KECAMATAN JATIROTO
LUMAJANG
DISUSUN OLEH :
14901.08.21215
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
KECAMATAN JATIROTO
LUMAJANG
Lumajang,
Mahasiswa
(.....................................) (.....................................)
Kepala Ruangan
(.....................................)
I. KONSEP KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan
mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria,
2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan Logan
(1986 dalam Zakaria, 2017). mengatakan keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017)
keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh
hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau
lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki
tujuan mempertahankan budaya, meingkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka
sebagai suatu keluarga
B. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1) Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun
adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga
inti diantaranya :
1. Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga
dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
2. The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
3. Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung
jawab secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante,
kakek dan nenek
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian,
kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di
kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau
pada waktu waktu tertentu
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa
generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal
dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti
kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana
anak ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika
orang tua 9 dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka
dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang
tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana
anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua
rumah tangga inti.
2) Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak)
yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam
satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman
yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak Bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan
pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital
partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama
diluar hubungan perkawinan melainkan dengan alasan
tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling
merasa menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu
termasuk seksual dan membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi
aturan/nilainilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada
saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
C. Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga,
namun ada juga yang menggambarkan subsitem-subsistemnya
sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga menurut Friedman (2009)
dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,
transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian
dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung
pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada
dalam keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan
kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol
atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa
macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti
orang tua terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang
tua adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan
yang akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi).
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
cinta kasih, misalnya hubungan seksual).
3. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi
mengidentifikasi status atau tempat sementara dalam suatu
sistem sosial tertentu.
a. .Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga,
seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki
peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga
memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai
anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu
berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan
pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai
pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental,
sosial dan spiritual.
b. Peran Informal kelauarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit,
tidak tampak ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi
kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan
keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai
masyarakat. Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah
laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Nilai
keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga menghadapi
masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati
(2018) sebagai berikut:
1. .Fungsi afektif dan koping dimana keluarga memberikan
kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam
membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stres
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan
feedback dan saran dalam penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis
keturunannya dengan melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarga dan kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan
dan kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
E. Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya
(2009) :
1. Mengenal masalah Kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga.Dan sejauh
mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah Kesehatan.
Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berusia 2 - 6 tahun) Tahap
2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih
banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang
berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain
dari sistem saraf pusat (Sarwawadi. 2014).
Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot - otot volunter secara optimal.
Bagian - bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis
dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2014).
3. Brainstem
Brainstem
adalah batang
otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang
mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla
spinalis dibawahnya. Struktur - struktur fungsional batang otak yang
penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis
antara medulla spinalis dan bagian - bagian otak, anyaman sel saraf
dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari
tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
C. Definisi Stroke
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Smeltzer,2015). Pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2015).
Stroke merupakan kegawatdaruratan neurologi yang mendadak
(akut) karena oklusi atau hipoperfusi pada pembuluh darah otak,
sehingga jika tidak segera diatasi maka akan terjadi kematian sel dalam
beberapa menit, kemudian akan menimbulkan defisit neurologis dan
menyebabkan kecacatan atau kematian (Misbach, 2011). Sedangkan
menurut Irfan (2010) stroke adalah gangguan fungsi saraf yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul
secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam
beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah
yang terganggu.
Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana
ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit
neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama
selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Menurut Padila (2015)
istilah stroke lebih dikenal daripada Cerebro Vaskuler Accident (CVA),
kelainan ini terjadi pada organ otak. Lebih tepatnya adalah ganguan
pembuluh darah otak. Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak
yang menyebabkan angka kematian yang tinggi. Kejadian sebagian
besar dialami oleh kaum laki-laki dan usianya umumnya diatas 55 tahun.
Stroke iskemik/stroke non hemoragik biasanya juga dikenal sebagai
infark serebral karena penyumbatan arteri. Sekitar 80 persen dari stroke
adalah iskemik, karena gangguan pasokan darah. Biasanya disebabkan
oleh penyumbatan pembuluh darah (arteri) di otak. Jika arteri tersumbat,
sel-sel otak tidak bisa mendapatkan oksigen dan nutrisi dan akhirnya
akan berhenti bekerja. Jika arteri tetap tersumbat lebih dari beberapa
menit, sel-sel otak mungkin mati (Silva, dkk. 2014).
Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang timbul secara mendadak dan
akut dalam beberapa detik atau secara tepat dalam beberapa jam yang
berlangsung lebih dari 24 jam dengan gejala atau tanda tanda sesuai
daerah yang terganggu (Irfan, 2012). Stroke atau serangan otak adalah
suatu bentuk kerusakan neurologis yang disebabkan oleh sumbatan atau
interupsi sirkulasi darah normal ke otak.Dua tipe stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik lebih jauh dibagi
menjadi hemoragik intrasrebral dan hemoragik subaraknoid (Weaver &
Terry, 2013).
Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan pola hidup
masyarakat stroke dapat menyerang di usia dibawah 55 tahun. Dapat
diambil kesimpulan bahwa stroke adalah penyakit sistem persyarafan
yang mana pada pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kematian jika
tidak segera ditangani.
D. Etiologi Stroke
Penyebab stroke menurut Rendi dan Margareth (2015) :
a. Infark otak (80%)
1) Emboli
Emboli kardiogenik, fibrilasi atrium dan aritmia lain, thrombus
mural dan ventrikel kiri, penyakait katub mitral atau aorta,
endokarditis (infeksi atau non infeksi).
2) Emboli paradoksal
Emboli arkus aorta, aterotrombotik (penyakit pembuluh darah
sedang-besar), penyakit eksrakanial, arteri karotis interna, arteri
vertebralis.
3) Penyakit intracranial
Arteri karotis interna, arteri serebri interna, arteri basilaris,
lakuner (oklusi arteri perforans kecil)
b. Pendarahan intraserebral (15%)
c. Hipertensi, malformasi arteri-vena, angipati amiloid.
d. Pendarahan subaraknoid (5%)
e. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark/pendarahan)
Trobus sinus dura, diseksi arteri karotis/vertebralis, vaskulitis
sistem saraf pusat, penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intra
cranial yang progresif), migren, kondisi hiperkoagulasi,
penyalahgunaan obat, dan kelainan hematologist (anemia sel sabit,
polisistema, atau leukemia), serta miksoma atrium.
E. Manisfestasi Stroke
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah
timbulnya defisit neurologist, secaara mendadak/subakut, di dahului
gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan
biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar,
biasanya terjadi pada usia > 50 tahun. Menurut WHO dalam International
Statistic Dessification Of Disease And Realeted Health Problem 10 th
revitoan, stroke hemoragik dibagi atas Pendarahan Intra Serebral (PIS)
dan Pendarahan Subaraknoid (PSA) (Rendi, Margareth, 2015).
Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah atau
anggota badan (hemiparesis yang timbul mendadak), gangguan
sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemiparesik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium,
letargi, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan,
atau kesulitan memahami ucapan), disartria (bicara pelo/cadel),
gangguan penglihatan (hemianopia/monokuler, atau diplopia), ataksia
(trunkal/anggota badan), vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala
(Rendi, Margareth, 2015).
F. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke menurut Corwin (2009) adalah:
A. Stroke non hemoragik
1) Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah otak
perlahan karena proses arterosklerosis cerebral dan perlambatan
sirkulasi serebral.
2) Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi mendadak
akibat abnormalitas patologik pada jantung. Embolus biasanya
menyumbat arteri cerebral tengah atau cabang-cabangnya yang
merusak sirkulasi cerebral.
B. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebral dan mungkin
perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak pada daerah otak tertentu. Kejadiannya biasanya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran psien umunya dapat menurun.
G. Patofisiologi Stroke
Patofisiologi stroke berbeda berdasarkan jenis stroke, iskemik dan
hemorhagik yaitu (Permana, 2018) :
1. Stroke iskemik
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral
Blood Flow (CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan
berkurang. Nilai kritis CBF adalah 23 ml/100 gr/mnt, dengan nilai
normal 50 ml/100 gr/mnt. Penurunan CBF di bawah nilai normal dapat
menyebabkan infark. Suatu penelitian menyebutkan bahwa nilai CBF
pada pasien dengan infark adalah 4,8-8,4 ml/100 gr/mnt. Patofisiologi
stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian yaitu vaskular dan
metabolisme. Iskemia disebabkan karena terjadi oklusi vaskular.
