J G3P3 A0
DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARE HARI KE-0 ATAS INDIKASI
INDUKSI GAGAL DI RUANG ALAMANDA III
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA
Disusun oleh:
Kharis Nawawi
24.19.1361
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J G3P3A0
dengan post operasi sectio caesare hari ke-0 atas indikasi induksi gagal di Ruang Alamanda
III RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta” guna memenuhi tugas individu Stase
Keperawatan Maternitas Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta
tahun 2020.
Mahasiswa
Kharis Nawawi
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
I. Post Partum.
A. Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42
hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian
lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka
kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2016).
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6–8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3
bulan (Novita, 2015).
B. Etiologi
E. Manifestasi Klinik
Menurut Novita (2016), manifestasi kilis yaitu:
a. Plasenta prefia sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Distorsi cevalopelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan
ukuran panggul
d. Ruotur uteri mengancam
e. Partus lama (prolonged labor)
f. Partus tak maju (0bstructed labor)
g. Distorsia serviks
h. Pre eklamsi dan hipertensi
i. Mal presentasi janin
Letak lintang
Letak bokong
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)
Presentasi lengkap jika reposisi tidak berhasil
Gemeli
(Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2016)
F. Pathway
Hipoksia Oksitosin
meningkat Pembendungan
Daya tahan tubuh turun Resiko Infeksi ASI
Syok Hipovolemik Duktus
Kelemahan umum
&alveoli Payudara
Kuman mudah masuk kontraksi bengkak
Intoleransi Efektif Tidak efektif G. rasa
aktivitas
nyaman
G. Tanda -Tanda Bahaya Postpartum
Menurut Mitayani, 2015 ada beberapa tanda bahaya post partum antara lain:
- Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah
banyak
- Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
- Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
- Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan
- Pembengkakan di wajah/tangan
- Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak
enak badan
- Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau
terasa sakit
- Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
- Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
- Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya/diri sendiri
- Merasa sangat letih/nafas terengah-engah.
C. Etiologi
Menurut Sulistyawati (2017), bedah caesar di bagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Faktor Maternal
a. Usia
Usia ibu saat hamil yang beresiko tinggi adalah usia kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun. Ibu yang hamil pada usia <20 tahun atau >35 tahun
memiliki resiko untuk mengalami komplikasi saat persalinan 3 sampai 4 kali
lebih besar dari pada ibu yang berusia 20-35 tahun. Usia ibu saat kehamilan
merupakam salah satu yang menentukan tingkat resiko kehamilan dan
persalinan. Usia reproduksi sehat yang aman untuk seorang wanita hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun. Wanita hamil pada umur
muda(<20tahun)dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya
belum sepenuhnya optimal. Dari segi psikis belum matang menghadapi
tuntutanbeban moral dan emosional. Sedangkan lebih dari umur 35 tahun,
elastisitasdari otot-otot panggul dansekitarnya srta alat reproduksi pada
umumnya mengalami kemunduran, kadang terdapat penyakit degenerasi
sepeti hipertensiyang dapat berkembang ke arah pre eklamsi, dan juga wanita
pada usia ini besar kemungkinan akan mengalamikelelahan jika dilakukan
persalinan normal.
b. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang
wanita. Paritas merupakan faktor pentingdalam menentukan nasib ibu dan
janin baik selama kehamilan maupun selama persalinan. Paa ibu yang
primipara (melahirkan bayi satu kali, hidup atau mati dengan usia kehamilan
lebih dari 22 minggu atau berat badan lebih dari 500 gram), karena
pengalaman melahirkan belum pernah, maka kemungkinan terjadimya
kelainan dan komplikasi yang cukup besar, baik kekuatan pada his atau jalan
lahir dan kondisi janin. Sedangkan paritas diatas 4 dan usia tua, secara fisik
ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Grande multipara
(persalinan lebih dari 4 kali) beresiko dalam kejadian pendarahan post
partum dikarenakan oleh otot uterus yang sering diregangkan sehingga
dinding menipis dan kontraksinya menjadi lemah
c. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan (jarak kehamilan <2 tahun merupakan faktor resiko untuk
terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan) jarak yang terlalu
dekat(kurang dari 2 tahun) dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya
pendarahan.persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan dan merupakan
kelompok resiko tinggi untuk pendarahan post partum, kesakitan dan
kematian ibu. Jarak antar kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah
paling sedikit adalah 2 tahun, untuk memungkinkan tubuh wanita dapat pulih
dari kebutuhan ekstra pada masa kehamilan dan laktasi.
d. Kunjungan ANC
Pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan dijalankan oleh tenaga
kesehatan terlatih sesuai dengan standar pelayanan ANC. Tujuan pelaksaan
antenatal yaitu memantau kemajuan kehamilan serta mamstikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatn
fisik, mental dan sosial ibu serta janin dan mengenali secara dini kelainan
atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
e. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
f. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
g. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
h. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
i. Kelainan Plasenta
o Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim menutupi sebagian atau bahkan
seluruh jalan lahir, sehingga kemungkinannya kejadian tersebut bila
dilahirkan secara normal, dapat mengakibatkan pendarahan bahkan jika
tidak ditangani secara cepat maka akan menimbulkan syok pada ibu, maka
biasanya bedah setral biasanya disarankan untuk mecegah terjadinya
pendarahan hebat saat persalinan.
