diri/ perasaan negative tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan

Batasan Karakteristik
- Bergantung pada pendapat orang - Perilaku tidak asertif
lain - Sering kali mencari penegasan
- Melebih-lebihkan umpann balik - Pasif
negative tentang diri sendiri - Kontak mata kurang
- Secara berlebihan mencari - Menolak umpan balik positif
penguatan - Kegagalan hidup berulang
- Rasa bersalah - Rasa malu
- Enggan mencoba hal baru - Meremehkan kemampuan
- Perilaku bimbang mengatasi situasi

Faktor Yang Berhubungan


- Ketidaksesuaian budaya - Koping terhadap kehilangan tidak
- Kurang kasih saying efektif
- Kurang rasa memiliki - Merasa persetujuan orang lain tidak
- Kurang keanggotaan dalam cukup
kelompok - Ketidaksesuaian spiritual
- Kurang respek dari orang lain

Populasi Berisiko
- Terpapar peristiwa traumatic - Penguatan negative berulang
- Kegagalan berulang

Kondisi Terkait
- Gangguan psikiatrik

23
4. Harga Diri Rendah Situasional
Nanda, 2018-2020
Domain 6. Kelas 2. Kode Diagnosis 00120
Definisi : Munculnya persepsi negative tentang makna sebagai respons
terhadap situasi saat ini

Batasan Karakteristik
- Tidak berdaya - Ungkapan negative tentang diri
- Perilaku bimbang - Tantangan situasi terhadap harga
- Perilaku tidak asertif diri
- Tanpa tujuan - Meremehkan kemampuan
menghadapi situasi

Faktor Yang Berhubungan


- Gangguan citra tubuh - Ketidakadekuatan pemahaman
- Gangguan peran sosial - Pola ketidakberdayaan
- Perilaku tidak konsisten dengan - Harapan diri tidak realistic
nilai
- Penurunan control terhadap
lingkungan

Populasi Berisiko
- Transisi perkembangan - Riwayat kehilangan
- Riwayat pelepasan - Riwayat penolakan
- Riwayat penyiksaan - Pola kegagalan

Kondisi Terkait
- Gangguan fungsi - Penyakit fisik

24
5. Ketidakefektifan Koping
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00069
Definisi : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang
stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan/ atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia

Batasan karakteristik
- Perubahan konsentrasi - Ketidakmampuan memenuhi
- Perubahan pola tidur kebutuhan dasar
- Perubahan pola komunikasi - Ketidakmampuan memenuhi
- Perilaku destruktif terhadap orang harapan peran
lain - Strategi koping tidak efektif
- Perilaku destruktif terhadap diri - Akses dukungan sosial tidak
sendiri adekuat
- Kesulitan mengorganisasi informasi - Kurang perilaku yang berfokus
- Keletihan pada pencapaian tujuan
- Sering sakit - Kurang resolusi masalah
- Ketidakmampuan meminta bantuan - Ketidakmampuan mengatasi
- Ketidakmampuan mengikuti masalah
informasi - Perilaku mengambil risiko
- Ketidakmampuan menghadapi - Penyalahgunaan zat
situasi

Faktor Yang Berhubungan


- Derajat ancaman yang tinggi - Sumber yang tersedia tidak adekuat
- Ketidakmampuan mengubah energi - Gangguan pola melepaskan
yang adaptif ketegangan
- Penilaian ancaman tidak akurat - Persepsi control yang tidak adekuat
- Kurang percaya diri dalam - Kurang dukungan sosial
kemampuan mengatasi masalah
- Ketidakadekuatan kesempatan

25
untuk bersiap terhadap stressor

Populasi Berisiko
- Krisis maturase - Krisis situasi

26
6. Ansietas
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00146
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu,
akan adanya bahaya, dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.

