Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU

KELUARGA PENDERITA ASMA BRONKIAL DI DUSUN REGES DESA


REMBITAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


1. AHDIAN KUSWADI (002 STYC 19)
2. ANNISA TURRIFAT (004 STYC 19)
3. BAIQ OCTAVIA MUSTIRATUL AZIZAH (011 STYC 19)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahhiwabarokatuh
Alhamdulillah, Penyusun panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT,
karena dengan Rahmat dan RidhoNya lah penyusun dapat menyelesaikan tugas
Asuhan Keperawatan Keluarga.

Dalam penyusunan tugas ini, penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Tidak lupa
penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada Dosen pengampu Heri Bahtiar.,
S.Kep., Ns., MPH yang telah ikut serta dalam memberikan tugas dan bimbingan
dalam penyusunan Asuhan Keperawatan Keluarga.

Semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam meyelesaiakan Asuhan Keperawatan
Keluarga ini. Penyusun berharap Asuhan Keperawatan Kelurga ini bermanfaat bagi
pembaca dan bagi keperawatan.

Wassalamualaikum warohmatullahhiwabarokatuh

Mataram, 15 April 2022

(Penyusun)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAUHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga

A. Definisi Keluarga………………………………………………………………...

B. Peranan Keluarga…………………………………………………………………

C. Fungsi Keluarga………………………………………………………………….

D. Struktur Keluarga…………………………………………………………………

E. Tugas Kesehatan Keluarga………………………………………………………..

F. Dukungan Keluarga……………………………………………………………….

G. Tipe Keluarga……………………………………………………………………..

2.2 Konsep Dasar Penyakit

A. Pengertian…………………………………………………………………………

B. Etiologi dan Faktor Resiko………………………………………………………..

C. Patofisiologi……………………………………………………………………….

D. Klasifikasi………………………………………………………………………..

E. Manifestasi Klinis……………………………………………………………….

F. Pathway…………………………………………………………………………..

G. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kontrol Asma……………………..

H. Penatalaksanaan………………………………………………………………….

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian…………………………………………………………………………..
3.2 Intervensi……………………………………………………………………………

3.3 Implementasi………………………………………………………………………..

3.4 Evaluasi……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit
dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat
dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang
dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur. Sasaran
keperawatan keluarga yaitu individu, family atau keluarga dn community atau
masyarakat. Prinsip utama dalam perawatan kesehatan masyarakat mengatakan
bahwa keluarga adalah unit atau kesatuan dari pelayanan kesehatan.
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu
merupakan bagiannya dani keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa
hambatan yang berarti.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu,
dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan
budaya keluarga sehingga dapat menerima.
Keluarga merupakan suatu kumpulan yang memiliki hubungan darah, ikatan
perkawinan,dan adopsi serta tinggal dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lain dan saling ketergantungan. Dalam keluarga biasanya terdiri dari
orang tua yaitu ayah dan ibunya, serta anak-anaknya, dan masing-masing individu
memiliki perannya masing-masing.
1.2 Tujuan
A. Tujuan umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah mahasiswa dapat
menyusun Asuhan Kepererawatan Keluarga.
B. Tujuan khusus
Tujuan yang ingin di capai adalah :
1. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan
2. Mampu merumuskan diagnosis keperawatan
3. Mampu menyusun intervensi keperawatan
4. Mampu melakukan evaluasi keperawatan
5. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka
sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan
darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan
keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang
memiliki tujuan mempertahankan budaya, meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai
suatu keluarga (Duval dan Logan 1986 dalam Zakaria, 2017).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga yang berinteraksi
satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya ( Ali, 2010).
Menurut Duvall dalam ( Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil
dalam masyarakat penerima asuhan. Kesehatan anggota keluarga dan
kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan dan menempati posisi
antara individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).
Stuart (1991) dalam Komang (2012) menerangkan keluarga meliputi 5 sifat
yaitu:
a. Keluarga merupakan unit satu sistem
b. Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan atau
dapat dan tidak selalu tinggal dalam satu atap
c. Keluarga dapat mempunyai anak ataupun tidak mempunyai anak
d. Terdapat komitmen dan saling melengkapi antar anggota keluarga
e. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, kebutuhan hidup dan sosialisasi antar anggota keluarga.

Menurut Robert Mac Iver and Page yaitu:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan


b. Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja di bentuk dan dipelihara.
c. Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan
d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang di bentuk oleh anggota-anggota
kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-
kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang
walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap
kelompok-kelompok keluarga.
2. Tipe Keluarga
Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan,
oleh karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan
dengan tepat, perawat harus memahami tipe keluarga yang ada yaitu sebagai
berikut :
a. Tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak.
2) The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah
tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
4) The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family
disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), dan keponakan.
6) The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum
pernikahan).
7) Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad
saat ”weekend”.
8) Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-
barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi,
televisi, telepon,dll)
10) Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (perceraian atau ditinggal mati).
b. Non Tradisional
1) The Unmarried Teenage Mother : Keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Step Parent Family : Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family : Beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi
anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4) Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family) : Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.
5) Gay and Lesbian Families : Seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
6) Cohabitating Family : Orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
7) Group Marriage Family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu
dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anak.
8) Group Network Family : Keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster Family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
10) Homeless Family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan
mental.
11) Gang : Bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya
3. Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga
yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural.
Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018)
sebagai berikut :
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan
(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi
perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
1) power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap
anak.
2) Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua
adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
3) Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta
kasih, misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:

1) Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota


keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
2) Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
3) Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan
kebenaran.
4) Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada
peraturan.
5) Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa.
6) Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
7) Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
8) Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
c. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial
d. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam
menghadapi masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan
menentukan bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan
stressor-stressor lain.
4. Peranan Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Friedman, 2010).
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasi menjadi dua
kategori, yaitu peran formal dan peran informal. Peran formal adalah peran
eksplisit yang terkadung dalam struktur peran keluarga. Peran informal
bersifat tidak tampak dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional
keluarga dan memelihara keseimbangan keluarga. Berbagai peranan yang
terdapat dalam keluarga adalah :
A. Peran formal
Peran parental dan pernikahan, diidetifikasi menjadi delapan peran yaitu
peran sebagai provider (penyedia), peran sebagai pengatur rumah tangga,
peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran
persaudaraan (kindship), peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif),
dan peran seksual.
B. Peran informal
Terdapat berbagai peran informal yaitu peran pendorong, pengharmonis,
insiator-kontributor, pendamai, pioner keluarga, penghibur, pengasuh
keluarga, dan perantara keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal, sifat, dan
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan posisi
tertentu. Adapun macam peranan dalam keluarga antara lain (Istiati,
2010):
C. Peran Ayah
Ayah berperan sebagai kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari
nafkah, serta pemberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di
lingkungan di mana dia tinggal.
D. Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, dimana
peran ibu sangat penting dalam keluarga antara lain sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, sebagai pelindung dari anak-anak saat
ayahnya sedang tidak ada dirumah, mengurus rumah tangga, serta dapat
juga berperan sebagai pencari nafkah. Selain itu ibu juga berperan
sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosial serta sebagai
anggota masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal.
E. Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.
Peranan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan keluarga :
Keluarga berperan dalam memberikan perawatan kesehatan yang terapeutik
kepada anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Perawatan adalah
suatu usaha yang berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat
seutuhnya (Depkes RI).
5. Fungsi Keluarga
Sementara menurut WHO fungsi keluarga terdiri dari (Ratnasari, 2011) :
a. Fungsi Biologis
Fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, memelihara dan merawat anggota keluarga, serta memenuhi
kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi Psikologi
Fungsi dalam memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan
perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga,serta memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi dalam membina sosialisasi pada anak, meneruskan nilai-nilai
keluarga, dan membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi dalam mencari sumber-sumber penghasilan, mengatur dalam
pengunaan penghasilan keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan
keluarga, serta menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa
mendatang.
e. Fungsi Pendidikan
Fungsi dalam mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya,
menyekolahkan anak agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya, serta mempersiapkan anak dalam mememuhi peranannya
sebagai orang dewasa untuk kehidupan dewasa di masa yang akan
datang.
Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga
beroperasi sebagai unit dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu
sama lain. Hal ini mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan
kualitas hubungan keluarga. Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas
kesehatan dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga (Families, 2010).
Terdapat 8 fungsi keluarga dan berikut penjelasannya antara lain
(Wirdhana et al., 2013) :
a. Fungsi Keagamaan
Fungsi keluarga sebagai tempat pertama seorang anak mengenal,
menanamankan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai
agama, sehingga bisa menjadi insan-insan yang agamis, berakhlak
baik dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Fungsi Sosial Budaya
Fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada seluruh
anggota keluarganya dalam mengembangkan kekayaan sosial budaya
bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap
hubungan suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, anak
dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga
keluarga menjadi tempat utama bersemainya kehidupan yang punuh
cinta kasih lahir dan batin.
d. Fungsi Perlindungan
Fungsi keluarga sebagai tempat berlindung keluarganya dalam
menumbuhkan rasa aman dan tentram serta kehangatan bagi setiap
anggota keluarganya.
e. Fungsi Reproduksi
Fungsi keluarga dalam perencanaan untuk melanjutkan keturunannya
yang sudah menjadi fitrah manusia sehingga dapat menunjang
kesejahteraan umat manusia secara universal.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi keluarga dalam memberikan peran dan arahan kepada
keluarganya dalam mendidikketurunannyasehingga dapat
menyesuaikan kehidupannya di masa mendatang.
g. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga sebagaiunsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
h. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Fungsi keluarga dalam memberi kemampuan kepada setiap anggota
keluarganya sehingga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras,
dan seimbang sesuai dengan aturan dan daya dukung alam dan
lingkungan yang setiap saat selalu berubah secara dinamis.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu
yang dianggap stabil misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda
dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers Friediman(1998). Dikutip
oleh Murwani Arita (2007). Meskipun setiap keluarga melalui Tahapan
perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti
pola yang sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar
dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan diuraikan
perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvalldan Miller fridman tahun
(1998).
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning
family)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih banyak kita temui
keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang dimaksud
dengan meninggalkan keluarga di sini bukanlah secara fisik. Namun
secara Psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki pasangan baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan
yang g baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama-sama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
kebiasaan makan, tidur, bangun pagi. Dan sebagainya.
Tahap perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Hubungan dengan keluarga lain: teman, dan kelompok sosial
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu keluarga
suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan menghadapi
perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan
baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing. Hal
lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu yang tepat
untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.

b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child


bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan
suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga,
sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan merasa
diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua,
bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi
berespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang
positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang
tua dapat tercapai.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana childbearing
5) Menfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi
terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak pa sekolah dalam
meningkatkan petumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sibuk
dan anak sangat tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus
mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami,
istri, dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang
tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan
langgeng denga cara menguatkan hubungan kerja sama antar suami istri.
Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan
individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan
anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak prasekolah antarra lain
sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal , privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling
repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children}
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehinga keluarga sangat sibuk.
Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas dan
minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang
berbeda dengan anak. memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun luar sekolah. untuk itu
keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
3) Dorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual
4) Menyediakan aktivitas untuk anak
5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai usia 19-20 tahun . pada saat anak meninggalkan rumah
orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap-tahap
sebelumnya, pada tahap ini keluarga memiliki tugas perkembangan
Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja, yaitu :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan
otonominya .
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga

Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab
(mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan
peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dan
remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol
aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi
yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga
hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.

f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan


(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama
pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap
berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri. Keluarga
mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri
dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat semua
anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal titik orangtua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-
anak sudah tidak tinggal selama lagi di rumah lagi titik untuk mengatasi
keadaan ini orangtua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan
peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tahap perkembangan pada tahap ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia perpisahan
dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk mengatasi hal
tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas perkembangan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain adalah:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus
untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas, pola
hidup yang sehat diet seimbang olahraga rutin menikmati hidup dan
pekerjaan menikmati hidup dan pekerjaan dan sebagainya. Pasangan
juga mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga
anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi
( anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan
sebagai kakek nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin
dirasakan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian
masing-masing pasangan.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas
yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang
harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan,
serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan titik
dengan memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase ini diharapkan
orangtua mampu beradaptasi menghadapi stresor tersebut.
Tahap perkembangan keluarga usia lanjut, yaitu:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan teman kekuatan
fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini lanjut usia umumnya, lebih dapat
beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama
anaknya. Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan
adaptasi yang lebih positif dalam memasuki masa tuanya
dibandingkan wanita yang tinggal dengan sebayanya. Orang tua juga
perlu melakukan life review dengan mengenang pengalaman hidup
dan keberhasilan di masa lalu hal ini berguna agar orang tua
merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.
7. Tugas Kesehatan keluarga
Tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara harga dan fasilitas
kesehatan.
8. Dukungan Keluarga
Dukungan sosial dari keluarga dapat berupa dukungan internal dan eksternal.
Keluarga memiliki berbagai dukungan suportif seperti dukungan emosional,
informatif, penghargaan dan instrumental (Agustini et al., 2013).
Menurut Kane dalam Freadman, (2010) mendefinisikan dukungan keluarga
sebagai suatu proses hubungan antara keluarga. Dukungan keluarga
menagacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai
sesuatu yang dapat dilakukan untuk keluarga tersebut. Dukungan bisa atau
tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan bila
diperlukan.
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan internal, yaitu seperti dukungan
dari suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung dan dukungan
eksternal, yaitu seperti dukungan dari keluarga besar atau dukungan sosial
(Friedman et al., 2010).
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan
tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, mencintai, dan menghargai.
B. Konsep Dasar Penyakit Asma Bronkial
1. Pengertian Asma
Asma merupakan suatu gangguan saluran nafas yang dicirikan dengan batuk,
dada terasa berat, kesulitan bernafas, dan mengi (wheezing). Asma dapat
diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti faktor biokemikal, endokrin,
infeksi, otonomik dan psikologi. Asma terjadi pada saluran bronkial dengan
ciri bronkospasme periodik, dimana terjadinya kontraksi spasme pada
saluran pernafasan terutama pada percabangan trakeobrokhial (Somantri,
2012).
Asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adannya
peradangan jalan napas kronis dengan gambaran utama dari riwayat klinis
seperti sesak napas yang episodik terutama pada malam hari dan sering
disertai dengan batuk (Global Initiatve for Asthma (GINA), 2012).
Penyakit asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, akan
tetapi dapat dikendalikan dan dikurangi frekuensi terjadinya serangan
(Mumpuni, 2014).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus akibat dari berbagai rangsangan, yang
menunjukan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, nafas
pendek dan batuk yang berubah-ubah setiap waktu dalam kejadian, frekuensi
dan intensitas. Pada umumnya muncul dan sering lebih berat pada malam
hari atau menjelang pagi hari.
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Suatu penelitian di sebuah Rumah Sakit swasta di Surabaya menjelaskan
bahwa keturunan, polusi lingkungan, dan pola atau kebiasaan makan
merupakan penyebab tertinggi asma (Lorensia, Yulia, & Wahyuningtyas,
2016).
Interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan
merupakan faktor risiko asma. Faktor pejamu adalah berkembangnya asma
yang dipengaruhi predisposisi oleh genetik. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi perkembangan menjadi asma dari individu dengan
kecenderungan atau predisposisi asma, dapat memberi dampak eksaserbasi
dan atau gejala-gejala asma menetap (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2004).
a. Faktor pejamu (host factor)
1) Genetik
Genetik merupakan faktor predisposisi dalam asma. Penyakit asma
bronkial diturunkan dalam keluarga dan berhubungan erat dengan
atopi. Keluarga dekat yang memiliki alergi biasanya menurun pada
penderita. Bakat yang menurun dari keluarga tersebut, ketika
penderita terpapar dengan faktor pencetus maka sangat mudah
terkena asma bronkial (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2004).
2) Obesitas
Studi mengevaluasi hubungan obesitas dengan asma pada umumnya
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT ≥25 kg dianggap
kelebihan berat badan, sedangkan IMT ≥30 kg masuk dalam
klasifikasi obesitas (Kankaanranta, Kauppi, Tuomisto, & Ilmarinen,
2016).
3) Jenis kelamin
