OLEH
Yery natti
223111058
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Tanda dan
Gejala: batuk
tidak efektif,
suara napas
mengi atau
wheezing
dan ronkhi
Bersihan jalan
napas tidak
efektif
5. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2
kali pengukuran pada masing -masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi
tekanan darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel
berikut:
Kategori Kategori Tekanan
Tekanan Darah
Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistolik
Sistolik (mmHg) Dan/atau
(JNC VII) ( JNC VII) (mmHg)
Normal Optimal < 120mmHg Dan < 80 mmHg
Pre Hipertensi _ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
_ Normal Tinggi 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
100 – 109
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau
mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD
2) Urine : Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama):
1) Kemungkinan kelainan renal : IVP, Renald angiography (kasus
tertentu), biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab,
CT Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid (VMA). (Brooker,
2001).
7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi adalah:
1) Retiniopati: edema murid, penebalan retina, dan terjadi perdarahan
retina.
2) Penyakit jantung : gagal jantung dan miokard infark
3) Nefrosklerosis, gagal ginjal. (Aspiani, 2017)
8. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut (Kemenkes, 2019) Hidup sehat bebas penyakit jantung,
pembuluh darah (kardiovaskuler), dan penyakit lainnya bisa Anda
dapatkan bila Anda menerapkan gaya hidup sehat ala CERDIK. Apa
Itu CERDIK?
CERDIK merupakan perilaku hidup sehat yang mampu
menjauhkan Anda dari berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti
penyakit pembuluh darah, jantung, hingga masalah ginjal. Apa saja
perilaku yang termasuk CERDIK?
5. Istirahat Cukup
6. Kelola Stres
3. Pemeriksaan Kepala
1. Inspeksi : Bentuk kepala yang simetris, warna kulit kepala,
bekaslesi,kebersihan kulit kepala, area terpajan sinar matahari, warna
rambut, kekuatan rambut, kebersihan rambut, berketombe atau tidak.
2. Palpasi : Terdapat benjolan dikepala atau tidak, adakah nyeri tekan
dikepala atau tidak.
4. Pemeriksaan Mata
a. Inspeksi : kesimetrisan, kepekaan terhadap cahaya, warna retina, anemis
atau tidak pada area konjungtiva, ikterus (kekuningan) atau tidak pada
sclera. Penggunaan alat bantu penglihatan. Pada pasien hipertensi biasanya
akan didapatkan hasil pemeriksaan terjadi kekaburan pada penglihatannya,
penglihatan ganda (diplopia).
5. Pemeriksaan Hidung
a. Inspeksi : kesimetrisan, mukosa kering atau lembab, kebersihan, adanya
peradangan atau tidak, olfaktorius.
b. Palpasi : sinus frontal dan maksilaris terhadap nyeri tekan. Pada pasien
hipertensi akan mengalami gangguan pada sisem penciumannya karena
terjadi hambatan jalan nafas.
6. Pemeriksaan Mulut dan Gigi
a. Inspeksi : kesimetrisan bibir, warna bibir, ada atau tidak lesi dibibir, serta
kelembaban dan karakteristik permukaan pada mukosa mulut dan lidah.
Palatum keras atau lunak, jumlah gigi, warna gigi, ada atau tidak gigi
berlubang, adakah bau mulut, menggunaakan gigi palsu atau tidak. Ada
atau tidak peradangan atau stomatitis.
7. Pemeriksaan Telinga
a. Inspeksi : kesimetrisan antara telinga kanan dan kiri, menggunakan alat
bantu pendengaran atau tidak, ada atau tidak serumen.
8. Pemeriksaan Leher
a. Inspeksi : adakan pembesaran kelenjar tiroid, secara bilateral kontraksi
otot seimbang. Hiperpigmentasi atau tidak.
b. Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada leher, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
9. Pemeriksaan Thorax
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris, bentuk dada normal, retraksi dinding dada kiri dan
kanan sama, ekspansi paru sama.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dada, vocal flemitus kiri dan kanan
sama.
Perkusi : suara paru sonor atau hipersonor.
Auskultasi : vesikuler, tidak ada suara tambahan.
b. Jantung
Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.
Palpasi : ictuscordis teraba pada ictuscordis 4, midklavikula5.
Perkusi : suara jantung redup atau pekak.
Auskultasi : BJ 1 dab BJ 2 terdengar tunggal, tidak ada suara
tambahan.
10. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit sama, distensi abdomen.
b. Auskultasi : suara bising usus normal. Normal 5-35x/menit.
c. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
d. Perkusi : tympani.
11. Pemeriksaan Integumen
a. Inspeksi : warna kulit sama, turgor kulit baik.
b. Palpasi : CRT dalam batas normal (kembali kurang dari 2 detik), akral
hangat.
12. Pemeriksaan Genetalia
a. Inspeksi:
Pada Wanita ; kebersihan, karakteristik mons pubis dan labia mayor
serta kesimetrisan labia minor. Klitoris berukuran normal. Pada Pria ;
kesimetrisan, kebersihan, ukuran skrotum.