Batasan karakteristik
Perilaku
- Penurunan produktivitas - Kontak mata yang buruk
- Gerakan ekstra - Gelisah
- Melihat sepintas - Perilaku mengintai
- Tampak waspada - Khawatir tentang perubahan dalam
- Agitasi peristiwa hidup
- Insomnia

Afektif
- Kesedihan yang mendalam - Peka
- Gelisah - Gugup
- Distress - Senang berlebihan
- Ketakutan - Menggemerutukkan gigi
- Perasaan tidak adekuat - Menyesal
- Putus asa - Berfokus pada diri sendiri
- Sangat khawatir - Ragu

27
Fisiologis
- Wajah tegang - Gemetar
- Tremor tangan - Tremor
- Peningkatan keringat - Suara bergetar
- Peningkatan ketegangan

Simpatis
- Gangguan pola pernafasan - Peningkatan tekanan darah
- Anoreksia - Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan reflex - Peningkatan frekuensi pernapasan
- Eksitasi kardiovaskular - Dilatasi pupil
- Diare - Vasokontriksi superfisial
- Mulut kering - Kedutan otot
- Wajah memerah - Lemah
- Palpitasi jantung

Parasimpatis
- Nyeri abdomen - Keletihan
- Perubahan pola tidur - Mual
- Penurunan tekanan darah - Kesemutan pada ekstremitas
- Penurunan denyut nadi - Sering berkemih
- Diare - Anyang-anyangan
- Pusing - Dorongan segera berkemih

Kognitif
- Gangguan perhatian - Penurunan kemampuan untuk
- Gangguan konsentrasi memecahkan masalah
- Menyadari gejala fisiologis - Lupa
- Bloking pikiran konfusi - Preokupasi
- Penurunan lapang persepsi - Melamun
- Penurunan kemampuan untuk - Cenderung menyalahkan orang lain
belajar

28
Faktor Yang Berhubungan
- Konflik tentang tujuan hidup - Ancaman kematian
- Hubungan interpersonal - Ancaman pada status terkini
- Penularan interpersonal - Kebutuhan yang tidak dipenuhi
- Stressor - Konflik nilai
- Penyalahgunaan zat

Populasi Berisiko
- Terpapar pada toksin - Perubahan besar
- Riwayat keluarga tentang ansietas - Krisis maturase
- Hereditas - Krisis situasi

29
Spiritual
1. Dukacita
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00136
Definisi : suatu proses konpleks yang normal meliptui respons dan
perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial dan intelektual ketika individu,
keluarga dan komunitas memasukkan kehilangan yang actual, adaptif, atau
diperspsikan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Batasan Karakteristik
- Perubahan tingkat aktivitas - Distress
- Perubahan pola mimpi - Menemukan makna dalam
- Perubahan fungsi imun kehilangan
- Gangguan fungsi neurorndokrin - Memelihara hubungan dengan
- Perubahan pola tidur almarhum
- Marah - Terluka
- Menyalahkan - Perilaku panik
- Putus asa - Pertumbuhan personal
- Memisahkan diri - Distress psikologis
- Disorganisasi/ kacau

Faktor Yang Berhubungan


- Akan dikembangkan

Populasi Berisiko
- Antisipasi kehilangan hal yang - Kematian orang terdekat
bermakna - Kehilangan objek penting
- Antisipasi kehilangan orang
terdekat

30
2. Distress spiritual
Nanda, 2018-2020
Domain 10. Kelas 3. Kode Diagnosis 00066
Definisi : suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan hambatan
kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri
sendiri, dunia, atau kekuatan yang Maha Tinggi

Batasan Karakteristik
- Ansietas - Insomnia
- Menangis - Mempertanyakan identitas
- Keletihan - Mempertanyakan makna hidup
- Kekuatan - Mempertanyakan makna penderita

Hubungan dengan Diri Sendiri


- Marah - Kurang diterima
- Kurang pasrah - Strategi koping tidak efektif
- Perasaan tidak dicintai - Kurang dorongan
- Rasa bersalah - Merasa hidup kurang bermakna

Hubungan dengan Orang Lain


- Perasaan asing - Menolak interaksi dengan orang
- Menolak interaksi dengan terdekat
pemimpin spiritual - Perpisahan dari sistem pendukung

Hubungan dengan Seni, Musik, Literatur, Alam


- Penurunan ekspresi tentang pola - Tidak berminat membaca literatur
kreativitas sebelumnya spiritual
- Tidak beminat pada alam

31
Hubungan dengan Kekuatan yang Lebih Besar dari Diri Sendiri
- Marah terhadap kekuatan yang - Ketidakmampuan berpartisipasi
lebih besar dari dirinya dalam aktivitas keagamaan
- Perasaan diabaikan - Ketidakmampuan berdoa
- Tidak berdaya - Mengungkapkan penderitaan
- Ketidakmampuan berintrospeksi - Meminta menemui pemimpin
- Ketidakmampuan mengalami keagamaan
pengalaman religiositas - Perubahan yang tiba-tiba dalam
praktik spiritual

