PENDAHULUAN
dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun
kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta
mental dapat disebabkan adanya gangguan pada fase pranatal, perinatal maupun
tersebut sampai dengan perlakuan yang cenderung tidak manusiawi. Ada beberapa
yang tidak diterima oleh keluarganya sendiri, karena orang tua tersebut kesulitan
dalam mengatur pola asuh anaknya karena menyandang retardasi mental, hal ini
ini yaitu menganggap bahwa retardasi mental itu penyakit biasa sehingga keluarga
1
2
perilaku sehat, keluarga masih membiarkan pasien berpikir keras atau mengalami
disabilitas sedang, dan 2,9% mengalami disabilitas parah. Populasi usia 0-14
tahun prevalensinya berturut-turut adalah 5,1% dan 0,7%. Populasi usia 15 tahun
atau lebih, sebesar 19,4% dan 3,8%. Populasi penyandang disabilitas di Indonesia
prevalensi disabilitas termasuk retardasi mental pada tahun 2003 sampai 2006
yaitu dari 0,69 % menjadi 1,38 %, kemudian tahun 2009 sampai 2012 yaitu dari
0,92% menjadi 2,45 % (6.515.500 jiwa) dari 244.919.000 total jumlah penduduk
di Indonesia.
Anak yang mengalami gangguan mental di Jawa Timur tahun 2013 sebesar
7,5 %. Tahun 2018 anak yang mengalami gangguan mental mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2013 (6,7 %). Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas)
Provinsi Jawa Timur terutama di Kota Malang (15%), dengan perbandingan 60%
diderita anak laki-laki dan 40% diderita anak perempuan. Dari jumlah tersebut
anak yang terkena retardasi mental sangat berat sebanyak 2,5%, anak retardasi
mental berat sebanyak 2,8%, retardasi sedang sebanyak 2,6%, anak retardasi
mental ringan sebanyak 3,5% dan sisanya disebut anak dungu. Di Jawa Timur
anak yang mengalami retardasi mental sejumlah 1.462 orang, data laporan Dinas
3
pada saat terjadinya maturasi. Keadaan sosial ekonomi yang rendah juga berperan
Karakteristik khusus anak retardasi mental yang membedakan dengan anak lain
seusianya dapat terlihat secara fisik, yang meliputi wajah lebar, bibir tebal atau
sumbing, mulut menganga terbuka, dan lidah biasanya menjulur keluar. Anak
dengan retardasi mental juga mengalami kesulitan dalam merawat diri, kesulitan
dan gerak (Yustinus, 2013). Hal tersebut disebabkan karena mengalami kerusakan
yang berupa penurunan fungsi intelektual dan gangguan sosial seperti hambatan
komunikasi dan interaksi. Sehinggal hal ini juga akan menimbulkan dampak pada
khusus serta dukungan penuh dari orang tua dan keluarga. Efektivitas berbagai
program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak dan remaja yang
mengalami keterbelakangan mental akan sangat tergantung pada peran serta dan
yang diharapkan dari asuhan pada keluarga yang memiliki anak retardasi mental
Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Keluarga yang Memiliki
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada
Bondowoso.
Bondowoso.
Kabupaten Bondowoso.
Kabupaten Bondowoso.
Retardasi Mental.
Keluarga.
Kesehatan Keluarga.