Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

Disusun oleh :

Lailatul Nur Hidayati


NIM 21.0604.0042

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2022
A. Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang
secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Muttaqin, 2011 dalam Tokan, 2020).
Dalam istilah lain, hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan
atau congenital dan hernia dapatan atau akusita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama
sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, fermonalis,
dll (Syamsuhidayat, 2011 dalam Zahro, 2019).

Istilah hernia berasal dari bahasa latin yaitu hernia, yang berarti penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009 dalam Lailul
Muna, 2018).

B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Congenital
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
b. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
pasien-pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya
penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala,
2009).
c. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
d. Ibu hamil
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
e. Pengangkatan beban berat
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostruso atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.

C. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di lipatan
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejela mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
diatasnya menjadi merah dan panas
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing atau disuria disertai hematuria (kencing darah) di samping benjolan di
bawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
8. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan di lipatan
paha
9. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual
10. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
11. Bila terjadi hernia inguinalis tragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
diatasnya menjadi merah dan panas
12. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandungan kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing atau disuria disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha
13. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas
14. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

D. Patofisiologi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia yang
biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitonial lain atau organ
ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks divertikel dan bulu-bulu. Unusr terakhir adalah
struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau
organ-organ lain misalnya paru dan sebagainya. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang
dewasa kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris
resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti
batuk kronik, bersin yang kuat, mengejan dan mengangkat barang-barang yang berat. Kanal
yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis melalui defek
tersebut (Deden Dermawan & Tutik Rahayuningsih, 2010 dalam Zahro).

Potensial komplikasi terjadi pelengketan antara inti hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan akan
menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local,
peritonitis (Jitiwoyono Dan Kristiyanasari, 2010).

Pada hernia inguinalis lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis dan
mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligament sekitar (wanita). Ini diakibatkan karena
gagalnya procesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam skrotum atau fiksasi
ovarium (Mansjoer, dkk 2009).

Pada pertumbuhan janin (kira-kira 3 minggu) testis yang mula-mula terletak diatas mengalami
penurunan (desensius) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati inguinal sampai
skrotum procesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan rongga
peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum, prosesus vaginalis
peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi, maka seluruh
prosesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia inguinal lateralis. Hernia inguinalis
lateralis lebih sering didapatkan di bagian kanan (kira-kira 60%). Hal ini disebabkan karena
proses desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri (Jitiwoyono dan
Kristiyanasari, 2010).

Hernia inguinalis indirek terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dan wanita. Insidennya tertinggi
pada bayi dan anak kecil. Hernia dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum
(Haryono, 2012).

Hernia inguinalis direk terjadi melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan formalis indirek. Ini lebih umum pada lansia
(Rudi Haryono, 2012).
E. Pathway
Obesitas batuk, kongental, mengedan,
pengangkatan beban

Tekanan intra abdomen meningkat

Rusaknya integritas dinding otot perut

Organ terdorong keluar melalui defek

Mengeluarkan zat-zat proteolitik


Hernia (Bradakini,histamine, Respon nyeri Nyeri
prostaglandin)

Abdomen
terdesak Pembedahan Ansietas

Mual, muntah Pemasangan Insisi bedah Dampak anestesi


elektroda
Asupan nutrisi kurang Terputusnya SAB, Mual -
Posisi tidak kontuinitas jaringan muntah, alergi,
tepat nyeri punggung,
Ketidakseimbang hipotermia, sakit
an nutrisi kurang kepala
dari kebutuhan Resiko injury Mengeluarkan zat-zat Luka terbuka
tubuh proteolitik
(Bradakini,histamine,
prostaglandin) Port de entry
kuman Ekstremitas bawah
tidak dapat
Respon nyeri digerakkan
Resiko infeksi

Nyeri Hambatan
mobilitas fisik
Kerusakan
integritas kulit
F. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari hernia menurut Rudi Heryono (2012) antara lain:
1. Hernia berulang
2. Hematoma
3. Retensi urine
4. Infeksi pada luka
5. Nyeri kronis atau akut
6. Pembengkakan testis karena atrofi testis
7. Rekurensi hernia (sekitar 2%)

G. Penatalaksanaan
Menurut Ester (2010) macam-macam penatalaksaannya yaitu :
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Istirahat baring
d. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
e. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama
BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat
memperburuk gejala-gejala.
2. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-
anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
3. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
a. Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
b. Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti mencegah
terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik seperti metode Bassini, atau
metode McVay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan
pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut Nurarif (2015) dalam Zahro (2019)
antara lain:
1. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan elektrolit
pada hernia.
2. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi
usus.

I. Pengkajian
Pengkajian pasien post operatif (Doenges, 2000 dalam Muna, 2018) meliputi:
1. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan thrombus).
2. Integritas ego
Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stres multiple misalnya:
financial, hubungan, gaya hidup. Tanda: tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang, stimulasi simpatis.
3. Makanan/cairan
Gejala: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis),
malnutrisi (termasuk obesitas), membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukan/periode puasa pra operasi).
4. Aktivitas atau istirahat
Tanda: mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan
papan matras untuk tidur, penurunan rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas
seperti biasa, atrofi otot, gangguan dalam berjalan.
5. Neurosensori
Gejala: kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki, penurunan reflek tendon dalam,
nyeri tekan atau nyeri abdomen.
6. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, meroko
7. Keamanan
Gejala: alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan. Tanda: munculnya
proses infeksi yang melelahkan, demam.
8. Kenyamanan
Gejala: nyeri speerti ditusuk-tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan mobilisasi.

J. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi dan distensi abdominal ditandai dengan adanya
rasa nyeri, perilaku yang sangat hati-hati, melindungi bagian tertentu, memusatkan diri,
mempersempit fokus, perilaku distraksi (tegang, mengerang, menangis, mondar-mandir,
gelisah), raut wajah kesakitan (mata kuyu, terlihat lelah, gerakan kaku, meringis),
perubahan tonus otot, respons autonom (diaphoresis), perubahan tekanan darah dan nadi,
dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi nafas.
2. Risiko infeksi b/d inkontinuitas jaringan sekunder terhadap tindakan invasive (insisi bedah)
3. Perubahan pola eliminasi konstipasi b/d penurunan peristaltic usus sekunder terhadap efek
anestesi yang d/d feses keras, berbentuk, defekasi terjadi kurang dari 3x seminggu, bising
usus menurun, melaporkan adanya perasaan penuh pada rectum.
(SDKI, 2016)

K. Intervensi
1. Nyeri akut
Intervensi:
- Observasi nyeri PQRST
- Monitor vital sign
- Latih klien menggunakan metode distraksi
- Berikan terapi non farmakologis
- Kolaborasi pemberian analgetik, k/p
2. Risiko infeksi
Intervensi:
- Observasi adanya tanda-tanda infeksi
- Monitor vital sign
- Ganti balutan secara berkala sesuai waktu yang dianjurkan
- Sarankan klien untuk tidak menyentuh area luka operasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
3. Konstipasi
Intervensi:
- Observasi adanya distensi, nyeri, dan pembatasan pasien dalam melakukan mobilisasi
- Sarankan klien untuk melakukan mobilisasi secara dini
- Sarankan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat segera setelah peristaltic aktif
kembali
- Sarankan klien untuk minum air putih banyak sesuai anjuran dokter
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Daftar Pustaka

Muna, L. (2018). Laporan Pendahuluan Hernia. STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL.

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
(Edisi 1). Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1 Ce).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tokan, C. O. (2020). Laporan Pendahuluan: Hernia. STIK Stella Maris.

Zahro, A. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post OP Hernia Inguinal Lateralis
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO.

Anda mungkin juga menyukai