Faktor Yang Berhubungan


- Ansietas - Kesepian
- Hambatan mengalami kasih saying - Harga diri rendah
- Perubahan ritual religious - Nyeri
- Perubahan praktik spiritual - Persepsi tentang tugas yang tidak
- Konflik budaya selesai
- Depresi - Asing tentang diri sendiri
- Perubahan lingkungan - Perpisahan dari sistem pendukung
- Ketidakmampuan memaafkan - Asing tentang sosial
- Peningatan ketergantungan pada - Gangguan sosiokultural
orang lain - Stressor
- Hubungan yang tidak efektif - Penyalahgunaan zat

Populasi Berisiko
- Penuaan - Mengalami bencana alam
- Kelahiran bayi - Konflik rasial
- Kematian orang terdekat - Menerima berita buruk
- Mengalami kejadian kematian - Kejadiaan hidup tidak terduga
- Transisi kehidupan
- Kehilangan

32
Kondisi terkait
- Menjelang ajal - Kehilangan bagian tubuh
- Penyakit kronik - Kehilangan fungsi bagian tubuh
- Sakit - Penyakit fisik
- Ancaman kematian - Program pengobatan

33
2.8. Rencana Tindakan
1. Pemeliharaan kebutuhan nutrisi. Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia:
a. Penurunan alat penciuman dan pengecap
b. Pengunyahan kurang sempurna
c. Gigi yang tidak lengkap
d. Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar
e. Melemahnya otot jantung lambung dan usus.

Masalah gizi pada lanjut usia


1. Gizi berlebihan
2. Gizi kurang
3. Kekurangan vitamin
4. Kelebihan

Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia


a. Kalori pada lanjut usia pria adalah 2100 kalori dan perempuan 1700 kalori.
Dapat dimodifikasi bergantung pada keadaan lanjut usia (mis,
gemuk/kurus atau disertai demam).
b. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan
c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan
terjadi penyakit 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
d. Protein, untuk mengganti sel yang rusak 20-25% dari total kalori yang
dibutuhkan.
e. Kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia muda.
f. Air, 6-8 gelas per hari.

Pemberian makan pada lanjut usia


a. Beri makanan porsi kecil, tetapi sering
b. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
c. Beri makanan yang mengandung serat
d. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
e. Membatasi minum kopi dan teh

34
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lanjut usia.
Penyebab kecelakaan pada lanjut usia:
a. Fleksibilitas kaki yang berkurang
b. Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun
c. Pencahayaan yang berkurang
d. Lantai licin dan tidak rata
e. Tangga tidak ada pengaman
f. Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak
g. Kehilangan kesadaran tiba-tiba (sinkope)

Tindakan mencegah kecelakaan


Untuk klien lanjut usia
1. Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatan
keselamatan
2. Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3. Biasakan menggunakan untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
4. Bila mengalami masalah fisik. Misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan
5. Bantu klien ke kamar mandi, terutama untuk lanjut usia yang
menggunakan obat penenang/diuretic
6. Gunakan kacamata bila berjaan atau melakukan sesuatu
7. Usahkan ada yang menemani jika berpergian

Untuk lingkungan
1. Tempatkan klien di ruangan khusu dekat kantor sehingga mudah
diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat
2. Ditempat tidur kaki pasien menyentuh lantai, posisi lutut 90o, salah satu
pagar tempat tidur terbuka, posisi tempat tidur rendah apabila tidak
sedang di damping
3. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
4. Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi

35
5. Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia dapat
menempatkan alat yang selalu digunakannya
6. Penataan ruangan harus bebas untuk lalu-lalang.
7. Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin, dan tidak basah
8. Kunci semua peralatan yang beroda, yang digunakan lanjut usia
9. Pasang pegangan di kamar mandi
10. Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, senaiknya gunakan lampu
70-100 wait
11. Usahkan tidak ada perbedaan yang mencolok
12. Jika pindah dari ruang terang ke gelap, ajarkan klien untuk memejamkan
mata sesaat
13. Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet (hak sepatu tidak terlalu tinggi
dan sempit)
14. Perhatikan ikatan tali sepatu
15. Bebaskan tangga dan benda, gantungan, karpet
16. Gunakan perabot yang penting saja di ruang lanjut usia

3. Memelihara kebersihan diri. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut


usia adalah:
a. Penurunan daya ingat
b. Kurangnya motivasi
c. Kelemahan dan ketidakmampuan fisik

Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:


a. Mengingatkan/membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan
diri
b. Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan losion kulit
c. Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan
menguggunting kuku.

