OLEH
Yery Natti
223111134
A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan premature repture
of the membrane (PROM) atau sering di sebut sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum waktunya melahirkan (Lazuarti, 2020).
B. Etiologi
C. Patofisiologi
E. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
2. Polihidramnion
3. Herpes aktif
d. Penatalaksanaan konservatif
6. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apa pun
F.Penatalaksaan agresif
1. Pesalinan spontas
2. Indikasi persalinan
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2011).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2010).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).
B. Etiologi
Menurut Mochtar (2010) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre-eklamsi dan
hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2017) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai
berikut :
Resiko Infeksi
Nyeri Akut
B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2006), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Tucker (2009) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. JDL dengan diferensial
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan HB/Hct
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
9. USG
D. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan
lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka kandung kemih
4. Embolisme paru – paru
5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
E. Penatalaksanaan Medis Post SC
1. Perawatan awal
a. Letakan klien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
3. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa
air putih dan air teh.
4. Mobilisasi :
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
5. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril
4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
e. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi / Tindakan
Keperawatan & Data Keperawatan
Pendukung
1 SDKI : SLKI ; SIKI :
D : 0077, Hal : 172 Tingkat Nyeri ; Manajemen Nyeri ;
Nyeri akut (L : 08066, Hal : 145) ( L ; 08238 Hal ; 201)
berhubungan dengan Kriterial Hasil : 1. lokasi, karakteristik,
Agen pencedera Kemampuan meningkatkan durasi, frekuensi,
fisik,produser oprasi aktifitas ( meningkat 5 ) kualitas, intensitas
di tandai dengan klien Keluhan nyeri menurun 5 nyeri
tampak meringis Meringis menurun 5 2. Identifikasi skala
Sikap protektif menurun 5 nyeri
DS: Gelisah menurun 5 3. Identifikasi respon
klienmengatakann Kesulitan tidur menurun 5 nyeri non verbal
yeri di perut pada Menarik diri menurun 5 4. Identifikasi faktor
area bekas oprasi Berfokus pada diri sendiri yang memperberat
klien mengatakan menurun 5 dan memperingan
nyeri nya seperti Diaphoresis menurun 5 nyeri
ditusuk-tusuk Perasaan depresi (tekanan) 5. Identifikasi
klien mengatakan menurun 5 pengetahuan dan
sulit untuk Perasaan takut mengalami keyakinan tentang
bergerak cedara berulang menurun nyeri
klien mengatakan Anoreksia menurun 5 6. Identifikasi pengaruh
nyeri nya pada saat Perineum terasa tekan budaya terhadap
ada sedikit gerak menurun 5 respon nyeri
klien mengatakan Uterus teraba membulat 7. Identifikasi pengaruh
nyeri hanya pada menurun 5 nyeri pada kualitas
daerah bekas Ketekanan otot menurun hidup
oprasi saja Pupil diatasi menurun 5 8. Monitor efek
DO : Munta menurun 5 samping
RR : 20x/menit bermain)
Edukasi ;
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
4) Anjurkan
mengunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk menyurangi
rasa nyeri
Kolaborasi ;
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 SDKI ; SIKI ;
SLKI ;
Dukungan mobilisasi
Ganguan Mobilitas Mobilitas fisik (L.05042 hal
(I.09314 hal 387)
Fisik (D.0054 hal 65)
definisi ;
124) Kriteria Hasil :
memfasilitaskan pasien
Ganguan mobilitas
Pergerskan eksteremitas untuk meningkatkan
fisik berhubungan
meningkat 5 aktifitas pergerakan fisik.
dengan nyeri
Kekuatan otot menungkat 5 Observasi :
dibuktikan dengan
klien merasa lemah Rentang gerak ROM
Identigikasi adanya
DO : meningkat 5
nyeri atau keluhan fisik
Klien mengatakan Nyeri menurun 5 lainnya
belum Kecemasan menurun 5 Identifikasi teloransi
bisahberaktifitas Kekuatan sendi menurun 5 fisik untuk melakukan
secara mandiri Gerakan tidak terkordinasi pergerakan
Klien mengatakan menurun 5 Monitor frekuensi
masih takut bergerak Gerakan terbatas menurun jantung dan tekanan
Klien mengatakan 5 darah sebelum memulai
masih bisa dibantu Gerakan fisik menurun 5 mobilisasi
untuk melakukan Monitor kondisi umum
aktifitas selama melakukan
mobilisasi
DO :
Terapeutik :
Klien tampak lemah
dan berbaring Fasilitas aktifitas
ditempat tidur mobilisasi dengan alat
Kesadaran bantu (mis. Pagar
komposmentis tempat tidur
Pergerakan klien Fasilitas melakukan
tampak lambat pergerakan, jika perlu
Klien tampak Libatkan keluarga
terpasang infus RL untuk membantu pasien
20 tetes/menit dalam meningkatkan
Klien tampak pergerakan
terpasang urine
Edukasi :
kateter
Klien tampak belum Jelaskan tujuan
menganti prosedur mobilisasi
pembalutnya Anjurkan melakukan
Klien tampak mobilisasi dini
memerlukan bantuan Ajarkan mobilisasi
saat memenuhi sederhana yang harus di
kebutuhan lakukan (mis.duduk
kebersihan dirinya ditempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur
kekursi)
Edukasi ;
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Anjurkan
mengkomsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi ;
1. Kolaborasi prosedur
debriment
(mis.enzimatik,biologi
s,mekanisme,autolitik)
,jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik,jika perlu
D. Implementasi