Laki-laki merupakan faktor risiko terjadinya asma pada anak-anak.
Prevalensi asma pada anak laki-laki sebelum berumur 14 tahun dua
kali lebih besar (Global Initiatve for Asthma (GINA), 2012).
Wanita setelah pubertas lebih sering terkena asma. Risiko asma pada
wanita dilaporkan menurun secara umum setelah menopause, kecuali
pada wanita yang menggunakan terapi penggantian hormon pasca
menopause (Ilmarinen, Tuomisto, & Kankaanranta, 2015).
b. Faktor Lingkungan
1) Rangsangan allergen
Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi ketika suatu alergen (debu)
masuk ke dalam saluran pernafasan.
2) Rangsangan bahan-bahan di lingkungan kerja
Lingkungan pekerjaan yang mengandung debu industri yang cukup
tinggi dapat menimbulkan penyakit asma.
3) Asap rokok
Perokok aktif maupun pasif merupakan faktor risiko utama untuk
asma onset dewasa. Merokok akan mempercepat penurunan fungsi
paru-paru tahunan normal pada pasien nonatopik dengan asma awal
atau lambat (mulai ≥10 tahun) (Ilmarinen et al., 2015).
4) Polusi Udara
Ketika di suatu area terjadi peningkatan konsetrasi polusi udara
yang melebihi batas normal, maka akan menyebabkan risiko
penyakit respirasi akut dan kronik. Peningkatan gejala asma dapat
terjadi akibat kualitas udara yang buruk (Susanto, Purwitasari,
Antariksa, Soemarwoto, & Mustofa, 2018).
2. Patofisiologi
Kombinasi spasme otot bronkus, sumbatan mukus, edema, dan inflamasi
dinding bronkus mengakibatkan obstruksi saluran napas pada asma. Pada
masa ekspirasi, obstruksi akan bertambah berat karena secara fisiologis
saluran napas menyempit pada fase tersebut (Setiati et al., 2017).
Jalan napas pada kondisi inflamasi persisten pada asma. Berbagai faktor
dapat memicu respon inflamasi akut, selama sel inflamasi yang tinggal
berinteraksi dengan mediator inflamasi, sitokin dan sel inflamasi
menginfiltrasi tambahan. Pemicu umum pada serangan asma akut
diantaranya adalah pajanan terhadap alergen, infeksi saluran napas,
latihan, iritan yang di inhalasi, dan kekecewaan emosi (LeMone, Burke,
& Bauldoff, 2016).
3. Klasifikasi
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat dan tingkat kontrol.
Menurut derajat beratnya, asma dibedakan menjadi empat kategori yaitu
intermiten, persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat.
Berdasarkan kontrol, klasifikasi asma dapat dibedakan menjadi asma
terkontrol, terkontrol parsial, dan tidak terkontrol (Tanto, Liwang,
Hanifati, & Pradipta, 2018).
GINA (2012) mengklasifikasikan asma berdasarkan tingkat kontrol asma
menjadi asma terkontrol, asma terkontrol parsial atau sebagian, dan asma
tidak terkontrol.
4. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda ketika terjadi serangan asma yaitu sensasi subjektif
kekakuan dada, batuk, dispnea dan mengi. Takikardi, takipnea, dan
ekspirasi yang lama merupakan hal umum yang terjadi ketika serangan.
Pada saat auskultasi terdengar mengi difus. Pada serangan yang lebih
hebat terjadi penggunaa otot aksesoris pernapasan, retraksi interkostal,
mengi yang kencang, dan ditemukan suara napas jauh (LeMone et al.,
2016).
Gejala asma awal berupa batuk di malam hari atau dini hari, napas
berbunyi, sesak napas, rasa berat di dada, dahak sulit keluar. Gejala berat
pada asma adalah serangan batuk hebat, serangan napas berat hingga
tersengal-sengal, sianosis, sulit tidur, kesadaran menrun, dan posisi duduk
merupaka posisi tidur ternyaman. Gejala berat ini merupakan keadaan
yang dapat mengancam jiwa. Pada asma ringan, gejala muncul pada
waktu dan ketika terpapat alergen tertentu, melakukan aktivitas fisik
tertentu, atau saluran pernapasan atas terinfeksi virus. Serangan sesak
yang disertai mengi terutama pada malam hari, dan adanya penyempitan
saluran napas kronik meruupakan tanda pada asma yang lebih berat
(Katzung, 2007).
5. Pathway
6. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kontrol
Asma
Menurut Atmoko et al., (2011), terdapat beberapa faktor yang
berhubungan dengan tingkat kontrol asma pasien, diantaranya yaitu:
a. Usia
Usia penderita asma yang lebih muda mempunyai tingkat kontrol
asma yang lebih tinggi daripada usia 51-61 tahun.
b. Indeks Massa Tubuh
Semakin tinggi Indeks Massa Tubuh (IMT) penderita asma maka
semakin rendah tingkah kontrol asma. Tingginya IMT dan
obesitas merupakan faktor potensial yang berhubungan dengan
buruknya kontrol asma pasien.
c. Derajat berat asma
Semakin berat derajat asma pasien maka semakin rendah tingkat
kontrol asma pasien tersebut. Akan tetapi, pasien dengan derajat
berat juga dapat memiliki kontrol yang baik dan sebaliknya
meskipun jarang ditemukan.
d. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan pasien yang baik dapat memberikan tingkat
kontrol asma yang baik pula pada asma pasien. Semakin baik
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang penderita asma, baik
tentang cara penggunaan obat, proses terjadi asma, faktor
pencetus, gejala yang timbul, maka cenderung makin baik pula
tingkat kontrolnya (asma terkontrol) (Andayani & Waladi, 2014).
7. Penatalaksanaan
Menurut pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di Indonesia
yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun
2004, ada 7 komponen program penatalaksanaan asma dimana 6 di
antaranya menyerupai komponen pengobatan yang dianjurkan oleh
GINA (2012) dan ditambah satu komponen yaitu pola hidup sehat:
A. Edukasi
Edukasi yang diberikan antara lain adalah pemahaman mengenai
asma itu sendiri, tujuan pengobatan asma, bagaimana
mengidentifikasi dan mengontrol faktor pencetus, obat-obat yang
digunakan berikut efek samping obat, dan juga penanganan
serangan asma di rumah.
B. Penilaian Derajat Beratnya Asma
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma
oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan
asma.
1. Pemantauan tanda gejala asma.
2. Pemeriksaan faal paru
C. Identifikasi dan Faktor Pencetus Asma
Sebagian penderita dengan mudah mengenali fakor pencetus,
akan tetapi sebagian lagi tidak dapat menegtahui faktor pencetus
asmanya.
D. Merencanakan dan Memberikan Obat Jangka Panjang
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu
bulan. Dalam menetapkan atau merencanakan pengobatan jangka
panjang untuk mencapai atau mempertahankan keadaan asma
yang terkontrol, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan:
1. Medikasi (obat-obatan)
2. Tahapan pengobatan
3. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
E. Menetapkan Pengobatan Pada Serangan Akut
Kunci awal dalam penanganan serangan akut adalah penilaian
berat serangan.
F. Kontrol Secara Teratur
Dua hal penting yang harus diperhatikan dokter dalam
penatalaksanaan asma jangka panjang adalah melakukan tindak
lanjut/follow up teratur dan merujuk ke ahli paru pada keadaan-
keadaan tertentu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA
KELUARGA PENDERITA ASMA BRONKIAL DI DUSUN REGES, DESA
REMBITAN