36
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
Upaya yang dilakukan antara lain
a. Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman
b. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi. Bebas dari bau-bauan
c. Melatih lanjut usia melakukan latihan fisik ringan untuk memperlancar
sirkulasi dan melenturkan otot ( dapat di sesuaikan dengan hobi)
d. Memberi minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu

5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi


a. Masalah umum yang dikemukakan lanjut usia adalah daya ingat menurun,
depresi, cepat marah, mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan oleh
hubungan interpersonal yang tidak adekuat
b. Upaya yang dilakukan antara lain:
 Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata
 Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia terhadap kegiatan
yang akan dilakukan
 Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia
 Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk
mengekspresikan perasaan dan tanggap terhadap respons
nonverbal
 Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lanjut usia
 Menghargai pendapat lanjut usia

6. Menjaga mobilitas aman


a. Cegah gerak mendadak, berdiri, dan hiperkstensi leher lama
b. Berdiri perlahan
c. Alat bantu mudah dijangkau

37
2.9.Tindakan Keperawatan
1. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
2. Sediakan cukup penerangan
a. Penerangan alam lebih baik
b. Hindarkan cahaya yang menyilaukan
c. Penerangan malam sepanjang waktu di kamar mandi dan ruangan
3. Tingkatkan rangsangan panca-indra melalui:
a. Buku yang dicetak besar
b. Perubahan lingkungan
c. Beri warna yang dapat dilihat klien
4. Pertahankan dan latih daya orientasi nyata dengan menggunakan:
a. Kalender atau penanggalan
b. Jam
c. Saling mengunjungi
5. Beri perawatan sirkulasi
a. Hindari menggunakan pakaian yang menekan/ ketat, mengikat, atau
sempit.
b. Ubah posisi
c. Beri kehangatan dengan selimut dan pakaian
d. Dorong melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
e. Beri bantuan, dukungan, dan gunakan tindakan yang aman selalu
berpindah
f. Lakukan penggosokan perlahan pada waktu mandi
6. Beri perawatan pernafasan
a. Bersihkan hidung
b. Lindungi dari angina
c. Tingkatkan aktivitas pernafasan dengan latihan
 Bernafas dalam
 Latihan batuk
 Latihan menghembus nafas
d. Hati-hati dengan terapi O2, pantau terjadinya narkosis CO2 yang
biasanya di tandai dengan:

38
 Gelisah
 Keringat berlebihan
 Gangguan penglihatan
 Kejang otot
 Tekanan darah rendah (hipotensi)
 Kerja otak menurun
7. Beri perawatan pada alat pencernaan \
a. Rangsang nafsu makan
 Beri makanan dengan porsi sedikit, tetapi sering, dan
kualitasnya bergizi
 Beri makanan yang menarik
 Minum anggur bila diperbolehkan
 Sediakan makanan yang hangat
 Sediakan makanan jika mungkin, yang sesuai pilihan
b. Cegah terjadinya gangguan pencernaan
 Beri sikap fowler waktu makan
 Pertahankan keasaman lambung
 Beri makanan yang tidak membentuk gas
 Cukup cairan
c. Cegah konstipasi atau sembelit
 Jamin kecukupan cairan dalam diet
 Dorong untuk melakukan aktivitas
 Fasilitasi gerakan usus dalam mencerna
 Beri kebebasan dan posisitubuh normal
 Beri laksatif atau supositorial jika hal di atas tidak efektif
8. Beri perawatan genitourinaria
a. Cukup cairan (2000-3000ml/hari)
b. Cegah inkontinensia
 Jelaskan dan dorong klien untuk buang air kecil setiap 2 jam
 Pertahankan penerangan di kamar mandi untuk mencegah jatuh