o Solusio plasenta
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding
rahim sebelum waktunya persalinan. Persalinan dengan operasi di lakukan
untuk untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan
oksigen atau keracunan air ketuban.
j. Riwayat Bedah Cesar
Pada dasarnya seorang ibu yang bersalinpertamanya melalui tindakan bedah
cesar maka pada kelahiran berikutnya akan dilakukan tindakan bedah
cesarkembali, namun hal tersebut, bergantung pada indikasi sebelumnya,
apakah indikasi tersebut bersifat sementara atau dapat dikendalikan pada
persalinan berikutnya atau bersifat absolute yakni hal yang menetap dan
tidak dapat dikendalikan seperti halnyapanggul sempit. Adapun jika ada
pilihan kedua pada persalinan berikutnya yaitu secara pervagina, maka ibu
bersalin harus memenuhi syarat VBAC (Vaginal Birth After Caesarean).
Diantaranya:
o Tidak lebih dari satu bedah cesar sebelumnnya
o Bedah cesar sebelumnnya adalah bedah cesar untuk alasan yang tidak
berulang
o Bedah cesar sebelumnnya adalah bedah cesar secara insisi segmen
bawah atau horizontal
o Tidak ada komplikasi utama setelah bedah cesar misalnya bekas rupture
uteri
o Ibu yang tidak memiliki indikasi rujuk dari dokter spesialis kandungan.
k. Induksi gagal
Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum memulai
terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane.
Argumentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang tidak
adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin (Koniak,
2011).
Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk
merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan (Hartono,
2014).
Jadi induksi gagal adalah gagalnya membuat tindakan proses untuk
persalinan / merangsang timbulnya kontraksi rahim ibu untuk terjadinya
persalinan secara normal.
a. Indikasi
D. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan
letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi postpartum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI
yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan
upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Bobak, 2016).
E. Pathway
Faktor Sirkulasi Cemas pada
Predesposisi: uteroplasenta janin
Ketidakseimbangan menurun
cefalopelvic
Kehamilan kembar Kadar kortisol menurun
Distress janin Tidak timbul HIS (merupakan metabolisme
Persentasi janin karbohidrat, protein dan
Preeklamsi/eklamsi lemak)
Riwayat SC
KPD Tidak ada perubahan
Kelainan Janin pada serviks Esterogen meningkat
Induksi Gagal
Risiko infeksi
Sumber : Nanda, 2018 ;
Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mitayani, (2015) ada beberapa pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang itdak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
i. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
j. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
6. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
7. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi janin
f).Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
g). Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
h). Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
i) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
j) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
k) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
l) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
m) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya
proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing.
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae
dan papila mamae
g. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 2 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
4. Diagnosa Keperawatan Dengan SC
Menurut Nanda, 2018). Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cidera fisik.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi
pembedahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pembedahan.
5. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Lingkungan :
berhubungan tindakan keperawatan Kenyamanan (6482)
dengan agen cedera selama 3x 24 jam - Ajarkan tehnik
fisik diharapkan nyeri teratasi telaksasi
dengan kriteria: nonfarmakologi
Pain level(2102) mengurangi nyeri
Skala nyeri 3-1 - Kontrol lingkungan
Wajah pasien yang mempengaruhi
rileks nyeri
Menyatakan Pemberian analgetik
kenyamanan (2210)
Laporan nyeri - Observasi skala nyeri
berkurang. secara konferehensif
- Beri injeksi analgetik
- Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik yang sesuai
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Identifikasi Risiko
dengan faktor tindakan 6610
resiko kerusakan keperawatan selama - Monitor tanda-tanda
jaringan (prosedur 3x24 jam vital
inflasi) diharapkan tidak ada - Observasi kondisi
resiko infeksi luka jahitan
dengan kriteria - Bersihkan
hasil: lingkungan setelah di
Pengendalian resiko, gunakan pasien
dengan indikator - Lakukan perawatan
- Terbebas dari tanda luka
atau gejala infeksi - Instruksikan pada
- Menunjukkan pengunjung untuk
hygiene pribadi mencuci tangan
yang adekuat sebelum dan setelah
- Menggambarkan kontak dengan pasien
faktor yang - Kolaborasi dengan
menunjang dokter untuk
penularan infeksi pemberian antibiotik
Carpenito, L.J. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC: Jakarta
Hanifa Wikyasastro. (2018). Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Hamilton, C. (2017). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Manuaba, I. (2012). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Hartono, Andry. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Persalinan Fisiologis & patolog.
Maritalia, Dewi.2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan MenyusuiI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saifuddin, AB. 2015. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Sulistyawati, A. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV Andi
Offset.