A. PENGKAJIAN (tanggal) : Rembitan, Selasa, 12 April 2022)


I. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK : Tn. R
2. Alamat dan Telepon : Reges Daye, Desa Rembitan (081803493337)
3. Pekerjaan KK : Karyawan Swasta
4. Pendidikan KK : SLTA/ Sederajat
5. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi

Ket.
Hub Kel. KK

Pendidikan

Hepatiti
No. Nama Polio DPT
Umur

BC
s
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1. Tn. R L Suami 47 th SLTA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sehat

2. Ny. E P Istri 44 th TAMAT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sehat


SD

3. An. V P Anak 19 th SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sehat

4. An. F L Anak 11 th SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sehat

5. An. G L Anak 10 th SD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sehat


Genogram :

Keterangan Genogram :

: Laki -laki : garis pernikahan

: Perempuan : garis keturunan

: Meninggal : tinggal seruma

6. Tipe Keluarga :
a. Jenis tipe keluarga adalah the nuclear family yaitu keluarga yang terdiri
dari keluarga inti yaitu suami, istri dan anak.
7. Suku Bangsa : Suku Sasak
8. Agama : Islam
a. Status sosial ekonomi keluarga : Anggota keluarga yang mencari nafkah
adalah Tn. R (Kepala Keluarga).
b. Penghasilan keluarga Tn. R setiap bulan sekitar Rp. 2.100.000
c. Harta benda yang dimiliki : Tn. R mempunyai alat transportasi pribadi
(motor dan mobil) untuk kebutuhan keluarganya, dan perabotan rumah
yang memadai.
d. Kebutuhan yang dikeluarkan setiap bulan : Pada keluarga Tn. R
pengeluaran tiap bulannya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sekitar
Rp. 1.900.000 ini untuk membayar SPP sekolah anak di pondok
pesantren, membayar rekening listrik, air dan belanja bahan makanan,
dan uang saku anaknya setiap hari.
9. Aktivitas Rekreasi keluarga
Keluarga Tn. R jarang melakukan rekreasi, hanya kalau ada acara arisan
keluarganya untuk bisa melakukan aktivitas rekreasi keluarga ke tempat-
tempat wisata seperti pantai dan rumah makan. Rekreasi yang biasa
dilakukan di rumah adalah menonton TV bersama istri dan anaknya.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. R mempunyai 3 orang anak, anak pertama berusia 19 tahun,
anak kedua berusia 11 tahun, dan anak ketiga berusia 10 tahun. Saat ini
berdasarkan usia anak tertua berada pada tahap perkembangan tahap ke 5
yaitu dengan anak remaja.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum tercapai
Sampai saat ini keluarga tidak memiliki hambatan dalam memenuhi tugas
perkembangan keluarganya.
3. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Dalam keluarga ini hanya An.V yang mengalami dan menderita penyakit
asma sedangkan keluarga yang lainnya tidak mengalami penyakit serupa
maupun penyakit yang lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Untuk riwayat keluarga dari Tn.R tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
Kecuali an.V.
III. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
a) Luas rumah : 10x4 m2
b) Tipe rumah : permanen, terbuat dari bata semen, dan sudah ada
ventilasi.
c) Kepemilikan : Tanah rumah sudah milik pribadi Tn. R.
d) Jumlah dan rasio kamar/ruangan: Terdapat 2 kamar
e) Ventilasi/jendela :Ventilasi memadai, jendela ada di setiap ruangan
rumah.
f) Pemanfaatan ruangan: Setiap ruangan tertata dengan baik: untuk
beribadah, untuk istirahat berssama keluarga, tempat tidur.
g) Septik tank: ada dan letaknya ada di bagian belakang rumah.
h) Sumber air minum : Air galon (membeli)
i) Kamar mandi/WC : ada 1 kamar mandi.
j) Sampah tidak ada limbah RT selalu di kumpulkan dan di ambil oleh
mobil sampah satu kali seminggu pada hari selasa. Kebersihan
lingkungannya rumah tampak bersih, hal ini dikuatkan karena Ny. E
mengatakan setiap hari selalu membersihkan rumahnya dan menyiram
tanaman berupa bunga di halama depan rumahnya.
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
a. Kebiasaan:
Keluarga Tn. R tinggal di desa, rasa antar persaudaraan sesama warga
tinggi, penduduk sekitar rumah adalah penduduk adalah penduduk asli
sasak dan ada juga yang suku Jawa. Interaksi banyak terjadi pada sore
hari.
b. Aturan/kesepakatan:
Di dalam satu RT sudah ditetapkan berbagai peraturan dan masing
anggota masyarakat mampu menaati peraturan tersebut. Salah satunya