39
 Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang
hari
 Batasi cairan, terutama mendekati waktu tidur
c. Bagi yang telah mengalami inkontinensia urine
 Catat dalam kartu catatan berkemih
 Terapi nonfarmakologis
 Terapi farmakologis
 Terapi pembedahan
 Modalitas lain
d. Seksualitas
 Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
 Beri kesempatan pada lanjut usia untuk mengekspresikan
perasaannya tentang keinginan seksual
 Dorong untuk menumbuhkan rasa persahabatan
9. Berikan perawatan kulit
a. Mandi
 Jelaskan dan dorongklien mandi bersih hanya 2 kali seminggu
untuk mencegah kekeringan kulit
 Gunakan sabun atau losion yang megandung lemak untuk
menambah kesehatan kulit
b. Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, misalnya ada jamur di
kuku atau adanya gangguan medik atau bedah
c. Adakan perawatan gigi palsu (bila ada prostese)
10. Berikan perawatan muskuloskeletal
a. Bergerak dengan keterbatasan
b. Ganti posisi setiap 2 jam, luruskan dengan hati-hati
c. Cegah osteoporosis tulang panjang dengan memberikan latihan
d. Lakukan latihan aktif dan pasif, misalnya waktu istirahatatau pada
waktu tertentu
e. Beri latihan gerak pada semua sendi 3 kali
f. Anjurkan dan dorong keluarga untuk memandirikan klien,
contohnyamembiarkan klien duduk tanpa dibantu

40
11. Berikan perawatan psikososial
a. Jelaskan dan dorong untuk melakukan aktivitas psikososial agar
tercipta suasana normal
b. Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas
c. Fasilitasi pembicaraan
d. Pertahankan sentuhan yang merupakan alat yang sangat berguna dalam
meletakkan atau memeliharakepercayaan
e. Beri penghargaan dan rasa simpati
12. Pelihara keselamatan
a. Usahakan agar pagar tempat tidur (pengamanan) tetap terpasang
karena klien:
 Sering terbangun ( orientasi mengalami kemunduran yang
disebabkan oleh beberapa sebab)
 Mudah jatuh karena kelemahan otot
 Hipertensi bila dalam posisi tegak
b. Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak mendapatkan
perawatan langsung
c. Pasang pegangan dikamar mandi dan ruangan
d. Kamar dan lantai tidak berantakan
e. Cukup mendapatkan penerangan
f. Beri penyangga sewaktu berdiri bila di perlukan
g. Beri dorongan untuk berjalan, lebih baik latihan sendiri untuk klien
lanjut usia

41
2.10. Perawatan Lanjut Usia
1. Kebersihan Mulut
Bagi lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (prostese), dapat dirawat
sebagai berikut :
a. Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan kain
kasa atau sapu tangan yang bersih. Bila mengalami kesulitan, ia dapat
dibantu oleh keluarga/perawat
b. Kemudian gigi palsu disikat perlahan di bawah air mengalir sampai
bersih. Bila perlu, pasta gigi dapat digunakan
c. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam di dalam air
bersih dalam gelas. Tidak boleh direndam dalam air panas atau
dijemur. Bagi yang sudah tidak mempunyai gigi atau memakai gigi
palsu, setiap kali habis makan, ia harus berkumur-kumur untuk
mengeluarkan sisa makanan yang melekat di antara gigi. Bagi yang
masih mempunyai gigi, tetapi karena kondisinya lemah atau lumpuh,
usaha membersihkan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan bantuan
keluarga atau jika tinggal di panti, ia dibantu perawat atau petugas.

Perawatan gigi untuk lanjut usia


Alat
1. Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya di atas sikat gigi)
2. Air bersih dalam gelas kumur
3. Baskom plastic berukuran sedang untuk membuang air kumur
4. Handuk untuk alas di dada agar tidak basah dan untuk mengelap mulut
setelah sikat gigi selesai
Cara
1. Alat (baskom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk) diletakkan di atas
meja kecil atau kursi di dekat tempat tidur
2. Usahakan dduk dengan posisi yang nyaman. Bila tidak dapat duduk,
usahakan untuk dapat duduk setengah miring dengan cara
meninggikan bantal untuk menahan punggungnya
3. Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada agar tidak basah

42
4. Sikat gigi secara perlahan, mulai dari bagian luar, lalu ke dalam dan
kebelakang gigi. Arah menyikat dari atas ke bawah untuk gigi bagian
bawah agar kotoran/sisa makanan dapat tersapu
5. Beri air bersih untuk kumur sampai bersih
6. Sisa air kumur dituangkan dan ditampung dalam baskom plastic
7. Bersihkan sekitar mulut dengan handuk hingga bersih dan kering

2. Kebersihan Kulit dan Badan


Fungsi kulit antara lain :
1. Melinduni bagian tubuh/jaringan di bawahnya terhadap pukulan, untuk
mencegah masuknya kuman penyakit, kedinginan, dan lain-lain
2. Sebagai panca indra perasa dan peraba
3. Mengatur suhu badan
4. Mengeluarkan ampas berupa zat yang tidak terpakai (keringat)
5. Tempat memasukkan obat injeksi

Pengawasan yang perlu dilakukan selama perawatan kulit adalah :


1. Memeriksa ada/tidaknya lecet
2. Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit
tidak terlalu kering atau keriput
3. Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang
peredaran darah dan mencegah kedinginan
4. Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering karena hal
ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput.