Oklusi vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh
emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan
hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi vaskular yang
terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik
yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada otak
akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini
berujung pada onset stroke yang tiba-tiba.
Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa
kerusakan pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar natrium
dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan
berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik. Selain pompa
natrium-kalium, pertukaran natrium dan kalsium juga terganggu.
Gangguan ini menyebabkan influks kalsium yang melepaskan
berbagai neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang memperparah
iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif. Kerusakan sawar darah
otak (membran pemisah sirkulasi darah dari cairan ekstraselular otak)
juga terjadi, disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah oleh proses
di atas, yang menyebabkan masuknya air ke dalam rongga
ekstraselular yang berujung pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga
3-5 hari dan sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa
jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflamasi.
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan
berperan dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar
glukosa darah otak tinggi seehingga terjadi peningkatan glikolisis
dalam keadaan iskemia. Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke
hemorhagik. Pendarahan yang terjadi tidak selalu menyebabkan defisit
neurologis. Defisit neurologis terjadi apabila perdarahan yang terjadi
luas. Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya sawara darah otak,
sehingga sel darah merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang
lemah.
I. Penatalaksanaan Stroke
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat
berupa terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan.
Untuk stroke iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah
keotak, membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan,
melindungi jaringan otak yang masih aktif, dan mencegah cedera
sekunder lain. Pada stroke hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah
kerusakan sekunder dengan mengendalikan tekanan intrakranial dan
vasospasme, serta mencegah perdarahan lebih lanjut (Hartono, 2010).
Salah satu penatalaksanaan stroke :
1. Penatalaksanaan umum
a. Umum : Ditujukan terhadap fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal,
keseimbangan elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
b. Khusus : Pencegahan dan pengobatan komplikasi Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promosi, primer dan sekunder
2. Penatalaksanaan khusus
Penderita stroke non hemoragik atau stroke iskemik biasanya
diberikan:
a. Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol,
cilostazol
b. Trombolitik : Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator
(rt-PA))
Indikasi : Terapi trombolitik pada stroke non hemoragik akut. Terapi
harus dilakukan selama 3 – 4,5 jam sejak onset terjadinya simptom
dan setelah dipastikan tidak mengalami stroke perdarahan dengan CT
scan.
c. Farmakologis
1. Vasodilator
meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intraarterial.
3. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena
trombositmemainkan peran sangat penting dalam pembentukan
trombus dan ambolisasi. Antiagresi trombosis seperti aspirin
digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskuler (Mutaqin, 2011).
d. Non Farmakologis
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses
pemulihan kondisi pasca stroke :
1. Fisioterapi
Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk menangani
kondisi stroke stadium akut bertujuan untuk :
a. Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring yang
lama
b. Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada peningkatan
tonus
c. Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi
sakit
d. Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan
koordinasi gerak
e. Meningkatkan kemampuanaktivitas fungsional (Farida &
Amalia, 2009).
2. Akupuntur.
Akupuntur merupakan metode penyembuhan dengan cara
memasukkan jarum dititik-titk tertentupada tubuh penderita stroke.
Akupuntur dapat mempersingkat waktu penyembuhan dan
pemulihan gerak motorik serta ketrampilan sehari-hari (Farida &
Amalia, 2019).
3. Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy)
Terapi ini bertujuan untuk memecahkan sumbatan pada pembuluh
darah agar menjadi partikel-partikel kecil yang sangat halus
sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya sumbatan-
sumbatan baru ditempat lain. Terapi sonolisis ini dilakukan dengan
teknik ultrasound dan tanpa menggunakan obat-obatan (Wiwit,
2010).
4. Senam Ergonomik
Senam ini berfungsi untuk melatih otot-otot yang kaku dengan
gerakan-gerakan yang ringan dan tidak menimbulkan rasa sakit
bagi penderitanya. Senam ergonomik diawali dengan menarik
napas menggunakan pernapasan dada. Hal ini bertujuan supaya
paru-paru dapat lebih banyak menghimpun udara. Ketika napas,
oksigen dialirkan keotak yang memerlukan oksigen dalam jumlah
yang banyak supaya dapat berfungsi dengan baik. Dengan
demikian, senam ergonomik dapat dikatakan membantu penderita
stroke karena kondisi stroke merupakan terganggunya suplai
oksigen ke otak (Farida & Amalia, 2009).