adalah setiap anak remaja yang keluar rumah tidak boleh pulang
mendekati magrib atau tidak boleh pulang malam, apalagi kalau keluar
sama laki-laki akan dinikahkan.
c.Budaya :
Di dam budaya di desa Tn. R karena semua orang sasak dan ada juga
orang Jawa akan tetapi tidak pernah terjadi perlawanan akibat
perbedaan budaya.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. R sudah menempati rumah hasil keringat sendiri sebelum dia
menikah karena dia pernah pergi menjadi TKI. Dan sampai sekarang tidak
pernah berpindah-pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. R menyempatkan waktu berkumpul dengan warga saat ada acara orang
menikah, dzikiran, meninggal dan rutinitas yang biasa di lakukan di masjid
yaitu gotong royong 1 bulan sekali. Dan Ny. E masuk ke dalam grup yasinan
yang mana kegiatan rutinitas ini dilakukan setiap seminggu sekali. Tn. R dan
Ny. E juga cepat berinteraksi karena jiwa sosialnya tinggi.
5. Sistem pendukung keluarga
Apabila An. V kambuh, maka Tn. R dan Ny. E membawa anaknya ke praktir
dokter umum atau klinik, dan kadang-kadang meminta bantuan ke
saudaranya Tn.R yang berprofesi sebagai perawat.
IV. Struktur keluarga
1. Struktur peran (peran masing-masing dalam keluarga)
Dalam keluarga peran Tn. R berjalan dengan baik sebagai kepala keluarga
mencari nafkah untuk membiayai keluarga, dan Ny.E sebagai ibu rumah
tangga.
2. Nilai dan norma keluarga
Nilai yang di anut dalam keluarga adalah berdasarkan kepercayaan yang
dianut yaitu islam, dan tidak ada konflik nilai yang terjadi. Begitu juga
dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat juga menjadi pedoman
dalam keluarga dan masing-masing keluarga wajib untuk mentaatinya,
seperti tidak boleh pulang malam.
3. Pola komunikasi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga menggunakan bahasa sasak yang
jelas. Karena karakter Tn.R yang pendiam tapi tegas jika ada masalah dalam
keluarga maka dibicarakan secara baik-baik saling terbuka.
4. Struktur kekuatan keluarga (siapa pengambil keputusan)
Sebelumnya keluarga mampu menyelesaikan masalah jika ada salah satu
anggota keluarga yang salah. Yang mengambil keputusan adalah Tn R
karena dia adalah kepala keluarga.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif:
Keluarga ini harmonis dan saling menghargai dari masing-masing peran
2. Fungsi sosialisasi
a. Kerukunan hidup dalam berkeluarga:
Keluarga Tn. R dan Ny. E jarang bertengkar, karena setiap ada
permasalahan Tn. R langsung bersikap tegas untuk mendiskusikan secara
baik-baik.
b. Interaksi dan hubugan dalam berkeluarga
Masing-masing anggota keluarga pola interaksinya bagus.
c. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan masing-masing anggota keluarga berhak
mengeluarkan pendapat, dan hasil akhirnya akan diputuskan oleh Tn. R
selaku kepala keluarga.
d. Kegiatan keluarga waktu senggang
Jika ada waktu senggang keluarga ini pergi rekreasi ke pantai dan
mengadakan acara arisan keluarga.
e. Partisipasi dalam kegiatan social
Tn. R dan Ny. E memiliki jiawa sosial yang tinggi.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Pengetahuan dan persepsi keluarga dan penyakit kesehatan keluarganya,
Ny. E khawatir melihat An. V mengalami asma, setahunya Ny. E kalau
orang sesak pasti ada masalah di paru-parunya, dan Ny. E tidak tahu
bagaimana cara mengatasi kondisi tersebut. Dan kemampuan keluarga
dalam mengambil keputusan dalam hal ini adalah untuk mencegah
terjadinya keparahan maka keluarga ini emmutuskan untuk membawa An.
V ke praktik dokter umum atau ke klinik.
4. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan, Pengertian tanda dan gejala,….dstnya
Pengetahuan dan persepsi keluarga dan penyakit kesehatan keluarganya,
Ny. E khawatir melihat An. V mengalami asma, setahunya Ny. E kalau
orang sesak pasti ada masalah di paru-parunya, dan Ny. E tidak tahu
bagaimana cara mengatasi kondisi tersebut.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Dan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan dalam hal ini
adalah untuk mencegah terjadinya keparahan maka keluarga ini
memutuskan untuk membawa An. V ke praktik dokter umum atau ke
klinik.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Tn. R dan Ny. E merawat anggota keliarga yang sakit dengan baik dan
penuh kasih sayang.