Memandikan klien usia lanjut


Persiapan
1. Sediakan air hangat kuku dalam dua baskom
2. Sediakan waslap (handuk kecil) dan handuk. Jika mungkin, masing-
masing dua buah
3. Sabun mandi dalam tempatnya
4. Talk bedak atau losion badan (krim pelembab)

43
5. Pakaian dan sapu tangan bersih, sisir untuk wanita, mungkin juga
bedak.

Pelaksanaan
1. Setelah semua alat tersedia, tutup pintu dan jendela
2. Jelaskan kepada klien mengenai kegiatan yang akan dilakukan
3. Buka pakaian bagian atas dada, kemudian mulai menyeka bagian
wajah (tanpa sabun, kecuali diminta)
4. Bilas dengan waslap hingga bersih dan kering
5. Kemudian, berturut-turut menyeka tangan dan lenngan. Mulai lengan
datangan yang jauh dari penolong, kemudian tangan dan lengan yang
dekat. Seka bagian dada seperti lengan dan tangan, lalu keringkan dan
beri talk atau losion.
6. Setelah selesai, tutup dada dengan kain selimut, lalu keringkan. Beri
losion atau talk
7. Bagian akhir yang diseka adalah anggota badan bagian bawah. Seka
anggota bagian bawah dengan air bersih sebelumnya. Lalu seka
selangkangan atau bagian kemaluan. Jangan sampai ada sisa sabun
yang tertinggal. Yakinkan keadaan klien benar-benar bersih dan
kering.
8. Ganti pakaian yang bersih, rapikan tempat tidur

3. Kebersihan Kepala dan Rambut


Hal yang harus diperhatikan ketika membersihakn kepala dan rambut
1. Bila terdapat ketombe atau kutu rambut, obat dapat diberikan,
misalnya Peditox
2. Untuk rmabut yang kering, bisa diberi minyak atau orang-aring atau
lainnya
3. Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri, baik
karena sakit atau kondisi fisiknya tidak memungkinkan, dapat mencuci
rambut di tempat tidur dengan bantuan salah satu anggota keluarga
atau perawat

44
4. Bila lanjut usia lebih sering atau banyak berbaring di tempat tidur,
perawat harus lebih memperhatikan kebersihan rambut klien,
mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering baud an
gatal.

Mencuci Rambut
Persiapan
1. Sediakan air hangat secukupnya di baskom/ember plastic. Satu ember
berisi air hangat dan satu lagi untuk menampung air kotor
2. Siapkan sampo, sisir, handuk, dan alas dari kain karet atau plastic

Pelaksanaan
1. Letakkan kepala di tepi tempat tidur dan beri alas kain karet atau kain
plastic di bawah kepala, yang dihubungkan dengan ember kosong
penampung air kotor, yang diletakkan di bawah tempat tidur
2. Basahi rambut sedikit demi sedikit dan bubuhkan sampo. Lakukan 2
kali, kemudian bilas hingga bersih
3. Usapkan dan gosok sampo itu di kepala hingga rata
4. Bilas sampai bersih
5. Keringkan dengan handuk

Pemeliharaan Kuku
Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran, bahkan
kuman penyakit. Oleh karena itu, lanjut usia harus selalu secara teratur
memotong kukunya. Bagi yang tidak mampu melakukan sendiri,
sebaiknya perawat atau keluarga memotongnya dan jangan terlalu pendek
karena akan terasa sakit.