5. Yoga (Terapi Meditasi)
Yoga menurunkan resiko terkena stroke dengan meningkatkan
suplai darah keotak bila yoga dilakukan secara teratur. Aktivitas
yang dilakukan dalam yoga khusus penderita stroke yaitu latihan
peregangan seluruh bagian tubuh, memijit organ-organ internal,
kelenjar, sistem peredaran darah dan sistem pembuangan,
demikian pernyataan Rahmat Darmawan, seorang master of
energy yang juga praktisi yoga (Farida & Amalia, 2009)
6. Terapi Musik
Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan musik
setiap hari, penderita akan mengalami peningkatan pada ingatan
verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik dibandingkan
dengan penderita stroke yang tidak mendengarkan musik. Selain
itu, mendengarkan musik pada tahap awal pascastroke dapat
meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya
perasaan negatif (Wiwit, 2010)
7. Terapi Bekam.
Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah yang tidak
berfungsi lagi, sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus dibuang.
Bekam juga dapat menurunkan tekanan darah berkurang setelah
dibekam. Dengan terhindar dari penggumpalan darah dan tekanan
darah tinggi dapat mencegah dan mengobati stroke (Farida &
Amalia, 2009).
J. Komplikasi Stroke
Komplikasi yang dapat terjadi akibat stroke diantaranya bisa
menyebabkan aspirasi, paralitic illeus, atrial fibrilasi, diabetus insipidus,
peningkatan TIK, dan hidrochepalus (Padila, 2015). Komplikasi stroke
menurut (Smeltzer & Bare, 2016) adalah :
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme
4. Kematian
5. Perdarahan
1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2017) dan Donsu, Induniasih, Purwanti (2015)
diantaranya yaitu :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit (D.0054).
2. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya
yang sakit (D.0129).
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efeketif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat
anggota keluarga yang sakit (D.0115).
4. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
5. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
6. Resiko Keberdayaan
7. Defisit pengetahuan (00126) b/d kurang sumber pengetahuan
8. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)
9. Risiko Jatuh (D.0143) b.d Gangguan Keseimbangan
2. Penerapan Prioritas
Bailon dan Maglaya dalam Bakri (2017) telah merumuskan skala prioritas
sebagai berikut:
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan/intervensi keperawatan
merupakan rancangan spesifik dalam membantu pasien untuk mencapai
tujuan dan kriteria hasil/ standar yang harus dicapai pada saat perawat
memberikan asuhan keperawatan (Nada Syahla, 2020). Berikut
intervensi dan kriteria hasil kasus hipoglikemia pada anak sesuai
diagnose yang mungkin muncul:
menggosok gigi,
sesuai kebutuhan
d. Fasilitasi mandi,
sesuai kebutuhan
e. Pertahankan
kebiasaan
kebersihan diri
f. Berikan bantuan
sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi
a. Jelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi terhadap
kesehatan
3 Nyeri akut b.d agen SLKI (L.12105) SIKI (I.12383)
pencedera fisik Setelah dilakukan Observasi
tindakan asuhan a. Identifikasi kesiapan
(D.0077) dan kemampuan
keperawatan selama ...
x... diharapkan menerima informasi
manajemen kesehatan b. Identifikasi faktor-
keluarga efektif, dengan faktor yang
kriteria hasil: dapat
1. Kemampuan meningkatkan dan
menjelaskan menurunkan
masalah kesehatan motivasi perilaku
yang dialami hidup bersih dan
meningkat sehat.
2. Aktivitas keluarga Terapeutik
mengatasi masalah a. Sediakan materi dan
kesehatan dengan media pendidikan
tepat meningkat kesehatan
3. Tindakan untuk b. Jadwalkan
mengurangi pendidikan
faktor risiko kesehatan
meningkat sesuai
4. Verbalisasi kesulitan kesepakatan
menjalankan c. Berikan kesempatan
perawatan yang untuk bertanya
ditetapkan menurun Edukasi
5. Gejala penyakit a. Jelaskan factor risiko
anggota yang dapat
keluarga mempengaruhi
menurun kesehatan
5.Implementasi
6.Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Erika K.A, Hariati S, Seniwati T, 2011. Buku Ajar Keperawatan Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unhas, Makassar.