Palpasi : Pada Wanita ; bagian dalam mayor dan minor, kaji warna
kontur, dan kelembapan. Pada Pria ; batang lunak, nyeri tekan, palpasi
pula skrotum dan testis mengenai ukuran, letak.
13. Pemeriksaan Anggota Gerak
Kekuatan otot dan keadaan ekstremitas. Pengkajian susunan saraf (Nervus I-
XII), gangguan ingatan, gangguan penglihatan.
14. Pemeriksaan fisik :
1. B1 (Sistem pernafasan / Breathing)
Adanya dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja, takipnea,
penggunaan otot pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels/mengi).
Pemeriksaan pada sistem pernafasan sangat mendukung untuk
mengetahui masalah pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.
Inpeksi : untuk melihat seberapa berat gangguan sistem
kardiovaskuler. Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah:
Bentuk dada thoraks en beteau (thoraks dada burung).
Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong).
Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng).
Palpasi rongga dada
Tujuannya :
Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks.
Menyatakan adanya tanda penyakit paru dan pemeriksaan sebagai
berikut : Gerakkan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi.
Untuk getaran suara : Getaran yang terasa oleh tangan
pemeriksaan yang diletakkan pada dada pasien mengucapkan kata
± kata.
Perkusi
Teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang
terakhir dan sebagian falang kedua jaritengah pada tempat yang
hendak di perkusi. Ketukan ujung jari tengah tangan kanan pada jari
kiri tersebut dan lakukan gerakkan bersumbu pada pergelangan tangan
Posisi pasien duduk atau berdiri.
Auskultasi Suara nafas normal :
a. Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trackea
seperti meniup pipa besi. Suara nafas lebih keras dan pendek saat
inspirasi.
b. Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronchi, yaitu di
sternum atas ( torakal ).
c. Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara nafas saat
inspirasi dan ekspirasi sama.
2. B2 (Sistem kardiovaskuler / blood)
Kulit pucat, sianosis, diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan
tekanan darah, hipertensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen obat), takirkadi, bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF
dini), S4 (pengerasan ventrikel kiri atau hipertropi ventrikel kiri). Murmur
stenosis valvurar. Desiran vascular terdengar diatas karotis, femoralis atau
epigastrium (stenosis arteri). DVJ (Distensi Vena Jugularis).
3. B3 (Sistem persyarafan / Brain)
Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6, penurunan kekuatan genggam
tangan atau refrek tendon dalam, keadaan umum, tingkat kesadaran.
4. B4 (sistem perkemihan / Blendder)
Adanya infeksi pada gangguan ginjal, adanya riwayat gangguan (susah
bak, sering berkemih pada malam hari).
5. B5 (Sistem pencernaan / bowel)
Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan, nyeri pada abdomen /
massa (feokromositoma).
6. B6 (sistem muskoloskeletal / bone)
Kelemahan, letih, ketidak mampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
perubahan warna kulit, gerak tangan empati, otot muka tegang
(khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hipertensi
yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload ditandai
dengan dyspnea, tekanan darah meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah,
capillary refill time >3 detik, oliguria, warna kulit pucat dana tau sianosis.
b. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (vasokontriksi pembuluh
darah otak) ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,
nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat, despnea saat/ setelahmelakukan aktivitas, merasa
lelah, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia,
sianosis.
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil INTERVENSI
1 Penurunan curah jantung Tujuan: setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung (1.02075)
berhubungan dengan peningkatan keperawatan selama …. X 24 jam Observasi
afterload ditandai dengan diharapkan curah jantung (L.02008) - Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
dyspnea, tekanan darah klien dapat meninkat. jantung
meningkat/menurun, nadi perifer Kriteria hasil: - Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
teraba lemah, capillary refill time 1) Kekuatan nadi meningkat jantung
>3 detik, oliguria, warna kulit 2) Tekanan darah membaik - Monitor tekanan darah, intake dan output cairan,
pucat dana tau sianosis. TD (100/60 – 130/99 mmHg) saturasi oksigen, dan EKG 12 sadapan
Nadi (60 -100 x/menit) Terapeutik
RR (12-24 x/menit) - Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan - Berikan diet jantung yang sesuai
Anggraini et el. 2009. Faktor – factor yang Berhubungan dengan Kejdian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkiang Periode Januari
Sampai Juni 2008. Riau.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, E.J. 2009. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa: Pendit, BU. Jakarta: EGC.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. Jakarta: PT Pustaka Bunda.
Doengoes, M.E. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Hayens, B, dkk. 2003. Buku pintar melakukan Hipertensi. Jakarta.
Palmer, dkk. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.
Rokhaeni, H. (2003). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler edisi pertama. Jakarta: Bidang
Diklat Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.
Sheps, S. G. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta.
Smeltzer. C.S & Bare.B (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta: Internal
Publishing.
Suyono, S et al. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Tambayong. J. 2007. Patofisiologi Keperawatan editor Monica Ester, S.Kep. Jakarta: EGC.
Tim Pogja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pogja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pogja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
WHO, 2001. Guidelines for the management of hypertension. Guidelines subcommittee. J
Hypertens17. Hlm. 151-83.