Kebersihan Tempat Tidur


Bantuan yang dapat diberikan kepada klien lanjut usia yang masih aktif,
misalnya :

45
1. Bila keadaan Kasur cekung di tengah, sebaiknya Kasur dibalik setiap
kali membersihkan tempat tidur
2. Alas Kasur ditarik kencang dan ujung-ujungnya dilipat dan
disorongkan ke bawah Kasur sehingga tidak mudah menimbulkan
lipatan yang mungkin menyebabkan lecet
3. Alat Kasur atu seprai diganti setiap 3 hari sekali, kecuali kotor
4. Bagi klien lanjut usia yang mengalami inkontinensia urine, alas
Kasur diganti setiap kali basah. Kasur dijemur di panas matahari
setiap hari

Bantuan/pertolongan pasif. Bagi klien lanjut usia yang terus-


menerus beristirahat di tempat tidur, harus selalu diusahakan dapat
beristirahat atau tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau
nyaman. Usahakan pula agar bantal tidak terlalu lunak atau terlalu keras.
Latihan bangun dan tidur atas usaha sendiri perlu dibina, bukan saja agar
otot badan tetap aktif, tetapi juga untuk menghindari pegal dan mencegah
atrofi. Letak posisi tidur harus diatur sedemikian rupa sehingga klien
merasa enak, dan harus sering diubah agar tidak timbul luka lecet atau
decubitus akibat penekanan yang terus-menerus.
Letak atau posisi tidur dapat diatur, antara lain :
1. Letakkan guling di bawah kedua lututnya. Usahakan agar kakinya
tidak tergelincir jatuh ke samping dan tidak dalam posisi drop foot
2. Untuk mencegah luka lecet (decubitus), tumit dan bokong diberi bantal
angina (windring)
3. Agar dapat tidur telentang dengan punggung dan bokong lurus,
sebaiknya letakkan papan di bawah kasurnya jika tempat tidur tersebut
terdiri dari kawat (springbed)
4. Letak atau posisi setengah duduk. Bagian kepala tempat tidur diberi
sandaran kursi atau papan.

46
2.11. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
1. Pendekaan Fisik
Perawatan fisik umum pada klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan
sehari-hari, ia mampu melakukan sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang berhubungan
dengan kebersihan perseorangan untuk memeprtahankan
kesehatannya.

2. Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung
rahasia pribadi, dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service. Sabar
memang mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan. Perawat harus
simpatik, artinya perawat harus mempunyai perilaku yan terpuji, ramah,
banyak menebar senyum, sopan, santun, rendah hati, dan sentuhan.
Pada dasarnya, klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta
kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang meberi perawatan. Oleh
karena itu, perawat harus selalu meciptakan suasana yang aman, tidak
gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan
dan hobi yang dimiliki.

47
3. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi
mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan perawat bahwa
orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain.
Perawat memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada lanjut
usia untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi (misalnya, jalan
pagi, menonton flim, atau hiburan). Lanjut usia perlu dirangsang untuk
mengetahui dunia luar, misalnya menonton televise, mendengarkan radio,
atau membaca surat kabar dan majalah. Pendekatan komunikasi dalam
perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhan atau ketenangan klien lanjut usia. Tidak sedikit klien
yang tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakitnya, biaya
hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan,
ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya.

4. Pendekatan Spiritual
Dalam menghidupi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberi
reaksi yang berbeda, bergantug pada kepribadian dan cara mereka
menghadapi hidup. Oleh karena itu, perawat harus meneliti dengan cermat,
apa kelemahan dan kekuatan klien, agar perawat selanjutnya lebih terarah.
Bila kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah selayaknya perawat dan
tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat
diringankan penderitaannya. Perawat bisa memberikan kesempatan pada
klien lanjut usia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung
memberi bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan
ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam
menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.

48
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Tidak semua individu lanjut usia memerlukan asuhan keperawatan dalam
bentuk dan jenis pelayanan yang sama. Secara keseluruhan, lanjut usia termasuk
golongan populasi yang rapuh terhadap kesehatan, tetapi dalam derajat yang
berbeda-beda. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat professional
harus menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini adalah proses
pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Masalah umum yang dikemukakan lanjut usia adalah daya ingat
menurun, depresi, cepat marah, mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan
oleh hubungan interpersonal yang tidak adekuat.
Bantuan/pertolongan pasif. Bagi klien lanjut usia yang terus-menerus
beristirahat di tempat tidur, harus selalu diusahakan dapat beristirahat atau tidur
dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau nyaman. Usahakan pula agar
bantal tidak terlalu lunak atau terlalu keras. Pada dasarnya, klien lanjut usia
membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang
meberi perawatan. Oleh karena itu, perawat harus selalu meciptakan suasana yang
aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikidecubitus akibat penekanan yang terus-
menerus.

3.2.Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.

49
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi. 2017. Edisi 5 Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta :


EGC

50

Anda mungkin juga menyukai