d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang


sehat
Ny. E mengatakan kalau setiap hari dia membersihkan rumahnya dan
menyiram bunga yang ada di halam an rumahnya. Sehingga rumah
tampak bersih dan indah.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Di rumah Tn. R dan Ny. E tidak menyediakan kotak P3K di rumahnya,
sehingga kalau ada anggota keluarga yang sakit langsung mengambil
tindakan atau keputusan untuk membawa An. V ke dokter praktik atau
ke klinik.
5. Fungsi reproduksi
a. Perencanaan jumlah anak
Ny. E mengatakan harapan anak 3 saja cukup. Karena lebih bisa
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Akseptor: Ya, yang digunakan adalah KB suntik lamanya 3 bulan, tidak
ada masalah seksual.
6. Fungsi ekonomi
a. Upaya pemenuhan sandang pangan
Pemenuhan sandang, pangan dapat tercukupi.
b. Pemanfaatan sumber di masyarakat
Ny. E dan Tn. R sering ikut serta dalam membantu administrasi yang
dibutuhkan dalam kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat.
VI. Stres Dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Masalah yang di hadapi oleh Tn.R dan Ny. E dalam waktu pendek
adalah sering khawatir dan cemas dengan kondisi An. V karena
penyakitnya dan juga akan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
Tn.R dan Ny. E resah dengan masa depan An. V nanti kalau An. V
setelah keluar pondok akan menjadi anak yang sekarang banyak terjadi
seperti suka keluyuran, membantah, dan setiap dikasih arahan masuk
telinga kanan keluar telinga kiri dan juga penyakitnya kambuh.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga dalam menangani masalah, mereka harus berdiskusi dan
bicara baik-baik dan mengambil solusi bersama-sama.
4. Strategi adaptasi disfungsional (pengambinghitaman,penggunaan
ancaman,dll)
Ny. E dan Tn. R selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan
anaknya dengan cara menjenguk anaknya setiap miggu ke pondoknya.
Dan sekarang udah pulang.
VII. Keadaan Gizi Keluarga
1. Pemenuhan gizi
Ny. E mengatakan selalu memperhatiakn pemenuhan gizi anak sejak masih
kecil. Oleh karena itu keluarga sering memakan sayur yang ditanam sendiri
di sawahnya.
VIII. Harapan keluarga
1. Terhadap masalah kesehatannya
Tn. R dan Ny. E berharap An. V asmanya tidak sering kambuh dan bisa
disembuhkan.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Tn. R dan Ny. E berharap para petugas kesehatan agar berlaku adil ke
semua pasien dan bisa menjaga privasi milik pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik Nama inisial
Tn “R” Ny “E” An “V” An “F” An”G”
1 Kepala
a. terdapat benjolan - - - - -
b. rambut tampak bersih + + + + +
c. kepala syimetris + + + + +
2 Region mata
a. mata tampak simetris + + + + +
b. konjungtiva anemi - - - - -
c. pupil isokor + + + + +
3 Region leher
a. tonsillitis - - - - -
b. adanya pembesaran kelenjar - - - - -
4 Region dada
a. dada syimetris + + + + +
b. jantung S1 S2 + + + + +
c. auskultasi dada resonant - - - - -
5 Region perut
a. bising usus + + + + +
b. nyeri tekan - - - - -
c. integritas kulit Well Well well Well Well
6 Extremitas
a. bergerak bebas + + + + +
b. tampak syimetris + + + + +
c. nyeri sendi - - - - -
d. kram pada persendian - - - - -
e. CRT <2 detik + + + + +
7 TTV
a. TD 100/70 110/80 120/90mmHg 110/80 110/80
mmHg mmHg mmHg mmHg
b. Nadi 85 x/mnt 80x/mnt 80x/mnt 70x/mnt 70x/mnt

c. RR 22 x/mnt 20 x/mnt 20 x/mnt 18 x/mnt 18 x/mnt

d. Suhu 37,1 °C 36,2 °C 36 °C 36°C 36°C

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


A. Analisis dan Sintesis Data

No Data Masalah Penyebab


1 Subjektif Resiko kekambuhan Ny “E” keluarga
Ny “E” mengatakan seringkali asma bronkial pada An. tidak tau tentang
asmanya kambuh terutama pada V penyebab penyakit
malam hari
Objektif
a. Asma mulai di rasakan ketika
di pondok pesantren
b. TTV
TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36°C
2 Subjektif : Ketidaktahuan keluarga Perubahan
- Ny. E mengatakan sangat mengenal kebutuhan Perilaku Anak
mengatur (otoriter) dalam dalam perkembangan
mendidik anaknya, karena remaja
pendidikan sangat di
prioritaskan oleh Ny. E.
kadang Ny. E menegur An. V
ketika An. V sering bermain
keluar dengan teman-
temannya.
Objektif
- Ny. E mengatakan sikap ibu
seperti itu karena ibu takut An.
V terjerumus ke dalam
pergaulan bebas karena
sepengetahuan ibu, usia remaja
adalah penentu masa depannya
nanti.
- Karena sikap Ny. E yang
seperti itu, penerimaan An. V
merasa terkekang, saya merasa
terkekang tidak bisa
mengembangkan diri saya
dengan bebas.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Resiko kekambuhan asma bronkial pada An V berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga tentang penyebab penyakit.
2. Resiko Perubahan perilaku anak berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal kebutuhan dalam perkembangan remaja
C. Penilaian Skoring Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
Skala
a. Tidak/kurang sehat 3 √

b. Ancaman kesehatan 2 1

c. Keadaan sejahtera 1
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala
2
a. Tinggi 1√ 2
b. Cukup 0
3. c. Rendah
Potensial masalah untuk dicegah
Skala 3√
2 1
a. Tinggi
b. Cukup 1
4.
c. Rendah
Menonjolnya masalah
2
a. Masalah berat harus segera
1
1√
ditangani
0
b. Ada masalah tapi tidak perlu harus
segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
Total 9 5
Penetapan skoring diagnosa keperawatan

9
× 5=15
3

2. Diagnosa keperawatan 2

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
Skala
a. Skala: Tidak/kurang sehat 3 √

b. Ancaman kesehatan 2 1

c. Keadaan sejahtra 1

2.
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala
1√ 1
a. Mudah
3
b. Sebagian
2
c. Rendah
3.
Potensial masalah untk dicegah 1
Skala 2√

a. Tinggi 3

b. Cukup 1

c. Rendah

4.

Menonjolnya masalah
3 2
Skala
1
a. Masalah berat harus segera
2√
ditangani
b. Ada masalah, tapi tidak perlu harus
Segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan
Total 8 5
Penetapan Skoring Diagnosa Keperawatan

8
× 5=13,3
3

Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas Diagnosa keperawatan Skorr


1 Dx I 15
2 Dx II 13,3
D. Intervensi Keperawatan

Hari/tanggal DX Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
Kamis, 15 I Setelah dilakukan -Diskusikan dengan - Memberikan
April 2022 kunjungan rumah keluarga tentang pemahaman
1 kali, di harapkan pengertian, proses kepada
resiko penyakit dan keluarga
kekambuhan asma tanda gejala tentang
bronkial pada An. penyakit asma penyakit asma
V” berkurang bronkial bronkial
dengan kriteria -Jelaskan kepada - Memberikan
hasil keluarga tentang pemahaman
- Keluarga faktor penyebab kepada
mampu penyakit asma keluarga
memahami bronkial tentang faktor
faktor penyebab menggunakan penyebab
penyakit media dan cara penyakit asma
- Keluarga yang tepat bronkial
mampu -Diskusikan tentang - Memberikan
memberikan perubahan gaya gambaran
perawatan pada hidup yang tentang upaya
pasien asma mungkin di yang bisa
bronkial perlukan untuk dilakukan
mencegah untuk
komplikasi di mencegah
masa yang akan kekambuhan
datang - Dengan terapi
-Diskusikan pilihan yang di ajarkan
terapi keluarga akan
keperawatan mampu
penanganan awal merawat
gejala penyakit keluarga
asma bronkial dengan asma
bronkial
Kamis, 15 II Setelah dilakukan - Kontrak dengan - Memberikan
April 2022 tindakan keluarga pemahaman
keperawatan - Kaji tingkat tentang
selama 1x pengetahuan bagaimana
kunjungan di keluarga tentang tahap
harapkan: tahapan perkembangan
1. Keluarga pengembangan remaja
mengetahui anak remaja. - Memberikan
tahap-tahap - Pertemuan pemahaman
dalam dengan keluarga kepada
perkembangan membahas keluarga
remaja tentang sikap bagaimana cara
2. Keluarga orang tua dalam mendidik anak
mengerti sikap mendidik anak di pada tahap usia
mendidik anak usia remaja dan remaja
yang benar di dampak didikan
usia remaja yang terlalu
otoriter
- Berikan
kesempatan
keluarga untuk
menanyakan
penjelasan yang
telah
didiskusikan
- Beri pujian
terhadap
kemampuan
memahami
penjelasan yang
diberikan
- Evaluasi secara
singkat terhadap
topik yang
diberikan
- Pantau respon
terhadap
penjelasan yang
di sampaikan.

E. Implementasi Keperawatan

Hari/ DX Iplementasi Respon hasil TTD


tanggal
Kamis, I - Mendiskusikan bersama - Keluarga tampak
15 April keluarga tentang mengerti apa yang
2022 pengertian, proses dan di sampaikan oleh
tanda/gejala penyakit perawat
asma bronkial - Keluarga mampu
- Menjelaskan kepada menjelaskan
keluarga tentang faktor kembali faktor
penyebab asma bronkial penyebab asma
menggunakan leaflet bronkial
- Mendiskusikan bersama - Keluarga tampak
keluarga tentang antusias dan
perubahan gaya hidup bersedia untuk
seperti pola makan dan mempraktikan gaya
aktifitas berat dapat hidup untuk
menyebabkan mencegah
kekambuhan penyakit kekambuhan
asma bronkial penyakit asma
- Mendiskusikan pilihan bronkial
terapi pernapasan dan - Keluarga tampak
obat untuk mengurangi mengerti dengan
kekambuhan asma tehnik terapi
bronkial pernapasan dan obat
Kamis, II - Membantu keluarga - Keluarga tidak
15 April untuk meningkatkan mengerti tentang
2022 pengetahuan tentang lingkungan sehat
tahapan perkembangan - Keluarga mengerti
anak remaja. dengan apa yang di
- Memberikan edukasi jelaskan perawat
kepada keluarga - keluarga tampak
tentang cara mendidik mengerti dengan
remaja sesuai dengan apa yang di jelaskan
tahapan dan tugas oleh perawat
perkembangan
keluarga
- Membantu keluarga
untuk selalu memantau
respon yang telah di
berikan

F. Evaluasi Keperawatan

Hari/tanggal DX Evaluasi SOAP Paraf


Kamis, 15 I S : Keluarga mampu menjelaskan tentang
April 2022 pengertian, penyebab, dan tanda/gejala
penyakit asma bronkial

O: keluarga sudah menerapkan gaya hidup


yang tepat untuk mencegah kekambuhan
asma bronkial

A: masalah teratasi

P: memberikan apresiasi kepada keluarga


atas keberhasilan dan menganjurkan
keluarga untuk tetap melaksanakan apa yang
sudah di ajarkan
Kamis, 15 II S: keluarga mampu menjelaskan tentang
April 2022 bagaimana cara memahami tahap
perkembangan anak dengan usia remaja

O: keluarga belum mampu menerapkan


bagaimana cara mendidik anak dengan usia
remaja dengan tepat.

A: masalah belum teratasi

P: Berikan suport dan semangat kepada


keluarga agar bisa mencegah terjadinya
kenakalan pada remaja.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Febriyani, WV. 2020. Latar Belakang Asma Bronkial.


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id (Diakses pada tanggal 15 April 2022)
Bramanto, Widi. 2013. Makalah Asma Bronkial. www.academia.edu (Diakses pada
tanggal 15 April 2022)
Setiawan, Kayan. 2017. Asma Bronkial. erepo.unud.ac.id (Diakses pada tanggal 16
April 2022)
Pery, PAA. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Asma.

http://repository.poltekkeskupang.ac.id (Diakses pada tanggal 18 April 2022)

Putri, AA. 2021. Latar Belakang Asma Bronkial.

http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id (Di akses pada tanggal 18 April 2022)

Anda mungkin juga menyukai